Diajukan Oleh :
DIKA ANUGRAH PRATAMA
1910070P
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. dr. H. Hendra Kusumajaya, M. Epid Ns. Indri Puji Lestari, M. Kep
Mengetahui,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Citra Delima Bangka Belitung
Ketua
Pangkalpinang,
Peneliti
dan sesak napas. Pneumonia juga dikenal dengan istilah Paru-paru basah.
udara (alveoli) di salah satu atau kedua Paru-paru. Akibatnya, alveoli bisa
paru. Paru-paru terdiri dari Kantung-kantung kecil yang disebut Alveoli, yang
bawah usia 5 tahun pada tahun 2017, terhitung 15%dari semua kematian anak
800.000 anak Balita di seluruh Dunia, atau 39 anak per detik. Separuh dari
bahwa satu jam ada 71 anak di Indonesia yang tertular Pneumonia (WHO,
2019).
rutin Subdit ISPA Tahun 2018, didapatkan insiden (per 1000 Balita) di
20,56%. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini
berbeda-beda sesuai angka yang telah ditetapkan. Pada tahun 2018 terdapat
target yaitu DKI Jakarta 95,53%, sedang provinsi yang lain masih di bawah
pada tahun 2015 tercapai 14,62% sedangkan target sebesar 20%, tahun 2016
tercapai 28,07% dari target 30%, tahun 2017 tercapai 42,6% dari target 40%.
Tahun 2018 tercapai sebesar 43% dari target 50%. Pada tahun 2018 tidak
mencapai target, namun bila dilihat capaiannya meningkat dari tahun
sebelumnya. Pada tahun 2018 Angka kematian akibat Pneumonia pada Balita
lebih tinggi yaitu sebesar 0,16 % dibandingkan pada kelompok anak umur 1 –
Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019, hanya Provinsi Papua Barat
dan DKI telah mencapai target penemuan sebesar 80, bahkan melebihi target
penemuan pneumonia dari target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2019
renstra tahun 2019 yang sebesar 60%. Namun dari 34 Provinsi terdapat empat
Belitung, DKI Jakarta, Banten, dan Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 2019
kematian akibat Pneumonia pada kelompok Bayi lebih tinggi hampir dua kali
2020).
Pneumonia pada balita di Indonesia berkisar antara 20 – 30% dari tahun 2010
sampai dengan 2014, dan sejak tahun 2015 hingga 2019 terjadi peningkatan
Puskesmas, pada tahun 2019 jumlah kunjungan Balita batuk atau kesulitan
kunjungan, terjadi penurunan 30% dari kunjungan tahun 2019 yang pada
secara Nasional dan Provinsi belum mencapai target penemuan sebesar 80%.
Jakarta (53,0%), Banten (46,0%), dan Papua Barat (45,7%). Pada tahun 2020
standar Pneumonia sebesar 60,7% yang berarti sudah mencapai target renstra
tahun 2020 yaitu sebesar 50%. Terdapat tujuh Provinsi yang Puskesmasnya di
Bali, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo. Pada tahun 2020 angka kematian
Pneumonia pada kelompok Bayi lebih tinggi hampir dua kali lipat
Pneumonia di Indonesia adalah (2,13%) pada tahun 2007, (1,6%) pada tahun
2013 mengalami penurunan dari tahun 2007, (2,0%) pada tahun 2018
mengalami kenaikan dengan prevalensi (4,0%). Pada tahun 2013 prevalensi
Selatan (3,6%). Dengan kejadian Pneumonia anak usia di bawah lima tahun
(1,4%) pada tahun 2013 dan (3,4%) pada tahun 2018 (Riskesdas).
Kepulauan Bangka Belitung adalah 6,05% dari jumlah Balita yaitu sebesar
8.284 kasus. Dari target tersebut, pada tahun 2018 diperoleh data sebanyak
berat. Dari semua kunjungan Balita batuk dan atau kesukaran bernapas di
Bangka Belitung adalah 6,05% dari jumlah Balita yaitu sebesar 7.771 kasus.
