Anda di halaman 1dari 109

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG ICU RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA SUNGAILIAT
TAHUN 2022

DI SUSUN OLEH :

1. Aprilliany : 21300082
2. Nudia Nashita : 21300033
3. Rezi Andrian : 21300081
4. Wendra Aryanto : 21300034

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS


STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktik Stase Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit Medika Stania


Sungailiat telah di periksa dan disetujui oleh pembimbing akademik dan pembimbing
lapangan.

Sungailiat, 24 Mei 2022

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Ns, Maryana S,Kep, M Kep Ns. Erwan, S.kep

Mengetahui

Koordinator Stase Manajemen Keperawatan

…………………………
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

karunia, rahmat dan kasih-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.

Kelompok menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan ini, tidak lepas

dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati

kelompok mengucapkan terimakasih kepada ibu Maryana, S. Kep., M. Kep selaku

preseptor akademik dan Ns. Erwan, S.kep selaku preseptor klinik yang dengan penuh

tulus ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya hingga terselesaikan makalah

ini.

Kelompok menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, mengingat

keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan yang ada sehingga kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat kami harapkan.

Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi pembaca, terutama kelompok

sendiri sebagai salah satu upaya perbaikan dalam proses pembelajaran yang

berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.

Sungailiat, 24 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................................ 3
C. Manfaat ..................................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Manajemen Keperawatan ............................................................ 4
B. Supervisi Keperawatan ............................................................................. 12
BAB III. PENGKAJIAN MANAJEMEN LAYANAN KEPERAWATAN DI RS
A. Sejarah Singkat ......................................................................................... 20
B. Falsafah, Visi, Misi, Tujuan, Sasaran ....................................................... 20
C. Organisasi ................................................................................................. 21
D. Sarana Pelayanan ...................................................................................... 21
E. Sumber Daya Manusia Keperawatan ....................................................... 21
F. Hasil Pengkajian dan Fungsi Manajemen ................................................ 22
G. Analisa Data ............................................................................................. 41
H. Analisa SWOT .......................................................................................... 50
I. Daftar Masalah ......................................................................................... 51
J. Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan ............................................ 52
K. Analisa Fish Bone ..................................................................................... 53

BAB IV PERENCANAAN PENYELESAIAN MASALAH


A. Rencana Penyelesaian Masalah ................................................................ 56
B. Alternatif Penyelesaian Masalah .............................................................. 56
C. Jadwal dan Waktu Pelaksanaan (POA) .................................................... 58
BAB V PELAKSANAAN DAN EVALUASI
A. Pelaksanaan dan Evaluasi ......................................................................... 60
B. Hambatan .................................................................................................. 64
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... 65
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 70
B. Saran ......................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan berkembangnya zaman, pelayanan kesehatan pun
mengalami perkembangan dalam upaya menghadapi era globalisasi yang
menuntut persaingan yang cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit
swasta maupun pemerintah. Pada kondisi persaingan yang tinggi, pelanggan
memiliki informasi yang memadai dan mampu untuk memilih diantara beberapa
alternatif pelayanan yang ada. Oleh karena itu untuk memenangkan persaingan
dalam mendapatkan pelanggan, rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas yang dapat memberikan kepuasan pada klien.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di rumah
sakit dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh
karena itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam
pengembangan ke masa depan. Perawat harus mau mengembangkan ilmu
pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, dan menjadi tenaga
perawat yang professional. Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan
bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling
berkepentingan oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek
keperawatan, ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus
utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses
profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan,
dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk
mengembangkan dirinya dalam sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena alasan-
alasan di atas maka pelayanan keperawatan harus dikelola secara professional,
karena itu perlu adanya Manajemen Keperawatan.
Masyarakat menganggap kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon
yang muncul antara lain dengan banyak belajar mengenai konsep pengelolaan
keperawatan dan langkah-langkah konkret dalam pelaksanaanya secara kondusif.
Langkah-langkah konkret dapat berupa penataan sistem model asuhan
keperawatan profesional (MAKP), mulai dari ketenagaan/pasien, penetapan
sistem MAKP, sampai dengan perbaikan dokumentasi keperawatan dengan
menerapkan prisip SME (sesuai standar, mudah dilaksanakan, serta efisien dan
efektif) (Nursalam, 2015).
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses menyelesaikan suatu
pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien, dan rasional dalam
memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada
individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui
proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan(Irene, 2018).
Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk
memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien,
keluarga, kelompok dan masyarakat(Nursalam, 2015).
Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen adalah
proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan
perkembangan. Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber
untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan
berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi (Sri Mugianti, 2016).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai
suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga
diharapkan keduanya saling menopang. Sebagaimana yang terjadi di dalam
proses keperawatan, di dalam manajemen keperawaatan pun terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap
mayoritas tenaga seorang pegawai, maka setiap tahapan di dalam proses
manajemen lebih rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan
aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.
Dalam melaksanakan praktek manajemen keperawatan menekankan pada
penerapan konsep-konsep dan prinsip kepemimpinan dan manajemen
keperawatan dalam tatanan pelayanan kesehatan nyata. Oleh karena itu untuk
aplikasi nyata manajemen keperawatan, maka kelompok tertarik melakukan
praktek manajemen keperawatan di ruang ICU.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan, kelompok
diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dengan
menggunakan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP), secara
bertanggungjawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang profesional
serta langkah-langkah manajemen keperawatan.

2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek manajemen keperawatan ini,
kelompok mampu :
1. Melaksanakan pengkajian diruangan ICU
2. Melaksanakan analisis situasi dan identifikasi masalah manajemen
keperawatan terutama supervisi keperawatan.
3. Melakukan kegiatan manajemen keperawatan yaitu supervisi
keperwatan di ruang ICU maupun di semua ruangan di Rumah Sakit.

C. MANFAAT
1. Bagi lahan pratik :
Ruang ICU : Dapat melakukan supervisi keperawatan dengan baik sesuai
dengan draft panduan dan SPO supervisi.
2. Bagi mahasiswa
Mahasiswa mengerti dan mampu menerapkan atau mengaplikasikan
manajemen keperawatan terutama supervisi keperawatan di dalam Rumah
sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN


1. Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses menyelesaikan suatu
pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien, dan
rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit
maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan(Irene, 2018).
Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk
memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada
pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat(Nursalam, 2015). Manajemen
adalah suatu proses atau kerangka kerja, melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan organisasional atau
maksud yang nyata(Ronald, 2018). Manajemen sangat penting diterapkan di
dalam ruangan agar semua kegiatan tertatarapi dan terarah, sehingga tujuan
dapat dicapai bersama, yaitu menciptakan suasana yang aman dan nyaman
baik kepada sesame staf keperawatan maupun pasien.
Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan adalah
suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara profesional (Gillies, 2011).

2. Fungsi –fungsi Manajemen Keperawatan


Fungsi-fungsi manajemen menurut Nursalam, 2015 :
1. Perencanaan (Planning)
Planning memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana
melakukannya dan siapa yang melakukannya. 14 Fungsi perencanaan
merupakan suatu penjabaran dari tujuan yang ingin dicapai, perencanaan
sangat penting untuk melakukan tindakan.
Didalam proses keperawatan perencanaan membantu perawat dalam
menentukan tindakan yang tepat bagi klien dan menjamin bahwa klien
akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka butuhkan dan sesuai
dengan konsep dasar keperawatan.
a. Tujuan perencanaan
1) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan.
2) Agar penggunaan personel dan fasilitas tersedia efektif.
3) Efektif dalam hal biaya.
4) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
5) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
b. Tahapan dalam perencanaan
1) Menetapkan tujuan.
2) Merumuskan keadaan sekarang.
3) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan.
4) Mengembangkan serangkaian kegiatan.
5) Jenis perencanaan :
a) Perencanaan strategi Perencanaan yang sifat jangka panjang
yang ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan arahan
umum suatu organisasi. Digunakan untuk mendapatkan dan
mengembangkan pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada 15 pasien, juga digunakan untuk merevisi pelayanan
yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.
b) Perencanaan operasional Menguraikan aktivitas dan
prosedur yang akan digunakan serta menyusun jadwal waktu
pencapaian tujuan, menentukan siapa perawat yang
bertanggung jawab untuk seiap aktivitas dan prosedur serta
menggambarkan cara menyiapkan perawat dalam bekerja
dan prosedur untuk mengevaluasi perawatan pasien.
c. Manfaat perencanaan
1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
2) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasi lebih jelas.
3) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
4) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan.
5) Memudahkan koordinasi.
6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebiih mudah
dipahami.
7) Meminimlkan pekerjaan yang tidak pasti.
8) Menghemat waktu dan dana.
d. Keuntungan perencanaan
1) Meningkatkan peluang sukses.
2) Membutuhkan pemikiran analitis.
3) Mengarahkan orang ketindakan.
4) Memodifikasi gaya manajemen.
5) Fleksibitas dalam pengambilan keputusan.
6) Meningkatkan keterlibatan anggota.
e. Kelemahan perencanaan
1) Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan
berlebihan pada konstribusi nyata.
2) Cenderung menunda kegiatan.
3) Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif
4) Kadang-kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh
penyelesaian siuasional individual dan penanganan suatu
masalah pada saat masalah itu terjadi.
5) Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang
tidak konsisten.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian suatu langkah untuk menetapkan,
mengelompokkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan
tugas-tugas dan wewenang-wewenang seseorang, pendelegasian
wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian
merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek
personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
a. Manfaat pengorganisasian, akan dapat diketahui:
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
2) Hubungan organisatoris antara orang-orang didalam
organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
3) Pendelegasian wewenang.
4) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.
b. Tahapan dalam pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami staf, tugas ini sudah
tertuang dalam fungsi manajemen.
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok
untuk mencapai tujuan.
3) Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam satuansatuan
kegiatan yang praktis.
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh
staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
6) Mendelegasikan wewenang.
3. Kepegawaian (Staffing)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, merupakan proses
yang teratur, sistematis, berdasarkan rasional diterapkan untuk
menentukan jumlah dan jenis personal suatu organisasi yang dibutuhkan
dalam situasi tertentu.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing prinsip:
rekruitmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan
klasifikasi pasien. Komponen tersebut merupakan suatu proses yang
mana nantinya berhubungan dengan penjadwalan siklus waktu kerja bagi
semua personel yang ada. Terdapat beberapa langkah yang diambil untuk
menentukan waktu kerja dan istirahat pegawai, yaitu:
a. Menganalisa jadwal kerja dan rutinitas unit.
b. Memberikan waktu masuk dan libur pekerjaaan.
c. Memeriksa jadwal yang telah selesai.
d. Menjamin persetujuan jadwal yang dianjurkan dari manajemen
kperawatan.
e. Memasang jadwal untuk memberitahu anggota staff.
f. Memperbaiki dan memperbaharui jadwal tiap hari.
4. Pengarahan (actuating)
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar
mereka mampu bekerja secara optimal dalam melaksnaakan tugas-
tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki. Pengarahan ini
termasuk didalamnya adalah kejelasan komunikasi, pengembangan
motivasi yang efektif. Pelaksanaan pengarahan (actuating) merupakan
fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan
pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota
kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai
sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan
cara terbaik dan benar.
Hakikat dari pengarahan adalah sebagai keseluruhan usaha, cara,
teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau
dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan
organisasi dengan efisien, efektif dan produktif. Para anggota organisasi
akan bersedia mengerahkan segala kemampuan, tenaga, keahlian,
keterampilan, dan waktunya bagi kepentingan pencapaian tujuan
organisasi apabila kepada mereka diberikan penjelasan yang lengkap
tentang hakikat, bentuk, dan sifat tujuan yang hendak dicapai.
Pengarahan diruang perawatan dapat dilakukan dilakukan dalam
beberapa kegiatan yaitu operan pasien, program motivasi, manajemen
konflik, dan melakukan supervisi dan lainnya.
a. Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir
positif bagi setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui
pujian (reinforcement) pada setiap orang yang bekerja
bersamasama. Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi
merupakan pendorong kuat untuk fokus pada potensi masing-
masing anggota.
b. Manajemen konflik, perubahan kemungkinan menimbulkan
konflik yang disebabkan oleh persepsi, pandangan dan
pendapat yang berbeda. Untuk itu dilakukan pelatihan tentang
sistem pelayanan dan asuhan keperawatan bagi semua SDM
yang ada. Komunikasi yang terbuka diarahkan kepada
penyelesaian konflik dengan win-win solution.
c. Supervisi / pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan
untuk memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan
sesuai standar mutu yang ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan
sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada
pengawasan partisipatif yaitu perawat yang mengawasi
pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada
pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada
hal-hal yang belum terpenuhi. Dengan demikian pengawasan
mengandung makna pembinaan. Pengawasan dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung
dilakukan saat tindakan atau kegiatan sedang berlangsung,
misalnya perawat pelaksanan sedang melakukan ganti balutan,
maka katim mengobservasi tentang pelaksanaan dengan
memperhatikan apakah standar kerja dijalankan.
5. Pengendalian/evaluasi (Controlling)
Controlling merupakan proses pemeriksaan apakah segala sesuatu
yang terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditetapkan, yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak
terjadi lagi
Tugas seorang manajerial dalam usaha menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut:
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan
hasilnya mudah diukur.
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting
dalam upaya mncapai tujuan organisasi.
c. Standart untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada
semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa
tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.
d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk
meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk
mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki
kinerja.
Terdapat 10 karakteristik suatu sistem kontrol yang baik:
a) Harus menunjukkan sifat dari aktifitas
b) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
c) Harus memandang kedepan
d) Harus menunjukkan penerimaan pada titik krisis
e) Harus obyektif
f) Harus fleksibel
g) Harus menunjukkan pola organisasi
h) Harus ekonomis
i) Harus mudah dimengerti
j) Harus menunjukkan tindakan perbaikan
Ada 2 metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji
pencapaian tujuan keperawatan, yaitu:
a. Analisa data Perawat melihat gerkaan , tindakan dan
prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal,
aturan, catatan, anggaran. Hanya ukuran fisik saja dan
secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas
dalam keperawatan.
b. Kontrol kualitas Perawat dihadapkan pada pengukuran
kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.
Manfaat pengawasan: Apabila fungsi pengawasan dan
pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat maka akan
diperoleh manfaat:
a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja.
b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan
dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya. c.
Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya
telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara
benar. d. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan
penghargaan atau bentuk promosi dan latihan kerja.

3. Ruang lingkup Manajemen Keperawatan


1. Manajemen dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi
Manajement By Objective (MBO). Sebuah organisasi yang ingin
menerapkan konsep MBO harus selalu peka dengan rumus dan tujuan
organisasinya dan selalu mengembangkan pendekatan partisipatif untuk
mencapai tujuan tersebut.
2. Management is how to work with others Dengan menggunakan
pendekatan ini manajemen dapat dipelajari dari proses kerja sama yang
berkembang antara pimpinan dengan staffnya untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah diketahui sebelumnya.
3. Manajemen sebagai ilmu terapan. Untuk menggerakkan roda
administrasi, seorang manajer harus memiliki wawasan yang luas dan
terus mengembangkan dirinya dengan mempelajari berbagai ilmu yanng
terkait dengan tugas-tugasnya.
4. Manajemen adalah proses pemecahan masalah. Proses manajemen
dalam prakteknya dapat dikaji dan proses pemecahan masalah yang
dikembangkan oleh semua unit kerja atau organisasi secara keseluruhan.
Langkah praktisnya terdiri dari identifikasi masalah, merumuskan
langkah-langkah.

4. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan


Beberapa prinsip dasar manajemen keperawatan :
1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan, perencanaan
merupakan hal yang utama dan serangkaian fungsi dari aktivitas
manajemen.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu
yang efektif.
3. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.
4. Menajemen keperawatan harus terorganisasi.
5. Menajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
5. Pengantar Manajemen Keperawatan
Manajemen keparawatan secara singkat diartikan sebagai proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan,dan rasa aman kepada
pasien/keluarga serta masyarakat (Gallies,1985). Pada umumnya suatu
system dicirikan oleh lima elemen yaitu :
1) Input
Dalam proses manajemen keperawatan input berupa informasi,
personel, peralatan dan fasilitas.
2) Proses
Pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat
pengelolah keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana
yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksaan pelayanan keperawatan.
3) Output/keluaran
Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian asuhan
keperawatan danpengembangan staf,  serta kegiatan penelitian
untuk menindaklanjuti hasil/keluaran.
4) Kontrol
Dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan
melalui penyusunan anggaran yang proposional, evaluasi
penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai
standar akreditasi.
5) Mekanisme Umpan Balik
Mekanisme umpan balik dapat diakukan melalui laporan
keuangan, audit keperawatan, dan survei kendali mutu,serta
penampilan kerja perawat.

