Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PNEUMONIA PADA ANAK

Dosen Pembimbing
Ns. Oryza intan suri.,S.Kep,Ners.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


1. Daut letare hutasoit (202141002)
2. Haini nurhaliza (202141006)
3. Hetti herawati harahap (202141007)
4.Nindi nadia (202141008)
5. Yasmin shinta dewi (202141017)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


ICHSAN MEDICAL CENTRE BINTARO 2021/2021

1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1
KATA PENGANTAR...................................................................................... 3
DAFTAR ISI.................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 4
1.2 Tujuan penulis ........................................................................ 6
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Etiologi.................................................................................... 7
2.2 Klasifikasi ............................................................................... 8
2.3 Patofisiologi............................................................................ 9
2.4 Manifestasi klinis.................................................................... 10
2.5 Penatalaksanaan…………………………………………….. 11
2.6 Pemeriksaan penunjang .......................................................... 12
2.7 Penatalaksanaan gawat darurat lansia ................................... 13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................... 15
BABA IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 19
B. Saran......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-
Nya sehingga makalah dengan berjudul ‘Penyakit Pneumonia pada anak’ dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas keperawatan anak dari ibu Ns. Oryza intan
suri.,S.Kep,Ners. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca tentang Konsep Seksualitas dalam keperawatan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Bintaro , 14 juni 2022

Penulis

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru. Penyakit ini disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme, seperti bakteri, virus maupun jamur. Gejala yang sering timbul
berupa batuk dan kesukaran bernafas (Chairani & Ma’mun, 2015). Proses infeksi dari
penyakit pneumonia menimbulkan beberapa tanda dan gejala sehingga dapat menimbulkan
beberapa masalah keperawatan, salah satunya yaitu gangguan pertukaran gas. Gangguan
pertukaran gas adalah keadaan seseorang mengalami penurunan gas yaitu oksigen dan
karbondioksida yang actual antara alveoli, paru-paru dan sistem vascular (E. F. Sari,
Rumende, & Harimurti, 2017). Kematian bayi dan balita terutama di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia disebabkan oleh pneumonia, pneumonia merupakan
pembunuh utama pada balita, setiap tahunnya terdapat sebanyak 2 juta bayi yang
meninggal karena pneumonia dan paling sering terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun
(Chairani & Ma’mun, 2015). Menurut WHO 2018 pneumonia adalah penyebab kematian
terbesar pada anak-anak di seluruh dunia, terdapat 15 negara dengan angka kematian
tertinggi akibat pneumonia dikalangan anak-anak, Indonesia termasuk dalam urutan ke 8
yaitu sebanyak 22.000 kematian (Frini, Rahman, & Herman, 2018). Menurut penelitian
Dharmayanti & Tjandararini tahun 2018 ada dua kelompok umur yang paling banyak
menderita pneumonia yaitu kelompok umur di bawah 1 tahun sebesar 35 persen dan
kelompok umur 1 – 4 tahun sebesar 42 persen, hal ini menandakan kedua kelompok 2 umur
ini rentan terhadap penyakit pneumonia karena sistem pertahanan tubuh masih dalam
tahap perkembangan sehingga mudah terkena penyakit infeksi (Dharmayanti & Tjandararini,
2018). Menurut Riskesdas tahun 2018 insiden kejadian pneumonia pada anak didapatkan
angka insiden pneumonia di Indonesia per 1000 balita, jumlah kasus pneumonia balita di
Indonesia tahun 2013 hingga 2017 mengalami kenaikan dan penuruna, pada tahun 2013
ditemukan kasus pneumonia balita sebanyak 571.547 kasus, kasus tersebuat mengalami
kenaikan pada tahun 2014 menjadi 657.490 kasus dan penurunan terjadi pada tahun 2015
dengan besaran 554.650 kasus, namun pada tahun 2016 kembali mengalami kenaikan
hingga sebanyak 568.146 kasus dan menurun pada tahun 2017 sebesar 511.434 kasus

