Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

S DENGAN DIGANOSA MEDIS PENUMONIA DI RUANG GARDENIA


RSUD DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Oleh:
VIRGO MANDALA PUTRA
NIM. 2019.C.11a.1033

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan ini disusun oleh :
Nama : Virgo Mandala Putra
NIM : 2019.C.11a.1033
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis Pneumonia
Di Ruang Gardenia RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan
untuk menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan III Program
Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :


Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rimba Aprianti, S.Kep., Ners Erika Sihombing, S.Kep.,Ners

i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis Pneumonia Diruang Gardenia RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan III (PPK III).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku Koordinator PPK III.
4. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Ibu Erika Sihombing, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Lahan di RSUD Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya yang telah memberikan iji ditempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 15 Maret 2022

Virgo Mandala Putra

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Dasar Pneumonia............................................................................4
2.1.1 Definisi.............................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi.............................................................................4
2.1.3 Etiologi.............................................................................................5
2.1.4 Klasifikasi........................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi.....................................................................................8
2.1.6 Manifestasi Klinis..........................................................................11
2.1.7 Komplikasi.....................................................................................12
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.................................................................12
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..................................................................13
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.............................................................13
2.2.1 Pengkajian keperawatan.................................................................13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................15
2.2.3 Intervensi Keperawatan..................................................................16
2.2.4 Implemenrasi Keperawatan............................................................20
2.2.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................20
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................21
3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................21
3.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................29
3.3 Intervensi Keperawatan..............................................................................32
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan..................................................35
SAP........................................................................................................................37

iii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................43

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah
akut dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi benda
asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsulidasi (Nurarif,
2015).
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas, bunyi nafas ronki, dan infiltrat pada
foto rontgen. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan
terjadinya proses infeksi akut disebut bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan
pengendalian penyakit ISPA semua bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun
bronkopneumonia), disebut “Pneumonia” saja (Christian, 2016).
Berdasarkan data WHO tahun 2015, pneumonia merupakan masalah
kesehatan di dunia karena angka kematian- nya sangat tinggi, tidak saja di
Indonesia dan negara-negara berkembang tetapi juga di Negara maju seperti
Amerika, Kanada dan Negara- Negara Eropa lainya. Di Amerika pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor satu setelah kardiovaskuler dan TBC.
Pneumonia masih menjadi penyebab tertinggi kematian pada bayi di bawah
usia lima tahun (balita) maupun bayi baru lahir. Prevalensi pneumonia naik dari
1,6% pada 2013 menjadi 2% dari populasi balita yang ada di Indonesia pada tahun
2018. Berdasarkan Diagnosis tenaga kesehatan dan gejala menurut provinsi di
NTT, Pervalensi pneumonia pada tahun 2013 mencapai 10% dan menurun 7%
pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Pneumonia seringkali ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan
bernapas seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada. Pada umumnya
pneumonia dikategorikan dalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara,
dengan sumber penularan adalah penderira pneumonia yang menyebarkan kuman
dalam bentuk droplet saat batuk atau bersin. Untuk selanjutnya kuman penyebab
pneumonia masuk ke saluran pernapasan melalui proses inhalasi (udara yang

1
dihirup), atau dengan cara penularan langsung yaitu percikkan droplet yang
dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara langsung terhirup oleh
orang disekitar penderita. Banyak kasus yang berpengaruh terhadap meningkatnya
kejadian pneumonia pada balita, baik dari aspek individu anak, orang tua (ibu),
maupun lingkungan. Kondisi fisik rumah yang tidak sehat dapat meningkatkan
resiko terjadinya berbagai penyakit yang salah satunya pneumonia. Rumah yang
padat penghuni, pencemaran udara dalam ruangan akibat penggunaan bahan bakar
pada (kayu bakar/arang), dan perilaku merokok dari orang tua merupakan faktor
lingkungan yang dapat meningkatkan kerentanan balita terhadap pneumonia
(Anwar, 2014).
Dari masalah yang diatas maka pemecahan masalah yang dapat dilakukan
perawat untuk penyakit pneumonia adalah perawat menjadi educator, membantu
orangtua untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia pada
anaknya, dengan cara memberikan penjelasan tentang gejala pada penyakit
pneumonia, serta tindakan-tindakan yang diberikan dan menghindari faktor resiko
dari penyakit pneumonia agar tidak mengalami pneumonia berulang, sehingga
terjadi perubahan prilaku dari orangtua klien setelah dilakukan pemberian
pendidikan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan suatu masalah yaitu
bagaimana penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien Pneumonia di
Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan
pneumonia di Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. S
dengan pneumonia di Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya

2
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S
dengan pneumonia di Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya
3. Mahasiswa mampu membuat perencanaan keperawatan pada Ny. S dengan
pneumonia di Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
4. Mahasiswa mampu membuat implementasi keperawatan pada Ny. S
dengan pneumonia di Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya
5. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada Ny. S dengan
pneumonia di Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiwa
Mahasiswa mampu mengetahui dan paham mengenai pemberian asuhan
keperawatan mengenai pneumonia
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mampu memahami mengenai pneumonia dan mampu
meningkatkan derajat kesehatan mereka.
1.4.3 Bagi Institusi
Institusi mampu mengembangkan dan memperbaiki pembuatan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Pneumonia dan juga mampu mengembangkan
ilmu untuk dibagi kepada institusi/mahasiswa pada institusi tersebut sehingga
dapat membuat institus semakin berkembang menjadi lebih baik.
1.4.4 Bagi IPTEK
IPTEK mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan
di bidang kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan pada pasien pneumonia

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Pneumonia


2.1.1 Definisi
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan
radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli
dan rongga interstisium. (secara anatomis dapat timbul pneumonia lobaris maupun
lobularis / bronchopneumonia.
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena
eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013). Pneumonia
adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi
bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh eksudat peradangan (Mutaqin, 2008).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2015).
Pneumonia adalah peradangan pada baru yang tidak saja mengenai jaringan paru
tapi dapat juga mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai bronkioli
(Nugroho, 2011).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang
terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh
dunia.

