Anda di halaman 1dari 25

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA BAYI DAN ANAK

DENGAN PENYAKIT KRONIS/TERMINAL

DI

Oleh :

Kelompok 9
Nazira Mustaqilla
Juraida
Nurhaliza

Dosen Pembimbing: Ns. Novita Sari,M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas
tentang “Intervensi Keperawatan Pada Bayi Dan Anak Dengan Penyakit
Kronis/Terminal” tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat serta salam penulis
hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih
banyak hal yang kurang dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat
memperbaikinya. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumber ilmu yang baru bagi kita semua. Amin.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 6
A. Konsep Medis Penyakit Pneumonia ...................................................... 6
1. Definisi ............................................................................................. 6
2. Manifestasi klinis ............................................................................. 6
3. Patofisiologi ..................................................................................... 7
4. Pemeriksaan penunjang.................................................................... 8
5. Penatalaksanaan ............................................................................... 9
B. Konsep Dasar Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak
Efektif pada Anak dengan Pneumonia ................................................... 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................... 14
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 20
A. Kesimpulan ............................................................................................ 20
B. Saran....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut yang mengenai alveoli
pada paru-paru, dengan gejala batuk yang disertai napas sesak atau napas
cepat dan risiko kematian yang tinggi. Secara klinis pada anak yang lebih tua
selalu disertai batuk dan napas cepat dan tarikan dinding dada ke dalam.
Namun pada bayi seringkali tidak disertai batuk (Lia,2019).
Menurut Kartikasari (2018) secara umum Pneumonia sendiri adalah
peradangan pada parenkim paru akibat oleh mikoorganisme antara lain seperti
bakteri, virus, jamur, parasite, Pneumonia dapat juga disebabkan oleh bahan
kimia ataupun karena paparan fisik contohnya suhu dan radiasi.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2020 menyatakan
Pneumonia masih menjadi pembunuh utama anak-anak selain diare. Dua
penyakit tersebut menyumbang 29% dari semua kematian anak-anak di
bawah usia 5 tahun dan mengakibatkan 2 juta jiwa anak-anak melayang
(WHO, 2020). Berdasarkan laporan dari UNICEF April 2021, Pneumonia
membunuh lebih banyak anak daripada penyakit menular lainnya, merenggut
jiwa lebih dari 800.000 anak balita setiap tahun, atau sekitar 2.200 setiap hari.
Secara global, terdapat lebih dari 1.400 kasus Pneumonia per 100.000 anak,
atau 1 kasus per 71 anak setiap tahun, dengan insiden terbesar terjadi di Asia
Selatan (2.500 kasus per 100.000 anak) dan Afrika Barat dan Tengah (1.620
kasus per 100.000 anak) (UNICEF, 2021).
Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018 di Indonesia, angka
prevalensi Pneumonia pada balita sebesar 2,1% mengalami penurunan
dibanding tahun 2013 sebesar 2,4 %. Sedangkan kelompok usia 1-4 tahun
memiliki prevalensi periode Pneumonia yang lebih tinggi (Balitbangkes,
2018a). Berdasarkan hasil survei, penyumbang kematian terbanyak pada
kelompok anak usia 29 hari - 11 bulan adalah penyakit infeksi. Sebelumnya
pada tahun 2020, Pneumonia menjadi masalah utama yang menyebabkan
73,9% kematian pada anak. Sementara pada kelompok anak balita (12 - 59

1
bulan), Pneumonia menempati penyebab kematian kedua setelah diare
(Kementerian Kesehatan RI, 2020). Tahun 2018 berdasarkan RIKESDAS
Provinsi Bali, prevalensi Pneumonia sebesar 1,59% (Balitbangkes, 2018b).
Kasus Pneumonia di Provinsi Bali hingga menyebabkan kematian balita
masih didominasi oleh Pneumonia sebesar 10% (Dinas Kesehatan Provinsi
Bali, 2019).
Kabupaten Klungkung pada tahun 2019, angka prevalensi Pneumonia
pada balita mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya menjadi
2,8 %. Namun pada tahun 2020 prevalensi pnemonia mulai menurun menjadi
2,0 % dengan cakupan penemuan penderita Pneumonia pada anak sudah
mencapai 96,6 %. Walaupun demikian, masih diharapkan penurunan yang
lebih signifikan dan stabil setiap tahunnya (Dinkes Kab. Klungkung, 2020).
Anak-anak yang berusia 0- 24 bulan lebih rentan terhadap penyakit
ISPA terutama Pneumonia dibandingkan anak-anak yang berusia di atas 2
tahun (Utami dkk., 2017), hasil studi kasus di RSUD Kabupaten Klungkung
pada tahun 2021 Pneumonia termasuk urutan pertama dalam sepuluh besar
penyakit terbanyak pada anak dengan jumlah 159 kasus. Lebih tinggi
daripada tahun 2020 sebanyak 84 kasus. Pneumonia selalu termasuk dalam
lima besar penyakit terbanyak pada anak di RSUD Kabupaten Klungkung
menurut data tahun 2017-2021.
Pneumonia umumnya tersebar dari seseorang yang terpapar di
lingkungan tempat tinggal atau melakukan kontak langsung dengan orang-
orang yang terinfeksi, biasanya melalui tangan atau menghirup tetesan air di
udara (droplet) akibat batuk atau bersin. (Wulandari dan Siska, 2021).
Anak dengan Pneumonia dapat ditemui gejala peningkatan suhu yang
mendadak dan bisa disertai kejang, gelisah, sesak, sianosis, pernapasan
cuping hidung, terkadang disertai dengan muntah dan diare serta batuk kering
yang menjadi batuk produktif. Suara napas vesikuler dan melemah, adanya
ronki basah, halus, dan nyaring. Sehingga dapat terjadi bersihan jalan napas
tidak efektif yang disebabkan karena adanya proses inflamasi pada paru atau
perenkim paru (Syafiati dkk., 2021).