4
pneumonia pada balita (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Provinsi Bali dalam “ Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2018” pneumonia
termasuk ke dalam salah satu penyebab kematian terbesar pada balita lebih banyak
dibanding dengan gabungan penyakit menular lainnya, di dunia setiap tahun diperkirakan
lebih dari 2 juta balita meninggal karena pneumonia (1 balita/20 detik) dari 9 juta total
kematian balita, diantara 5 kematian balita, 1 di antaranya disebabkan oleh pneumonia
(Dinkes, 2019). Jumlah kasus pneumonia paling tinggi berada di kabupaten Klungkung
sebesar 128,9% yang kedua berada di kabupaten karangasem sebesar 108,9% dan ketiga
dikabupaten Gianyar sebesar 95,8% sedangkan yang terendah yaitu di kabupaten Bangli
sebesar 17,9%. Tabanan menduduki urutan ke 5 kasus pneumonia di Bali, jumlah kasus
pneumonia yang ditemukan di Kabupaten Tabanan tahun 2018 yaitu sebanyak 194 3 pada
tahun 2018 dan 169 pada tahun 2019 kasus pneumonia pada balita di kabupaten Tabanan
(Dinkes Tabanan, 2018). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riski tahun 2017 menunjukan
bahwa diagnosis gangguan pertukaran gas dapat ditegakkan karena pada pasien ditemukan
6 dari11 gejala dari kriteria diagnosis yaitu didapatkan adanya suara nafas tambahan ronchi
disertai penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung, dispnea,
hiperkapnea, hipoksia dan pH darah arteri abnormal, jika pada pasien pneumonia dibiarkan
maka dapat menyebabkan terjadinya kolaps pada paru (Frini et al., 2018). Tingginya angka
kejadian pneumonia pada anak menunjukkan pentingnya pemberian rencana keperawatan
yang tepat untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh pneumonia, adapun pengkajian
yang akan dilakukan oleh peneliti untuk menangani masalah gangguan pertukaran gas pada
anak dengan pneumonia yaitu meliputi pengkajian yang berfokus pada pemeriksaan fisik
untuk melihat tanda-tanda gangguan pertukaran gas yang berupa dhiaporesis, dispnea, sakit
kepala saat bangun, hiperkapnea,hipoksia, iritabilitas, napas cuping hidung, gelisah,
somnolen, takikardia, pH darah arteri abnormal, intervensi yang dapat dilakukan yaitu
monitor tanda-tanda vital, monitor respirasi dan status O2, auskultasi suara napas
tambahan, kolaborasikan pemberian oksigen bila perlu (Rasyid, 2013).

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
judul : “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak Pneumonia dengan Gangguan
Pertukaran Gas di Ruang Anggrek BRSU Tabanan Tahun 2020”.

C. Tujuan Penelitian

5
1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Asuhan Keperawatan
pada Anak Pneumonia dengan Gangguan Pertukaran Gas di Ruang Anggrek BRSU Tabanan.

1.2 Tujuan Khusus


a. Mengobservasi data mayor dan minor yang dilakukan oleh perawat pada Anak Pneumonia
dengan Gangguan Pertukaran Gas.
b. Mengobservasi diagnosa keperawatan yang dirumuskan oleh perawat pada Anak
Pneumonia dengan Gangguan Pertukaran Gas.
c. Mengobservasi intervensi keperawatan yang dilakukan oleh perawat pada Anak
Pneumonia dengan Gangguan Pertukaran Gas.
d. Mengobservasi implementasi keperawatan yang dilakukan oleh perawat pada Anak
Pneumonia dengan Gangguan Pertukaran Gas.
e. Mengobservasi respon pasien yang dilakukan oleh perawat pada Anak Pneumonia dengan
Gangguan Pertukaran Gas.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada
anak pneumonia dengan gangguan pertukaran gas.
b. Dapat membantu menerapkan pemberian asuhan keperawatan pada anak pneumonia
dengan gangguan pertukaran gas.
c. Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi institusi pendidikan dalam memberikan
asuhan keperawatan di masa yang akan datang.