B. KONSEP SUPERVISI
1. Definisi Supervisi
Supervisi adalah suatu kegiatan yang dilakukan berupa pengawasan,
pengontrolan, pengendalian maupun pengevaluasian (KBBI, 2014). Menurut
Gillies (1994), menyatakan supervisi atau pengawasan merupakan salah satu
dari prinsip perilaku kepemimpinan. Supervisi dilakukan untuk melihat
pekerjaan yang sedang berlangsung dan memperbaikinya apabila terjadi
pelaksanaan yang tidak baik. Menurut RCN (2007), supervisi adalah proses
memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi, dengan
cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan.
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala
oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan bawahan yang kemudian bila
ditemukan masalah segera dilakukan bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (Suarli, 2012).
Supervisi adalah pengawasan langsung yang dilakukan untuk
mengawasi pekerjaan atau prestasi orang lain. Supervisi meliputi penilaian
kepada individu untuk melihat kegiatan apa yang telah selesai dan apa yang
mungkin masih perlu untuk diselesaikan sepanjang hari (Tappen, Weiss, &
Whitehead 2010). Menurut Swanburg (2010), menyatakan bahwa supervisi
adalah suatu proses untuk memberikan kemudahan dalam menyelesaikan
tugas-tugas keperawatan. Pelayanan asuhan keperawatan akan sulit
dipertahankan dan ditingkatkan tanpa melakukan supervisi.
Berdasarkan beberapa uraian pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa supervisi adalah suatu kegiatan profesional dalam pelayanan
keperawatan yang dilakukan oleh manajer kepada bawahan. Proses supervisi
merupakan kegiatan pembelajaran, pelatihan yang bertujuan untuk
peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta serta memberikan
dukungan kepada bawahan dan merupakan pengawasan terhadap
pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan.

2. Tujuan Supervisi
Menurut Gillies (1994), tujuan dari supervisi adalah untuk memeriksa,
menilai dan memperbaiki penampilan kerja pegawai sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Swanburg (2010) mengatakan tujuan supervisi adalah
(1) Memperhatikan anggota unit organisasi di samping itu area kerja dan
pekerjaan itu sendiri. (2) Memperhatikan rencana, kegiatan, dan evaluasi
dari pekerjaannya. (3) Meningkatkan kemampuan pekerjaan melalui
orientasi, latihan dan bimbingan individu sesuai kebutuhannya serta
mengarahkan kepada kemampuan ketrampilan keperawatan.
Menurut Suarli (2012), tujuan supervisi adalah memberikan bantuan
kepada bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan
akan memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan
dengan hasil yang baik. Supervisi yang baik adalah supervisi yang dilakukan
secara berkala.
3. Pelaksana Supervisi
Menurut Suyanto (2008), supervisi keperawatan dilaksanakan oleh
personil atau bagian yang bertanggung jawab antara lain:
a. Kepala Ruangan
Kepala ruangan bertanggung jawab melakukan supervisi
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien diruang
perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat
pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara
langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan metode
penugasan yang diterapkan di ruang perawatan tersebut.
b. Pengawas Perawatan (Supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah
unit fungsional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung
jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.
c. Kepala Bidang Keperawatan
Kepala bidang keperawatan yang merupakan top manajer
dalam bidang keperawatan, bertanggung jawab untuk melakukan
supervisi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui para
pengawas perawatan.

Suarli (2012), mengemukakan bahwa yang bertanggung jawab


melakukan supervisi adalah atasan langsung yang memiliki kelebihan dalam
organisasi tersebut. Karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana
supervisi meliputi:

1) Atasan langsung dari yang disupervisi, apabila tidak


memungkinkan, dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas dan
wewenang dan tanggung jawab yang jelas
2) Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis
pekerjaan yang akan disupervisi.
3) Memiliki keterampilan melakukan supervisi artinya memahami
prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi.
4) Memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter.
5) Mempunyai waktu yang cukup, sabar, dan selalu berupaya
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bawahan
yang disupervisi

4. Teknik Supervisi
Menurut Arwani (2006), secara teknis supervisi dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Supervisi langsung bertujuan untuk proses
pembimbingan, arahan, dan pencegahan serta memperbaiki kesalahan yang
terjadi, maka supervisi langsung lebih tepat digunakan. Supervisi yang ditujukan
untuk memantau proses pelaksanaan tugas kepearawatan yang telah dijalankan
maka supervisi tidak langsung lebih tepat digunakan. Supervisi langsung
dilakukan pada kegiatan yang sedang berlangsung. Supervisor terlibat dalam
kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai
perintah.
Supervisi tidak langsung dilakukan melalui laporan tertulis seperti laporan
pasien dan catatan asuhan keperawatan pada shift pagi, sore dan malam. Dapat
juga dengan menggunakan laporan lisan seperti saat timbang terima shift, ronde
keperawatan maupun rapat. Supervisor tidak melihat langsung kejadian
dilapangan sehingga memungkinkan terjadi kesenjangan fakta. Hasil temuan dari
supervisi tidak langsung memerlukan klarifikasi dan umpan balik diberikan agar
tidak terjadi salah persepsi dan masalah segera dapat diselesaikan (Suyanto,
2008).
Menurut Kirk, Eaton & Auty (2000), proses supervisi dapat dilakukan
dengan cara self-supervision, one-to-one supervision dan team supervision. Bush
(2005), mengemukakan supervisi dapat dilakukan dengan cara one-to-one
dengan expert berasal dari disiplin ilmu yang sama, one-to-one dengan expert
berasal dari disiplin ilmu yang berbeda, one-to-one yang dilakukan oleh rekan,
group supervision dan network supervision. Kegiatan tersebut dilaksanakan
dengan meningkatkan hubungan interpersonal sehingga tujuan dari supervisi
dapat tercapai (Heron 1990).

5. Kompetensi Supervisor
Seorang supervisor keperawatan dalam melaksanakan supervisi harus
memiliki kemampuan (1) memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas,
sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan, (2) memberikan
saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksana keperawatan, (3)
mmeberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staff dan pelaksana
keperawatan, (4) mampu memahami dinamika kelompok, (5) memberikan
latihan dan bimbingan yang diperlukan, (6) melakukan penilaian terhadap
penampilan kerja perawat, (7) mengadakan pengawasan agar agar asuhan
keperawatan yang diberikan lebih baik (Suyanto, 2008).
6. Peran dan Fungsi Supervisi
Peran supervisor adalah tingkah laku seorang supervisor yang diharapkan
oleh perawat pelaksana dalam melaksanakan supervisi. Menurut Kron (1987)
peran supervisor adalah sebagai perencana, pengarah, pelatih, dan penilai.
a). Peran sebagai perencana.
Seorang supervisor dituntut mampu membuat perencanaan sebelum
melaksanakan supervisi. Dalam perencanaan seorang supervisor banyak
membuat keputusan mendahulukan tugas dan pemberian arahan, untuk
memperjelas tugasnya untuk siapa, kapan waktunya, bagaimana,
mengapa, termasuk memberikan instruksi.
b). Peran sebagai pengarah.
Seorang supervisor harus mampu memberikan arahan yang baik
saat supervisi. Semua pengarahan harus konsisten dibagiannya dan
membantu perawat pelaksana dalam menampilkan tugas dengan aman
dan efisien meliputi: pengarahan harus lengkap sesuai kebutuhannya,
dapat dimengerti, pengarahan menunjukkan indikasi yang penting, bicara
pelan dan jelas, pesannya masuk akal, hindari pengarahan dalam satu
waktu, pastikan arahan dapat dimengerti, dan dapat ditindaklanjuti.
Pengarahan diberikan untuk menjamin agar mutu asuhan keperawatan
pasien berkualitas tinggi, maka supervisor harus mengarahkan staf
pelaksana untuk melaksanakan tugasnya sesuai standar yang ditentukan
rumah sakit. Pengarahan sangat penting karena secara langsung
berhubungan dengan manusia, segala jenis kepentingan, dan
kebutuhannya. Tanpa adanya pengarahan, karyawan cenderung
melakukan pekerjaan menurut cara pandang mereka pribadi tentang
tugas-tugas apa yang seharusnya dilakukan, bagaimana melakukan dan
apa manfaatnya.
c). Peran sebagai pelatih.
Seorang supervisor dalam memberikan supervisi harus dapat
berperan sebagai pelatih dalam pemberian asuhan keperawatan pasien.
Dalam melakukan supervisi banyak menggunakan keterampilan
pengajaran atau pelatihan untuk membantu pelaksana dalam menerima
informasi. Prinsip dari pengajaran dan pelatihan harus menghasilkan
perubahan perilaku, yang meliputi mental, emosional, aktivitas fisik, atau
mengubah perilaku, gagasan, sikap dan cara mengerjakan sesuatu.
d) Peran sebagai penilai.
Seorang supervisor dalam melakukan supervisi dapat memberikan
penilaian yang baik. Penilaian akan berarti dan dapat dikerjakan apabila
tujuannya spesifik dan jelas, terdapat standar penampilan kerja dan
observasinya akurat. Dalam melaksanakan supervisi penilaian hasil kerja
perawat pelaksana saat melaksanakan asuhan keperawatan selama periode
tertentu seperti selama masa pengkajian. Hal ini dilaksanakan secara terus
menerus selama supervisi berlangsung dan tidak memerlukan tempat
khusus.
Pelaksanaan supervisi berfungsi untuk meningkatkan keyakinan diri,
peningkatan kemampuan untuk mendukung pasien, peningkatan kemampuan
dalam hubungan dengan pasien, dan peningkatan kemampuan untuk mengambil
tanggung jawab kualitas supervisi menunjukkan bahwa kepuasan dalam
pelaksanaan supervisi mendorong untuk meningkatkan kualitas pelayanan
(Berggren & Severinsson, 2005).
Peran yang dilakukan supervisor saat pelaksanaan supervisi meliputi
mengamati dan membimbing, memberikan sikap yang mendukung, dan mampu
mengidentifikasi masalah bersama pasien dan pelaksanaan berfokus pada teoritis
(Christiansen, at al, 2011).
Berdasarkan Departement of Health Human Service (DHHS) (2009),
fungsi seorang supervisor klinik adalah:
a. Teacher: membantu untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan, meningkatkan kesadaran diri, melalui proses
pembelajaran dengan mengidentifkasi kebutuhan untuk
meningkatkan professional. Supervisor adalah guru, pelatih dan
seorang role model profesional.
b. Consultant: sebagai konsultan kinerja serta memantau masalah
yang ada dan juga menentukan alternatif penyelesaian masalah
untuk mencapai tujuan bersama. Konsultan sebagai unit terdepan
dalam organisasi untuk mengenali dan mengatasi masalah yang ada.
c. Coach: memberikan dukungan dalam pembentukan moral, menilai
kebutuhan serta kekuatan, menyarankan berbagai pendekatan klinis,
model serta mengatasi kelelahan melalui pelatihan terus menerus.
d. Mentor (role model): supervisor mengajarkan supervisees melalui
peran model, memfasilitasi pengembangan professional serta
melatih generasi berikutnya.

7. Model Supervisi
Menurut Suyanto (2008), beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam
kegiatan supervisi antara lain:
a. Model konvensional
Supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk
menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuhan
keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan
memata-matai staff dalam menjalankan tugas. Model ini sering tidak
adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif,
hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan.

b. Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan
sehingga tidak hanya mencari kesalahan atau masalah saja. Oleh karena
itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memiliki karakteristik:
a) dilakukan secara berkesinambungan, b) dilakukan dengan prosedur,
instrument dan standar supervisi yang baku, c) menggunakan data yang
obyektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.
c. Model klinis
Supervisi ini bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam
mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan kinerjanya
dalam pemberian asuhan keperawatan meningkat. Supervisi yang
dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan
standar keperawatan.
d. Model artistik
Model ini dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh
perawat pelaksana yang akan di supervisi. Pendekatan interpersonal
akan menciptakan hubungan saling percaya sehingga hubungan antara
perawat pelaksana dengan supervisor akan terbuka yang mempermudah
proses supervisi.

Beberapa model supervisi telah dikembangkan antara lain Model Proctor:


model ini mengembangkan bahwa seorang supervisor harus memenuhi tiga
fungsi utama utama yaitu: restoratif, formatif dan normative. Model ini yang
memandu praktek supervisi tidak boleh terlalu preskriptif, tetapi bertindak
sebagai kerangka kerja yang didukung oleh prinsip teori (Bush, 2005). Model
lain adalah The CLEAR (integratif) model menjelaskan tugas atau proses
pengawasan meliputi beberapa komponen yaitu kontrak, mendengarkan,
mengeksplorasi, tindakan dan meninjau. Komponen kontrak menggambarkan
adanya proses sebelum pelaksanaan supervisi melalui sesi negosiasi untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Komponen mendengarkan meliputi adanya
proses menjadi seorang pendengar yang aktif. Komponen mengeksplorasi
dilakukan dengan menggunakan pertanyaan untuk mendapatkan informasi baru
dalam kemajuan klinis. Komponen tindakan dan meninjau dilakukan sebagai
kegiatan terakhir. Dilakukan dengan proses bimbingan secara bertahap
berdasarkan teoritis. Supervisi yang dilakukan berdasarkan kerangkan kerja yang
bertujuan untuk pengembangan supervisees. Supervisor harus menyadari elemen
utama dalam model ini adalah: murah hati, bermanfaat, bersikap terbuka, mau
belajar, bijaksana dan pemikiran, manusiawi, sensitive (Berggren & Severinsson,
2005).
BAB III
HASIL PENGKAJIAN MANAJEMEN LAYANAN KEPERAWATAN
DI RUANG ICU RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA
SUNGAILIAT

A. Sejarah Singkat
Rumah Sakit Medika Stannia salah satu rumah sakit swasta yang ada di
kabupaten Bangka bertype RS kelas “C” dan telah terakreditasi Utama dari
SNARS Versi 2018 dengan kapasitas tempat tidur rawat inap 110 TT. RS
Medika Stannia berlokasi di Kabupaten Bangka tepatnya di Kota Sungailiat Jalan
Jenderal Sudirman Nomor 03 dengan luas bangunan 3.816 m² diatas tanah seluas
17.727 m² . Rumah Sakit Medika Stannia mulai melayani pasien pada tahun 1995
dengan nama BPRB (Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin) Sungailiat cabang
dari PUSYANDIK Pangkalpinang.
Seiring dengan pertumbuhan BPRB Sungailiat, maka pada tahun 2005,
status hukum dari BPRB Sungailiat berubah menjadi Rumah Sakit Medika
Stannia yang diresmikan pada 28 April 2005.
Pada awal berdirinya RS Medika Stannia Dikelola oleh Yayasan Bhakti
Timah kemudian beralih pemilik ke PT Rumah Sakit Bhakti Timah dan sekarang
bergabung dalam Rumah sakit BUMN yaitu Indonesian Health Coporstion
dibawah PT Pertamina Medika.

B. Visi, Misi dan Motto


Visi
 Menjadi Rumah Sakit TERKEMUKA di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
Misi
 Menyediakan Jasa Layanan Kesehatan Unggulan.
 Mengembangakan dan Menyiapkan Tenaga Profesional.
 Mengembangkan Sistem Layanan Terpadu yang Handal.
 Menambah Jejaring Pengobatan
Motto
 Melayani dengan Sepenuh Hati
C. Struktur Organisasi .

Direktur

Chief Medical

Kepala Ruangan

Katim I Katim II

Anggota I Anggota I
Anggota II Anggota II
Anggota III Anggota III
Anggota IV

D. Sarana Pelayanan Ruangan ICU


1. Ruangan ini merupakan ruangan intensif care unit
2. Diruang ICU memiliki kapasitas tempat tidur berjumlah 3 bed ICU, 1 bed
HCU
3. Nurse Station posisi di tengah bed ICU dan NICU
4. Ruang ICU mempunyai 4 monitor, 5 syringe pump, 2 infus pump, 5
ventilator ,1 buah trolley emergency, 4 trolley obat, lemari obat alkes dan
dokumen.