2
Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan
tetap paten (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Dampak dari pengeluaran
dahak yang tidak lancar dapat menyebabkan penderita mengalami kesulitan
bernapas dan gangguan pertukaran gas didalam paru-paru sehingga
mengakibatkan timbulnya sianosis, kelelahan, apatis serta merasa lemah,
dalam tahap selanjutnya akan mengalami penyempitan jalan napas yang dapat
menyebabkan obstruksi jalan napas (Firnanda, 2017).
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi bersihan jalan napas
tidak efektif dapat dilakukan dengan pemberian obat secara dihirup.
Menghasilkan efek lokal atau sistemik melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan uap, nebulizer, atau aerosol semprot seperti nebulasi dan terapi
inhalasi (Rahajoe dkk., 2018).
Inhalasi sederhana adalah suatu tindakan memberikan inhalasi atau
menghirup uap hangat untuk mengurangi sesak napas, melonggarkan jalan
napas memudahkan pernapasan dan mengencerkan sekret atau dahak, salah
satunya inhalasi uap dengan minyak kayu putih yang bertujuan untuk
meningkatkan bersihan jalan napas pada anak (Yustiawan dkk., 2022).
Minyak kayu putih diproduksi dari daun tumbuhan Melaleuca
leucadendra dengan kandungan terbesarnya adalah eucalyptol (cineole) yang
dapat memberikan efek mukolitik (mengencerkan dahak), bronchodilating
(melegakan pernapasan), dan antiinflamasi (Agustina dan Suharmiati, 2017).
Penelitian menunjukkan, minyak kayu putih memiliki manfaat kesehatan
yang luar biasa dan telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional
untuk mengobati penyakit pernapasan menular, seperti TB Paru, sinusitis,
Pneumonia, dan asma, serta digunakan sebagai disinfektan, antioksidan, dan
agen antiseptik, terutama dalam pengobatan infeksi saluran pernapasan
(Mieres-Castro et al., 2021).
Penelitian yang dilakukan oleh Handayani, dkk. (2022), dengan judul
“Penerapan Terapi Inhalasi Sederhana dengan Minyak Kayu Putih untuk
Meningkatkan Bersihan Jalan Napas pada Anak dengan ISPA”, subjek anak
yang memiliki tanda gejala adanya suara napas tambahan, batuk, dahak