2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman yang nyata untuk melakukan observasi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia dalam mengatasi gangguan
pertukaran gas dan untuk menambah pengetahuan peneliti khususnya dalam
penatalaksanaan keperawatan pada anak dengan pneumonia.
b. Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada anak pneumonia dengan gangguan
pertukaran gas.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Pneumonia

A. Konsep Dasar Pneumonia Pneumonia merupakan salah satu infeksi saluran pernafasan akut yang
disebabkan oleh mikroorganisme di ujung bronkhiolus dan alveoli, penggunaan antibiotik spektrum
luas yang terlalu sering untuk mengobati pneumonia dapat meningkatkan resistensi bakteri
terhadap antibiotik sehingga pemberian antibiotik harus berdasarkan pola resistensi bakteri yang
menyebabkan pneumonia (Sulistyaningrum, 2016). Pneumonia adalah suatu infeksi peradangan
yang mengenai parenkim paru. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, seperti bakteri,
virus maupun jamur (Chairani & Ma’mun, 2015). Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan
tahun 2018 Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang dapat
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri, gejala penyakit
pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas
(Dinkes Tabanan, 2018).

2.1 Etiologi

Menutut Padila (2013) etiologi pneumonia:

1. Bakteri

Pneumonia bakteri didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif seperti:Streptococcus
pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negative seperti
Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa

2. Virus

Disebabkan virus influenza yang menyebar melalui droplet.

Penyebab utama pneumonia virus ini yaitu Cytomegalovirus.

3. Jamur

Disebabkan oleh jamur hitoplasma yang menyebar melalui udara

yang mengandung spora dan ditemukan pada kotoran burung, tanah

7
serta kompos.

4. Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).

Biasanya pada pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves,

2013). Penyebaran infeksi melalui droplet dan disebabkan oleh

streptococcus pneumonia, melalui selang infus yaitu stapilococcus

aureus dan pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan

enterobacter. Dan bisa terjadi karena kekebalan tubuh dan juga

mempunyai riwayat penyakit kronis.

Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia yaitu dari Non

mikroorganisme:

1. Bahan kimia.

2. Paparan fisik seperti suhu dan radiasi (Djojodibroto, 2014).

3. Merokok.

4. Debu, bau-bauan, dan polusi lingkungan (Ikawati, 2016)

2.2 Klasifikasi

Menurut pendapat Amin & Hardi (2015)

1. Berdasarkan anatomi:

a. Pneumonia lobaris yaitu terjadi pada seluruh atau sebagian besar

dari lobus paru. Di sebut pneumonia bilateral atau ganda apabila

kedua paru terkena.

b. Pneumonia lobularis, terjadi pada ujung bronkhiolus, yang

8
tersumbat oleh eksudat mukopurulen dan membentuk bercak

konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.

c. Pneumonia interstitial, proses inflamasi yang terjadi didalam

dinding alveolar dan interlobular.

2. Berdasarkan inang dan lingkungan

a. Pneumonia komunitas

Terjadi pada pasien perokok, dan mempunyai penyakit penyerta

kardiopulmonal.

b. Pneumonia aspirasi

Disebabkan oleh bahan kimia yaitu aspirasi bahan toksik, dan

akibat aspirasi cairan dari cairan makanan atau lambung.

