Dosen Pembimbing
Ns. Oryza intan suri.,S.Kep,Ners.
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1
KATA PENGANTAR...................................................................................... 3
DAFTAR ISI.................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 4
1.2 Tujuan penulis ........................................................................ 6
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Etiologi.................................................................................... 7
2.2 Klasifikasi ............................................................................... 8
2.3 Patofisiologi............................................................................ 9
2.4 Manifestasi klinis.................................................................... 10
2.5 Penatalaksanaan…………………………………………….. 11
2.6 Pemeriksaan penunjang .......................................................... 12
2.7 Penatalaksanaan gawat darurat lansia ................................... 13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................... 15
BABA IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 19
B. Saran......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-
Nya sehingga makalah dengan berjudul ‘Penyakit Pneumonia pada anak’ dapat selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas keperawatan anak dari ibu Ns. Oryza intan
suri.,S.Kep,Ners. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca tentang Konsep Seksualitas dalam keperawatan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Penulis
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
pneumonia pada balita (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Provinsi Bali dalam “ Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2018” pneumonia
termasuk ke dalam salah satu penyebab kematian terbesar pada balita lebih banyak
dibanding dengan gabungan penyakit menular lainnya, di dunia setiap tahun diperkirakan
lebih dari 2 juta balita meninggal karena pneumonia (1 balita/20 detik) dari 9 juta total
kematian balita, diantara 5 kematian balita, 1 di antaranya disebabkan oleh pneumonia
(Dinkes, 2019). Jumlah kasus pneumonia paling tinggi berada di kabupaten Klungkung
sebesar 128,9% yang kedua berada di kabupaten karangasem sebesar 108,9% dan ketiga
dikabupaten Gianyar sebesar 95,8% sedangkan yang terendah yaitu di kabupaten Bangli
sebesar 17,9%. Tabanan menduduki urutan ke 5 kasus pneumonia di Bali, jumlah kasus
pneumonia yang ditemukan di Kabupaten Tabanan tahun 2018 yaitu sebanyak 194 3 pada
tahun 2018 dan 169 pada tahun 2019 kasus pneumonia pada balita di kabupaten Tabanan
(Dinkes Tabanan, 2018). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riski tahun 2017 menunjukan
bahwa diagnosis gangguan pertukaran gas dapat ditegakkan karena pada pasien ditemukan
6 dari11 gejala dari kriteria diagnosis yaitu didapatkan adanya suara nafas tambahan ronchi
disertai penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung, dispnea,
hiperkapnea, hipoksia dan pH darah arteri abnormal, jika pada pasien pneumonia dibiarkan
maka dapat menyebabkan terjadinya kolaps pada paru (Frini et al., 2018). Tingginya angka
kejadian pneumonia pada anak menunjukkan pentingnya pemberian rencana keperawatan
yang tepat untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh pneumonia, adapun pengkajian
yang akan dilakukan oleh peneliti untuk menangani masalah gangguan pertukaran gas pada
anak dengan pneumonia yaitu meliputi pengkajian yang berfokus pada pemeriksaan fisik
untuk melihat tanda-tanda gangguan pertukaran gas yang berupa dhiaporesis, dispnea, sakit
kepala saat bangun, hiperkapnea,hipoksia, iritabilitas, napas cuping hidung, gelisah,
somnolen, takikardia, pH darah arteri abnormal, intervensi yang dapat dilakukan yaitu
monitor tanda-tanda vital, monitor respirasi dan status O2, auskultasi suara napas
tambahan, kolaborasikan pemberian oksigen bila perlu (Rasyid, 2013).
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
judul : “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak Pneumonia dengan Gangguan
Pertukaran Gas di Ruang Anggrek BRSU Tabanan Tahun 2020”.