3
berlebih, sekret kental dengan warna kuning keputihan. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan suara napas tambahan berkurang, frekuensi batuk
berkurang, sekret lebih encer dan tidak bewarna kekuningan setelah diberikan
terapi uap minyak kayu putih (Handayani dkk., 2021).
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Oktiawati dan Ariani (2021) pada dua anak yang mengalami bronco
Pneumonia dengan bersihan jalan napas tidak efektif. Sebelum pemberian
terapi uap dengan minyak kayu putih, terdapat peningkatan frekuensi
pernapasan,terdengar suara ronkhi, adanya tarikan dinding dada dan sekret
sulit dikeluarkan, sedangkan setelah dilakukan terapi, frekuensi pernapasan
menjadi dalam batas normal, tidak terdengar suara ronkhi, tidak ada tarikan
dinding dada dan sekret mudah keluar.
Terapi inhalasi uap dengan minyak kayu putih dapat digunakan
sebagai salah satu upaya untuk membantu mengembangkan bentuk pelayanan
mandiri keperawatan pada infeksi saluran pernapasa akut dalam mengatasi
masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum mengenai Pneumonia pada anak, termasuk
penyebab, gejala, dan dampak kesehatan?
2. Bagaimana prevalensi Pneumonia pada anak di Indonesia, khususnya di
Kabupaten Klungkung?
3. Apa saja faktor-faktor yang meningkatkan risiko Pneumonia pada anak,
terutama pada kelompok usia 0-24 bulan?
4. Bagaimana upaya pencegahan dan penanganan Pneumonia pada anak?
5. Apa peran terapi inhalasi sederhana dengan minyak kayu putih dalam
meningkatkan bersihan jalan napas pada anak dengan Pneumonia?
6. Bagaimana tindakan terapi inhalasi sederhana dengan minyak kayu putih
dapat diimplementasikan dalam praktek keperawatan?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memberikan pemahaman tentang Pneumonia pada anak, termasuk
penyebab, gejala, dan dampak kesehatan.
2. Untuk menyajikan data mengenai prevalensi Pneumonia pada anak,
khususnya di Indonesia dan Kabupaten Klungkung.
3. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan risiko
Pneumonia pada anak, terutama pada kelompok usia 0-24 bulan.
4. Untuk membahas upaya pencegahan dan penanganan Pneumonia pada
anak.
5. Untuk menjelaskan peran terapi inhalasi sederhana dengan minyak kayu
putih dalam meningkatkan bersihan jalan napas pada anak dengan
Pneumonia.
6. Untuk memberikan panduan mengenai implementasi tindakan terapi
inhalasi sederhana dengan minyak kayu putih dalam praktek keperawatan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Penyakit Pneumonia


1. Definisi
Pneumonia adalah infeksi atau peradangan yang terjadi di
parenkim paru. Rata – rata Pneumonia pada anak disebabkan oleh virus,
hanya sebagian kecil disebabkan oleh infeksi bakteri (Bernstein and
Shelov, 2016).
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus tensi dengan
cairan dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding
alveoli dan rongga interstitium (Ridha, 2017).
Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,
dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas sekitar (PAPDI, 2014). Pneumonia dalam arti umum
adalah peradangan parenkim paru akibat mikroorganisme seperti bakteri,
virus, jamur, dan parasit selain itu juga dapat disebabkan oleh bahan kimia
dan paparan fisik seperti suhu atau radiasi. Pneumonia yang disebabkan
selain mikroorganisme sering disebut pneumonistis (Djojodibroto, 2014).
Pneumonia umumnya terjadi pada anak – anak, tetapi lebih sering pada
bayi dan toddler awal (Kyle and S.Carman, 2018).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan Pneumonia adalah
peradangan yang terjadi pada organ paru, yaitu parenkim paru yang bisa
disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit
ataupun akibat bahan kimia dan paparan fisik.

2. Manifestasi klinis
Menurut Lalani dan Suzan (2020), Pneumonia memiliki beberapa
manifestasi klinis, sebagai berikut:

6
a. Demam, kesulitan bernapas, dan > 1 manifestasi berikut : takipnea,
batuk, napas cuping hidung, retraksi, crackle, dan penurunan bunyi
napas.
b. Dapat disertai pula dengan letargi, nafsu makan yang buruk atau
nyeri lokal pada dada dan abdomen.
c. Demam,takipnea,dan retraksi intercostal biasanya digunakan
untuk menegakkan diagnosis Pneumonia pada anak dibandingkan
auskultasi.
d. Takipnea (frekuansi napas >50 x/menit), merupakan indikator
paling sensitif untuk Pneumonia pada anak.
e. Mengi dan hiperinflasi mengindikasikan bahwa penyakit
disebabkan oleh virus pada anak yang berusia lebih muda, dan
Mycoplasma pada anak yang lebih tua.
f. Pada anak yang lebih tua, riwayat kesulitan bernapas membantu
menegakkan Pneumonia ketimbang retraksi nyata.
g. Anak yang lebih tua dapat menunjukkan tanda-tanda klasik, seperti
perkusi redup, crackle, bunyi napas bronkial, dan peningkatan
fremitus taktil.

Manisfestasi lain:

a. Tipikal : demam, menggigil, nyeri dada pleuritik, dan batuk yang


produktif.
b. ATipikal : onset yang muncul bertahap dalam beberapa hari hingga
minggu, didominasi oleh gejala nyeri kepala dan malaise, batuk
nonproduktif, dan demam derajat rendah.