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Gambar Anatomi Pneumonia


1. Hidung

4
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang, dipisahkan
oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk
menyaring dan menghangatkan udara.
2. Faring
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, terdapat
di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut setelah dapat ruas tulang
leher. Terdapat epiglotis yang berfugsi menutup laring pada waktu menelan
makanan.
3. Laring (pangkal tenggorokan)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara terletak
di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam
trakea di bawahnya.
4. Trakea (batang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari laring yang di bentuk oleh 16- 20 cincin yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (hurup
C).sebelah dala diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untk mengeluarkan benda-
benda asing yang masuk bersama- sama dengan udara pernafasan. Percabangan
trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina
5. Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V.
6. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung hawa (alveoli).Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika
dibentangan luas permukaannnya kurang lebih 90 meter persegi, ada lapisan inilah
terjadi pertukaran udara.

2.1.3 Etiologi
Pneumonia dikenal dengan istilah radang paru-paru berkaitan dengan
berbagai mikroorganisme dan dapat menular dari komunitas atau dari rumah sakit
(nosocomial). Klien dapat menghisap bakteri, virus, parasit, atau agen iritan, atau
klien dapat menghirup cairan atau makanan. Klien dapat juga memproduksi

5
banyak mukus dan pengentalan cairan alveolar sebagai akibat pertukaran gas
terganggu. Semua ini dapat mendorong kepada radang jalur udara bagian bawah.
Organisme yang secara umum dikaitkan dengan infeksi meliputi
Staphylococcus aureus, Streptococus pneumoniae, Haemophilus influenza,
Mycoplasma pneumoniae, Legionella pneumonia, Chlamydia pneumoniae
(parasit), dan Pseudomonas aeruginosa.
Pneumonia bisanya disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adalah :
1. Bakteri (Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H. influenza, klebsiela
mycoplasma pneumonia).
2. Virus (Virus adena, virus para influenza, virus influenza).
3. Jamur atau fungi (Kandida abicang, histoplasma, capsulatum, koksidiodes).
4. Protozoa (Pneumokistis karinti).
5. Bahan kimia (Aspirasi makan atau susu atau isi lambung, keracunan
hidrokarbon sepertiminyak tanah atau bensin).
Menurut Nugroho.T (2011), pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti:
a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
b. Virus: virus influenza, dll
c. Micoplasma pneumonia
d. Jamur: candida albicans
e. Benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit
menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik
yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2015)

2.1.4 Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan anatomi
dan etiologis dan berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui
usia :
a. Pembagian anatomis

6
1) Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai pneumonial
bilateral atau ganda.
2) Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia lobularis.
3) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam
dinding alveolar (interstinium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
b. Pembagian etiologis
1) Bacteria: Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolytikus, streptococcus aureus, Hemophilus infuinzae, Bacilus
Friedlander, Mycobacterium tuberculosis.
2) Virus: Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuinza, Adenovirus.
3) Jamur: Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus Neuroformans, Blastornyces
Dermatitides
4) Aspirasi: Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,benda
asing
5) Pneumonia Hipostatik
6) Sindrom Loeffler
Menurut Riyadi, (2011) “klasifikasi pneumonia adalah sebagai berikut”:
1. Berdasarkan klinis dan epidemologi.
a. Pneumonia yang didapatkan dimasyarakat (CAP) disebabkan
pneumokokus.
b. Pneumonia yang di dapat di RS (Hospital Acquaired Pneumonia atau
Nosokomial Pneumonia) biasanya disebabkan bakteri gram negatif dan
angka kematian lebih tinggi.
c. Pneumonia aspirasi, sering pada bayi dan anak.
d. Pneumonia berulang, terjadi bila punya penyakit penyerta.
2. Berdasarkan kuman penyebab.
a. Pneumonia bakterialisatau topikal, dapat terjadi pada semua usia,
beberapa kuman tendensi menyerang seseorang yang peka, misal:

7
1) Klebsiela pada orang alkoholik.
2) Stapilokokus pada influenza.
b. Pneumonia atipikal, sering mengenai anak dan dewasa muda dan
disebabkan oleh mycoplasma, clamidia dan coxlella.
c. Pneumonia karena virus, sering pada bayi dan anak.
d. Pneumonia karena jamur, sering disertai infeksi sekunder terutama pada
orang dengan daya tahan lemah dan pengobatan lebih sulit.
3. Berdasarkan prediksi infeksi.
a. Pneumonia lobaris mengenai satu lobus atau lebih, disebabkan karena
obstruksi bronkus, misalnya aspirasi benda asing, proses keganasan.
b. Bronkopneumonia, adanya bercak-bercak infiltrat pada paru-paru dan
disebabkan virus atau bakteri.
Menurut penulis Riyadi klasifikasi pneumonia terdiri dari berbagai jenis,
utamanya diklasifikasikan menurut epidemologi yang dibagi menjadi empat yaitu
pneumonia yang didapat di masyaraikat, pneumonia yang didapat di rumah sakit,
pneumonia aspirasi, dan pneumonia berulang.

2.1.5 Patofisiologi (WOC)


Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi
karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus. Saat saluran nafas bagian
bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi
nafas (Terry & Sharon, 2013).
Sebagian besar pneumoni didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti
menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan
normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia disaluran napas. Bila
suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan
dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan
humoral.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme
pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui
aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka

8
terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah
besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten
limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral. Jaringan paru
menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran
darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-
to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia.
Kerja jantung menjadi meningkat karenapenurunan saturasi oksigen dan
hiperkapnia (Nugroho.T, 2011).