c. Pneumonia pada gangguan imun

Terjadi akibat proses penyakit dan terapi. Disebabkan oleh

kuman pathogen atau mikroorganisme seperti bakteri, protozoa,

parasite, virus, jamur dan cacing

2.3 Patofisiologi

Mikroorganisme penyebab pneumonia yaitu bakteri, virus, jamur dan


protozoa. mikroorganisme tersebut masuk ke dalam saluran pernafasan melalui
inhalasi udara dari atmosfer, tidak hanya itu mikroorganisme penyebab pneumonia
dapat masuk ke dalam paru-paru melalui aspirasi dari nasofaring atau urofaring dan
berkembang biak pada jaringan paru , kuman masuk menuju alveolus melalui poros
kohn setelah masuk ke dalam alveolus akan terjadi reaksi peradangan atau imflamasi
hebat hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permiabilitas kapiler di
tempat infeksi yang mengakibatkan membrane pada paru-paru akan meradang dan
berlubang (Efni, Machmud, & Pertiwi, 2016).

Mikroorganisme tersebut masuk ke dalam saluran pernafasan melalui inhalasi


udara dari atmosfer, tidak hanya itu mikroorganisme penyebab pneumonia dapat

9
masuk ke dalam paru-paru melalui aspirasi dari nasofaring atau urofaring dan
berkembang biak pada jaringan paru, kuman masuk menuju alveolus melalui poros
kohn setelah masuk ke dalam alveolus akan terjadi reaksi peradangan atau imflamasi
hebat hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permiabilitas kapiler di
tempat infeksi yang mengakibatkan membrane pada paru-paru akan meradang dan
berlubang, dari reaksi inflamasi tersebut akan menimbulkan reaksi seperti demam,
anoreksia dan nyeri pleuritis, selanjutnya Red Blood Count (RBC) dan White, Blood
Count (WBC) dan cairan akan keluar masuk alveoli sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya sekresi, edema, dan bronkospasme yang dapat meninmbulkan manifestasi
klinis seperti dispnea, sianosis dan batuk, selain itu hal ini juga dapat menyebabkan
terjadinya partial oklusi yang dapat menjadikan daerah paru-paru menjadi padat
(konsolidasi), maka kapasitas vital dan compliance paru menurun dimana kelainan ini
dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk mempertahankan kemampuan
pertukaran gas terutama O2 dan CO2, karena oksigen kurang larut dari pada karbon
dioksida, perpindahan oksigen ke dalam darah sangat terpengaruh, yang sering
menyebabkan penurunan saturasi oksigen haemoglobin sehingga timbul masalah
gangguan pertukaran gas (M. P. Sari & Cahyati, 2019).

10
Gambar 2.3 Pathway pneumonia (Ridha, 2014)

11
2.4 Manifestasi Klinis

Gambaran klinis beragam, tergantung pada organisme penebab dan penyakit pasien Brunner
& Suddarth (2011).

1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38.5 °C sampai 40.5°C).
AM

2. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk.

3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45 kali pernapasan menit)
dan dyspnea, prtopnea ketika disangga.

4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat peningkatan suhu
tubuh (Celcius).

5. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi


mikroplasma, atau infeksi organisme Legionella.

6. Tanda lain: infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah nyeri pleuritik,
myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid atau mukopurulen
dikeluarkan.

7. Pneumonia berat : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral.

8. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau, bergantung
pada agen penyebab.

9. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.

10. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama pasien (misal,
yang menjalani terapi imunosupresan, yang menurunkan resistensi terhadap infeksi

2.5 Penatalaksanaan
Selain itu, pengobatan pneumonia tergantung dari tingkat keparahan
gejala yang timbul. (Shaleh, 2013)
1. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri

12
Dengan pemberian antibiotik yang tepat. Pengobatan harus
komplit sampai benar-benar tidak lagi muncul gejala pada
penderita. Selain itu, hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum tidak
tampak adanya bakteri pneumonia (Shaleh, 2013).