3. Patofisiologi
Organisme yang menyebabkan Pneumonia virus juga merupakan
kausa umum infeksi saluran napas atas akibat virus. Bakteri penyebab
Pneumonia bervariasi bergantung pada usia anak dan serupa dengan kasus
IBS lain. Organisme intrasel, seperti Chlamydia trachomatis,

7
Chlamydophilia Pneumoniae, dan M.Pneumoniae menyebabkan infeksi
saluran napas bawah. Saluran napas bawah biasanya steril. Infeksi terjadi
karena defek pada pertahanan pejamu yang melindungi paru, inhalasi
inokulum besar virus atau bakteri, atau infeksi paru oleh penyebaran
hematogen. Infeksi epitel bronkus menyebabkan kematian sel, peluruhan
sel, peradangan lokal dan edema dengan penyempitan saluran napas.
Alveolus menjadi terisi oleh cairan dan infeksi menyebar ke parenkim
paru dan sekitar. Pneumonia bakteri berulang mengisyaratkan adanya
penyakit lain yang mendasari. Contohnya adalah imunodefisiensi, kelainan
anatomik, pembesaran jantung karena penyakit jantung kongenital,
aspirasi benda asing, disfungsi sillia, fibrosis kistik, dan aspirasi kronik
(Bernstein and Shelov, 2016).

4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang umumnya dijalani
oleh penderita Pneumonia untuk pengkajian, meliputi (Kyle and
S.Carman, 2018) :
a. Oksimetri nadi : saturasi oksigen dapat menurun drastis atau dalam
rentang normal.
b. Radiografi dada : beragam bergantung apada usia anak dan agens
penyebab.
Pada bayi dan anak yang masih kecil, pemerangkapan udara di
bilateral dan infiltrat (pengumpulan sel radang, debris sel, dan
organisme asing) perihilus merupakan penemuan paling umum.
Area bercak konsolidasi juga dapat ditemukan. Pada anak yang
lebih besar, konsolidasi lobus terlihat lebih sering.
c. Kultur sputum : dapat berguna dalam menentukan bakteri
penyebab pada anak yang lebih besar dan pada remaja.
d. Hitung sel darah putih : dapat meningkat pada kasus Pneumonia
bakteri.

Menurut Bernstein dan Shelov (2016), pemeriksaan diagnostik


pada Pneumonia adalah sebagai berikut :

8
a. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis.
b. Biakan darah (jika dicurigai bakteri).
c. Radiografi thoraks.
d. Sputum (hanya bisa dilakukan pada anak > 12 tahun) untuk
pewarnaan garam, biakan bakteri, apusan BTA, biakan BTA)
e. Pemeriksaan virus langsung dari spesimen nasofaring (jika
dicurugai patogen virus).
f. IgM dan IgG Mycoplasma Pneumoniae.
g. Oksimetri denyut / gas darah arteri, jika anak tampak sakit berat,
sianotik, atau dalam distres pernapasan.

5. Penatalaksanaan
a. Antibiotika diberikan sesuai penyebabnya.
b. Ekspektoran yang dapat dibantu dengan postural drainase.
c. Rehidrasi yang cukup dan adekuat.
d. Oksigen sesuai kebutuhan yang adekuat.
e. Isolasi pernapasan sesuai dengan kebutuhan.
f. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
g. Tindakan tambahan batuk efektif dan latihan napas dalam.
h. Terapi lain sesuai dengan komplikasi. (Ridha, 2017)

B. Konsep Dasar Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak


Efektif pada Anak dengan Pneumonia
1. Definisi
Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan
jalan napas tetap paten ( Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Bersihan jalan napas tidak efektif adalah suatu keaadaan dimana
individu mengalami ancaman pada status pernapasannya yang
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif
(Carpenito, 2013).

9
2. Penyebab
Berdasarkan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), bersihan jalan
napas tidak efektif memiliki beberapa penyabab, antara lain :
a. Fisiologis
1) Spasme jalan napas
2) Hipersekresi jalan napas
3) Disfungsi neuromuskuler
4) Benda asing dalam jalan napas
5) Adanya jalan napas buatan
6) Sekresi yang tertahan
7) Fisiologis dinding jalan napas
8) Proses infeksi
9) Respon alergi
10) Efek agen farmakologis (mis. anastesi)
b. Situasional
1) Merokok aktif
2) Merokok pasif
3) Terpajan polutan

3. Data mayor dan data minor


Berdasarkan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), menyatakan
adapun gejala dan tanda mayor dan minor masalah keperawatan bersihan
jalan napas tidak efektif, antara lain :
a. Tanda dan gejala mayor
1) Subjektif (tidak tersedia)
2) Objektif
a) Batuk tidak efektif
b) Tidak mampu batuk
c) Sputum berlebih
d) Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
b. Tanda dan gejala minor
1) Subjektif

10
a) Dispnea
b) Sulit bicara
c) Ortopnea
2) Objektif
a) Gelisah
b) Sianosis
c) Bunyi napas menurun
d) Frekuensi napas berubah
e) Pola napas berubah

4. Kondisi klinis
Berdasarkan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), menyatakan
adapun kondisi klinis masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak
efektif, antara lain :
a. Gullian barre syndrome
b. Sklerosis multiple
c. Myasthenia gravis
d. Prosedur diagnostic (mis. bronkoskopi,transesophageal
echocardiorgafhy (TEE)
e. Depresi sistem saraf pusat
f. Cedera kepala
g. Stroke
h. Quadriplegia
i. Infeksi saluran napas