9
WOC Bakteri, Virus, Jamur,
Protozoa

Terhirup/ respirasi

Masuk ke paru-paru

Proses peradangan

Pneumonia

B1 Breathing B2 Blood B3 Brain B4 Bladder B5 Bowel B6 Bone

Suplai O2 O2 ke ginjal Batuk


Penurunan kadar Suplai O2 ke
Infeksi menurun ke menurun
O2 ke jantung jaringan menurun
otak
kelelahan
Produksi Kerja sel goblet Menurunnya Glumelorus filtrat Kelelahan
sputum meningkat Kesadaran
kontraksi janutng gate menurun
meningkat menurun
Nafsu makan
menurun Intoleransi
PO2 menurun Penurunan curah
Resiko perfusi Oliguria aktivitas
Akumulasi jantung
serebral tidak
sputum di
efektif Defisit nutrisi
jalan napas Gangguan
Sesak napas Inflamasi Gangguan
pertukaran gas
eliminasi urine

Bersihan Meningkatnya
jalan napas Pola napas med inflamasi
tidak efektif tidak efektif

Histamin, P9

10
Hipertermia
2.1.6 Manifestasi Klinis
Menurut Corwin (2001), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua
jenis pneumonia, tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabakan
oleh bakteri. Gejala-gejala mencakup:
1. Demam dan menggigil akibat proses peradangan
2. Batuk yang sering produktif dan purulen
3. Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah
muda (untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas (untuk
pseudomonas aeruginosa)
4. Krekel (bunyi paru tambahan).
5. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.
6. Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah peasaan
sesak atau kesulitan bernafas yang dapat disebabkan oleh penurunan
pertukaran gas-gas.
7. Mungkin timbul tanda-tanda sianosis
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus, yang dapat
menyebabkan atelektasis absorpsi.
9. Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada
kapiler atau akibat reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.
2.1.7 Komplikasi
Menurut Suyono (2003) komplikasi pneumonia antara lain Efusi pleura
dan emfisema. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada infeksi bakterial
akut berupa efusi para pneumonik gram negatif sebesar 60%, staplilococus aureus
50%, S. Pneumoniae 40-60%, kuman anaerob 35%. Sedang pada mycoplasma
pneumoniae sebesar 20%. Cairannya transudat dan sterill, Komplikasi sistemik,
dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa menungitis. Dapa juga
terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peningkatan
ureum dan enzim hati, Hipoksemia akibat gangguan difusi, Pneumonia kronis
yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat
kuman anaerob s. Aureus dan kuman gram (-), Bronkietaksis. Biasanya terjadi
karena pneumonia pada masa anakanak tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di

11
lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau hipogamaglobulinemia,
tuberkolosis, atau pneumonia nekrotikans.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Somantri (2009:79) “diagnosis studi pneumonia adalah sebagai
berikut”:
1. Chest X-ray: teridektifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkial),
dapat juga menunjukkan multipel abses atau infiltrat, empiema
(Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bakterial), atau
penyebaran/extensive nodul infiltrat (sering kali viral), pada pneumonia
mycoplasma chest x-ray mungkin bersih.
2. Analisis gas darah (Analysis Blood Gasses-ABGs) dan Pulse Oximetry:
abnormalitas mungkin tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru.
3. Pewarnaan Gram atau Culture Sputum dan Darah: didapatkan dengan needle
biopsy, aspirasi transtrakheal, fiberoptic bronchoscopy, atau biopsi paru-paru
terbuka untuk mengeluarkan orgnisme penyebab. Lebih dari satu tipe
organisme yang dapat ditemukan, seperti Diplococcus pneumoniae,
Staphylococcuc aureus, A. hemolitic streptococcus, dan Hemophilus
influenzae.
4. Periksa Darah Lengkap (Complete Blood Count-CBC): leukositosis biasanya
timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood count-WBC)
rendah pada infeksi virus.
5. Tes Serologi: membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme
secara spesifik.
6. LED (laju endapan darah): meningkat
7. Pemeriksaan Fisik Paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara
menurun, hipoksemia.
8. Elektrolit: sodium dan klorida mungkin rendah.
9. Bilirubin mungkin meningkat.
Menurut Somantri pemeriksaan penunjang pada pasien pneumonia
meliputi Chest X-ray, analisa gas darah, Culture Sputum dan Darah, Periksa

12
Darah Lengkap, Tes Serologi, LED (laju endapan darah), Pemeriksaan Fisik Paru,
Elektrolit, dan Bilirubin.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


Menurut DiGiulio, Jackson, dan Keogh (2014:119-120) “penatalaksanaan
medis yang tepat klien dengan pneumonia sebagai berikut”:
Oksigen tambahan diberikan untuk membantu memenuhi kebutuhan
tubuh. Antibiotik diberikan untuk orgasme (secara empiris) sampai hasil kultur
dahak didapatkan. Klien mungkin memerlukan bronkodilator untuk membantu
membuka jalan udara.
1. Memberikan oksigen jika diperlukan.
2. Untuk infeksi bakterial, memberikan antibiotik seperti macrolides
(azithomycin, clarithomicyn), fluoroquinolones (levofloxacin, moxifloxacin),
beta-lactams (amoxilin atau clavulanate, cefotaxime, ceftriaxone, cefuroxime
axetil, cefpodoxime, ampicillin atau sulbactam), atau ketolide (telithromycin).
3. Memberikan antipyrethic jika demam agar klien lebih nyaman:
a. Acitaminophen, ibuprofen
4. Memberikan bronkodilator untuk menjga jalur udara tetap terbuka,
memperkuat aliran udara jika perlu:
a. Albuterol, metaproteranol, levabuterol via nebulizer atau metered dose
inhaler
5. Menambah asupan cairan untuk membantu menghilangkan sekresi dan
mencegah dehidrasi.
6. Menjelaskan kepada klien bagaimana menggunakan spinometer insentif
untuk mendorong napas dalam, monitor kemajuan.