E. Sumber Daya Manusia Keperawatan Ruangan ICU


1. Jumlah tenaga keperawatan di ruang ICU ada 1 kepala ruangan dan 7
perawat pelaksana, terdiri dari :
a) S. Kep Ners 2 orang
b) DIII Keperawatan 5 orang.
c) Melanjutkan S1 keperawatan 1 orang
2. Pelaksanaan pelayanan keperawatan menggunakan metode kasus terdiri dari
1 karu, 2 orang katim dan perawat pelaksana di masing tim.
F. Hasil Pengkajian dan Fungsi Manajemen
1. Hasil Pengkajian dan Fungsi Manajemen
Berdasarkan hasil pengkajian dan fungsi manajemen berupa hasil
kuesioner yang dapat dilihat pada lampiran, hasil observasi dan hasil
wawancara dengan kepala ruangan ICU didapatkan hasil:
a. Pengkajian Ruang ICU
Data Demografi
1). Usia Tenaga Perawat
a) 17 – 25 tahun : 0 orang
b) 26 – 35 tahun : 8 orang
c) 36 – 45 tahun : 0 orang
Interpretasi : 26-35 tahun ada 8 orang dengan persentase 100 %
2). Jenis kelamin laki-laki berjumlah 5 orang dan perempuan 3 orang
Interpretasi : jumlah perawat di ruang ICU ada 5 orang dengan jenis
kelamin laki- laki persentase 62,5% dan perempuan 3 orang dengan
persentase 37,5 %
3). Status Pernikahan
a) Menikah : 7 orang
b) Belum Menikah : 1 orang
Inteprestasi: dari jumlah perawat 7 orang sudah menikah semuanya
dengan persentase 87,5% dan 1 orang 12,5%.
4). Pendidikan Formal
a) SI Kep Ners : 2 orang
b) D3 Keperawatan : 5 orang
c) 1 orang masih dalam proses sekolah S1 Keperawatan
Interpretasi : jumlah pendidikan formal untuk lulusan S1 Kep Ners
terdapat 2 orang dengan persentase 25 %, pendidikan DIII
keperawatan terdapat 5 orang dengan persentase 62,5 % sedangkan
yang masih sekolah S1 Keperawatan hanya 1 orang dengan persentase
12,5%

5). Masa Kerja


a) 0 – 5 tahun : 0 orang
b) 6-10 tahun : 6 orang
c) > 10 tahun : 2 orang
Interpretasi : masa kerja dari 6 – 10 tahun terdapat 6 orang dengan
persentase 75 % dan masa kerja > 10 tahun terdapat 2 orang dengan
persentase 25%.

b. Pengkajian Fungsi Manajemen


Proses wawancara dilakukan pada Kepala Ruangan dan 7 perawat
pelaksana ruangan ICU.
Fungsi Perencanaan
1). Visi
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, rencana
harian sudah dibuat setiap kali dinas tetapi belum dibuat dalam
format. Visi sudah disosialisasikan kesemua perawat yang ada di
ruangan ICU.
Ruangan ICU sudah memiliki Standar Asuhan Keperawatan
(SAK) sebagai pedoman dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
dan Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai pedoman tindakan
keperawatan, namun dalam proses pelaksanaan tindakan
keperawatan terkadang belum sesuai dengan SOP yang ada, selain
itu juga SAK dan SOP belum diperbaharui.
b) Kuesioner :
Terdapat beberapa aspek yang dinilai dalam wawancara
mengenai visi, antara lain ;
 Dalam melaksanakan tugas, saya sesuai dengan visi Rumah
Sakit
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner persentase 40% menjawab ‘’YA’’ dan ‘’KADANG-
KADANG’’ persentase 60 %.
 Dalam melaksanakan asuhan keperawatan saya berpedoman
pada standart asuhan keperawatan (SAK)
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner persentase 40% menjawab ‘’YA’’ dan ‘’KADANG-
KADANG’’ persentase 60 %.
 Dalam melaksanakan asuhan keperawatan saya berpedoman
pada standart asuhan operasional prosedur (SOP)
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, persentase 40% menjawab ‘’YA’’ dan ‘’KADANG-
KADANG’’ persentase 60 %.
 Visi disosialisasikan kepada semua staf perawat
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, persentase 40% menjawab ‘’YA’’ dan ‘’KADANG-
KADANG’’ persentase 60 %.
 Dalam bekerja saya berdasarkan peraturan yang ada di rumah
sakit
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, persentase 60% menjawab ‘’YA’’ dan ‘’KADANG-
KADANG’’ persentase 40 %.
c) Observasi :
Visi ruangan ICU belum tertempel di dinding ruangan sekitar
Nurse Station namun tidak ada jadwal kegiatan khusus untuk
mengulang pembacaan visi secara bersama-sama selama jam
kerja.Visi masih berupa soft copy. Draft SPO dan SAK yang
terbaru sudah ada masih dalam bentuk soft copy dan belum
disahkan oleh direktur, Dalam Pelaksanaan SPO dan SAK belum
optimal dan perlu untuk diperbaharui

2).Misi
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan misi sudah
disosialisasikan kesemua perawat yang ada di ruangan ICU.
b) Kuesioner :
Terdapat beberapa aspek yang dinilai dalam wawancara
mengenai misi, antara lain ;
 Kepala ruangan menetapkan misi
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 75% menjawab ‘’YA’’dan 25% ‘menjawab
’TIDAK’’.
 Misi yang ditetapkan sesuai dengan visi yang hendak di capai
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,75% menjawab ‘’YA’’dan 25% ‘menjawab
’TIDAK’’.
 Misi disusun dalam bentuk rangkaian kegiatan mencapai visi
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 75% menjawab ‘’YA’’dan 25% ‘menjawab
’TIDAK’’.
 Misi disosialisasikan kepada semua staf perawat
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 75% menjawab ‘’YA’’dan 25% ‘menjawab
’TIDAK’’.

c) Observasi :
Misi ruangan ICU belum tertempel di dinding ruangan sekitar
Nurse Station, namun tidak ada jadwal kegiatan khusus untuk
mengulang pembacaan visi secara bersama-sama selama jam kerja
dan Misi masih berupa soft copy

3).Rencana Harian
a) Wawancara
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, rencana
harian sudah dibuat setiap kali dinas, namun belum dilaksanakan
secara konsisten.

b) Kuesioner :
 Menyusun rencana harian setiap kali dinas
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,50% menjawab ‘’YA’’, 50% menjawab “TIDAK”
 Mencantumkan tanggal dinas di rencana harian
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’, 50% menjawab “TIDAK
 Urutan kegiatan disusun secara kronologis
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’, 50% menjawab “TIDAK
 Tercantum kegiatan manajerial
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,67% menjawab ‘’YA’’,dan 33% ‘’ menjawab
“TIDAK”
 Tercantum kegiatan asuhan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 67% menjawab ‘’YA’’,dan 33% ‘’ menjawab
“TIDAK”
 Rencana harian dikerjakan secara konsisten
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’,dan 33% ‘’ menjawab
“TIDAK”
c) Observasi :
Rencana kegiatan harian tidak dibuat secara konsisten.

Pengorganisasian
1). Struktur Organisasi
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, struktur
organisasi ruangan sudah dibuat sesuai dengan metode penugasan
di ruangan, yaitu metode kasus. Semua staf sudah memiliki uraian
tugas dan kewenangan klinisnya masing-masing sebagai batasan
dan wewenang proses pelayanan. Jumlah tenaga keperawatan yang
ada saat ini belum cukup.
Hambatan yang dialami dalam pengembangan MPKP saat ini
diantaranya adalah belum maksimalnya dalam memberikan asuhan
dikarenakan jika ada perawat yang cuti atau izin akan kekurangan
personil sehingga Ka.Ru harus ikut serta dalam memberikan asuhan
keperawatan dan terkadang metode kasus tidak dijalankan sesuai
jumlah pasien yang masuk ke ICU, masih menggunakan metode
fungsional.
b) Kuesioner
 Saya memahami metode penugasan di ruangan
Dari 7 perawat yang berpartipasi dalam mengisi kuesioner,
40% menjawab “YA” dan 20% menjawab “KADANG-
KADANG”
dan menjawab “TIDAK” 40%
 Saya memahami struktur organisasi yang ada diruangan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 40% menjawab ‘’YA’’dan 20% menjawab
“KADANG-KADANG” dan menjawab “TIDAK” 40%
 Dalam bekerja saya melakukan tugas sesuai dengan uraian tugas
yang ditentukan oleh ruangan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 40% menjawab ‘’YA’’dan 20% menjawab
“KADANG-KADANG” dan menjawab “TIDAK” 40%
 Jumlah tenaga keperawatan yang ada diruangan telah sesuai
dengan beban kerja
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 20% menjawab ‘’YA’’, 40% menjawab
“TIDAK”dan 40% ‘’KADANG-KADANG’’
 Pengaturan sift yang ada dalam ruangan saya berdasarkan dari
tingkat ketergantungan klien
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 40% menjawab ‘’YA’’, 20% ‘’TIDAK’’ dan 40%
‘’KADANG-KADANG’’

c) Observasi :
Struktur organisasi ruang ICU ada tetapi belum diperbaharui.
Dokumen uraian tugas dan daftar kewenangan klinis sudah ada,
sesuai dengan nama masing-masing perawat yang ada dengan
adanya tanda tangan serta tanggal dan tahun dikeluarkannya tetapi
ada beberapa beberapa perawat yang dokumen uraian tugas dan
daftar kewenagan klinis belum ada karena baru dirotasi keruangan
ICU.
Tenaga keperawatan di ruang ICU berjumlah 8 orang (termasuk
Ka.Ru) terdiri dari 4 bed (3 bed ICU dan 1 bed HCU)
Pada saat operan semua perawat antar shift mengikuti dan
belum sesuai SOP.
2). Jadwal Dinas
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, daftar dinas
disusun berdasarkan kasus dan dibuat untuk 1 bulan. Penyusunan
jadwal dinas dilakukan oleh Ka.Ru dan di ACC oleh Ka.Bid
Pelayanan Medis. Daftar perawat yang berdinas (nama Ka. Ru,
perawat pelaksana) sudah tercantum di maps file nurse station
sesuai tanggal, bulan dan tahun yang ada.ang

b) Kuesioner :
 Menggunakan format yang disediakan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “TIDAK”
50%
 Tercantum nama-nama perawat per tim
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “TIDAK”
50%
 Tergambar adanyanya penanggung jawab harian
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “TIDAK”
50%
 Susunan dinas pershift pagi, sore dan malam
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “TIDAK”
50%
 Jadwal dibuat untuk satu bulan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “TIDAK”
50%
 Komposisi tenaga tiap shift sesuai
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “TIDAK”
50%
c) Observasi :
Jadwal dinas dibuat perbulan oleh Ka. Ru. Terdapat maps file
di sekitar nurse station yang mencantumkan jadwal dinas ruangan
ICU dengan menjelaskan nama Ka. Ru, dan Perawat pelaksana
yang bertugas dan pendidikan setiap petugas ICU.

3).Daftar Pasien
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, daftar pasien
yang menjadi kelolaan perawat pelaksana yang bertugas saat itu
terdapat pada status pasien dan lembar monitorung ICU. Daftar
pasien memang tidak ditampilkan secara terbuka untuk menjaga
privasi pasien.

b) Kuesioner :
 Tercantum nama pasien tiap tim
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 57% menjawab ‘’YA’’ 43% menjawab “TIDAK”
 Tercantum nama katim
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 57% menjawab ‘’YA’’ 43% menjawab “TIDAK”
 Tergambar nama perawat pelaksana
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 57% menjawab ‘’YA’’ 43% menjawab “TIDAK”
 Tergambar perawat asosiet (PA)
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 43% menjawab ‘’YA’’dan 57% menjawab “TIDAK”
 Tercantum nama dokter yang merawat
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 43% menjawab ‘’YA’’dan 57% menjawab “TIDAK”
 Tergambar perawat yang dinas pagi, sore dan malam
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 43% menjawab ‘’YA’’dan 57% menjawab “TIDAK”
 Tercantum tanggal, bulan dan tahun
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 29% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “TIDAK”
71%
c) Observasi :
Tidak tercantumnya daftar nama pasien kelolaan pada buku
laporan khusus hanya di simpan di dalam komputer ruangan ICU
dikarenakan sudah menggunakan SIM RS.

Pengarahan
1). Operan
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, operan
biasanya dilakukan di nurse station. Pelaksanaan ronde jarang
dilakukan.Operan tentang diagnosa keperawatan, TUK yang sudah
dicapai, tindakan yang sudah dilaksanakan, hasil asuhan
keperawatan kadang-kadang dilakukan, tindak lanjut kadang-
kadang saja dilakukan.Operan biasanya ditutup dengan do’a
bersama.

b) Kuesioner
 Karu/PJ shift membuka acara dengan salam
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 64% menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 36%
 Karu/PJ Tim mengoperkan Dx Keperawatan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 64% menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 36%
 Karu/PJ Tim mengoperkan TUK yang sudah di capai
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 64% menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 36%
 Karu/PJ Tim mengoperkan tindakan yang sudah dilaksanakan
Dari 7 perawat yang berpartipasi dalam mengisi kuesioner,
36% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “KADANG-KADANG”
64%
 Karu/PJ Tim mengoperkan hasil asuhan keperawatan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 36% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “KADANG-
KADANG” 64%
 Karu/PJ Tim mengoperkan tindak lanjut
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 36% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “KADANG-
KADANG” 64%
 PJ tim berikutnya mengklarifikasi
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,55% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “KADANG-
KADANG” 45%
 Karu memimpin ronde
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 55% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “KADANG-
KADANG” 45%
 Karu merangkum informasi operan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 55% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “KADANG-
KADANG” 45%
 Karu memimpin doa dan menutup acara
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,64% menjawab ‘’YA’’ dan 36% ‘’KADANG-
KADANG’’.
 Operan menggunakan teknik SBAR
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,64% menjawab ‘’YA’’ dan 36% ‘’KADANG-
KADANG’’.
c) Observasi :
Dari hasil observasi, sudah ada timbang terima saat operan dan
operan dilakukan di nurse station dan di ruangan pasien. Operan
dilakukan sesuai dengan jam dan diikuti semua perawat yang
berdinas saat itu.
2).Preconference dan Postconference
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan,
preconference biasanya dilakukan setelah operan dinas dengan shift
sebelumnya, sedangkan post conference dilakukan sebelum operan
dinas dengan shift selanjutnya, pada prosesnya hal ini sudah
dilakukan.

b) Kuesioner :
Preconference
 Katim / PJ Tim membuka acara
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
 Katim / PJ Tim menanyakan rencana harian
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
 Katim / PJ Tim memberi masukan dan tindak lanjut
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
 Katim / PJ Tim memberi reinforcement
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
 Katim / PJ Tim menutup acara
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
Postconference
 Katim / PJ Tim membuka acara
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
 Katim / PJ Tim menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
 Katim / PJ Tim menanyakan kendala pemberian asuhan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
 Katim / PJ Tim menanyakan tindak lanjut pada dinas berikutnya
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner 33 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 67%
 Katim / PJ Tim memberikan reinforcement
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 33 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 67%
 Katim/PJ Tim menutup acara
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%

c) Observasi :
Dari hasil observasi didapatkan preconference dan post
conference memang sudah dilakukan.

3).Pendelegasian
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan,
pendelegasian di ruangan ICU bila karu berhalangan hadir seperti
halnya cuti dan izin sakit maka didelegasikan bagi yaang berdinas
pagi dengan alasan tidak ada wakil kepala rungan dan tidak ada
yang berdinas harian. Jika ada yang berhalangan dinas maka
perawat bersangkutan mencari pengganti dan melaporkan kepada
Ka.Ru. Tukar dinas dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari
Ka.Ru. dengan mengisi surat ganti shift yang ditanda tangani Ka.Ru
dan perawat yang bersangkutan.

b) Kuesioner :
 Pendelegasian dilakukan kepada staf yang memiliki kompetensi
yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,34% menjawab ‘’YA’’.menjawab “KADANG-
KADANG” 33%, menjawab “ TIDAK” 33%
 Tugas yang dilimpahkan dijelaskan sebelum melakukan
pendelegasian
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 34% menjawab ‘’YA’’.menjawab “KADANG-
KADANG” 33%, menjawab “ TIDAK” 33%
 Selain pelimpahan tugas, kewenangan juga dilimpahkan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 34% menjawab ‘’YA’’.menjawab “KADANG-
KADANG” 33%, menjawab “ TIDAK” 33%
 Waktu pendelegasian tugas ditentukan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’.menjawab “KADANG-
KADANG” 33%, menjawab “ TIDAK” 17%
 Apabila si pelaksana tugas mengalami kesulitan, Karu, Katim
memberikan arahan untuk mengatasi masalah
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’.menjawab “KADANG-
KADANG” 33%, menjawab “ TIDAK” 17%
 Ada evaluasi setelah selesai tugas dilaksanakan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’.menjawab “KADANG-
KADANG” 33%, menjawab “ TIDAK” 17%

c) Observasi :
Surat Izin Ganti Shift tidak terdokumentasi di ruangan ICU.
Dan surat pelimpahan tugas sementara belum ada.
4).Supervisi
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, Pedoman
dan SOP tentang supervisi belum tersedia diruangan. Belum adanya
kebijakan dari atasan, Sehingga pelaksaaan supervisi diruangan
tidak optimal.
b) Kuesioner :
 Supervisi disusun secara terjadwal
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,100% menjawab ‘’TIDAK’’
 Semua staf mengetahui jadwal supervise yang dilaksanakan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’.
 Materi supervise dipahami oleh supervisor maupun staf
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’
 Supervisor mengorientasikan materi supervise kepada staf yang
disupervisi
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’
 Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai dengan materi supervise
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’
 Supervisor mengidentifikasi pencapaian staf dan memberikan
reinforcement
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’
 Supervisor mengidentifikasi aspek kinerja yang perlu
ditingkatkan oleh staf
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’
 Supervisor memberikan solusi dan role model bagaimana
meningkatkan kinerja staf
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’
 Supervisor menjelaskan tindak lanjut supervise yang telah
dilaksanakan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’
 Supervisor memberikan reinforcement terhadap pencapaian
keseluruhan staf
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’

c) Observasi :
Pedoman dan SPO supervisi belum tersedia diruangan sehingga
pelaksaan supervisi tidak optimal.