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bersihan jalan napas tidak efektif dalam buku
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), menyatakan intervensi
keperawatan utama yang diberikan pada masalah keperawatan dengan
bersihan jalan napas tidak efektif antara lain latihan batuk efektif,

11
manajemen jalan napas dan pemantauan respirasi (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018).
Pemberian obat secara dihirup merupakan salah satu tindakan
keperawatan mandiri yang juga dapat dilakukan. Menghasilkan efek lokal
atau sistemik melalui saluran pernapasan dengan menggunakan uap,
nebulizer, atau aerosol semprot seperti nebulasi dan terapi inhalasi
(Rahajoe dkk., 2018). Inhalasi sederhana adalah suatu tindakan
memberikan inhalasi atau menghirup uap hangat untuk mengurangi sesak
napas, melonggarkan jalan napas memudahkan pernapasan dan
mengencerkan sekret atau dahak, salah satunya inhalasi uap dengan
minyak kayu putih yang bertujuan untuk meningkatkan bersihan jalan
napas pada anak (Yustiawan dkk., 2022).
Minyak kayu putih diproduksi dari daun tumbuhan Melaleuca
leucadendra memiliki kandungan eucalyptol (cineole) yang dapat
memberikan efek mukolitik (mengencerkan dahak), bronchodilating
(melegakan pernapasan), dan antiinflamasi ( Agustina dan Suharmiati,
2017). Penelitian yang dilakukan oleh Oktiawati dan Ariani (2021) pada
dua anak yang mengalami bronkoPneumonia dengan bersihan jalan napas
tidak efektif menggunakan terapi uap dengan minyak kayu putih,
mendapatkan hasil setelah dilakukan terapi frekuensi pernapasan menjadi
dalam batas normal, tidak terdengar suara ronkhi, tidak ada tarikan dinding
dada dan sekret mudah keluar. Penelitian tersebut dilakukan dengan
memberikan terapi uap dengan menggunakan air hangat yang
dicampurkan 2 tetes minyak kayu putih dalam wadah kemudian uapnya di
hirup selama 10 menit sebanyak 4 kali dalam sehari dan dilakukan selama
3 hari.
Standar operasional prosedur (SOP) steam inhalation dengan
minyak kayu putih, antar lain (Yustiawan dkk., 2022) :
a. Peralatan
1) Air hangat
2) Baskom 1 buah
3) Minyak kayu putih

12
4) Pengalas untuk baskom
5) Handuk 1 buah
6) Tissue
7) Bengkok 1 buah
b. Prosedur pelaksanaan
1) Tahap Prainteraksi
a) Mengecek program terapi
b) Mencuci tangan
c) Menyiapkan alat dan bahan
2) Tahap Orientasi
a) Memberikan salam dan sapa pada pasien
b) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
3) Tahap Kerja
a) Menjaga privasi klien ruangan tertutup
b) Mencuci tangan
c) Mengatur klien dalam posisi duduk
d) Menempatkan meja/troli di depan klien
e) Meletakkan baskom berisi air hangat di atas meja klien yang
diberi pengalas
f) Memasukkan minyak kayu putih secukupnya
g) Menutup handuk menyerupai corong, menghirup uap dari
baskom selama 10 – 15 menit
h) Membersihkan mulut dan hidung dengan tissue
i) Merapikan klien
4) Tahap Terminasi
a) Melakukan evaluasi tindakan
b) Berpamitan dengan pasien / keluarga
c) Membereskan alat
d) Mencuci tangan
e) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Hasil yang didapatkan dari pengkajian kasus kelolaan yang
dilakukan pada hari Selasa, 29 Maret 2022 pukul 12.30 wita di Ruang
Durian RSUD Kabupaten Klungkung, yaitu biodata pasien An.M yang
lahir pada tanggal 24 Oktober 2017, berusia 4 tahun 5 bulan, berjenis
kelamin laki-laki, beragama Islam, beralamat di Jln. Werkudara Gg III B
Klungkung, belum sekolah, anak keempat dari lima bersaudara, orangtua
lengkap, MRS pada hari Selasa, 29 Maret 2022 pukul 08.26 wita di IGD
RSUD Kabupaten Klungkung dengan No. RM 2209xx, diagnosis medis
Pneumonia Berat + Bacterial infection+ Gizi Buruk + CP.
Data yang diperoleh adalah data subjektif dan objektif, yaitu
didapatkan ibu pasien mengatakan pasien sesak napas sejak 3 hari yang lalu,
pasien terkadang batuk - batuk dan mengeluarkan sputum bewama
kekuningan. Pasien tampak menggunakan NRM 12 lpm, tampak pasien
sesak napas disertai suara napas ronkhi, menggunakan otot bantu
pernapasan, dada simetris, sputum (+) bewama kekuningan, suhu 36, l
°C, pernapasan 29 x/menit, nadi: 132 x/menit, Sa02 97 %. Pasien
sebelumnnya pemah dirawat di Ruang Durian RSUD Kabupaten Klungkung
6 bulan lalu selama 7 hari, karena mengalami sesak napas yang berat,
pasien memiliki penyakit asma serta menderita gizi buruk dan CP sudah
sejak lama. Keponakan ibu pasien yang lebih tua satu tahun dari pasien
memiliki penyakit yang sama dengan pasien, ayah pasien memiliki kebiasaan
merokok dan tetangga sekitar rumah pasien banyak yang perokok. Pasien
tidak memiliki alergi pada obat atau makanan tertentu.