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara
subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa
dan data objektif (data hasil pengukuran atau observasi). Menurut Nurarif (2015),
pengkajian yang harus dilakukan adalah :

13
a. Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin,
b. Riwayat sakit dan kesehatan
1) Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.
2) Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak produktif,
tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus
purulen kekuning-kuningan, kehijauhiajuan, kecokelatan atau kemerahan,
dan serring kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam
tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya
keluhan nyeri dada pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi
pernapasan, dan nyeri kepala.
3) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit
seperti ISPA, TBC paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi.
4) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumoni
seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
5) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap
beberapa oba, makanan, udara, debu.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
2) Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa somnolen
3) Tanda-tand vital:
- TD: biasanya normal
- Nadi: takikardi
- RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal
- Suhu: hipertermi
4) Kepala: tidak ada kelainan
Mata: konjungtiva nisa anemis
5) Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung
Paru:
- Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada penggunaan
otot bantu napas

14
- Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah
yang terkena.
- Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
- Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
6) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
7) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan mukus berlebihan
yang ditandai dengan jumlah sputum dalam jumlah yang berlebihan,
dispnea,sianosis, suara nafas tambahan (ronchi).
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan keletihan otot pernafasan yang
ditandai dengan dispena, dispena, penggunaan otot bantu pernafasan,
pernafasan cuping hidung.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kalpier yang ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispneu saat
aktifitas ringan, sianosis.
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan Asupan diet kurang yang ditandai
dengan ketidakmampuan menelan makanan,membran mukosa pucat,
penurunan berat badan selama dalam perawatan.
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen yang ditadai dengan Dispnea setelah
beraktifitas,keletihan, ketidaknyamanan setelah beraktifitas
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan yang
ditandai dengan ibu/keluarga mengatakan tidak mengetahui penyakit yang
diderita pasien, cara penularan, faktor resiko, tanda dan gejala, penanganan
dan cara pencegahannya

15
2.2.3 Intervnesi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
Bersihan jalan nafas Bersihan Jalan Nafas SLKI Manajemen jalan napas
tidak efektif (D.0001) (L.03032) SIKI (I.01011)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x7 jam - Monitor pola napas
pertemuan diharapkan - Monitor bunyi napas
Bersihan Jalan Nafas - Monitor sputum
meningkat dengan KRITERIA Terapeutik
HASIL : - Posisikan semi-fowler
1. Batuk efektif meningkat atau fowler
2. Produksi sputum menurun - Berikan minum air
3. Frekuensi napas meningkat hangat
- Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborator pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
Pola nafas tidak efektif Pola napas SLKI (L.01004) Pemantauan respirasi
(D.0005) Setelah dilakukan tindakan (I.01014)
keperawatan selama 3x7 jam Observasi
pertemuan diharapkan Pola - Monitor frekuensi,
napas membaik meningkat irama, kedalaman dan

16
dengan KRITERIA HASIL : upaya napas
1. Dispnea menurun - Monitor pola napas
2. Penggunaan otot bantu - Monitor adanya
napas menurun sumbatan jalan napas
3. Frekuensi napas membaik - Auskultasi bunyi napas
Terapeutik
- Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemeriksaan, jika perlu
Defisit nutrisi (D.0019) Status nutrisi SLKI Manajemen nutrisi
(L.03030) (I.03119)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x7 jam - Identifikasi status
pertemuan diharapkan Status nutrisi
Nutrisi membaik dengan - Identifikasi alergi dan
KRITERIA HASIL : intoleransi makanan
1. Frekuensi makan membaik - Identifikasi kebutuhan
2. Nafsu makan membaik kalori dan jenis
3. Bising usus membaik makanan
Terapeutik
- Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu sesuai
- Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
- Berikan suplemen
makan, jika perlu

17
Edukasi
- Ajarkan diet yang
diperlukan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
Gangguan pertukaran Pertukaran gas SLKI Terapi oksigen (I.01026)
gas (D.0003) (L.01003) Observasi
Setelah dilakukan tindakan - Monitor aliran terapi
keperawatan selama 3x7 jam oksigen secara periodik
pertemuan diharapkan dan pastikan fraksi
Pertukaran Gas meningkat yang diberikan cukup
dengan KRITERIA HASIL : - Monitor tanda-tanda
1. Dispnea menurun hipoventilasi
2. Bunyi napas tambahan - Monitor tanda dan
menurun gejala toksikasi oksigen
3. PO2 membaik dan atelektasis
4. Pola napas membaik Terapeutik
- Pertahankan kepatenan
jalan napas
- Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
- berikan oksigen
tambahan, jika perlu
- Tetap berikan oksigen
saat pasien ditransfotasi
Edukasi
- Ajarkan pasien dan

18
keluarga cara
menggunakan oksigen
Kolaborasi
- Kolaborasi penetuan
dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan
oksigen saa aktivitas
dan/ atau tidur
Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas SLKI Manajemen Energi SIKI
(D.0056) (L.05047) (I.05178)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x7 jam - Identifikasi gangguan
pertemuan diharapkan fungsi tubuh yang
Toleransi aktivitas meningkat mengakibatkan
dengan KRITERIA HASIL : kelelahan
1. Dispnea saat aktivitas - Monitor pola dan jam
menurun tidur
2. Frekuansi napas membaik Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
- Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

19
Defisit pengetahuan Tingkat Pengetahuan SLKI Edukasi Kesehatan
(D.0111) (L.12111) (I.12383)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x7 jam - Identifikasi kesiapan
pertemuan diharapkan Tingkat dan kemampuan
pengetahuan meningkat dengan menerima informasi
KRITERIA HASIL : Terapeutik
1. Kemampuan menjelaskan - Sediakan materi dan
pengetahuan tentang suatu media pendidikan
topik meningkat kesehatan
2. Persepsi terhadap masalah - Berikan kesempatan
menurun untuk ditanyakan
Edukasi
- Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan

2.2.4 Impelementasi Keperawatan


Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang
merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat secara
langsung pada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada
rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah
masalah keperawatan telah teratasi atau tidak teratasi dengan mengacu
pada kriteria evaluasi.
BAB 3

20
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Virgo Mandala Putra


NIM : 2019.C.11a.1033
Ruang Praktek : Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya
Tanggal & Jam Pengkajian : 15 Maret 2022 Pukul 12.35 WIB
3.1 Pengkajian Keperawatan
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 83 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak
Pendidikan : SLTP
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Intan/ Berlian
Tanggal MRS : 11 Maret 2022
Diagnosa : Pneumonia

3.1.2 Riwayat Kesehatan


1. Keluhan utama :
Kadang-kadang batuk dan sesak napas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 11 maret 2022 Ny.S dibawa oleh cucunya ke rumah sakit
dengan keluhan sesak napas, nyeri pinggang menjalar ke dada serta
mengalami batuk. Klien tiba di IGD pada pukul 15.04 WIB ,dilakukan
pemeriksaan TTV dan EKG, didapatkan hasil pemeriksaan TD 150/90
mmHg, N: 130 x/menit, S: 36,4oC, SPO2 : 96 %. Ketika di IGD klien
diberikan terapi oksigen 4 L/menit, serta di berikan terapi infus RL 28 tpm.
Kemudian pasien dibawa dari IGD ke ruang gardenia pada pukul 20.00
WIB

21
3. Riwayat penyakit sebleumnya
Pasien mengatakan mengatakan memiliki riwayat penyakit paru-paru
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun
Genogram keluarga :

Keterangan :
: hubungan keluarga
: tinggal serumah
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: pasien

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum :
Pasien tampak lemah, kesadaran pasien compos mentis pasien tampak sesak
terpasang oksigen dengan nasal kanul 4 L/menit, pasien dalam posisi miring
ke kanan dan terpasang infus RL 14 tpm di lengan bagian kanan. Terdapat
odema pada kedua ekstermitas bawah
2. Status mental :
Pasien tampak tenang saat diajak bicara dan pasien mampu merspons
dengan benar dan jelas, pasien sadar saat ditanya kapan masuk rumah sakit
dari mulai kapan dibawa dari rumah sampai di rawat di rumah sakit, pasien
juga mampu mengenali anggota keluarga dan petugas kesehatan.

22
Penampilan pasien cukup rapi, pasien duduk dan berbaring di bantu oleh
keluarga.
3. Tanda-tanda Vital :
Ketika pengkajian tanda-tanda vitla didapakan hasil pengkajian suhu tubuh
pasien 36,2oC, Nadi 94 x/menit, Pernapasan 17 x/menit, dan tekanan darah
pasien 110/60 mmHg
4. Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada pasien simetris, pasien batuk-batuk sejak 2 bulan yang lalu
menurut keluarga pasien, pada wadah sputum didapatkan sputum berwarna
putih, tipe pernapasan dada dan perut, suara napas vesikuler, terdengar suara
napas tambahan (ronchi), pasien mengalami nyeri dan sesak pada dada saat
banyak bergerak.
Maslah Keperawatan : Pola Napas tidak efektif
5. Cardiovasculer (Bleeding) :
Ketika dikaji didapatkan hasil capillary refill kurang dari 2 detik, tidak
terdapat kram kaki, tidak terdapat sianosis, serta tidak terdapat odema
6. Persyarafan (Brain) :
Ketika dikaji pasien mampu merespon petugas kesehatan dengan baik dan
benar, kesadaran pasien compos mentis, Pupil Isokor, Refleks Cahaya
Kanan Positif, Kiri Positif.
Nervus Kranial I (Olfaktori) : Pasien dapat mencium aroma minyak
kayu putih
Nervus Kranial II (Optik) : Pasien mampu melihat orang-orang
disekitar dengan baik
Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil pasien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya
Nervus Kranial IV (Troklear) : Pasien mampu menggerakkan bola mata
keatas dan bawah
Nervus Kranial V (Trigeminal) : Pasien mampu mengunyah buah yang
tersedia
Nervus Kranial VI (Abdusen) : Pasien dapat menggerakkan mata kesemua
sisi

23
Nervus Kranial VII (Fasialis) : Pasien dapat mengerutkan dahi dan
mengangkat alis
Nervus Kranial VIII Pasien mampu mendengar dengan jelas
(Vestibulocochlear) :
Nervus Kranial IX Pasien dapat membedakan pahit, asam,
(Glossofaringeal) : dan manis
Nervus Kranial X (vagus) : Pasien dapat berbicara dengan baik dan
jelas
Nervus Kranial XI (aksesorius) : Pasien mampu menoleh kekanan dan kiri
Nervus Kranial XII (hipoglosus) : Pasien dapat menggerakkan lidah dengan
baik

7. Eliminasi Uri (Bladder) :


Produksi urine 600 ml, warna kuning, bau amoniak, pasien menggunakan
popok.
8. Eliminasi Alvi (Bowel) :
Keadaan bibir dan mulut pasien lembab, gigi tampak berish, tidak ada
perdangan pada gusi, lidah tampak bewarna merah muda, Keluarga pasien
mengatakan pasien BAB 1 x/hari, feses berawarna kuning, konsistesi
lembek, dan tidak keluhan lainyan
9. Tulang-otot-integumen (Bone) :
Pasien mengatakan nyeri di sekitar dada ketika banyak bergerak, nyeri
seperti ditekan, nyeri kadang-kadang muncul, skala nyeri 5, terdapat odema
pada ekstermitas bawah.
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
10. Kulit-kulit rambut :
Pasien memiliki riwayat alergi obat amoxicilin, ketika dikaji suhu tubuh
pasien hangat, warna kulit pasien normal tidak terdapat sianosis.
11. Sistem Penginderaan :
Pasien mampu melihat orang-orang disekitar dengan baik, Pasien mampu
mendengar dengan jelas.
12. Leher dan kelenjar limfe