5).Ronde Keperawatan
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, ronde
keperawatan dengan menyiapkan bahan/kasus pada pasien sudah
dilakukan pada saat operan dinas.

b) Kuesioner :
 Kesiapan bahan yang akan disampaikan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 34% menjawab ‘’YA’’, 33% ‘’TIDAK’’ dan 33%
‘’KADANG-KADANG’’.
 Memberikan salam pembukaan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 34% menjawab ‘’YA’’, 33% ‘’TIDAK’’ dan 33%
‘’KADANG-KADANG’’.
 Menyampaikan kasus
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 11% menjawab ‘’YA’’, 22% ‘’TIDAK’’ dan 67%
‘’KADANG-KADANG’’.
 Memberikan kesempatan kepada perawat untuk bertanya
Dari 7 perawat yang berpartipasi dalam mengisi kuesioner,
11% menjawab “YA” , 22% “TIDAK” dan 67% “KADANG
- KADANG’’.
 Menjawab pertanyaan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 11% menjawab ‘’YA’’, 22% ‘’TIDAK’’ dan 67%
‘’KADANG-KADANG’’.
 Mendiskusikan hasil yang sudah dilakukan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 11% menjawab ‘’YA’’, 22% ‘’TIDAK’’ dan 67%
‘’KADANG-KADANG’’.
 Menyimpulkan hasil
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 33% menjawab ‘’YA’’, 34% ‘’TIDAK’’ dan 33%
‘’KADANG-KADANG’’.
 Menyampaikan rencana tindak lanjut
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 33% menjawab ‘’YA’’, 34% ‘’TIDAK’’ dan 33%
‘’KADANG-KADANG’’.
 Menutup kegiatan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 33% menjawab ‘’YA’’, 34% ‘’TIDAK’’ dan 33%
‘’KADANG-KADANG’’.

c) Observasi:
Ronde keperawatan di ruangan sudah dilakukan tetapi belum
optimal.
Pengendalian
1). Indikator Mutu
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, penilaian
kinerja sudah dilakukan per semester yang dilakukan oleh Ka.Bid
Pelayanan Medis ke Kepala ruangan, dari Kepala ruangan ke
perawat pelaksana yang disimpan di SDM. Tetapi tidak ada
evaluasi terhadap kinerja perawat yg dilakukan oleh kepala ruangan
dan perawat pelaksana.
b) Kuesioner :
 Tiap tiga bulan sekali diruangan saya dilakukan evaluasi
terhadap kinerja perawat diruangan masing-masing yang
dilakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 86% menjawab ‘’YA’’, dan 14% ‘’KADANG-
KADANG’’.
 Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara
menghitung BOR.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 71% menjawab ‘’YA’’, dan 29% ‘’KADANG-
KADANG’’.
 Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara
menghitung ALOS.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 57% menjawab ‘’YA’’, dan 43% ‘’KADANG-
KADANG’’.
 Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara
menghitung TOI.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 57% menjawab ‘’YA’’, dan 43% ‘’KADANG-
KADANG’’.
 Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara
menghitung kejadian infeksi nosocomial.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 57% menjawab ‘’YA’’, dan 43% ‘’KADANG-
KADANG’’.
 Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara
menghitung kejadian jatuh.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 57% menjawab ‘’YA’’, dan 43% ‘’KADANG-
KADANG’’.
 Angka cedera diukur tiap bulan.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner,
57% menjawab ‘’YA’’, dan 43% ‘’KADANG-KADANG’’.
c) Observasi :
Sudah adanya dokumen penilaian kinerja setiap 1 tahun sekali
di ruangan ICU yang disimpan di SDM . Pada observasi lainnya,
ditemukan laporan bulanan indikator umum (BOR, LOS, TOI),
indikator mutu dan jumlah pasien masuk, pasien keluar dan pasien
yang dirawat perhari. Semua dokumen tersebut sudah ditampilkan
dalam bentuk soft copy dan tidak ada dokumen yang tersimpan
terhadap penilaian tersebut untuk kepala ruangan dan perawat
pelaksana.

2). Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan


a) Wawancara:
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa kepala
ruangan dan Ka.Bid keperawatan sering memeriksa dokumentasi
asuhan keperawatan tetapi belum ada format penilaian dokumentasi
asuhan keperawatan.

b) Kuesioner :
 Ada format penilaian dokumentasi asuhan keperawatan.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 67% menjawab ‘’YA’’, dan 33% ‘’TIDAK’’.
 Dokumentasi asuhan keperawatan pasien pulang/meninggal
dinilai.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 33% menjawab ‘’YA’’, dan 67% ‘’TIDAK’’.
 Ada dokumen hasil penilaian dokumentasi asuhan keperawatan
tiap pasien pulang atau meninggal.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 33% menjawab ‘’YA’’, dan 67% ‘’TIDAK’’.
c) Observasi :
Belum terdapat format Laporan yang berisi audit asuhan
keperawatan.
3). Survey Kepuasan
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, format
penilaian kepuasan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan sudah
ada. Pengisian format-format tersebut sudah jarang dilakukan.

b) Kuesioner :
 Ada format penilaian kepuasan pasien.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 86% menjawab ‘’TIDAK’’, dan 14% ‘’KADANG-
KADANG’’.
 Ada format penilaian kepuasan keluarga.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 86% menjawab ‘’TIDAK’’, dan 14% ‘’KADANG-
KADANG’’.
 Ada format penilaian kepuasan tenaga kesehatan.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 86% menjawab ‘’TIDAK’’, dan 14% ‘’KADANG-
KADANG’’.
 Penilaian kepuasan pasien dan keluarga dilaksanakan setiap
pasien pulang/meninggal.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 86% menjawab ‘’TIDAK’’, dan 14% ‘’KADANG-
KADANG’’.
 Penilaian kepuasan perawat dilakukan.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 86% menjawab ‘’TIDAK’’, dan 14% ‘’KADANG-
KADANG’’.
 Penilaian kepuasan tenaga kesehatan lain dilakukan.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 86% menjawab ‘’TIDAK’’, dan 14% ‘’KADANG-
KADANG’’.
 Ada dokumentasi hasil penilaian kinerja.
Dari 7 perawat yang berpartipasi dalam mengisi kuesioner,
86% menjawab “TIDAK” dan 14% “KADANG-KADANG”
c) Observasi :
Untuk format hasil survey kepuasan pasien dan keluarga sudah
tersedia dan tenaga kesehatan lain sudah tersedia tetapi jarang
dilakukan dokumentasi.

G. Analisa Data
a. Perawat melakukan prosedur tindakan belum sesuai dengan SPO dan
SAK.
1). Wawancara
Ruangan ICU sudah memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
sebagai pedoman dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan Standar
Operasional Prosedur (SOP) sebagai pedoman tindakan keperawatan,
namun dalam proses pelaksanaan tindakan keperawatan terkadang belum
sesuai dengan SOP yang ada, selain itu juga SAK dan SOP belum
diperbaharui.

2). Hasil Kuesioner


Terdapat beberapa aspek yang dinilai dalam wawancara mengenai visi,
antara lain ;
 Dalam melaksanakan tugas, saya sesuai dengan visi Rumah Sakit.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner
persentase 40% menjawab ‘’YA’’ dan ‘’KADANG-KADANG’’
persentase 60 %.
 Dalam melaksanakan asuhan keperawatan saya berpedoman pada
standart asuhan keperawatan (SAK)
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner
persentase 40% menjawab ‘’YA’’ dan ‘’KADANG-KADANG’’
persentase 60 %.
 Dalam melaksanakan asuhan keperawatan saya berpedoman pada
standart asuhan operasional prosedur (SOP)
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner,
persentase 40% menjawab ‘’YA’’ dan ‘’KADANG-KADANG’’
persentase 60 %.
 Visi disosialisasikan kepada semua staf perawat
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner,
persentase 40% menjawab ‘’YA’’ dan ‘’KADANG-KADANG’’
persentase 60 %.
 Dalam bekerja saya berdasarkan peraturan yang ada di rumah
sakit
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner,
persentase 60% menjawab ‘’YA’’ dan ‘’KADANG-KADANG’’
persentase 40 %.
Terdapat beberapa aspek yang dinilai dalam wawancara mengenai
misi, antara lain ;
 Kepala ruangan menetapkan misi
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner,
75% menjawab ‘’YA’’dan 25% ‘menjawab ’TIDAK’’.
 Misi yang ditetapkan sesuai dengan visi yang hendak di capai
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,75% menjawab ‘’YA’’dan 25% ‘menjawab ’TIDAK’’.
 Misi disusun dalam bentuk rangkaian kegiatan mencapai visi
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner,
75% menjawab ‘’YA’’dan 25% ‘menjawab ’TIDAK’’.
 Misi disosialisasikan kepada semua staf perawat
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner,
75% menjawab ‘’YA’’dan 25% ‘menjawab ’TIDAK’’.
3). Observasi
Draft SPO dan SAK yang terbaru sudah ada masih dalam bentuk soft
copy dan belum disahkan oleh direktur, Dalam Pelaksanaan SPO dan SAK
belum optimal dan perlu untuk diperbaharui

b. Rencana kegiatan harian belum dibuat secara konsisten.


a) Wawancara
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, rencana harian
sudah dibuat setiap kali dinas, namun belum dilaksanakan secara konsisten.
b) Kuesioner :
 Menyusun rencana harian setiap kali dinas
Dari 7 perawat yangberpartipasi dalam mengisi kuesioner, 50%
menjawab ‘’YA’’, 50% menjawab “TIDAK”
 Mencantumkan tanggal dinas di rencana harian
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner,
50% menjawab ‘’YA’’, 50% menjawab “TIDAK
 Urutan kegiatan disusun secara kronologis
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner,
50% menjawab ‘’YA’’, 50% menjawab “TIDAK
 Tercantum kegiatan manajerial
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,67% menjawab ‘’YA’’,dan 33% ‘’ menjawab “TIDAK”
 Tercantum kegiatan asuhan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner,
67% menjawab ‘’YA’’,dan 33% ‘’ menjawab “TIDAK”
 Rencana harian dikerjakan secara konsisten
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner,
50% menjawab ‘’YA’’,dan 33% ‘’ menjawab “TIDAK”

c) Observasi : Rencana kegiatan harian tidak dibuat secara konsisten.

c. Metode Praktik Keperawatan Profesional belum optimal


a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, struktur organisasi
ruangan sudah dibuat sesuai dengan metode penugasan di ruangan, yaitu
metode kasus. Semua staf sudah memiliki uraian tugas dan kewenangan
klinisnya masing-masing sebagai batasan dan wewenang proses pelayanan.
Jumlah tenaga keperawatan yang ada saat ini belum cukup.
Hambatan yang dialami dalam pengembangan MPKP saat ini
diantaranya adalah belum maksimalnya dalam memberikan asuhan
dikarenakan jika ada perawat yang cuti atau izin akan kekurangan personil
sehingga Ka.Ru harus ikut serta dalam memberikan asuhan keperawatan.
b) Kuesioner
 Saya memahami metode penugasan di ruangan
Dari 7 perawat yang berpartipasi dalam mengisi kuesioner, 40%
menjawab “YA”, 20% menjawab “KADANG-KADANG” dan “TIDAK
40%
 Saya memahami struktur organisasi yang ada diruangan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 40%
menjawab ‘’YA’’dan 20% menjawab “KADANG-KADANG” dan
menjawab “TIDAK” 40%
 Dalam bekerja saya melakukan tugas sesuai dengan uraian tugas yang
ditentukan oleh ruangan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 40%
menjawab ‘’YA’’dan 20% menjawab “KADANG-KADANG” dan
menjawab “TIDAK” 40%
 Jumlah tenaga keperawatan yang ada diruangan telah sesuai dengan
beban kerja
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 20%
menjawab ‘’YA’’, 40% menjawab “TIDAK”dan 40% ‘’KADANG-
KADANG’’
 Pengaturan sift yang ada dalam ruangan saya berdasarkan dari tingkat
ketergantungan klien
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 40%
menjawab ‘’YA’’, 20% ‘’TIDAK’’ dan 40% ‘’KADANG-KADANG’’

c) Observasi :
Struktur organisasi ruang ICU sudah tertempel tetapi belum
diperbaharui.
Tenaga keperawatan di ruang ICU berjumlah 8 orang (termasuk
Ka.Ru) terdiri dari 4 bed pasien (3 bed ICU dan 1 bed HCU). Bila ada
perawat yang cuti atau izin akan kekurangan personil sehingga Ka.Ru
harus ikut serta dalam memberikan asuhan keperawatan dan dilakukan
sistem oncall pada petugas yang kelebihan dinasnya.

d. Sudah optimalnya pelaksanaan preconference dan postconference


a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan,
preconferencebiasanya dilakukan setelah operan dinas dengan shift
sebelumnya, sedangkan post conference dilakukan sebelum operan dinas
dengan shift selanjutnya, proses hal ini sudah dilakukan.
b) Kuesioner :
Preconference
 Katim / PJ Tim membuka acara
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner,50 %
menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab “KADANG-KADANG” 50%
 Katim / PJ Tim menanyakan rencana harian
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 50 %
menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab “KADANG-KADANG” 50%
 Katim / PJ Tim memberi masukan dan tindak lanjut
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 50 %
menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab “KADANG-KADANG” 50%
 Katim / PJ Tim memberi reinforcement
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 50 %
menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab “KADANG-KADANG” 50%
 Katim / PJ Tim menutup acara
Dari 7 perawat yang berpartipasi dalam mengisi kuesioner, 50%
menjawab “YA” dan yang menjawab “KADANG-KADANG” 50%
Postconference
 Katim / PJ Tim membuka acara
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 50 %
menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab “KADANG-KADANG” 50%
 Katim / PJ Tim menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 50 %
menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab “KADANG-KADANG” 50%
 Katim / PJ Tim menanyakan kendala pemberian asuhan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 50 %
menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab “KADANG-KADANG” 50%
 Katim / PJ Tim menanyakan tindak lanjut pada dinas berikutnya
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner 33 %
menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab “KADANG-KADANG” 67%
 Katim / PJ Tim memberikan reinforcement
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 33 %
menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab “KADANG-KADANG” 67%
 Katim/PJ Tim menutup acara
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 50 %
menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab “KADANG-KADANG” 50%
c) Observasi :
Dari hasil observasi didapatkan preconference dan post conference
memang jarang dilakukan.

e. Pelaksanaan supervisi belum dilakukan


a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, Pedoman dan SOP
tentang supervisi belum tersedia diruangan. Sehingga pelaksaaan supervisi
diruangan tidak dilakukan.
b) Kuesioner :
 Supervisi disusun secara terjadwal
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner,100%
menjawab ‘’TIDAK’’
 Semua staf mengetahui jadwal supervise yang dilaksanakan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 100%
menjawab ‘’TIDAK’’.
 Materi supervise dipahami oleh supervisor maupun staf
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 100%
menjawab ‘’TIDAK’’
 Supervisor mengorientasikan materi supervise kepada staf yang
disupervisi
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 100%
menjawab ‘’TIDAK’’
 Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai dengan materi supervise
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 100%
menjawab ‘’TIDAK’’
 Supervisor mengidentifikasi pencapaian staf dan memberikan
reinforcement
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 100%
menjawab ‘’TIDAK’’
 Supervisor mengidentifikasi aspek kinerja yang perlu ditingkatkan oleh
staf
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 100%
menjawab ‘’TIDAK’’
 Supervisor memberikan solusi dan role model bagaimana meningkatkan
kinerja staf
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 100%
menjawab ‘’TIDAK’’
 Supervisor menjelaskan tindak lanjut supervise yang telah dilaksanakan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 100%
menjawab ‘’TIDAK’’
 Supervisor memberikan reinforcement terhadap pencapaian keseluruhan
staf
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 100%
menjawab ‘’TIDAK’’
c) Observasi :
Pedoman dan SPO supervisi belum tersedia diruangan sehingga
pelaksaan supervisi tidak dilakukan.

f. Ronde keperawatan tidak dilakukan


a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, ronde keperawatan
dengan menyiapkan bahan/kasus pada pasien tertentu untuk didiskusikan
tidak pernah dilakukan.
b) Kuesioner :
 Kesiapan bahan yang akan disampaikan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 34%
menjawab ‘’YA’’, 33% ‘’TIDAK’’ dan 33% ‘’KADANG-KADANG’’.
 Memberikan salam pembukaan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 34%
menjawab ‘’YA’’, 33% ‘’TIDAK’’ dan 33% ‘’KADANG-KADANG’’.
 Menyampaikan kasus
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 11%
menjawab ‘’YA’’, 22% ‘’TIDAK’’ dan 67% ‘’KADANG-KADANG’’.
 Memberikan kesempatan kepada perawat untuk bertanya
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 11%
menjawab ‘’YA’’, 22% ‘’TIDAK’’ dan 67% ‘’KADANG-KADANG’’.
 Menjawab pertanyaan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 11%
menjawab ‘’YA’’, 22% ‘’TIDAK’’ dan 67% ‘’KADANG-KADANG’’.
 Mendiskusikan hasil yang sudah dilakukan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 11%
menjawab ‘’YA’’, 22% ‘’TIDAK’’ dan 67% ‘’KADANG-KADANG’’.
 Menyimpulkan hasil
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 33%
menjawab ‘’YA’’, 34% ‘’TIDAK’’ dan 33% ‘’KADANG-KADANG’’.
 Menyampaikan rencana tindak lanjut
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 33%
menjawab ‘’YA’’, 34% ‘’TIDAK’’ dan 33% ‘’KADANG-KADANG’’.
 Menutup kegiatan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 33%
menjawab ‘’YA’’, 34% ‘’TIDAK’’ dan 33% ‘’KADANG-KADANG’’.
c) Observasi:
Ronde keperawatan di ruangan sudah dilakukan tetapi belum optimal.
g. Evaluasi kinerja perawat tiap tiga bulan sekali yang dilakukan oleh
Ka.Tim dan perawat pelaksana tidak dilakukan.
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, penilaian kinerja
sudah dilakukan per semester yang dilakukan oleh Ka.Bid Keperawatan ke
Kepala ruangan, dari Kepala ruangan ke perawat pelaksana. Tetapi tidak
ada evaluasi terhadap kinerja perawat yg dilakukan oleh Ka.Tim dan
perawat pelaksana.