Dari target tersebut, pada tahun 2019 diperoleh data sebanyak 3.893 balita
(53%) terklasifikasi mengalami Pneumonia dan Pneumonia berat. Target
penemuan kasus Pneumonia teranalisa bahwa pada bulan januari 2019 kasus
april 451 kasus dan terjadi penurunan kasus pada bulan juli 259 kasus
Kepulauan Bangka Belitung adalah 6,05% dari jumlah Balita yaitu sebesar
8.336 kasus. Dari target tersebut, pada tahun 2020 diperoleh data sebanyak
Berat. Dari semua kunjungan Balita batuk dan atau kesukaran bernapas di
Pada Tahun 2019 jumlah kasus Pneumonia dilaporkan sebanyak 4.137 kasus,
Pada tahun 2020 jumlah kasus Pneumonia dilaporkan sebanyak 2.147 kasus,
dan Pada Tahun 2021 jumlah kasus Pneumonia di laporkan sebanyak 1.890
kasus, Pada tahun 2020 sebanyak 943 kasus, Pada tahun 2021 sebanyak 1.066
pada tahun 2018 dengan prevalensi (2,78%). Pada tahun 2007 prevalensi
lima tahun (1,1%) pada tahun 2007 dan (3,66%) pada tahun 2018 (Riskesdas
Bangka Belitung).
kasus Pneumonia pada Balita mencapai 1.465 kasus, Pada tahun 2020 jumlah
kasus Pneumonia pada balita mencapai 912 kasus, Pada tahun 2021 jumlah
kasus Pneumonia pada Balita mencapai 1.066 kasus. Dalam tiga tahun
2019 sebanyak 252 kasus, Pada tahun 2020 sebanyak 172 kasus, Pada tahun
2021 sebanyak 207 kasus. Terdapat angka kematian (CFR) sebanyak 1 kasus
yaitu pada tahun 2019 sebanyak 252 Kasus, pada tahun 2020 sebanyak 172
Kasus, pada tahun 2021 sebanyak 207 Kasus. Dan ada di tiga kelurahan kasus
juga dipengaruhi oleh status imunisasi, oleh karena itu imunisasi sangat
kekebalan tubuh anak Balita juga tergantung pada lamanya pemberian ASI,
oleh karena itu ASI Eksklusif sangat penting karena peluang untuk terkena
terbilang Fluktuasi dari tahun ke tahunnya yaitu pada tahun 2019 sebanyak
252 Kasus, pada tahun 2020 sebanyak 172 Kasus, pada tahun 2021
Tahun 2022.
lingkungan.
menurun.
(Notoatmodjo, 2012).
demam, dan sesak napas. Pneumonia juga dikenal dengan istilah paru-paru
atau lebih area terlokalisasi didalam Bronki dan meluas ke Parenkim Paruh
2.1.2 Epidemiolgi
menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak Balita di
morbiditas dan mortalitas anak berusia <5 tahun. Insidens Pneumonia pada
anak berusia <5 tahun adalah 10–20 kasus/100 anak/ tahun di negara
Indrawati W, 2014).
2 juta anak Balita, meninggal setiap tahun akibat Pneumonia, sebagian besar
(SKN) 2001, 27,6% kematian Bayi dan 22,8% kematian Balita di Indonesia
2.1.3 Etiologi
lebih sering ditemukan pada anak < 5 tahun dan respiratory syncytial virus
(RSV) merupakan penyebab tersering pada anak < 3 tahun. Virus lain
pada anak > 10 tahun. Sementara itu, bakteri yang paling banyak di temukan
cepat berlanjut menjadi demam (38,5-45 C), nyeri dada pleuretik yang
semakin berat ketika bernapas dan batuk, pasien yang sakit parah
dyspnea, ortopnea ketika tidak di sangga, nadi cepat dan memantul, dapat
hijau, bergantung pada agen penyebab. Pada Pneumonia berat tampak pipi
2014).