24
Tidak dikaji
13. Sistem Reproduksi
Tidak dikaji

3.1.4 Pola fungsi kesehatan


1. Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit :
Pasien mengatakan sakit-sakitan karena sudah tua
2. Nutrisi dan metabolisme :
TB : 150 CM
BB sekarang: 45 Kg
BB sebelum sakit : 45 kg
Keluarga pasien mengatakan, pasien makan 3x sehari , jenis makanan yang
dimakan nasi, lauk, buah, sayur. Jenis minuman yang diminum pasien yaitu
air putih, menurut keluarga pasien, sebelum pasien sakit pasien minum 2
L/hari namu ketika sesudah sakit pasien minum kurang dari 2 liter.
3. Pola istirahat dan tidur :
Pasien tidur siang selama 1 jam dan tidur selama 8 jam saat malam, sebelum
sakit pasien tidur siang selama 1 jam dan tidur malam selama 8 jam
4. Kognitif :
Pasien sadar saat ditanya kapan masuk rumah sakit dari mulai kapan dibawa
dari rumah sampai di rawat di rumah sakit, pasien juga mampu mengenali
anggota keluarga dan petugas kesehatan.
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran) :
Gambaran diri : pasien menerima keadaaran dirinya yang sudah tua
Ideal diri : pasien ingin segera sembuh
6. Aktivitas sehari-hari :
7. Koping-toleransi terhadap stress :
Pasien mengatakan apabila ada masalah selalu bercerita pada keluarganya
8. Nilai-pola keyakinan :
Pasien meyakini agama yang dianut

3.1.5 Sosial-spritual

25
1. Kemampuan berkomunikasi :
Pasien mambu berkomuniasi dengan baik
2. Bahasa sehari-hari :
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa dayak
3. Hubungan dengan keluarga :
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik dan tidak ada maslah
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Pasien dapat bekerjasama dengan petugas kesehatan saat dikaji
5. Orang berarti/terdekat :
Orang terdekan daengan pasien adalah anak dan cucunya
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Pasien mengatakan menggunakan waktu luang untuk beristirahat
7. Kegiatan beribadah
Pasien mengatakan sering beribadah saat sebelum sakit
3.1.6 Data penunjang
1. Hasil pemerikasaan EKG pada tanggal 11 Maret 2022 Pukul 15.24 WIB
[uV] P+ P- Q R S R’ S’ T+ T- ST STs
[mV [o]
]
I 64 - - 485 -34 - - 64 - 0 2
II 107 - - 719 - - - 322 - 0,07 14
262
III 82 - -66 198 -100 156 - 268 - 0,07 11
254
aVR 128 -67 -96 - -595 - - - -190 0,03 -28
aVL 122 -26 - 167 -73 - - - -99 0,03 -10
aVF 94 - - 475 - - - 295 - 0,07 12
258
V1 26 - - 59 -1017 - - 156 - 0,11 16
164
V2 44 - - 982 -948 - - 392 - 0,2 41
152

26
V3 47 - - 1135 -968 - - 417 - 0,22 42
190
V4 65 - - 1541 -697 - - 428 - 0,21 43
132
V5 51 - - 1390 -305 - - 374 - 0,16 34
144
V6 - - - 1255 - - - 568 - 0,36 15
188

Pengukuran
HR : 119 /min
RR : 504 ms
QRS : 92 ms
QT/QTc : 324/ 456 ms
P/PQ9PR) : 120/ 134 ms
P/QRS/T : 75o/ 37o / 82o

2. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 12 Maret 2022 pukul 07.05


WIB
PARAMETERS UNIT REFERENCE RANGES
WBC 11.18 + [10^3/uL] (4,50 – 11,00)
RBC 4,30 [10^6/uL] (4,00 – 6,00)
HGB 15,1 [g/dL] (10,5 – 18,0)
HCT 104,7 + [fL] (37,0 – 48,0)
MCV 35,1 + [pg] (86,6 – 102,0)
MCH 33.6 + [g/dL] (25,6 – 30,7)
MCHC 187 [10^3/uL] (28,2 – 31,5)
PLT 48,6 [fL] (150 – 400)
RDW-SD 12,4 [%] (38,0 – 50,0)
RDW-CV 8,8 - [fL] (11,2 – 13,7)
PDW 9,2 [fL] (9,5 – 15,2)
MPV 18.4 - [%] (9,2 – 12,1)

27
P-LCR 0.17 – [%]
PCT
NEUT 8,17 + [10^3/uL] (1,50 – 7,00)

LYMPH 1,50 [10^3/uL] (1,00 – 3,70)

MONO 1,27 + [10^3/uL] (0,00 – 0,70)

EO 0,23 [10^3/uL] (0,00 – 0,40)

BASO 0,01 [10^3/uL] (0,00 – 0,10)

IG 0,17 [10^3/uL]
NEUT% 73,0 + [%] (37,0 – 72,0)

LYMPH% 13,4 – [%] (20,0 – 50,0)

MONO% 11,4 [%] (0,0 – 14,0)

EO% 2,1 [%] (0,0 – 6,0)

BASO% 0,1 [%] (0,0 – 1,0)

IG% 1,5 [%]

3.1.7 Penatalaksanaan medis


Terapi Dosis Indikasi
Pemberian oksigenasi, 4 L/menit sebagai terapi oksigen
nasal kanul pada pasien yang dapat
bernafas spontan namun
membutuhkan dukungan
oksigen konsentrasi
rendah hingga sedang
Infus RL 2000 ml/24 14 tpm Sebagai pengganti cairan
jam ekstrasel yang hilang
atau mengatasi dehidrasi
isotonik.
Injeksi cefotaxime (ST-) 3 x 1 gr antibiotik yang untuk
mengobati berbagai
macam infeksi bakteri,
seperti: infeksi
pernapasan bagian

28
bawah, infeksi saluran
kemih, meningitis,
Injeksi Lanzoprazole 1 x 30 mg untuk mengatasi kondisi
yang berkaitan dengan
peningkatan asam
lambung.