b) Kuesioner :
 Tiap tiga bulan sekali diruangan saya dilakukan evaluasi terhadap
kinerja perawat diruangan masing-masing yang dilakukan oleh ketua
tim dan perawat pelaksana.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 86%
menjawab ‘’YA’’, dan 14% ‘’KADANG-KADANG’’.
.
c) Observasi :
Sudah adanya dokumen penilaian kinerja 1 tahun sekali di ruangan
ICU yg disimpan di SDM tetapi belum adanya form penilaian evaluasi
kinerja perawat yang dilakukan oleh Ka.Tim dan perawat pelaksana tiap
tiga bulan.

d) Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan belum dilakukan


a) Wawancara:
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa kepala
ruangan dan Ka.Bid keperawatan sering memeriksa dokumentasi asuhan
keperawatan tetapi belum ada format penilaian dokumentasi asuhan
keperawatan.
b) Kuesioner :
 Ada format penilaian dokumentasi asuhan keperawatan.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 67%
menjawab ‘’YA’’, dan 33% ‘’TIDAK’’.
 Dokumentasi asuhan keperawatan pasien pulang/meninggal dinilai.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 33%
menjawab ‘’YA’’, dan 67% ‘’TIDAK’’.
 Ada dokumen hasil penilaian dokumentasi asuhan keperawatan tiap
pasien pulang atau meninggal.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 33%
menjawab ‘’YA’’, dan 67% ‘’TIDAK’’.
c) Observasi :
Belum terdapat format Laporan yang berisi audit asuhan keperawatan.
Strengh Weakness Oppo
a. 100% perawat memiliki STR yang a. Belum optimalnya struktur a. RS Medika
masih berlaku organisasi keperawatan dibawah naung
b. 50% perawat ruang ICU b. Perawat melakukan prosedur IHC Indonesia.
berpengalaman dengan masa kerja > tindakan belum sesuai dengan b. Peningkatan
5tahun SOP dan SAK dengan lahan pr
c. 100% perawat ruang ICU dengan usia c. Rencana kegiatan harian belum c. RS Medika
produktif < 40tahun dibuat secara konsisten. layanan pasie
d. 25% sudah berpendidikan Profesi Ners d. Metode Praktik Keperawatan memungkinkan
e. 25% perawat ICU sudah mengikuti Profesional belum optimal memanfaatkan
pelatihan khusus e. Belum optimalnya pelaksanaan tersedia.
pre conference dan post d. Adanya pe
conference pelayanan rum
f. Pelaksanaan supervisi belum menjadi pil
dilaksanakan masyarakat
g. Ronde keperawatan sudah pelayanan kese
dilakukan tetapi belum optimal
h. Evaluasi kinerja perawat tiap
tiga bulan sekali yang dilakukan
oleh Ka.Tim dan perawat
pelaksana tidak dilakukan.
i. Audit Dokumentasi Asuhan
Keperawatan belum dilakukan
H. Analisis SWOT
I. Daftar Masalah Manajemen Keperawatan

1. Pelaksanaan SPO dan SAK belum optimal dan perlu untuk diperbaharui
2. Rencana kegiatan harian tidak dibuat secara konsisten.
3. Struktur organisasi ruang ICU sudah tertempel tetapi belum diperbaharui.
4. Preconference dan post conference memang jarang dilakukan.
5. Pelaksanaan supervisi belum dilaksanakan
6. Ronde keperawatan sudah dilakukan tetapi belum optimal
7. Belum adanya form penilaian evaluasi kinerja perawat yang dilakukan oleh
Ka.Tim dan perawat pelaksana tiap tiga bulan.
8. Belum terdapat format Laporan yang berisi audit asuhan keperawatan
J. Prioritas Masalah

Daftar Masalah Kriteria

Urutan Prioritas
Manageability

Concent (Nc)
Affordability
Magnetude

Total
Saverity

Nursing
(Mn)
(Mg)

(Sv)

(Af)
1. Pelaksanaan SPO dan SAK belum 5 5 4 4 3 1200 5
optimal dan perlu untuk
diperbaharui
2. Rencana kegiatan harian tidak 4 4 5 5 2 800 7
dibuat secara konsisten.
3. Struktur organisasi ruang ICU 5 4 4 4 4 1280 3
sudah tertempel tetapi belum
diperbaharui.
4. Preconference dan post conference 5 5 3 5 3 1125 6
memang jarang dilakukan.
5. Pelaksanaan supervisi belum 5 5 5 5 5 3125 1
dilakukan
6. Ronde keperawatan tidak 5 5 4 4 5 2000 2
dilakukan
7. Belum adanya form penilaian 4 4 4 5 4 1280 4
evaluasi kinerja perawat yang
dilakukan oleh Ka.Tim dan
perawat pelaksana tiap tiga bulan.
8. Belum terdapat format laporan 4 4 3 4 2 384 8
yang berisi Audit Asuhan
Keperawatan

52
K. Rencana Penyelesaian (Analisa Fish Bone)

MATERIAL MAN

SPO Supervisi belum Belum adanya ikut pelatihan Pemaham


tersedia tentang supervisi proses
dimenger
Belum adanya pedoman atau
panduan supervisi bagi Ka Ru Belum ada komitmen Ka
untuk perawat pelaksana Ru terhadap pelaksanaan
supervisi
Tidak tersedianya jadwal
supervisi

Jumlah bed pasien


melebihi jumlah perawat
Belum ada kebijakan untuk ikut pelatihan yang berdinas
supervisi
Jumlah pasien banyak
melebihi beban kerja
perawat

METODE
ENVIRONTMENT

53
PEMECAHAN MASALAH

No Penyebab Alternatif
.
1. Pedoman atau panduan supervisi belum 1. Mencari literatur pembuatan draft panduan
tersedia supervisi
2. SPO Supervisi belum tersedia 2. Membuat draft panduan supervisi dan SPO
3. Pemahaman dengan tentang proses 3. Menjadwalkan sosialisasi draft panduan
supervisi tidak dimengerti supervisi
4. Belum adanya ikut pelatihan tentang 4. Sosialisasi terhadap pentingnya pelatihan
supervisi tersebut

5. Merasa kurang termotivasi dari diri 5. Memahami supervisi sangat penting untuk
sendiri tentang pentingnya supervisi setiap tindakan keperawatan
6. Belum ada komitmen Ka Ru terhadap 6. Memberikan reinforcement terhadap
pelaksanaan supervisi perawat
7. Tidak tersedianya jadwal supervisi 7. Evaluasi
a. Hasil supervise
b. Kekurangan
c. Kendala
8. Rencana tindak lanjut terhadap draft

54
Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan CARL

No Kegiatan Capability Accesability Readiness Levera


(Ca) (Ab) (Rc) (Ld)
1. Mencari literatur pembuatan draft 5 5 5 5
panduan dan SPO supervise
2. Membuat draft panduan supervisi 5 5 5 4
dan SPO
3. Menjadwalkan sosialisasi draft 5 5 4 4
panduan supervise
4. Sosialisasi terhadap pentingnya 5 5 3 3
pelatihan tersebut

5. Memahami supervisi sangat penting 4 3 3 4


untuk setiap tindakan keperawatan
6. Memberikan reinforcement terhadap 3 4 3 3
perawat
7. 5. Evaluasi 3 3 3 3
a. Hasil supervisi
b. Kekurangan
c. Kendala
8. Rencana tindak lanjut terhadap draft 3 3 3 2

55
BAB IV
PERENCANAAN PENYELESAIAN MASALAH

A. Rencana Penyelesaian Masalah

No Penyebab Alternatif
.
1. Pedoman atau panduan supervisi belum 1. Mencari literatur pembuatan
tersedia draft panduan supervisi
2. SPO Supervisi belum tersedia 2. Membuat draft panduan
supervisi dan SPO
3. Pemahaman dengan tentang proses 3. Menjadwalkan sosialisasi draft
supervisi tidak dimengerti panduan supervisi
4. Belum adanya ikut pelatihan tentang 4. Sosialisasi terhadap pentingnya
supervisi pelatihan tersebut

5. Merasa kurang termotivasi dari diri 5. Memahami supervisi sangat


sendiri tentang pentingnya supervisi penting untuk setiap tindakan
keperawatan
6. Belum ada komitmen Ka Ru terhadap 6. Memberikan reinforcement
pelaksanaan supervisi terhadap perawat

7. Tidak tersedianya jadwal supervisi 7. Evaluasi


a. Hasil supervisi
b. Kekurangan
c. Kendala
8. Rencana tindak lanjut terhadap draft

B. Alternatif Penyelesaian Masalah

No Kegiatan Capabilit Accesability Readines Leverage Skor Rank


y (Ca) (Ab) s (Rc) (Ld)
1. Mencari 5 5 5 5 625 I
literatur
pembuatan
draft panduan
supervisi
2. Membuat draft 5 5 5 4 500 II
panduan
supervisi
3. Menjadwalkan 5 5 4 4 400 III
sosialisasi draft
panduan
supervisi

56
4. Sosialisasi draft 5 5 4 3 300 IV
panduan dan
role play
supervise
5. Uji coba dan 4 3 3 4 144 V
sepakati
tindakan
supervise untuk
role play oleh
Ka.Tim kepada
PA ruangan
Anggrek
6. Evaluasi 3 4 3 3 108 VI
1. Hasil
supervisi
2. Kekurangan
3. Kendala
7. Memberikan 3 3 3 3 81
reinforcement
terhadap
perawat
8. Rencana tindak 3 3 3 3 81
lanjut terhadap
draft

57
C. Jadwal dan Waktu pelaksanaan (POA)
PLAN OF ACTION (POA) Supervisi Keperawatan di Ruang ICU Rumah Sakit
Medika Stania Sungailiat

No Kegiatan Tujuan Sasaran Metode

1. Mencari literatur pembuatan Sebagai legalitas panduan dan 1. Seluruh 1. Diskusi


draft panduan dan SPO SPO supervisi anggota 2. Konsultasi
supervisi kelompok 3. Studi literatur
2. Membuat draft panduan Sebagai panduan dan SPO 1. Seluruh 1. Diskusi
supervisi dan SPO dalam melakukan supervise anggota 2. Konsultasi
keperawatan di RS kelompok 3. Studi literatur
3. Menjadwalkan sosialisasi draft Agar kegiatan sosialisasi 1. Ka. Ru 1. Diskusi
panduan dan SPO supervisi supervisi berjalan sesuai dengan 2. Perawat
apa yang direncanakan pelaksana
4. Sosialisasi terhadap pentingnya Mahasiswa dapat memberikan 1. Ka.Ru 1. Ceramah
pelatihan tersebut informasi tentang : 2. Perawat 2. Diskusi
A. Tinjauan teori supervisi pelaksana 3. Simulasi
yang terdiri dari : 4. Tanya jawab
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Manfaat
4. Ruang lingkup
5. Prinsip
dan tatalaksana supervisi
yang terdiri dari :
1. Supervisi berjenjang
2. Sasaran supervisi
3. Metode
4. Prosedur
5. Teknik dan cara supervisi
6. Proses supervisi
7. Jadwal pelaksanaan
supervisi
8. Evaluasi proses supervise
5. Memahami supervisi sangat Untuk mengidentifikasi 1. Ka.Ru
penting untuk setiap tindakan hambatan atau kendala dan 2. Perawat 1. Diskusi
keperawatan kekurangan dalam proses Pelaksana 2. Tanya jawab
supervisi

6. Memberikan reinforcement Agar petugas lainnya tergerak 1. Ka.Ru 1. Ceramah


terhadap perawat dan semangat untuk melakukan 2. Perawat 2. Diskusi
supervisi Pelaksana 3. Studi literatur

7. Evaluasi Sebagai bentuk motivasi dan 1. Ka.Ru 1. Ceramah


a. Hasil supervise meningkatkan pemahaman 2. Perawat
b. Kekurangan dalam melakukan supervise Pelaksana
c. Kendala
8. Rencana tindak lanjut terhadap Agar tujuan dan manfaat 1. Ka.Ru 1. Diskusi
draft supervisi tercapai 2. Perawat
Pelaksan

58
59
BAB V

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

A. PELAKSANAAN DAN EVALUASI


1. Mencari literatur pembuatan draft panduan dan SPO supervisi dan
membuat draft panduan dan SPO supervisi
Didapatkan beberapa literatur yang menguatkan pembuatan draft panduan
dan SPO supervisi (terlampir). Dari beberapa literatur tesebut, kelompok
mulai menyusun pembuatan draft panduan dan SPO supervisi yang
diharapkan dapat dimanfaatkan oleh kelompok untuk melakukan sosialisasi
tentang supervisi di ruangan ICU. Tujuan pembuatan draft panduan dan SPO
supervisi ini juga sebagai usulan kelompok mahasiswa co-ners untuk ruangan
ICU khususnya dan bidang terkait umunya dalam membuat draft panduan dan
SPO supervisi di ruangan yang belum tersedia.
Draft panduan dan SPO supervisi ini dapat diselesaikan sesuai target
waktu yang telah ditetapkan dan tidak ditemukan kendala berarti dalam proses
penyusunannya.

2. Menjadwalkan sosialisasi draft panduan supervisi


Setelah menyusun draft panduan supervisi, selanjutnya kelompok
melakukan kontrak penjadwalan rencana sosialisasi sesuai POA yang telah
dibuat dengan Ka.Ru dan Ka.Tim guna menyampaikan isi panduan draft. Ka.
Ru dan Ka.Tim sepakat sosialisasi dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 23
Mei 2022 jam 08.00 WIB yang juga akan diikuti oleh Ka.Bid keperawatan,
preceptor klinik dan beberapa perawat pelaksana.

3. Melakukan sosialisasi draft panduan dan SPO supervisi


Sosialisasi draft panduan dan SPO supervisi dilaksanakan sesuai jadwal
yang telah disepakati. Dalam proses sosialisasi kelompok menyampaikan
sesuai materi. Adapun materi yang disampaikan antara lain pengertian
supervisi, ruang lingkup, prinsip, tujuan, supervise berjenjang, sasaran
supervise keperawatan, metode supervisi, prosedur pelaksanaan supervise,
tehnik dan cara supervise, proses supervisi, jadwal pelaksanaan supervise,
dan evaluasi proses supervisi.
Timbul beberapa pertanyaan dalam proses sosialisasi ini, antara lain
pertanyaan tentang bagaimana struktur organisasi supervisior dan apa
kriteria menjadi seorang supervisior. Kelompok memberikan pemaparan
tentang alur pelaksanaan secara sederhana proses supervisi adalah
merencanakan, menjadwalkan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Untuk
STO nya kelompok menjelaskan bahwa tidak ada STO khusus dalam
supervise keperawatan melainkan sama dengan STO rumah sakit yang
mana dalam pelaksanaannya berjenjang misalnya Ka.Bid Keperawatan men
supervise Ka.ru. sedangkan Ka.Ru mensupervisi Ka.Tim, dan Ka.tim
mensupervisi perawat asosiated. Selanjutnya penjelasan tentang kriteria
menjadi seorang supervisior dengan kriteria yaitu Sebaiknya pelaksana
supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi. Atau apabila hal ini
tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus dengan batas -batas wewenang
dan tanggung jawab yang jelas. Pelaksana supervisi harus memilki
pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan
disupervisi. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilam melakukan
supervisi artinya memahami prinsip -prinsip pokok serta tehnik supervisi.
Pelaksana supervisi harus memilki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter.
Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan selalu
berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bawahan
yang disupervisi.
Proses supervisi harus terjadwal, karena tujuan supervisi seperti yang
tertera pada draft panduan dan SPO supervisi adalah mengusahakan
seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman, ini tidak hanya meliputi
lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantaranya para tenaga
keperawatan dan tenaga lainnya, juga meliputi jumlah persediaan dan
kelayakan perawatan agar memudahkan pelaksanaan tugas. Oleh karena itu
tujuan supervisi adalah :
a. Mengorganisasikan staf dan pelaksanan keperawatan
b. Melatih staf dan pelaksana keperawatan
c. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan
mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan
keperawatan
d. Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
Adapun masukan yang diberikan oleh preceptor klinik bahwa perlu
adanya role play yang dilakukan oleh mahasiswa coners di ruangan ICU
agar memudahkan para tim perawat ruangan ICU dalam memahami
pelaksaan supervisi keperawatan.

Evaluasi terhadap sosialisasi yang dilakukan oleh kelompok,


mendapatkan apresiasi dari Ka.Bid dan sasaran. sasaran sosialisasi merasa
sangat terbantu dengan sosialisasi yang diberikan oleh kelompok dan mulai
tergambarkan oleh sasaran tentang proses supervise yang seharusnya
dilakukan oleh Ka.Ru dan Ka.Tim.

4. Melakukan uji coba dan membuat kesepakatan tindakan supervisi untuk


role play oleh Ka.Tim kepada PA ruangan ICU
Setelah melakukan sosialisasi dan role play kegiatan supervisi,
selanjutnya kelompok memberikan kesempatan kepada Ka. Tim untuk
mempraktekkan kegiatan supervisi secara langsung kepada Perawat Pelaksana
dengan menggunakan instrument supervise yang sudah disediakan. Karena
keterbatasan waktu hanya dilakukan role play perjanjian bahwa akan
dilakukan tindakan supervise, tetapi tidak langsung ke tindakan ke pasien
langsung.