C. Tujuan Penelitian
5
1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Asuhan Keperawatan
pada Anak Pneumonia dengan Gangguan Pertukaran Gas di Ruang Anggrek BRSU Tabanan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada
anak pneumonia dengan gangguan pertukaran gas.
b. Dapat membantu menerapkan pemberian asuhan keperawatan pada anak pneumonia
dengan gangguan pertukaran gas.
c. Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi institusi pendidikan dalam memberikan
asuhan keperawatan di masa yang akan datang.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman yang nyata untuk melakukan observasi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia dalam mengatasi gangguan
pertukaran gas dan untuk menambah pengetahuan peneliti khususnya dalam
penatalaksanaan keperawatan pada anak dengan pneumonia.
b. Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada anak pneumonia dengan gangguan
pertukaran gas.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Pneumonia Pneumonia merupakan salah satu infeksi saluran pernafasan akut yang
disebabkan oleh mikroorganisme di ujung bronkhiolus dan alveoli, penggunaan antibiotik spektrum
luas yang terlalu sering untuk mengobati pneumonia dapat meningkatkan resistensi bakteri
terhadap antibiotik sehingga pemberian antibiotik harus berdasarkan pola resistensi bakteri yang
menyebabkan pneumonia (Sulistyaningrum, 2016). Pneumonia adalah suatu infeksi peradangan
yang mengenai parenkim paru. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, seperti bakteri,
virus maupun jamur (Chairani & Ma’mun, 2015). Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan
tahun 2018 Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang dapat
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri, gejala penyakit
pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas
(Dinkes Tabanan, 2018).
2.1 Etiologi
1. Bakteri
Pneumonia bakteri didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif seperti:Streptococcus
pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negative seperti
Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa
2. Virus
3. Jamur
7
serta kompos.
4. Protozoa
mikroorganisme:
1. Bahan kimia.
3. Merokok.
2.2 Klasifikasi
1. Berdasarkan anatomi:
8
tersumbat oleh eksudat mukopurulen dan membentuk bercak
a. Pneumonia komunitas
kardiopulmonal.
b. Pneumonia aspirasi
2.3 Patofisiologi
9
masuk ke dalam paru-paru melalui aspirasi dari nasofaring atau urofaring dan
berkembang biak pada jaringan paru, kuman masuk menuju alveolus melalui poros
kohn setelah masuk ke dalam alveolus akan terjadi reaksi peradangan atau imflamasi
hebat hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permiabilitas kapiler di
tempat infeksi yang mengakibatkan membrane pada paru-paru akan meradang dan
berlubang, dari reaksi inflamasi tersebut akan menimbulkan reaksi seperti demam,
anoreksia dan nyeri pleuritis, selanjutnya Red Blood Count (RBC) dan White, Blood
Count (WBC) dan cairan akan keluar masuk alveoli sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya sekresi, edema, dan bronkospasme yang dapat meninmbulkan manifestasi
klinis seperti dispnea, sianosis dan batuk, selain itu hal ini juga dapat menyebabkan
terjadinya partial oklusi yang dapat menjadikan daerah paru-paru menjadi padat
(konsolidasi), maka kapasitas vital dan compliance paru menurun dimana kelainan ini
dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk mempertahankan kemampuan
pertukaran gas terutama O2 dan CO2, karena oksigen kurang larut dari pada karbon
dioksida, perpindahan oksigen ke dalam darah sangat terpengaruh, yang sering
menyebabkan penurunan saturasi oksigen haemoglobin sehingga timbul masalah
gangguan pertukaran gas (M. P. Sari & Cahyati, 2019).
10
Gambar 2.3 Pathway pneumonia (Ridha, 2014)
11
2.4 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis beragam, tergantung pada organisme penebab dan penyakit pasien Brunner
& Suddarth (2011).
1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38.5 °C sampai 40.5°C).
AM
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45 kali pernapasan menit)
dan dyspnea, prtopnea ketika disangga.
4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat peningkatan suhu
tubuh (Celcius).
6. Tanda lain: infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah nyeri pleuritik,
myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid atau mukopurulen
dikeluarkan.
7. Pneumonia berat : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral.
8. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau, bergantung
pada agen penyebab.
9. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.
10. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama pasien (misal,
yang menjalani terapi imunosupresan, yang menurunkan resistensi terhadap infeksi
2.5 Penatalaksanaan
Selain itu, pengobatan pneumonia tergantung dari tingkat keparahan
gejala yang timbul. (Shaleh, 2013)
1. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
12
Dengan pemberian antibiotik yang tepat. Pengobatan harus
komplit sampai benar-benar tidak lagi muncul gejala pada
penderita. Selain itu, hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum tidak
tampak adanya bakteri pneumonia (Shaleh, 2013).
13
2.8 Pemeriksaan penunjang
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Ny.S usia 67 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan,sesak nafas dan
batuk berdahak,pada bagian kanan,KU: lemas,setelah dilakukan pemeriksaan yang
di dapat kan yaitu BB: 55 kg TB:150 cm TD:149/78mmHg N:99x/menit RR:
26x/menit S:36,8° C
b. Riwayat penyakit sekarang
Seseorag nenek di bawa ke rumah sakit setelah sesak napas,lemas dan batuk
berdahak dengan Riwayat pneumonia
c. Riwayat penyakit dahulu
- Pasien sudah pernah mengalami penyakit yang sama sebelum ya
- Tidak ada Riwayat penyakit
15
1. Pola napas tidak efektif Pola napas L.01004 Manajemen jalan nafas
berhubungan dengan gangguan Setelah dilaukan asuhan 1.01011
neuromuskular keperawatan selama 3x24 jam
maka hasilnya: Obsrvasi
Subjektif:
-monitor pola nafas
1. dispnea 1. Dispnea menurun 5
(frekuensi, kedalaman, usaha
objektif : 2. Penggunaan otot bantu
nafas)
1. pengunaan otot bantu napas menurun 5
pernafasan 3. Pemanjangan fase - monitor bunyi nafas
2. fase ekspirasi memanjang ekspirasi menurun 5 tambahan (mis.
3. pola napas abnormal 4. Frekuensi nafas Gurgling,mengi, wheezing,
(mis.takipnea,bradypnea, membaik 5 ronkhi kering)
hierventilasi ,kussmaul,Ch 5. Kedalaman nafas
eyne-stokes) membaik 5 - monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
Edukasi
16
kontraindikasi
-Pemantauan respirasi
Observasi
Edukasi
17
1. batuk tidak efektif 2. Produksi sputum
- Monitor adanya
2. sputum berlebih menurun 5
retensi sputum
- Monitor tanda dan
gejala infeksi saluran
nafas
- Monitor input dan
output cairan
Terapeutik :
Edukasi :
18
setelah tarik nafas
dalam yang ke 3
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia merupakan peradangan paru yang menyebabkan nyeri saat
bernafas dan keterbatasan intake oksigen, pneumonia dapat di sebarkan dengan
berbagai cara yaitu pada saat batuk dan bersin melalui udara yang dihirup oleh
seseorang yang tidak menderita penyakit pneumonia (WHO, 2014). Infeksi terjadi
melalui drop dan sering disebabkan oleh streptococcus pneumonia, perubahan
keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, juga
penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Pneumonia dapat terjadi pada kebanyakan
pasien dewasa yang usia lanjut lebih dari 65 tahun, merokok, alkoholisme, dan
imunitas yang memburuk. Saat terjadi inhalasi bakteri mikroorganisme penyebab
pneumonia ataupun akibat dari penyebaran secara hematogen dari tubuh dan aspirasi
melalui arifaring, tubuh pertama kali akan melakukan mekanisme pertahanan primer
dengan meningkatkan respon radang. Gejala pneumonia bisa sama namun dapat pula
berbeda, tergantung pada tingkat keparahan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
mengetahui pneumonia dapat berupa foto thorax(PA/lateral), laboratorium, Analisa
Gas Darah sputum dan kultur darah.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat dan bisa dijadikan
acuan pembaca dalam pembuatan makalah.Dan semoga makalah ini bisa diperluas
lagi isinya oleh pembaca.Kami selaku penulis mohon maaf apabila ada kesalahan kata
dan penulisan dalam makalah ini.Kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk
kesempurnaan makalah ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7463/3/BAB%20II%20Tinjauan%20pustaka.pdf
( pemeriksaan penunjang)
20