Mahasiswa,

Virgo Mandala Putra

3.2 Diagnosa Keperawatan


ANALISI DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Kerusakan alveoli Pola napas tidak efektif
Pasien mengatakan kadang-
kadang batuk dan sesak Perpindahan cairan
napas interastinum ke alveolus
DO:
- Tampak terpasang Peningkatan gaya yang

nasal kanul 4 L/menit dibutuhkan untuk

- TTV : mengembangkan alveolus

Suhu : 36,2oC
Nadi : 94 x/mnt Peningkatan usaha nafas

RR : 17 x/mnt
Dyspnea
TD : 110/60 mmHg

29
SPO2 : 96 %
Pola napas tidak efektif
DS : Pelepasan neurotransmitter Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri di (histamine, bradikinin,
sekitar dada ketika banyak prostaglandin)
bergerak
DO : Berikatan dengan reseptor
- Nyeri muncul saat nyeri
banyak bergerak, nyeri
seperti di tekan, nyeri Impuls nyeri masuk ke

berada di area lapang Thalamus

dada, skala nyeri 5, nyeri


kadang-kadang muncul Nyeri akut

- TTV :
Suhu : 36,2oC
Nadi : 94 x/mnt
RR : 17 x/mnt
TD : 110/60 mmHg
SPO2 : 96 %

30
PRIORITAS MASALAH

31
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan pola napas ditandai dengan
batuk dan dispena
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis ditandai dengan Nyeri
muncul saat banyak bergerak, nyeri seperti di tekan, nyeri berada di area lapang
dada, skala nyeri 5, nyeri kadang-kadang muncul

32
3.3 Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Ny.S
Ruang Rawat : Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
1. Pola napas tidak efektif Pola napas SLKI (L.01004) Pemantauan respirasi
berhubungan dengan keletihan Setelah dilakukan tindakan (I.01014)
otot pernafasan yang ditandai keperawatan selama 1x4 jam Observasi
dengan batuk dan dispena pertemuan diharapkan pola - Monitor frekuensi, irama,
napas membaik dengan kedalaman dan upaya napas
KRITERIA HASIL : - Monitor pola napas
1. Dispnea menurun - Monitor adanya sumbatan
2. Penggunaan otot bantu jalan napas
napas menurun - Auskultasi bunyi napas
3. Frekuensi napas membaik Terapeutik
- Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

33
- Informasikan hasil
pemeriksaan, jika perlu
2. Nyeri akut berhubungan Tingakt Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I. 08238)
dengan agen pencidera Setelah dilakukan tindakan Observasi
fisiologis ditandai dengan Nyeri keperawatan selama 1x4 jam - Identifikasi lokasi,
muncul saat banyak bergerak, pertemuan diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
nyeri seperti di tekan, nyeri nyeri membaik dengan frekuensi, kualitas,
berada di area lapang dada, KRITERIA HASIL : intensitas nyeri
skala nyeri 5, nyeri kadang- 1. Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
kadang muncul 2. Pola napas membaik - Identifikasi respon nyeri
non verbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,

34
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Edukasi
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

35
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Hari/ Tanggal Jam Impelentasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan Nama
Perawat
Selasa, 15 Maret 2022 pukul 1. Melaskan tujuan dan 1. Setelah dijelaskan, pasien
14.0 WIB prosedur pemantauan tampak memahami tujuan
2. Memonitor frekuensi, irama, dan prosedur pemantauan
kedalaman dan upaya napas 2. RR : 20 x/menit, irama napas
3. Memonitor pola napas naik turun,
4. Memonitor adanya 3. Pola napas masih belum VIRGO MANDALA PUTRA
sumbatan jalan napas stabil, kadang-kadang pasien
5. Mengauskultasi bunyi napas masih merasa sesak
4. Terdapat sumbatan pada jalan
napas
5. Terdengar suara ronchi
Selasa, 15 Maret 2022 Pukul 1. Mengidentifikasi lokasi, 1. Lokasi nyeri berada di area
14.30 WIB karakteristik, durasi, lapang dada, nyeri seperti
frekuensi, kualitas, ditekan, nyeri hilang timbul
intensitas nyeri 2. Skala nyeri 4 VIRGO MANDALA PUTRA
2. Mengidentifikasi skala nyeri 3. Pasien tampak meringis saat

36
3. Mengidentifikasi respon terjadi nyeri
nyeri non verbal 4. Nyeri terasa sangat berat saat
4. Mengidentifikasi faktor pasien banyak bergerak
yang memperberat dan 5. Setelah diajarkan, pasien
memperingan nyeri tampak memahami teknik
5. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
nonfarakologis, terknik
relaksasi napas dalam

37
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

OLEH :

VIRGO MANDALA PUTRA


NIM: 2019.C.11a.1033

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021

38
LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SAP : TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM

A. Topik
Pendidikan
B. Sasaran
Pasien
C. Tujuan
Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, pasien dan keluarga mampu
memahami dan mampu menjelaskan tentang Teknik Relaksasi Napas Dalam
Tujuan Instruksi Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga mampu :
1. Menyebutkan pengertian teknik relaksasi nafas dalam.
2. Menyebutkan jenis-jenis teknik relaksasi nafas dalam
3. Menyebutkan tujuan relaksasi nafas dalam
4. Menjelaskan penatalaksanaan relaksasi nafas dalam
D. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
E. Media
Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selembar mengenai informasi Teknik Relaksasi Napas dalam
F. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Selasa, 15 Maret 2022
2. Pukul : 11.30-12.00 s/d
3. Alokasi : 20 Menit
No. Kegiatan Waktu Metode
1. Pendahuluan: 5 menit - Menjawab salam
- Mendengarkan
- Memberi salam dan