5. Memberikan reinforcement serta mengevaluasi role play (hasil supervisi,


kekurangan, kendala)
Setelah Ka.Tim mampu melaksanakan kegiatan supervisi, kelompok
memberikan reinforcement kepada ruangan secara keseluruhan dengan
maksud agar kegiatan supervisi tetap terlaksana dengan baik, sesuai dengan
teori dan SPO yang ada.
Hasil evaluasi yang didapatkan oleh kelompok pada proses supervisi ini
adalah Ka.Tim sudah menerapkan SPO supervisi yang sudah diberikan
kelompok di rumah sakit yaitu menjadwalkan terlebih dahulu supervisi yang
akan dilaksanakan dan menginformasikan materi supervise agar dipahami
oleh perawat pelaksana. Pada hari yang sudah disepakati, Ka.Tim sebagai
supervisor mengorientasikan materi supervisi kepada perawat pelaksana,
namun sebelumnya supervisor meminta perawat pelaksana untuk menjelaskan
SPO cara memberikan asuhan keperawatan di ruang ICU. Pada tahap
selanjutnya, supervisor mengkaji kinerja perawat pelaksana, mengidentifikasi
pencapaian dan memberikan reinforcement. Supervisor juga mengidentifikasi
aspek kinerja yang perlu ditingkatkan, memberikan solusi dan role model
bagaimana meningkatkan kinerja dan menjelaskan tindak lanjut supervise
yang telah dilaksanakan.
Hal ini menggambarkan bahwa dengan supervise yang mengikuti alur
SPO yang telah ditetapkan maka tujuan kegiatan supervisi akan tercapai
sesuai dengan apa yang diharapkan Rumah Sakit Medika Stannia yaitu
terwujudnya pengendalian tugas dalam pelaksanaan asuhan dan pelayanan
keperawatan sesuai tujuan organisasi dan standar yang telah ditetapkan.

6. Merencanakan tindak lanjut terhadap draft yang telah dibuat


Tujuan pembuatan draft usulan panduan supervise adalah untuk
memudahkan dan memberikan informasi kepada supervisor tentang proses
dan pentingnya supervise. Rencana tindak lanjut terhadap draft usulan yang
telah dibuat adalah diharapkan dapat menjadi panduan supervise dan SPO
supervise keperawatan yang baku di RS Medika Stannia yang saat ini belum
tersedia.

B. HAMBATAN
Setelah pelaksanaan sosialisasi tentang draft usulan supervisi dan role play
supervisi dilakukan, kelompok merasa memiliki sedikit hambatan yaitu seluruh
anggota kelompok tidak bisa ikut serta ke lapangan secara langsung, dan belum
bisa mensosialisasikan secara langsung kepada Ka.Ru dikarenakan ada yang cuti
Walaupun demikian dengan adanya sedikit hambatan tidak mengurangi kualitas
kelompok dalam Semua rangkaian ini dibantu preceptor klinik dan Ka.Bid
keperwatan sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan POA yang telah disusun,
instrument dan Panduan dan SPO yang ada.
BAB VI

PEMBAHASAN

Praktik manajemen keperawatan mahasiswa Program Profesi Ners STIKES Citra

Delima Pangkal Pinang telah dilaksanakan di ruang ICU RS Medika Stannia

Kabupaten Bangka. Dalam prosesnya dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap

pengkajian, mengidentifikasi masalah atau analisa data, menetapkan prioritas

masalah, merencanakan penyelesaian masalah yang disusun dalam bentuk Planning

Of Action (POA), mengimplementasikan POA dan tahap penyusunan laporan hasil

diseminasi perubahan yang telah dilaksanakan. Tahap-tahap ini telah dilaksanakan

mulai tanggal 27 April 2022 s.d 26 Mei 2022.

Berdasarkan hasil analisa data, ditemukan beberapa masalah fungsi manajemen

keperawatan di ruangan ICU. Pada fungsi perencanaan, masalah yang ditemukan

adalah perawat melakukan prosedur tindakan belum sesuai dengan SOP dan rencana

kegiatan harian belum dibuat secara konsisten. Pada fungsi pengorganisasian metode

Praktik Keperawatan Profesional belum optimal dan pada fungsi pengarahan, belum

optimalnya pelaksanaan pre conference dan post conference, pelaksanaan supervisi

serta ronde keperawatan tidak dilakukan. Sedangkan pada fungsi pengendalian

Evaluasi kinerja perawat tiap tiga bulan sekali yang dilakukan oleh Ka.Tim dan

perawat pelaksana tidak dilakukan. Dan Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan

belum dilakukan

Melihat banyaknya masalah yang ditemukan pada fungsi manajemen

keperawatan di ruangan ICU, kelompok berupaya melakukan rencana penyelesaian

masalah melalui beberapa langkah, antara lain dengan menetapkan prioritas masalah,

menganalisis prioritas masalah dengan metode fish bone analisis, membuat

alternative penyelesaian masalah dengan menggunakan metode CARL serta


menetapkan jadwal dan waktu pelaksanaan penyelesaian masalah dengan metode

Planning Of Action (POA).

Melalui analisis yang dilakukan berdasarkan metode-metode di atas, kelompok

berhasil menetapkan prioritas masalah manajemen keperawatan di ruangan ICU,

yaitu pelaksanaan supervisi belum dilakukan. Berdasarkan hasil identifikasi,

pedoman atau panduan supervisi belum tersedia, SPO supervisi belum tersedia,

pemahaman dengan tentang proses supervisi tidak dimengerti, belum adanya ikut

pelatihan tentang supervisi, merasa kurang termotivasi dari diri sendiri tentang

pentingnya supervisi, belum ada komitmen Ka Ru terhadap pelaksanaan supervisi,

tidak tersedianya jadwal supervisi.

Penyusunan Planning Of Action (POA) dibuat untuk mengatasi atau

memecahkan masalah yang menjadi prioritas. Langkah-langkah yang dilakukan

berdasarkan alternative pemecahan masalah metode CARL antara lain mencari

literatur pembuatan draft panduan supervisi, membuat draft panduan supervise,

menjadwalkan sosialisasi draft panduan supervise, melakukan sosialisasi draft

panduan dan role play supervise, melakukan uji coba dan membuat kesepakatan

tindakan supervisi untuk role play oleh Ka.Tim kepada PA ruangan ICU,

memberikan reinforcement, serta mengevaluasi role play (hasil supervisi,

kekurangan, kendala) dan merencanakan tindak lanjut terhadap draft yang telah

dibuat. Implementasi pemecahan masalah supervisi yang belum dilakukan ini

dilaksanakan mulai tanggal 27 April 2022 s.d 26 Mei 2022.

Supervisi keperawatan merupakan suatu proses untuk memastikan kegiatan

dilaksanakan sesuai dengan tujuan, dengan cara melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi juga dilakukan untuk

memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian mutu pelayanan. Salah satu
fungsi manajemen ialah directing dimana di dalamnya terdapat kegiatan

supervisi.

Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan

pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang

dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera

diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya.

Dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang

diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan

pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan

pengorganisasian, kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian

setiap kinerja karyawan.

Rumah Sakit Medika Stannia merupakan salah satu rumah sakit swasta di

kepulauan Bangka Belitung yang sudah terakreditasi Utama versi SNARS tahun

2018. Melalui visi “Menjadi Rumah Sakit Terkemuka di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung” saat ini terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan. Sebagai salah satu

upaya dalam mendukung visi rumah sakit, maka diperlukan tim untuk memastikan

pelayanan yang diberikan tetap sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan.

Bidang Keperawatan merupakan salah satu bidang di bawah Direktur yang

mempunyai peran dan fungsi mengkoordinir pelayanan keperawatan melalui

kegiatan perencanaan, pengembangan, monitoring dan evaluasi kegiatan

pelayanan keperawatan. Kegiatan pelayanan keperawatan termasuk ke dalam

Core Product layanan kesehatan di rumah sakit, dengan sendirinya akan

berkontribusi menentukan citra rumah sakit di mata masyarakat/pelanggan, hal

ini mengacu kepada Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2014 Tentang


Keperawatan, serta standar akreditasi rumah sakit SNARS versi 2018 (Tata

Kelola Kepemimpinan dan Pengarahan).

Oleh sebab itu Bidang Keperawatan baik secara vertikal maupun horizontal

serta internal seyogyanya dapat memberikan dukungan kepada Direksi rumah

sakit untuk mencapai visi dan misi rumah sakit yang dilaksanakan melalui

rencana strategis bidang keperawatan.

Untuk menjadikan perawat rumah sakit sebagai tenaga profesional maka

dianggap perlu dilakukan supervisi secara terus menerus secara

berkesinambungan sehingga menjadikan perawat sebagai tenaga kerja yang perlu

diperhatikan, diakui dan dihargai keprofesionalannya melalui penerapan sistem

manajemen. Dengan supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan

tujuan organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran (produk) seperti

yang diinginkan.

Pelaksanaan supervisi di lingkungan RS. Medika Stannia bukan hanya

ditujukan untuk mengawasi seluruh staf keperawatan menjalankan tugasnya

dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan yang telah

digariskan (SPO), tetapi juga bagaimana memperbaiki proses pelayanan

keperawatan yang sedang berlangsung termasuk kelengkapan dokumentasi

asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi dilakukan sesuai dengan struktur

organisasi, artinya dalam kegiatan supervisi seluruh staf keperawatan bukan

hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek.

Terkait dengan kegiatan supervisi, khususnya di ruang Keperawatan dengan

penerapan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) yang

merupakan pengembangan dari Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

dimana terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet
(PA) serta tenaga kesehatan lainnya, kegiatan supervisi juga akan dilaksanakan

secara optimal untuk menjamin kegiatan pelayanan di ruangan sesuai dengan

standar mutu profesional yang telah ditetapkan.

Ruangan Anggrek yang merupakan bagian dari ruang rawat inap juga ikut

berperan dalam meningkatkan mutu dan citra RS. Medika Stannia. Namun, dalam

prosesnya pelaksanaan supervisi belum pernah dilakukan.

Berdasarkan masalah-masalah yang muncul, secara keseluruhan penyebab

utamanya adalah belum adanya pedoman dan SPO supervise serta belum adanya

kebijakan dari atasan dalam pelaksaan supervisi. Oleh karena itu kelompok berupaya

memberikan imlementasi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Implementasi

yang dilakukan sesuai dengan POA yang telah disusun. Hasil evaluasi tehadap

implementasi tersebut adalah Ka.Tim mampu melakukan supervisi terhadap perawat

pelaksana tentang draft supervisi keperawatan. Sedangkan perawat yang disupervisi

juga mampu melakukan tindakan walaupun begitu optimal. Hal ini sesuai dengan

hasil peneitian Fitri Rahmawati (2015) yang menyimpulkan bahwa fungsi supervisi

mempunyai peran yang cukup bermakna untuk meningkatkan kepatuhan perawat

dalam melakukan identifikasi pasien sesuai dengan SOP.

Rencana tindak lanjut terhadap pelaksanaan supervisi agar dapat terlaksana

dengan baik adalah dengan menerbitkan panduan pelaksanaan supervisi di ruangan

rawat inap yang saat ini belum tersedia dan selanjutnya dilakukan sosialisasi secara

berkelanjutan mengenai isi dari panduan tersebut. Untuk mendukung hal tesebut,

kepala ruangan/ketua tim perlu melatih dan membudayakan kegiatan supervisi secara

terus menerus dan mengembangkan ilmu yang dimiliki. Pihak manajer keperawatan

turut terlibat dalam pelaksanaan supervisi di ruangan-ruangan, merencanakan

pengembangan SDM baik secara formal maupun informal, dan juga memberikan
pengayaan fungsi manajerial bagi kepala ruangan dan ketua tim, terutama yang

berkaitan dengan supervisi.


BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengumpulan data melalui kuesioner, wawancara dan
observasi praktek manajemen keperawatan di ruang ICU RS Medika Stannia
ditemukan beberapa masalah fungsi manajemen keperawatan di ruangan ICU.
Pada fungsi perencanaan, masalah yang ditemukan adalah pedoman atau
panduan supervisi belum tersedia, SPO supervisi belum tersedia, pemahaman
dengan tentang proses supervisi tidak dimengerti, belum adanya ikut pelatihan
tentang supervisi, merasa kurang termotivasi dari diri sendiri tentang pentingnya
supervisi, belum ada komitmen Ka Ru terhadap pelaksanaan supervisi, tidak
tersedianya jadwal supervisi.

B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, disarankan kepada :
1. Bidang Keperawatan
a. Melakukan supervisi secara berkelanjutan kepada setiap ruangan-ruangan
yang berada dalam lingkup kerjanya agar kemampuan yang sudah
terbentuk menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan dan ditingkatkan,
memberi pujian terhadap hasil yang telah dicapai untuk meningkatkan
motivasi dan kualitas kerja perawat.
b. Memberikan sosialisasi fungsi manajerial bagi kepala ruangan terutama
pada fungsi pengawasan/supervisi.
2. Kepala Ruangan
a. Memotivasi Katim dan Perawat pelaksana untuk rutin mengadakan operan,
ronde keperawatan, pre conference dan post conference lebih optimal,
membuat rencana kegiatan harian dan tindakan keperawatan sesuai dengan
SPO yang sudah ada.
b. Melakukan supervisi lebih optimal kepada Ka.Tim dan mengevaluasi
supervisi Ka.Tim kepada perawat pelaksana sesuai dengan jadwal dan
ketentuan yang sudah ada.
3. Ketua Tim
a. Untuk lebih optimal dalam melakukan operan, ronde keperawatan, pre
conference dan post conference, membuat rencana kegiatan harian dan
menerapkan SPO yang ada dalam setiap tindakan.
b. Melakukan supervisi kepada perawat pelaksana lebih optimal sesuai dengan
jadwal dan ketentuan yang sudah ada.
4. Perawat Pelaksana
a. Supaya lebih optimal untuk membuat rencana kegiatan harian dan
melakukan tindakan sesuai dengan SPO yang sudah ada.
b. Membudayakan kegiatan yang telah ajarkan dan menjadikan suatu rutinitas
kegiatan.
c. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk menunjang
profesionalisme
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Chandra Yoga. (2004). Manajemen AdministrasiRumah Sakit. Jakarta:


Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Ahaddyah, Rachma Melati. (2012). Analisis Pelaksanaan Supervisi Keperawatan di


RSUD Kota Depok tahun 2012. Program Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Arwani dan Heru Supriyatno. (2005), Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta:


EGC

Azwar, Azrul. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta:


Binarupa Aksara Badi’ah,

Atik. (2009). Hubungan Motivasi Perawat dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat
Inap RSUD Panembahan Senopati tahun 2008. Poltekes Kesehatan
Yogyakarta.

Bara, M. (2014). Hubungan Motivasi Perawat dengan Pelaksanaan


Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Pasar
Rebo. Jurnal Health Quality Vol 5 No 1. Halaman 1-66

Budiarto, Eko. (2001). Biostatistika untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: EGC

Dahlan, S.M. (2004). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Arkans

Dharma, Agus. (2003). Manajemen Supervisi: Petunjuk Praktis bagi Para Supervisor.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Depkes R.I. (2008). Modul Manajemen dan Pemberian Asuhan Keperawatan di Unit
Ruang Rawat Rumah Sakit. Bandung: Depkes

Dessler, Gary. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Erlangga

Maryadi. (2006). Hubungan Kepuasan Kompensasi Jasa Pelayanan dengan Kinerja


Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Tahun
2006. Diambil pada tanggal 14 Juni 2016 dari
http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=2933
Moerdiyanto. (2004). Teknik Monitoring dan Evaluasi dalam Rangka
Memperoleh Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen. Jakarta

Mua EL. (2011). Peningkatan Kepuasan dan Kinerja Perawat Melalui Supervisi
Kepala Ruangan. Jurna Keperawatan Indonesia,14(3), 171-178.

Mularso, (2006), Supervisi keperawatan di RS Dr.A. Aziz Singkawang: Studi kasus,


Tesis: Prog.S2 MMR . UGM. Mulyono. (2013). Hubungan Motivasi dan
Kinerja Perawat di RSU Makassar. Diakses tanggal 18 Desember 2015.
Http:/www.FikKes Jurnal Keperawatan.co.id/
Mulyono H. M., Hamzah A., dan Abdullah A.Z. 2013. Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Tingkat III Ambon.
http://ejournal.unsrat.ac.id/ index.php /jkp/article/view diakses 12 Mei 2016

Muninjaya, A.A.G. (1999). Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC Nainggolan, Mei J


(2010). Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan terhadap Kinerja
Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Medan :
Universitas Sumatera Utara.