2.1.5 Patofisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari
bayi sampai usia lanjut. Pecandu alkohol, pasien pasca operasi, orang-
bakteri pneumonia itu ada dan hidup pada tenggorokan yang sehat. Pada
paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-
paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-
paru (tiga di Paru-paru kanan dan dua di Paru-paru kiri) menjadi terisi
2.1.6 Klasifikasi
a. Pneumonia komunitas
b. Pneumonia nasocomial
c. Pneumonia rekurens
d. Pneumonia aspirasi
Legionella.
1. Bukan pneumonia ditandai dengan tidak ada nafas cepat dan tidak
bunyi sridor.
b) Pneumonia dengan tanda gejala : nafas cepat dengan batasan (anak
atau lebih).
(batuk oleh penderita lain dan tidak ditutup), kontak langsung melalui
mulut atau melalui kontak secara tidak langsung melalui kontaminasi pada
Aerosol.
2.1.8 Komplikasi
dan Emfisema. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada infeksi
Bakterial Akut berupa Efusi pada Pneumonia gram negative sebesar 60%
dapat terjadi bila Pneumonia berlangsung lebih 4-6 minggu akibat Kuman
tetapi dapat juga pada infeksi berulang dilokasi Bronkus distal pada Cystic
Nekroktikans.
dan darah yang diambil dengan biopsy jarum, aspirasi transtrakeal, atau
secara spesifik.
2.1.10 Penatalaksanaan
adekuat.
dapat dipertahankan.
volume cairan.
serumah yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat (Tanto
dkk, 2014).
Menurut astute dan rahmat (2010) menjelaskan jenis dan keparahan
4. Kepadatan penduduk.
A. Karateristik Balita
1. Usia
Usia merupakan salah satu faktor risiko pada beberapa penyakit. Usia
rentan dalam kehidupan manusia adalah usia Balita, dimana sistem imun
pada rentang usia tersebut masih relatif rendah dibandingkan dengan usia
yang belum sempurna, hal ini menyebabkan Balita lebih rentan terkena
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin atau seks menurut Hananto (2004) adalah perbedaan antara
Akut (P2 ISPA) dijelaskan bahwa laki-laki adalah faktor risiko yang
mediator inflamasi yang sangat berguna ketika terjadi respon inflamasi saat
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Anwar dan Dhamayanti (2014)
kali lebih berisiko dibandingkan anak perempuan (OR= 1,47, 95% CI: 1,06-
2,04). Dikatakan, hal ini dapat terjadi karena diameter saluran pernafasan
adanya perbedaan dalam daya tahan tubuh antara anak laki-laki dan
perempuan.
3. Status Gizi
gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak
menderita sakit serta proses biologis lainnya di dalam tubuh (Depkes RI,
2008).
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, Berat Badan (BB), dan
tiga indikator antropometri yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB). Gizi kurang dan gizi buruk adalah ststus gizi yang didasarkan
pada indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) (Kemenkes RI, 2011).
Status Gizi
Sumber : Kemenkes,2011
OR= 9,1; 95% CI: 1,03-8). Hal ini sejalan dengan penelitian Utami (2014)
yang menyebutkan bahwa balita dengan status gizi kurang berisiko 2,98
kali terkena Pneumonia dibandingkan dengan balita dengan status gizi baik.
sel limfosit yang berperan dalam pertahanan tubuh dari benda asing (Gozali,
2010).
4. Berat Badan Lahir Rendah
BBLR atau Berat Badan Lahir Rendah adalah Bayi dengan berat lahir
(Depkes,2005).