14
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang sistematis memiliki tiga tahapan dalam
proses penegakannya.Tiga tahapan tersebut adalah analisis data, identifikasi
masalah dan perumusan diagnosis yang diuraikan sebagai berikut :
1. Anallsis data
DS:
 Ibu pasien mengatakan pasien sesak napas sejak 3 hari yang lalu.
 Ibu pasien mengatakan terkadang pasien batuk – batuk dan
mengeluarkan sputum bewarna kekuningan,
DO:
 Pasien tampak menggunakan NRM 12 lpm
 Pasien tampak sesak napas disertai suara napas ronkhi
 Pasien tampak menggunakan otot bantu pemapasan
 RR 29 x/menit,Sa02 97 %

2. Perumusan diagnosis keperawatan


Diagnosis keperawatan dirnmuskan sesuai dengan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosis yang diangkat adalah
diagnosis aktual yang terdiri dari, masalah, penyebab dan tanda I gejala (
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Diagnosis yang dirumuskan pada
kasus keloaan An. M berdasarkan analisis data, yaitu bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan ibu
pasien mengatakan pasien sesak napas sejak 3 hari yang lalu, batuk -
batuk dan mengeluarkan sputum bewarna kekuningan. Pasien tampak
menggunakan NRM 12 lpm, sesak napas disertai suara napas ronkhi,
menggunakan otot bantu pemapasan, pernapasan 29 x/menit dan Sa02 97
%.

C. Rencana Keperawatan
Karya Ihniah Akhir Ners ini menggunakan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) dalam penyusunan rencana keperawatan dan ditambah

15
dengan intervensi inovasi berdasarkan evidence based practice steam
inhalation dengan minyak kayu putih dan penelitian terkait. Berikut rencana
keperawatan pada kasus keloaan An.M:
1. Tujuan dan krlteria basil (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018)
Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam, maka bersihan
jalan napas meningkat dengan kriteria basil :

SLKI Label: Bersihan Jalan Napas (L.01001)

a. Batuk efektif meningkat


b. Dispnea menurun
c. Frekuensi napas membaik
d. Pola napas membaik
e. Gelisah membaik
2. Intervensl keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
a. SIKI Label : manajemen jalan napas (I.01011)
1) Observasi
a) Monitor pola napa.s (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
b) Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering)
c) Monitor sputum (jumlah, wama, aroma)
2) Terapeutik
a) Posisikan semi-fowler a.taufowler
b) Berikan minum hangat
c)
d) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu d) Berikan oksigen jika
perlu
3) Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kotraindikasi
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu b. SIKI Label: pemantauan respirasi (I.01014)
1) Observasi

16
a) Monitor fi:ekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
b) Monitor pola napas (bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
dan lain-lain)
c) Monitor kemampuan batuk efektif
d) Monitor adanya produksi sputum
e) Monitor adanya sumbatanjalan napas
f) Auskultasi bunyi napas
g) Monitor saturasi oksigen
h) Monitor hasi X-Ray thoraks
2) Terapeutik
a) Dokumentasikan hasil pemantauan

b. Intervensi Inovasi berdasarkan evidence based practice steam


inhalation dengan minyak ka.yu putih
1) Jelaska.n tujuan dan prosedur I tahapan pelaksanaan
2) Lakukan pemberian terapi sesuai prosedur
3) Edukasi tentang pemberian terapi

D. lmplementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah disusun sebelumnya oleh peneliti. Implementasi pada An. M dilakukan
selama 3 x 24 jam, dilakukan dari tanggal 30 Maret 2022 sampai dengan 01
April 2022 di Ruang Durian RSUD Kabupaten Klungkung. Implementasi
yang didapatkan pada An. M sela.ma tiga hari tersebut adalah sebagai
berikut, memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas),
memonitor bunyi napas tarnbahan, memonitor sputum, memonitor
kemampuan batuk efektif, memonitor adanya sumbatan jalan napas,
melakukan auskultasi bunyi napas, memonitor saturasi oksigen, mencatat
hasil yang didapat, menanyakan kernbali terkait waktu pemberian steam
inhalation dengan minyak kayu putih, menjelaskan tujuan dan prosedur I
tahapan pelaksanaan,menyiapkan peralatan dan pasien, memposisikan pasien
semi-fowler, memberikan steam inhalation dengan minyak kayu putih