Navsia, Natasia. (2014). Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pelaksanaan SOP


Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU RSUD Gambiran Kota Kediri. Program
Magister Manajemen Rumah Sakit. Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT


Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba

Mediaka Panjaitan, R. (2002). Hubungan Efektifitas Kepemimpinan Kepala Ruangan


dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RS Marzuki Mahdi
Bogor. Tesis Magister tidak dipublikasikan. FIK-UI. Potter,P.A & Perry A. G.
(2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan:Konsep, Proses Dan Praktik.
Jakarta: EGC
LAMPIRAN

LOGO RUMAH DRAFT SUPERVISI KEPERAWATAN


SAKIT No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh,
PROSEDUR Direktur RS Medika Stannia
OPERASIONAL

PENGERTIAN Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah
mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama.
Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai
tujuan.
TUJUAN Pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang
berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam
melaksanakan tugas.
KEBIJAKAN Berdasarkan kebijakan Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Alat tulis
b. Format penilaian supervisi
2. Pelaksanaan
a. Salam pembukaan dan menjelaskan kegiatan supervisi
b. Perawat pelaksana menerima penjelasan terkait kegiatan dan
tujuan supervisi
c. Supervisior menjelaskan tujuan supervisi
d. Supervisor menjelaskan format penillaian yang akan
digunakan
e. Perawat pelaksana mempersiapkan diri terhadap kegiatan
supervisi
f. Supervisor melakukan pengawasan dan koordinasi
g. Perawat pelaksana mempersiapkan kegiatan supervisi
(lembar-lembar dokumentasi keperawatan)
h. Supervisor menilai berdasarkan format supervisi
i. Supervisor mencatat jika ditemukan ada hal-hal yang perlu
didiskusikan bersama perawat pelaksana
j. Supervisor memberikan masukan berupa saran atau
pembetulan dari tindakan yang dilakukan
k. Perawat pelaksana menerima saran dan kritik perbaikan
3. Evaluasi
a. Menginformasikan hasil dari penilaian
b. Melakukan evaluasi hasil bimbingan
c. Memberikan solusi dan feed back
d. Memberikan reinforcement
e. Melakukan dokumentasi hasil supervisi
UNIT Seluruh unit Rumah Sakit yang terkait dengan SPO
TERKAIT
DRAFT
PANDUAN SUPERVISI KEPERAWATAN

disusun sebagai usulan untuk panduan dalam melaksanakan


supervisi keperawatan

APRILLIANY
NUDIA NASHITA
REZI ANDRIAN
WENDRA ARYANTO

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses untuk memastikan
kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan, dengan cara melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi juga
dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian mutu
pelayanan. Salah satu fungsi manajemen ialah directing dimana di dalamnya
terdapat kegiatan supervisi.
Rumah Sakit Medika Stannia merupakan salah satu rumah Swasta yang ada
di kepulauan Bangka Belitung yang sudah terakreditasi Utama versi SNARS
tahun 2018. Melalui visi “Menjadi Rumah Sakit Terkemuka di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung” saat ini terus berupaya meningkatkan mutu
pelayanan. Sebagai salah satu upaya dalam mendukung visi rumah sakit, maka
dibentuklah tim untuk memastikan pelayanan yang diberikan tetap sesuai dengan
standar-standar yang telah ditetapkan.
Bidang Keperawatan merupakan salah satu bidang di bawah Direktur
yang mempunyai peran dan fungsi mengkoordinir pelayanan keperawatan
melalui kegiatan perencanaan, pengembangan, monitoring dan evaluasi
kegiatan pelayanan keperawatan. Kegiatan pelayanan keperawatan termasuk
ke dalam Core Product layanan kesehatan di rumah sakit, dengan
sendirinya akan berkontribusi menentukan citra rumah sakit di mata
masyarakat/pelanggan, hal ini mengacu kepada Undang-Undang RI Nomor 38
Tahun 2014 Tentang Keperawatan, serta standar akreditasi rumah sakit
SNARS versi 2018 (Tata Kelola Kepemimpinan dan Pengarahan).
Oleh sebab itu Bidang Keperawatan baik secara vertical maupun
horizontal serta internal seyogyanya dapat memberikan dukungan
kepada Direksi rumah sakit untuk mencapai visi dan misi rumah sakit yang
dilaksanakan melalui rencana strategis bidang keperawatan.
Untuk menjadikan perawat rumah sakit sebagai tenaga profesional maka
dianggap perlu dilakukan supervisi secara terus menerus secara
berkesinambungan sehingga menjadikan perawat sebagai tenaga kerja yang
perlu diperhatikan, diakui dan dihargai keprofesionalannya melalui
penerapan sistem manajemen. Dengan supervisi diharapkan kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang dan
menghasilkan keluaran (produk) seperti yang diinginkan.
Pelaksanaan supervisi di lingkungan RS. Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung bukan hanya ditujukan untuk mengawasi seluruh staf
keperawatan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
instruksi atau ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga bagaimana
memperbaiki proses pelayanan keperawatan yang sedang berlangsung
termasuk kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi
dilakukan sesuai dengan struktur organisasi, artinya dalam kegiatan supervisi
seluruh staf keperawatan bukan hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai
subyek.
Terkait dengan rencana kegiatan supervisi, khususnya di ruang
Keperawatan dengan penerapan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional (SP2KP) yang merupakan pengembangan dari Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) dimana terjadi kerjasama profesional antara
perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya,
kegiatan supervisi juga akan dilaksanakan secara optimal untuk menjamin
kegiatan pelayanan di ruangan sesuai dengan standar mutu profesional yang
telah ditetapkan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Rumah Sakit dapat menciptakan kondisi kerja yang nyaman,
meliputi lingkungan fisik, suasana kerja diantaranya para tenaga
keperawatan dan tenaga lainnya, juga meliputi jumlah persediaan
sarana dan kelayakan perawatan agar memudahkan pelaksanaan tugas.
2. Tujuan Khusus
a. Memperhatikan rencana kegiatan dan evaluasi dari pekerjaan perawat.
b. Menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan
secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan
memuaskan.
c. Meningkatkan kemampuan pekerjaan perawat melalui orientasi,
latihan dan bimbingan individu sesuai kebutuhannya.
d. Memberikan arahan pada perawat dalam pelaksanaan tugasnya agar
menyadari dan mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan
pelaksana asuhan keperawatan .

C. Fungsi
1. Fungsi supervisi, secara umum mengorganisir proses pemberian
pelayanan keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan
pelayanan keperawatan tentang standar asuhan yang telah disepakati
dan dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standar
prosedur.
2. Fungsi utama supervisi adalah menilai dalam memperbaiki faktor-faktor
yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
3. Membantu (assisting), memberi support (supporting) dan mangajak SDM
untuk diikutsertakan (sharing).

D. Manfaat
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat. Manfaat tersebut menurut Suarli & Bachtiar (2009) diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja.
2. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya
hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan
bawahan.
3. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi
kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang
dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan
sarana) yang sia -sia akan dapat dicegah.
4. Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan
telah tercapainya tujuan suatu organisasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI SUPERVISI

A. Pengertian
Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah,
segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (Agus, 2004 ).
Arwani (2005 ) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian
proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling)
Swanburg (2009 ) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses
kemudahan sumber -sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas
ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat
dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari
kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang
manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan
evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari -
hari.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari supervisi keperawatan menurut Cahyati (2000) yaitu
obyek -obyek yang menjadi area dari supervisi keperawatan diantaranya adalah :
1. Asuhan Keperawatan
Area asuhan keperawatan yang menjadi obyek dari supervisi
keperawatan yaitu pelaksanaan audit keperawatan dan pelaksanaan Stan
dar Operasional Prosedur (SOP) keperawatan.

2. Personil Keperawatan ( Sumber Daya Manusia)


Area ini mencakup tentang kemampuan dari sumber daya
keperawatan yang ada di lingkungan kerjanya. Supervisi keperawatan
dilaksanakan juga untuk memberikan penilaian terhadap stafnya
sehingga dapat diberikan kesempatan kepada stafnya untuk dapat
mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya dan dalam supervisi
ini dapat pula memberikan penilaian terhadap pengembangan kemampuan
dan ketrampilan stafnya dalam menjalankan tugas yang dibebankan
kepadanya.
3. Fasilitas dan Peralatan
Kegiatan pelaksanaan supervisi keperawatan akan memberikan
alternatif pemecahan masalah pada berbagai kendala yang dihadapi oleh
staf baik tentang kemampuannya melaksanakan tugas maupun sarana dan
prasarana yang harus dipenuhi untuk memberikan pelayanan keperawatan
yang berkualitas
4. Mutu Pelayanan
Berfokus pada indicator mutu dan standar pelayanan minimal
seperti :
a. Kepuasan pelanggan
b. Indikator klinik keperawatan

C. Prinsip Supervisi
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di Bidang
Keperawatan (Nursallam, 2007) antara lain:
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi, memerlukan
pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antar manusia
dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.
2. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara
supervisor dan perawat pelaksana.
3. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik.
4. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreatifitas dan motivasi.
5. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan
manajer.

D. Frekuensi Pelaksanaan Supervisi


Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi yang
dilakukan hanya sekali bisa dikatakan bukan supervisi yang baik, karena
organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab itu agar organisasi selalu
dapat mengikuti berbagai perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan
berbagai penyesuaian. Supervisi dapat membantu penyesuaian tersebut yaitu
melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan. Tidak ada
pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan. Yang
digunakan sebagai pegangan umum, supervisi biasanya bergantung dari derajat
kesulitan pekerjaan yang dilakukan, serta sifat penyesuaian yang akan
dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya mendasar,
maka supervisi harus lebih sering dilakukan.

E. Pelaksana Supervisi
Menurut Bactiar dan Suarly, (2009) yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam
organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan kedudukan,
tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal tersebut serta prinsip-
prinsip pokok supervisi maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik
ada beberapa syarat atau karasteristik yang harus dimilki oleh pelaksana
supervisi (supervisor). Karasteristik yang dimaksud adalah :
1) Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang
disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin, dap at ditunjuk staf khusus
dengan batas -batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
2) Pelaksana supervisi harus memilki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.
3) Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilam melak ukan supervisi
artinya memahami prinsip -prinsip pokok serta tehnik supervisi.
4) Pelaksana supervisi harus memilki sifat edukatif dan suportif, bukan
otoriter.
5) Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan selalu
berupaya meningkatkan penget ahuan, keterampilan dan perilaku bawahan
yang disupervisi.
BAB III

TATA LAKSANA SUPERVISI

A. Supervisi Berjenjang

Materi supervisi atau pengawasan dilaksanakan sesuai dengan uraian


tugas masing–masing staf perawat pelaksana yang disupervisi terkait dengan
kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan.

Supervisi berjenjang dilakukan oleh jajaran manajer keperawatan dengan


cara:
1. Kepala Ruangan
Kepala ruangan bertanggungjawab dalam supervisi pelayanan
keperawatan di unit kerjanya. Kepala ruangan merupakan ujung tombak
penentu tercapai tidaknya tujuan pelayanan dalam memberikan asuhan
keperawatan dan pendokumentasian di unit kerjanya.
2. Pengelola Perawatan
Pengelola perawatan bertanggung jawab dalam melakukan supervisi
pada areanya yaitu beberapa kepala ruangan yang berada dalam satu
instalasi tertentu, misalnya instalasi rawat inap atau instalasi
rawat jalan dan lain -lain.

3. Kepala Seksi
Beberapa instansi digabung di bawah satu pengawasan kepala seksi.
Kepala seksi mengawasi pengelola perawatan dalam melaksanakan tugas
secara langsung dan seluruh perawat secara langsung maupun tidak
langsung.
4. Kepala Bidang Keperawatan
Kabid keperawatan bertanggung jawab untuk melakukan supervisi
kepada kepala seksi secara langsung dan semua perawat secara langsung
maupun tidak langsung.

B. Sasaran Supervisi Keperawatan


Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan :
1. Pelaksanaan tugas sesuai dengan pola. Misalnya di ruangan tertentu telah
disepakati akan digunakan metode tim dalam mengelolaan pasien maka
seluruh komponen mulai dari manajer keperawatan sampai dengan
perawat pelaksanana di ruangan tersebut seharusnya menjalankan metode
tersebut sesuai dengan peran dan fungsinya masing -masing .
2. Struktur dan hiraki sesuai dengan rencana
3. Staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontiniu dan sistematis
4. Penggunaan alat yang efektif dan efisien
5. Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang.
6. Pembagian tugas, wewenang ada pertimbangan objektif atau rasional
7. Tidak terjadi penyimpangan atau penyelewengan kekuasaan, kedudukan
dan keuangan.

C. Metode Supervisi
Metode yang digunakan adalah metode telusur, dilakukan untuk
melihat kesesuaian antara data dengan pelaksanaan kegiatan riil
dipelayanan, pelaksanaan metode ini bisa melalui wawancara dengan
perawat pasien/ keluarga pasien .

D. Prosedur Pelaksanaan Supervisi


Langkah -langkah Supervisi , ada beberapa tahap :
1. Tahap Pra supervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
b. Supervisor menetapkan tujuan supervisi
c. Supervisor telah mempersiapkan instrumen telusur yang dapat diukur

2. Tahap Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat, dimulai dari pengelola perawatan,
kepala ruangan, ketua tim sampai kepada perawat pelaksana
berdasarkan alat ukur atau instrumen yang telah disiapkan.
b. Supervisor menemukan beberapa hal yang memerlukan pembinaan
langsung pada saat telusur.
c. Supervisor memanggil Perawat Primer dan Perawat Associate sesuai
dengan struktur organisasi untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan, Supervisor mengklarifikasi permasalahan
yang ada.
d. Supervisor melakukan tanya jawab dengan Perawat Primer dan Perawat
Associate / perawat yang disupervisi
e. Supervisor memberikan masukan dan solusi pada perawat supervisi/
Perawat Primer dan Perawat Associate.

E. Tehnik dan Cara Supervisi


Teknik supervisi keperawatan yang akan dilakukan terdiri dari 3 elemen
kelompok, yaitu :
1. Mengacu pada standar asuhan keperawatan di rumah sakit.
2. Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian.
3. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas
asuhan.
Supervisi dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a) Langsung
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung. Pada supervisi modern supervisor terlibat dalam kegiatan
agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai
perintah. Supervisor memberikan pengarahan yang efektif kepada
supervisi.
b) Tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi dilapangan sehingga
mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara
tertulis.

F. Proses Supervisi
1. Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan
didampingi oleh supervisor.
2. Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement dan
petunjuk.
3. Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi
yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki
yang masih kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting
dilakukan oleh supervisor.
G. Jadwal Pelaksanaan Supervisi
1. Jadwal supervisi untuk satu instalasi dilaksanakan 1 - 2 kali kunjungan
dalam sebulan. Lama kunjungan supervisi kurang lebih 30 menit – 60
menit.
2. Mengobservasi para manajer ruangan mulai dari Pengelola Perawatan,
Karu, Ka tim, dilanjutkan dengan observasi 1 - 2 personil dari
pelaksana keperawatan atau area kerja secara kontiniu untuk 15 - 30
menit.

H. Evaluasi Proses Supervisi


Hasil evaluasi yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi adalah :
1. Pelaksanaan tugas sesuai dengan pola dan standar prosedur.
2. Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana kegiatan.
3. Penggunaan alat-alat di ruang lingkup pekerjaan yang efektif dan
ekonomis.
4. Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang dari aturan serta kebijakan
rumah sakit.
5. Pembagian tugas, wewenang ada per timbangan objek/rasional
Gambar
BAB IV
PENUTUP

Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing (pengarahan) dalam fungsi


manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang
telah diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.
Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan
berbagai hambatan/ permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan
dengan mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi dan bersama dengan staf keperawatan untuk mencari jalan
pemecahannya.
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan
di rumah sakit, supervisi bukan berarti menghukum tetapi memberikan pengarahan
dan petunjuk agar perawat dapat menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien.
Supervisor diharapkan mempunyai hubungan interpersonal yang memuaskan dengan
staf agar tujuan supervisi dapat tercapai untuk meningkatkan motivasi, kreativitas dan
kemampuan perawat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas
pelayanan asuahan keperawatan di RS. Medika Stannia di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung .
Aktifitas supervisi seperti inilah yang diharapkan agar dapat menjaga kualitas
perawatan, kepatuhan terhadap prosedur dan jaminan pelayanan keperawatan yang semakin
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Arwani & Heru Supriyanto.(2005). Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta :


EGC.
Dharma, Agus. (2004). Manajemen Supervisi : Petunjuk Praktis Bagi Para
Supervisior. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Gillies DA. (1996). Manajemen Keperawatan, Suatu Pendekatan Sistem.


Philadelphia : W.B. Saunders Company.

Kron & Gray.(1987) The Management of Patient Care ; Putting Leadership Skills

to Work, (6th edition). Philadelphia : W.B. Saunders Company.

Marquis and Houston.( 2000). Leadership roles and management functions in


nursin g; theory and applications .Philadelphia.Lippincot.

Nursalam.(2007). Konsep Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek


Keperawatan Profesional. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Swanburg.(2009).Managemant And Lead Ership For Nurse Managers. Boston:


Jones and Barlett Publishers.
LAMPIRAN DRAFT SPO SUPERVISI KEPERAWATAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Lambang Rumah
Sakit 001/ 0 1/1
SPOKEPERAWATAN-
04000/II/2021

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh

STANDAR 08 Februari 2021 Direktur Rumah Sakit Medika


OPERASIONAL Stannia
PROSEDUR dr. ………?????
NIK………????