39
- Menjawab
memperkenalkan diri
pertanyaan
- Menjelaskan maksud dan
tujuan penyuluhan
- Melakukan evaluasi vadilasi
2. Penyajian: 7 menit - Mendengarkan
dengan seksama
- Menjelaskan
- Mengajukan
pengertianteknik relaksasi
pertanyaan
nafas dalam
- Menjelaskan tujuan
relaksasi nafas dalam
- Menjelaskan manfaat
relaksasi nafas dalam
- Menjelaskan
penatalaksanaan relaksasi
nafas dalam.
3. Evaluasi: 5 menit - Menjawab
- Mendemonstrasi
- Memberikan pertanyaan
akhir dan evaluasi
4. Terminasi : 5 menit - Mendengarkan
- Menjawab salam
- menyimpulkan bersama-
sama hasil kegiatan
penyuluhan
- menutup penyuluhan dan
mengucapkan salam

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur

40
1) Pasien dan keluarga ada di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya,
ruang 5 Gardenia
2) Penyelenggaraan di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, ruang 5
Gardenia
2. Evaluasi Proses
1) Pasien antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang “Teknik
Relaksasi Napas Dalam”
2) Pasien dan keluarga menjawab pertanyaan secara benar tentang
materi penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
1. Pasien dan keluarga sudah mengerti dan memahami tentang
“Pengertian Teknik Relaksasi Napas Dalam”.
2. Pasien dan keluarga sudah mengerti dan memahami tentang “Tujuan
Teknik Relaksasi Napas Dalam”.
3. Pasien dan keluarga sudah mengerti dan mehamai tentang “Manfaat
Teknik Relaksasi Napas Dalam”.
4. Pasien dan keluarga sudah mengerti dan mehamai tentang
“Penatalaksaan Teknik Relaksasi Napas Dalam”.

41
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan,
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.
Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang
mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi
menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan
ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot
Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada
klien yang mengalami nyeri kronis. Relaksasi sempurna dapat mengurangi
ketegangan otot, rasa jenuh dan kecemasan sehingga mencegah
menghebatnya stimulus nyeri.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa relaksasi merupakan
metode efektif untuk menurunkan nyeri yang merupakan pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan dengan mekanismenya
yang menghentikan siklus nyeri.
B. Tujuan Nafas Dalam
Smeltzer & bare menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi nafas dalam
adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasis paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi setres
baik setres fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan
menurunkan kecemasan.
C. Manfaat Relaksasi Nafas Dalam

1. Membuat lebih mampu menghindari stress


2. Mengurangi bahkan mengatasi masalah yang berhubungan dengan
stressseperti: sakit kepala, pusing, sulit tidur, hipertensi, mual, muntah,
nyeri punggung dan nyeri lainnya.

42
3. Menurunkan dan mengatasi kecemasan
4. Membantu menyembuhkan penyakit tertentu seperti darah tinggi dsb
5. Meningkatkan penampilan kerja dan social
D. Penatalaksanaan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan kita lakukan pada pasien.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang
4. Usahakan tetap rileks dan tenang
5. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
6. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
7. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
8. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
9. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
10. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
11. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
12. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
13. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
14. Lakukan evaluasi
15. Cuci tangan

43
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Ngastiyah, 2015. Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Anwar A. 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 8 No 8.
Nugroho T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam cetakan 1. Yogyakarta : Penerbit Nuha Medika
Riskesdas, 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan. Diunduh dari
http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset Kesehatan-
Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-2018
Teery & Sharon. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik ed 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

44
Leaflet

45
LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Virgo Mandala Putra


NIM : 2019.C.11a.1033
Tingkat / Prodi : III-A / S1 Keperawatan
Pembimbing :RimbaAprianti , S Kep, Ners

N Hari/Tan CatatanPembimbing TTD


o. ggal Mahasiswa Pembimbing
1. Jum’at, 18 1. Bimbingan Pre Conference
Tingkat 3A Keperawatan is inviting you to a
Maret 2022
scheduled Zoom meeting.
Topic: Pre Conference LP & ASKEP
kelompok 2 Virgo Mandala
Time: Mar 18, 2022 09:00 AM Jakarta
Join Zoom Meeting Putra
https://zoom.us/j/96618798262?
pwd=YllHMkJQM0FQVCtxbFE4NG1QcG0
3QT09
Meeting ID: 966 1879 8262
Passcode: vyd3Bv

46
2. Sabtu, 19 1. Melaksanakan bimbingan askep
2. Perbaiki sitematika penulisan
Maret 3. Tambahkan data pengkajian
2022 4. Perbaiki diagnosa, intervensi, dan
evaluasi
Tingkat 3A Keperawatan is inviting you to a Virgo Mandala
scheduled Zoom meeting. Putra
Topic: Conference LP & ASKEP kelompok 2
Time: Mar 19 , 2022 09:00 AM Jakarta
Join Zoom Meeting
https://zoom.us/j/96618798262?
pwd=YllHMkJQM0FQVCtxbFE4NG1QcG0
3QT09
Meeting ID: 966 1879 8262
Passcode: vyd3Bv

47
3 Sabtu, 90 1. Post conference
Maret Ahmad Junaidi is inviting you to a scheduled
Zoom meeting.
2022
Topic: konsultasi Askep Kelompok 2
Virgo Mandala
Time: Mar 19, 2022 04:15 PM Jakarta
Putra
Join Zoom Meeting
https://us04web.zoom.us/j/7721905390?
pwd=bDIvcVR4U09zTVRBeHlVWkpEWE1
Gdz09
Meeting ID: 772 190 5390
Passcode: 123456

48
49

Anda mungkin juga menyukai