dibandingkan dengan berat badan lahir normal, terutama pada bulan- bulan
gamma globulin oleh sistem limfoid. Selain itu immaturitas sistem imun
fagosit pada sel darah putih dan penurunan produk sitokin sehingga
bayi yang lahir dengan berat badan <2500 gram lebih berisiko 4,4 kali
Pada saat bayi baru lahir, secara alamiah mendapatkan kekebalan tubuh
dari ibunya melalui plasenta. Tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun
setelah kelahiran bayi. Sedangkan selama periode bayi baru lahir hingga
(termasuk air putih) selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau
selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI
oleh anak untuk bertahan dan berkembang serta sebagai sistem kekebalan
ASI mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk bayi walaupun ibu
dalam kondisi kurang gizi sekalipun, dan mampu mengatasi infeksi melalui
sel fagosit (Pemusnah) dan immunoglobulin (Antibodi). ASI juga
merupakan faktor risiko kejadian Pneumonia pada anak usia 6-59 bulan
dengan nilai OR= 2,49 (95% CI: 1,20-5,17). Begitu pula dengan penelitian
Hartanti et al. (2012) pada balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
berisiko 4,47 kali mengalami Pneumonia 95% CI: 1,64-12,1). Oleh sebab
itu, Pemberian ASI eksklusif merupakan cara yang baik untuk mencegah
6. Riwayat Imunisasi
antigen pada pajanan yang kedua, sehingga jika seseorang terpajan antigen
dua cara. Pertama, vaksinasi yang membantu mencegah anak- anak dari
(UNICEF/WHO, 2006).
pada Balita :
Tabel 2.2 Jadwal Imunisasi pada Balita
0-7 hari HB 0
Dasar Polio 2
Imunisasi Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3,
Polio 4
9 bulan Campak
Imunisasi 18 DPT-HB-Hib
bulan
Lanjutan 24 Campak
bulan
Hasil penelitian Rasyid (2013) menemukan bahwa anak Balita yang tidak
paling sering terjadi pada anak yang mengalami penyakit campak. Begitu
pun dengan vaksin DPT. Pemberian vaksin DPT dapat mencegah infeksi
Maka dari itu imunisasi campak dan DPT sangat penting untuk mencegah
7. Konsumsi Vitamin A
(dosis100.000 IU) diberikan untuk bayi berumur 6-11 bulan dan kapsul
merah (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan serta ibu nifas.
11 bulan Februari atau Agustus. Dan untuk anak balita usia 12-59 bulan
pada bulan Februari dan Agustus (Kemenkes RI, 2016). Berikut sasaran
suplementasi vitamin A :
2009).
produksi, dan pertumbuhan sel darah merah, sel limfosit, antibodi, juga
radikal bebas dan dapat memperbaiki jaringan/sel yang telah dirusak oleh
dibandingkan dengan anak yang diberikan vitamin A (OR= 2,23, 95% CI:
1,01-4,95).
memiliki risiko meninggal akibat Pneumonia lebih tinggi, dan anak yang
B. Faktor Lingkungan
1. Kepadatan Hunian
Perumahan, luas ruang tidur minimal 8 meter, dan tidak dianjurkan untuk
digunakan lebih dari 2 orang dalam satu ruang tidur kecuali anak usia 5
tahun.
hunian ini memungkinkan penularan bakteri atau virus dari penghuni satu
kelembaban akibat uap air dari keringat dan pernafasan tersebut. Bangunan
semakin banyak jumlah penghuni rumah maka semakin cepat udara ruangan
maka kadar oksigen dalam ruangan menurun dan di ikuti oleh peningkatan
yang memiliki hunian tidak memenuhi syarat berisiko 16,335 kali lebih
2. Ventilasi Udara
Ventilasi udara memiliki fungsi untuk menjaga agar aliran udara dalam
(CO2) yang bersifat racun bagi penghuni menjadi meningkat. Selain itu
ventilasi udara juga berfungsi untuk membebaskan udara ruang dari bakteri
patogen karena akan terjadi aliran udara yang terus menerus serta dapat
daya hidup virus maupun bakteri. Kelembaban dalam ruangan rumah yamg
Selain itu, ventilasi udara yang cukup dan terbuka akan menyebabkan
dengan ventilasi minimal 10% luas lantai dengan sistem ventilasi silang.
yang tinggal di rumah yang tidak memiliki ventilasi mempunyai peluang 2,5
anak dan ibu yang terpaksa menjadi perokok pasif karena ada anggota
dari asap utama. Asap samping tersebut yang kemudian akan mencemari
lingkungan rumah dan terhirup oleh anggota keluarga termasuk bayi dan
balita. Semakin sering menghisap asap rokok maka akan semakin rentan
Satu batang rokok yang dibakar akan menghasilkan sekitar 5000 mg gas
(92%) dan bahan-bahan partikel padat (8%) yang berupa droplet aerosol cair
komponen kimia, termasuk 1.015 spesies reaktif dalam fase gas, khususnya
peranan yang besar untuk terjadinya kerusakan saluran nafas. Oksidan asap
Edwards, 2007).