a. Untuk bakteri Streptococcus pneumonia


Dengan pemberian vaksin dan antibotik. Ada dua vaksin
yaitu pneumococcal conjugate vaccine yaitu vaksin
imunisasi bayi dan untuk anak dibawah usia 2 tahun dan
pneumococcal polysaccharide vaccine direkomendasikan
bagi orang dewasa. Antibiotik yang digunakan dalam
perawatan tipe pneumonia ini yaitu penicillin, amoxicillin,
dan clavulanic acid, serta macrolide antibiotics (Shaleh,
2013).
b. Untuk bakteri Hemophilus influenzae
Antibiotik cephalosporius kedua dan ketiga, amoxillin dan
clavulanic acid, fluoroquinolones, maxifloxacin oral,
gatifloxacin oral, serta sulfamethoxazole dan trimethoprim.
(Shaleh, 2013).
c. Untuk bakteri Mycoplasma
Dengan antibiotik macrolides, antibiotic ini diresepkan
untuk mycoplasma pneumonia, (Shaleh, 2013).
2. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus
Pengobatannya sama dengan pengobatan pada penderita flu. Yaitu
banyak beristirahat dan pemberian nutrisi yang baik untuk
membantu daya tahan tubuh. Sebab bagaimana pun juga virus
akan dikalahkan juka daya tahan yubuh sangat baik, (Shaleh,
2013).

3. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur


Cara pengobatannya akan sama dengan cara mengobati penyakit
jamur lainnya. Hal yang paling penting adalah pemberian obat anti
jamur agar bisa mengatasi pneumonia (Shaleh, 2013).

13
2.8 Pemeriksaan penunjang

Menurut Ryusuke dan Damayanti (2017) pemeriksaan penunjang penyakit

pneumonia adalah sebagai berikut:

a. Rontgen thorax atau sinar X : Mengidentifikasi distribusi structural, dapat


juga menyatakan abses luas/infiltrate, empysema (stapilococcus). Infiltrasi
penyebaran atau terlokalisasi (bakterial) atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul
(virus). Pneumonia mikroplasma sinar X dada mungkin bersih.

b. Pemeriksaan laboratorium lengkap : Terjadi peningkatan leukosit dan


peningkalan LED. LED meningkat terjadi karena hipoksia, volume menurun, tekanan
jalan napas meningkat.

c. Pemeriksaan mikrobiologi yaitu pemeriksaan gram atau kultur sputum dan


darah yang diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, atau biopsi atau
pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.

d. Analisis gas darah : Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya


kerusakan paru-paru.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a. Identitas
Ny.S usia 67 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan,sesak nafas dan
batuk berdahak,pada bagian kanan,KU: lemas,setelah dilakukan pemeriksaan yang
di dapat kan yaitu BB: 55 kg TB:150 cm TD:149/78mmHg N:99x/menit RR:
26x/menit S:36,8° C
b. Riwayat penyakit sekarang
Seseorag nenek di bawa ke rumah sakit setelah sesak napas,lemas dan batuk
berdahak dengan Riwayat pneumonia
c. Riwayat penyakit dahulu
- Pasien sudah pernah mengalami penyakit yang sama sebelum ya
- Tidak ada Riwayat penyakit

DIAGNOSA DAN RENCANA KEPERAWATAN PNEUMONIA


Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
SDKI Perencanaan keperawatan
SLKI SIKI

15
1. Pola napas tidak efektif Pola napas L.01004 Manajemen jalan nafas
berhubungan dengan gangguan Setelah dilaukan asuhan 1.01011
neuromuskular keperawatan selama 3x24 jam
maka hasilnya: Obsrvasi
Subjektif:
-monitor pola nafas
1. dispnea 1. Dispnea menurun 5
(frekuensi, kedalaman, usaha
objektif : 2. Penggunaan otot bantu
nafas)
1. pengunaan otot bantu napas menurun 5
pernafasan 3. Pemanjangan fase - monitor bunyi nafas
2. fase ekspirasi memanjang ekspirasi menurun 5 tambahan (mis.
3. pola napas abnormal 4. Frekuensi nafas Gurgling,mengi, wheezing,
(mis.takipnea,bradypnea, membaik 5 ronkhi kering)
hierventilasi ,kussmaul,Ch 5. Kedalaman nafas
eyne-stokes) membaik 5 - monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)