17
selama 10 menit sebanyak 4 tetes, menganjurkan pasien untuk minum air
hangat setelah terapi. Penjelasan lebih lanjut terkait proses
pengimplementasian rencana keperawatan secara rinci terlampir.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yang dilakukan dari pelaksanaan implementasi
keperawatan pada An. M dari tanggal 30 Maret sampai dengan 01 April
2022 di Ruang Durian RSUD Kabupaten Klungkung didapatkan hasil
bersihan jalan napas meningkat dengan data subjektif ibu pasien mengatakan
pasien sudah tidak sesak napas lagi, saat bernapas pasien tampak lebih lega,
tampak pasien tidak berat saat bemapas, dan saat pasien bernapas tidak
terdengar bising seperti suara grok-grok. Ibu pasien mengatakan pasien
sempar batuk - batuk lagi dan mengeluarkan sedikit sputum bewama putih
agak kekuningan. Data objektif didapatkan, yaitu pasien tampak sudah tidak
sesak napas lagi, sputum berhasil dikeluarkan dan produksi mulai menurun
pada hari ketiga pemberian steam. inhalation dengan minyak kayu putih,
tidak tampak ada retraksi dinding dada, pasien tampak lebih lega saat
bemapas . Hasil pemeriksaan didapat suara napas ronkhi menurun,
pemapasan 24 x/menit, Sa02 99 %.
Assesment bersihan jalan napas tidak efektif teratasi dan planning
yang diberikan, yaitu anjurkan keluarga untuk melakukan steam inhalation
dengan minyak kayu putih di rumah secara rutin, ingatkan keluarga untuk
selalu memantau kondisi pasien, anjurkan keluarga untuk menjauhkan pasien
dari asap rokok dan sering memberikan air hangat untuk pasien, anjurkan
memberikan posisi semi-fowler untuk mempermudah pasien saat bemapas,
pertahankan kondisi pasien, dan pasien direncanakan pulang saat j aga sore.

F. Pelaksanaan intervensi inovasi atau terpilih sesuai EBP


Pemberian intervensi inovasi, yaitu steam inhalation dengan minyak
kayu putih pada An. M dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari selama 10

18
menit dengan 4 tetes minyak kayu putih pada air hangat sesuai standar
operasional prosedur, dilakukan selama tiga hari dari 30 Maret sampai dengan
01 April 2022. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan
yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Pemberian terapi ini
bertujuan untuk mengurangi sesak napas, melonggarkan jalan napas,
memudahkan pemapasan dan mengencerkan sekret atau dahak (Yustiawan
dkk., 2022).
Pemeriksaan pola napas, perneriksaan bunyi napas tambahan, adanya
sumbatan jalan napas, dan saturasi oksigen dilakukan sebelum mernberikan
steam inhalation dengan minyak kayu putih. Pelaksanaan dimulai dengan
mernposisikan pasien, meletakkan baskom berisi air hangat diatas pengalas,
berikan rninyak kayu putih sebanyak 4 tetes, minta pasien untuk menghirup
selama 10 menit uap yang keluar, mebersihkan mulut dan hidung dengan
tissue. Lakukan pemeriksaan ulang pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas), pemeriksaan saturasi oksigen, dan adanya pengeluaran sputum. Hasil
pemberian steam inhalation dengan minyak kayu putih pada An. M
dengan bersihan jalan napas tidak efektif yang diberikan sebanyak dua kali
dalam sehari selama 10 menit dengan 4 tetes yang dilakukan selama tiga
hari, didapatkan pasien tarnpak sudah tidak sesak napas lagi, sputum berhasil
dikeluarkan dan prosuksi mulai menurun pada hari ketiga pernberian
intervensi inovasi steam inhalation dengan minyak kayu putih, tidak ada
retraksi dinding dada, pasien lebih lega saat bemapas, suara napas
ronkhi menurun, pemapasan 24 x/menit, Sa02 99 %.