Asap rokok dapat menurunkan fungsi silia, merusak sel epitel bersilia
perhatian dan kasih sayang yang akan diperoleh anak. Menurut hasil
5. Pendidikan
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dab
nilai P value 0,013 dimana nilai P value <a= 0,05 yang artinya ada
kejadian Pneumonia pada Balita. Hal ini berkaitan dengan perilaku ibu
pula sebaliknya.
(Notoatmodjo, 2012). Dari kerangka teori diatas dapat disusun hal-hal yang
pneumonia.
Kejadian Pneumonia
Variabel independent
1. Jenis kelamin
2. Tingkat pengetahuan ibu
3. Status merokok anggota keluarga
4. Status ASI Eksklusif
Keterangan : : variabel yang tidak dilakukan penelitian
: variabel yang dilakukan penelitian
berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Karakteristik Balita :
Jenis Kelamin
Kejadian
Pneumonia Pada
Balita
Faktor Lingkungan :
Tingkat Pengetahuan Ibu
Status Merokok Anggota
Keluarga
tahun 2022
pneumonia yaitu terdiri dari usia, jenis kelamin, BBLR, status gizi, ASI
jenis dinding rumah tidak diteliti. Hal ini disebabkan karena jika dilihat
jenis lantai dan jenis dinding yang sama, sehingga data yang dihasilkan
batas-batas terhadap variabel yang akan diteliti supaya variabel yang akan
diteliti bisa diukur dengan instrumen atau alat ukur variabel tersebut
penelitian ini :
No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Ditetapkan oleh
dokter puskesmas
dan di register
dinyatakan sebagai
penderita
pneumonia dalam
buku MTBS
responden (balita)
dari tanda-tanda
Operasional
ciri biologis
disadari oleh
seseorang
tambahan makanan
6 bulan
3.3 Hipotesis
(Notoatmodjo, 2010).
Dari kajian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini dapat di rumuskan
sebagai berikut :
Tahun 2022.
Tahun 2022
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.2.1 Populasi
ibu yang membawa anak balita untuk berobat ke Poli MTBS Puskesmas
4.2.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
N
in =
1+ N (d )2
207
n= 2
1+ 207(0,1)
207
n=
1+ 2,07
207
n=
3,07
Keterangan
N: Jumlah Populasi
n: Jumlah Sampel
(Notoatmodjo, 2012).
Pada metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti
inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah :
A. Kriteria Inklusi
terakhir
B. Kriteria Eklusi
lisan/tulisan
4.3.1 Tempat
anak/MTBS.
Sungailiat.
tahun terakhir.
jelas.
4.5.2 Analisa data penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu :
a. Analisa Univariat (analisa deskriptif)
tergantung dari jenis data pada umumnya dalam analisis ini hanya
(Notoatmodjo, 2012).
b. analisa bivariat
ibu, status merokok anggota keluarga, dan status ASI Eksklusif dengan
Dalam analisa ini uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-square
X2 = ∑ (0-E)2
E
Keterangan :
X2 = distribusi kuantitas
∑ = penjumlahan
O = nilai observasi
E = nilai ekspektasi
1) Tidak boleh ada nilai sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E)
kurang dari 1
2) Tidak boleh ada nilai sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E)
kurang dari 5, lebih dari 20% dari jumlah keseluruhan sel, jika
2012).
4.6 Etika Penelitian
sikap ilmiah (scientific attitute) serta berpegang teguh pada etika penelitian,
mencakup :
ditimbulkan.
kapan saja.
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh
inchlusiveness)
dapat dicegah atau paling tidak merugikan rasa sakit, cedera, stress,