Terapeutik

-Pertahankan kepatenan jalan


nafas dengan head tilt dan
chin lift ( jaw thrust jika
curiga trauma servikal)

-Posisikan semi fowler atau


fowler

-Berikan minum hangat

-Lakukan fisioterapi dada,


jika perlu

-Berikan oksigen jika perlu

Edukasi

-Anjurkan supan cairan


2000ml/ hari jika tidak

16
kontraindikasi

-Ajarkan Teknik batuk efektif

-Pemantauan respirasi

Observasi

-monitor frekuensi, irama,


kedalaman dan upaya napas

- monitor pola napas

- monitor kemampuan batuk


efektif

- monitor adanya produksi


sputum

- monitor adanya sumbatan


jalan napas

- auskultasi bunyi napas

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan

2. Bersihan jalan nafas tidak Bersihan jalan nafas L.01001


Latihan batuk efektif I.01006
efektif berhubungan Setelah dilakuka asuhan
dengan proses infeksi keperawatan selama 324jam Observasi :
D.0149 maka hasilnya :
Subjektif : - 1. Batuk efektif - Identifikasi

Objektif : meningkat 5 kemampuan batuk

17
1. batuk tidak efektif 2. Produksi sputum
- Monitor adanya
2. sputum berlebih menurun 5
retensi sputum
- Monitor tanda dan
gejala infeksi saluran
nafas
- Monitor input dan
output cairan

Terapeutik :

- Atur posisi semi


fowler atau fowler
- Pasang perlak dan
bengkok dipangkuan
pasien
- Buang secret pada
tempat sputum

Edukasi :

- Jelaskan tujuan dan


prosedur batuk efektif
- Anjurkan Tarik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluarkan
dari mulut dengan
bibir mencucu selama
8 detik
- Anjurkan mengulangi
Tarik nafas dalam
hingga tiga kali
- Anjurkan batuk
dengan kuat langsung

18
setelah tarik nafas
dalam yang ke 3

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia merupakan peradangan paru yang menyebabkan nyeri saat
bernafas dan keterbatasan intake oksigen, pneumonia dapat di sebarkan dengan
berbagai cara yaitu pada saat batuk dan bersin melalui udara yang dihirup oleh
seseorang yang tidak menderita penyakit pneumonia (WHO, 2014). Infeksi terjadi
melalui drop dan sering disebabkan oleh streptococcus pneumonia, perubahan
keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, juga
penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Pneumonia dapat terjadi pada kebanyakan
pasien dewasa yang usia lanjut lebih dari 65 tahun, merokok, alkoholisme, dan
imunitas yang memburuk. Saat terjadi inhalasi bakteri mikroorganisme penyebab
pneumonia ataupun akibat dari penyebaran secara hematogen dari tubuh dan aspirasi
melalui arifaring, tubuh pertama kali akan melakukan mekanisme pertahanan primer
dengan meningkatkan respon radang. Gejala pneumonia bisa sama namun dapat pula
berbeda, tergantung pada tingkat keparahan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
mengetahui pneumonia dapat berupa foto thorax(PA/lateral), laboratorium, Analisa
Gas Darah sputum dan kultur darah.

B. Saran
Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat dan bisa dijadikan
acuan pembaca dalam pembuatan makalah.Dan semoga makalah ini bisa diperluas
lagi isinya oleh pembaca.Kami selaku penulis mohon maaf apabila ada kesalahan kata
dan penulisan dalam makalah ini.Kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk
kesempurnaan makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umpo.ac.id/6165/3/BAB%202-dikonversi.pdf (etiologi, klasifikasi, manifestasi


klinis)

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7463/3/BAB%20II%20Tinjauan%20pustaka.pdf
( pemeriksaan penunjang)

20

Anda mungkin juga menyukai