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pneumonia adalah suatu kondisi peradangan pada parenkim paru yang
dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur, dan parasit, serta faktor-faktor lain seperti bahan kimia dan
paparan fisik.
2. Manifestasi klinis Pneumonia meliputi demam, kesulitan bernapas, batuk,
peningkatan frekuensi pernapasan, serta gejala lain seperti letargi, nafsu
makan yang buruk, atau nyeri dada dan abdomen. Pemeriksaan klinis dan
radiografi dada dapat membantu dalam diagnosis.
3. Penyebab Pneumonia bervariasi tergantung pada usia pasien, dan ada
beberapa penyebab bakteri, virus, dan mikroorganisme lainnya. Infeksi
paru seringkali terjadi karena defek pada pertahanan tubuh, inhalasi
mikroorganisme, atau penyebaran melalui aliran darah.
4. Pemeriksaan penunjang Pneumonia meliputi oksimetri nadi, radiografi
dada, kultur sputum, dan hitung sel darah putih. Terapi Pneumonia
termasuk pemberian antibiotika sesuai penyebabnya, perawatan suportif,
dan penatalaksanaan komplikasi.

B. Saran
1. Penting untuk perawat untuk mengenali gejala Pneumonia pada anak,
termasuk gejala-gejala klinis yang telah disebutkan. Ini akan membantu
dalam diagnosis dan pengelolaan yang tepat.
2. Dalam penatalaksanaan bersihan jalan napas tidak efektif pada anak
dengan Pneumonia, perawat dapat mempertimbangkan terapi uap dengan
minyak kayu putih, seperti yang telah dijelaskan dalam materi. Namun,
perawat harus memastikan bahwa prosedur ini dilakukan dengan hati-hati
dan sesuai dengan SOP yang berlaku.

20
DAFTAR PUSTAKA

Lia, A. (2019) 'Detenninan Pneumonia pada Anak Balita di Puskesmas


Patamura III KotaBanjar ', 1(1), pp. 8-16. Available at:
http://jumalmedikahutama.com/index.php/JMH/ru.ticle.

WHO (2020) 'WHO New Pneumonia Kit 2020 Information Note'. Available
at:https://cdn.who.int/media/docs/default•som·ce/documents/emergen
cies/Pneumonia-kit-l 7june2020.

UNICEF (2021) Pneumonia in Children Statistics, data.uniceforg. Available


at:https://data.unicef.org/topic/child-health/Pneumonia/(Accessed:
3 March 2022).

Dinas Kesehatan Provinsi Bali (2019) Profil Kesehatan Provinsi Bali 2019.
Denpasar: Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

Dinkes Kab. Klungkung (2020) Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung Tahun


2020. Klungkung: Dinas Kesehatan Kab. Klungkung. Available at:
https://diskes.baliprov.go.id/download

Rahajoe, N.N., Supriyanto, B. dan S. (2018) Buku Ajar Respirologi Anak.


Pertama.Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Yustiawan,E.,Immawati, N. R. D. (2022) 'Penerapan Inhalasi Sederhana


Menggunakan Minyak Kayu Putih untuk Meningkatkan Bersihan
Jalan Nafas pada Anak dengan !SPA di Wilayah Kerja
Puskesmas Metro Tahun 2021 ', Jurnal Cendikia Muda, 2(1).

Mieres-Castro, D. et al. (2021) 'Antiviral Activities of Eucalyptus Essential Oils:


Their Effectiveness as Therapeutic Targets against Human
Viruses', Pharmaceuticals, 14(12). doi: 10.3390/phl4121210.

Handayani,S.,Immawati,Dewi, N. R. (2021)'Penerapan Terapi Inhalasi


Sederhana dengan Minyak Kayu Putih Untuk Meningkatkan Bersihan
Jalan Napas pada Anak Dengan ISPA', Jurnal Cendikia Muda, 2(4),
pp. 545-550

21
Ridha, H. N. (2017) Buku Ajr Keperawatan Anak. 2nd edn. Edited by S.
Riyadi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kyle, T. and S.Ca1man (2018) Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Essential of


Pediatric Nursing). Vol.3. Edited by B. Subekti,N. Jakarta: EGC

Lalani, A. and S.Sclmeeweiss (2020) Kegawatdaruratan Pediatri. Jakarta: EGC.

Bernstein, D. and Shelov, S. (2016) Jl111u Kesehatan Anak untuk


Mahasiswa Kedokteran. 3rd edn. Edited by R. Kusuma et al.
Jakarta: EGC.

Kyle, T. and S.Ca1man (2018) Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Essential of


Pediatric Nursing). Vol.3. Edited by B. Subekti,N. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI). 1st edn. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Available at:
http://www.inna-ppni.or.id.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatn


Indonesia (SDKI). 1st edn. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Available at:
http://www.inna-ppni.or.id.

Yustiawan,E.,Immawati, N. R. D. (2022) 'Penerapan Inhalasi Sederhana


Menggunakan Minyak Kayu Putih untuk Meningkatkan Bersihan
Jalan Nafas pada Anak dengan !SPA di Wilayah Kerja
Puskesmas Metro Tahun 2021 ', Jurnal Cendikia Muda, 2(1).

22

Anda mungkin juga menyukai