PENGERTIAN Merupakan suatu proses untuk memastikan kegiatan


dilaksanakan sesuai dengan tujuan, dengan cara
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
tersebut. Supervisi juga dilakukan untuk memastikan
bahwa kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian
mutu pelayanan.

a. Memperhatikan rencana kegiatan dan evaluasi dari


TUJUAN
pekerjaan perawat.
b. Menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah
direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih
efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah
ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan
memuaskan.
c. Meningkatkan kemampuan pekerjaan perawat melalui
orientasi, latihan dan bimbingan individu sesuai
kebutuhannya.
d. Memberikan arahan pada perawat dalam pelaksanaan
tugasnya agar menyadari dan mengerti terhadap
peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan
keperawatan .
KEBIJAKAN 1. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja
2. Dalam melaksanakan pelayanan rawat inap senantiasa
memperhatikan keselamatan pasien (pasien safety).

PROSEDUR 1. Tahap Pra supervisi


a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan
disupervisi.
b. Supervisor menetapkan tujuan supervisi
c. Supervisor telah mempersiapkan instrumen
telusur yang dapat diukur
2. Tahap Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat, dimulai dari
pengelola perawatan, kepala ruangan, ketua tim
sampai kepada perawat pelaksana berdasarkan
alat ukur atau instrumen yang telah disiapkan.
b. Supervisor menemukan beberapa hal yang
memerlukan pembinaan langsung pada saat
telusur.
c. Supervisor memanggil Perawat Primer dan
Perawat Associate sesuai dengan struktur
organisasi untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan, Supervisor
mengklarifikasi permasalahan yang ada.
d. Supervisor melakukan tanya jawab dengan
Perawat Primer dan Perawat Associate / perawat
yang disupervisi
e. Supervisor memberikan masukan dan solusi pada
perawat supervisi/ Perawat Primer dan Perawat
Associate.
3. Tehnik dan Cara Supervisi
Teknik supervisi keperawatan yang akan
dilakukan terdiri dari 3 elemen kelompok, yaitu :
1. Mengacu pada standar asuhan keperawatan di
rumah sakit.
2. Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai
pembanding untuk menetapkan pencapaian.
3. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan
mempertahankan kualitas asuhan.
Supervisi dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a. Langsung
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan
yang sedang berlangsung. Pada supervisi
modern supervisor terlibat dalam kegiatan
agar pengarahan dan pemberian petunjuk
tidak dirasakan sebagai perintah. Supervisor
memberikan pengarahan yang efektif kepada
supervisee.

b. Tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik
tertulis maupun lisan. Supervisor tidak
melihat langsung apa yang terjadi dilapangan
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta.
Umpan balik dapat diberikan seca ra tertulis.
4. Proses Supervisi
a. Perawat pelaksana melakukan secara mandiri
suatu tindakan keperawatan didampingi oleh
supervisor.
b. Selama proses, supervisor dapat memberi
dukungan, reinforcement dan petunjuk.
c. Setelah selesai, supervisor dan perawat
pelaksana melakukan diskusi yang bertujuan
untuk menguatkan yang telah sesuai dan
memperbaiki yang masih kurang.
Reinforcement pada aspek yang positif sangat
penting dilakukan oleh supervisor.

5. Jadwal Pelaksanaan Supervisi


a. Jadwal supervisi untuk satu instalasi
dilaksanakan 1 - 2 kali kunjungan dalam
sebulan. Lama kunjungan supervisi kurang
lebih 30 menit – 60 menit.
b. Mengobservasi para manejer ruangan mulai
dari Pengelola Perawatan, Karu, Ka tim,
dilanjutkan dengan observasi 1 - 2 personil dari
pelaksana keperawatan atau area kerja secara
kontiniu untuk 15 - 30 menit.

6. Evaluasi Proses Supervisi


Hasil evaluasi yang harus dicapai dalam
pelaksanaan supervisi adalah :
a. Pelaksanaan tugas sesuai dengan pola dan standar
prosedur.
b. Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana
kegiatan.
c. Penggunaan alat-alat di ruang lingkup pekerjaan
yang efektif dan ekonomis.
d. Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang dari
aturan serta kebijakan rumah sakit.
e. Pembagian tugas, wewenang ada per timbangan
objek/rasional
UNIT TERKAIT Ruang yang bersangkutan
INSTRUMEN SUPERVISI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SECARA
LANGSUNG PADA PERAWAT

Nama Perawat : Hari/Tanggal :


Supervisor : Ruangan :

Petunjuk:
Beri tanda check list (v) pada kolom “Ya” bila pekerjaan dilakukan dan pada kolom
“Tidak” bila pekerjaan tidak dilakukan.

No Aspek yang dinilai Dilakukan


Ya Tidak
A PENGKAJIAN
.
1. Perawat mengenalkan diri pada pasien
2. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien
:
a. Identitas pasien
b. Alasan pasien masuk RS
c. Riwayat penyakit saat ini
d. Riwayat kesehatan masa lalu
e. Genogram
f. Kebutuhan dasar
g. Riwayat sosial
h. Pemeriksaan head to toe
i. Refleks
j. Pola tumbuh kembang
k. Riwayat imunisasi
l. Rumusan masalah keperawatan
3. Perawat mendokumentasikan hasil pengkajian
pada format yang tersedia
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perawat merumuskan diagnosa keperawatan
berdasarkan keperawatan
2. Perawat merumuskan diagnosa keperawatan
menggunakan format P-E-S
3. Perawat mendokumentasikan rumusan
diagnosa keperawatan pada format yang
tersedia
C RENCANA KEPERAWATAN
.
1. Perawat membuat rencana intervensi sesuai
dengan diagnosa keperawatan
2. Perawat melakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan SOP
3. Perawat memberikan penjelasan tentang tindakan
yang akan dilakukan
4. Perawat melakukan tindakan sesuai dengan
kebutuhan pasien
5. Perawat membina hubungan baik dengan
pasien
6. Perawat menjaga privacy pasien dalam
melakukan tindakan keperawatan
7. Perawat memberikan pendidikan kesehatan
sesuai kebutuhan
8. Perawat melaksanakan tindakan kolaboratif sesuai
dengan kebutuhan
9. Perawat mendokumentasikan tindakan
keperawatan pada format
yang tersedia
E. EVALUASI
1. Perawat mengevaluasi tindakan mengacu pada
kriteria hasil
2. Perawat membuat SOAP
3. Perawat memodifikasi rencana
4. Perawat mendokumentasikan evaluasi tindakan
keperawatan pada
format yang tersedia
Total Skor

Keterangan
Dilakukan = nilai 1 Nilai = Total skor x 100 = ………..
Tidak dilakukan = nilai 0 23

Tanggapan yang disupervisi : ………………………………………………………


Pengarahan langsung : …………………………………………………………......
Saran dan tindak lanjut : ……………………………………………………….......

Yang disupervisi, Supervisor,

(………………) (……………..)
Mengetahui,
Manajer keperawatan

(………………….)
INSTRUMEN SUPERVISI PADA KEPALA RUANGAN

Nama Perawat : Hari/Tanggal :


Supervisor : Ruangan :

Petunjuk:
Beri tanda check list (v) pada kolom “Ya” bila pekerjaan dilakukan dan pada kolom
“Tidak” bila pekerjaan tidak dilakukan.

No Aspek yang dinilai Dilakukan


Ya Tidak
I. ASPEK MANAJEMEN
A. Perencanaan
1. Karu memiliki rencana harian
2. Karu memiliki rencana bulanan
3. Karu memiliki rencana tahunan
B. Pengorganisasian
1. Karu menyusun jadwal dinas ruangan
2. Karu memiliki daftar pasien
C. Pengarahan
1. Karu membuka operan
2. Karu melakukan pre conference
3. Karu memimpin post conference
4. Karu memberi motivasi dan dukungan kepada
stafnya dalam melaksanakan tugasnya
5. Karu menjadi role model bagi stafnya
6. Karu melibatkan stafnya dalam pengambilan
keputusan
7. Karu mendelegasikan tugas kepada perawat yang
memiliki kompetensi yang dibutuhkan.
8. Karu mengevaluasi tugas yang telah didelegasikan
kepada staf
9. Karu memiliki jadwal supervisi untuk stafnya
10. Karu melaksanakan supervisi sesuai dengan kaidah
supervisi
11. Karu menyampaikan hasil supervisi kepada staf
12. Karu memberikan umpan balik terhadap hasil
supervisi kepada staf
D. Pengendalian
1. Ruangan menjalankan dan memiliki indicator mutu
2. Karu melakukan audit dokumentasi asuhan
keperawatan
3. Karu mengelola hasil angket kepuasan
pasien/keluarga
II. ASPEK COMPENSATORY REWARD
1. Karu melakukan penilaian kinerja PP/Katim sesuai
jadwal
2. Karu mendokumentasikan hasil penilaian kinerja
perawat PP/katim
3. Karu memiliki program pengembangan staf
III. ASPEK PROFESSIONAL RELATIONSHIP
1. Karu melakukan rapat keperawatan berdasarkan
jadwal yang telah ditetapkan
2. Karu memimpin kegiatan case conference
3. Karu mengikuti visite dokter
4. Karu melakukan ronde keperawatan dan journal
reading
5. Karu menjalankan clinical pathway
6. Karu merencanakan dan mengadakan rapat rutin
bulanan dengan PP
7. Karu memonitor kebersihan ruang rawat
8. Karu mengendalikan patient safety dan infeksi
nosokomial di ruang rawat
9. Karu membuat rekapitulasi mutu, infeksi
nosokomial, serta SAK di ruang rawat
IV. ASPEK ASUHAM KEPERAWATAN
A. Persiapan
1. Mengkaji data subjektif dan objektif pasien/keluarga
2. Merumuskan masalah keperawatan pasien/keluarga
3. Merencanakan tindakan keperawatan untuk pasien
4. Merencanakan tindakan keperawatan untuk keluarga
B. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Mengucapkan salam
2. Melakukan evaluasi/validasi masalah pasien/keluarga
3. Membuat kontrak dengan pasien/keluarga
4. Mendiskusikan tentang masalah yang terjadi
5. Mendiskusikan cara-cara mengatasi masalah
6. Melatih pasien/keluarga cara mengatasi masalah
7. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/keluarga
8. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik
9. Mengevaluasi respon subjektif pasien/keluarga
10. Mengevaluasi respon objektif pasien/keluarga
11. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya dengan
pasien/keluarga
12. Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga
minimal setiap dua hari untuk membahas kondisi
pasien
13. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga
14. Membuat perencanaan pasien pulang dan
menyiapkan kelengkapan pasien pulang
C. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1. Mendokumentasikan data hasil pengkajian
2. Mendokumentasikan masalah keperawatan
pasien/keluarga
3. Mendokumentasikan tindakan keperawatan terhadap
pasien/keluarga
4. Mendokumentasikan evaluasi terhadap tindakan
keperawatan pasien/keluarga (SOAP)
5. Total skor
Keterangan
Dilakukan = nilai 1 Nilai = Total skor x 100 = ………..
Tidak dilakukan = nilai 0 54

Tanggapan yang disupervisi : ………………………………………………………


Pengarahan langsung : …………………………………………………………......
Saran dan tindak lanjut : ……………………………………………………….......

Perawat yang disupervisi, Supervisor,

(………………) (……………..)

Mengetahui,
Manajer keperawatan

(………………….)
INSTRUMEN SUPERVISI PADA PERAWAT/KETUA TIM

Nama Perawat : Hari/Tanggal :


Supervisor : Ruangan :

Petunjuk:
Beri tanda check list (v) pada kolom “Ya” bila pekerjaan dilakukan dan pada kolom
“Tidak” bila pekerjaan tidak dilakukan.

No Aspek yang dinilai Dilakukan


Ya Tidak
I. ASPEK MANAJEMEN
A. Perencanaan
1. PP/Katim memiliki rencana harian
2. PP/Katim memiliki rencana bulanan
B. Pengorganisasian
1. PP/Katim memiliki jadwal dinas untuk timnya
2. PP/Katim memiliki daftar pasien yang dikelola
timnya
3. PP / Katim menetapkan PA yang bertanggung jawab
pada pasien setaip shift
C. Pengarahan
1. PP/Katim memimpin pre conference
2. PP/Katim memimpin post conference
3. PP / Katim memberi motivasi dan dukungan kepada
PA dalam melaksanakan tugasnya
4. PP/Katim menjadi role model bagi PA
5. PP/Katim melibatkan PA dalam pengambilan
keputusan
6. PP/Katim mendelegasikan tugas kepada perawat yang
memiliki kompetensi yang dibutuhkan.
7. PP/Katim mengevaluasi tugas yang telah
didelegasikan kepada PA
9. PP/Katim memiliki jadwal supervisi untuk stafnya
10. PP/Katim melaksanakan supervisi sesuai dengan
kaidah supervisi
11. PP/Katim menyampaikan hasil supervisi kepada PA
12. PP/Katim memberikan umpan balik terhadap hasil
supervisi kepada PA
D. Pengendalian
1. PP / Katim memonitor pelaksanaan dokumentasi pada
catatan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh PA
2. PP/ Katim menyebarkan angket kepuasan
pasien/keluarga
II. ASPEK COMPENSATORY REWARD
1. PP / Katim melakukan penilaian kinerja perawat
pelaksana sesuai jadwal
2. PP / Katim mendokumentasikan hasil penilaian
kinerja perawat PA
III. ASPEK PROFESSIONAL RELATIONSHIP
1. PP / Katim mengikuti kegiatan case conference
2. PP / Katim mengikuti studi kasus ronde keperawatan
dan jornal reading yang dilaksanakan oleh kepala
ruang
3. PP / Katim melaksanakan cinical pathway
4. PP / Katim membimbing mahasiswa yang sedang
praktek keperawatan di unit kerja dan bekerjasama
dengan CI dan HN
5. PP / Katim melakukan kolaborasi dengan dokter
dalam hal perkembangan kesehatan pasien, program
terapi dan evaluasi pelayanan keperawatan yang
diberikan pada pasien
6. PP / Katim mengikuti visite dokter
IV. ASPEK ASUHAN KEPERAWATAN
A. Persiapan
1. Mengkaji data subjektif dan objektif pasien/keluarga
2. Merumuskan masalah keperawatan pasien/keluarga
3. Merencanakan tindakan keperawatan untuk pasien
4. Merencanakan tindakan keperawatan untuk keluarga
B. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Mengucapkan salam
2. Melakukan evaluasi/validasi masalah pasien/keluarga
3. Membuat kontrak dengan pasien/keluarga
4. Mendiskusikan tentang masalah yang terjadi
5. Mendiskusikan cara-cara mengatasi masalah
6. Melatih pasien/keluarga cara mengatasi masalah
7. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/keluarga
8. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik
9. Mengevaluasi respon subjektif pasien/keluarga
10. Mengevaluasi respon objektif pasien/keluarga
11. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya dengan
pasien/keluarga
12. Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga
minimal setiap dua hari untuk membahas kondisi
pasien
13. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga
14. Membuat perencanaan pasien pulang dan menyiapkan
kelengkapan pasien pulang
C. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1. Mendokumentasikan data hasil pengkajian
2. Mendokumentasikan masalah keperawatan
pasien/keluarga
3. Mendokumentasikan tindakan keperawatan terhadap
pasien/keluarga
4. Mendokumentasikan evaluasi terhadap tindakan
keperawatan pasien/keluarga (SOAP)
Total skor
Keterangan
Dilakukan = nilai 1 Nilai = Total skor x 100 = ………..
Tidak dilakukan = nilai 0 48
Tanggapan yang disupervisi : ………………………………………………………
Pengarahan langsung : …………………………………………………………......
Saran dan tindak lanjut : ……………………………………………………….......

Perawat yang disupervisi, Supervisor,

(………………) (……………..)

Mengetahui,
Manajer keperawatan

(………………….)
INSTRUMEN SUPERVISI PADA SUPERVISOR KEPERAWATAN

Nama Perawat : Hari/Tanggal :


Supervisor : Ruangan :

Petunjuk:
Beri tanda check list (v) pada kolom “Ya” bila pekerjaan dilakukan dan pada kolom
“Tidak” bila pekerjaan tidak dilakukan.

No Aspek yang dinilai Dilakukan


Ya Tidak
I. PENDEKATAN MANAJEMEN
A. Perencanaan
1. Supervisor memiliki program kerja sesuai dengan
bidangnya
2. Menyusun RKAT dan anggaran bisnis keperawatan
B. Pengorganisasian
1. Koordinasi dengan pihak terkait dalam pelaksanaan
tugas
2. Koordinasi dengan IPS, Satpam, Farmasi, Rumah
Tangga dan Gizi sesuai kebutuhan di wilayah kerjanya
C. Pengarahan
1. Melakukan supervisi keperawatan kepada kepala
ruangan
2. Mengikuti supervise keliling / ronde keperawatan
3. Melakukan tugas jaga kontrole pada hari Minggu, hari
besar dan supervisor incharge
4. Menampung keluhan-keluhan dan membantu
menyelesaikan masalah dari ruangan
5. Memantau kepala ruangan melakukan operan pada
shift pagi dan siang di wilayah kerjanya.
D. Pengendalian
1. Memantau kehadiran kerja kepala ruangan di wilayah
kerjanya
2. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan rencana
kerja
II. ASPEK COMPENSATORY REWARD
1. Melakukan penilaian kinerja karu sesuai jadwal
2. Mengajukan usulan kenaikan pangkat dan mengoreksi
angka kredit perawat
III. ASPEK PROFESSIONAL RELATIONSHIP
1. Mengikuti rapat-rapat koordinasi di lingkungan
departemen IKA
2. Mengadakan rapat pertemuan berkala dengan kepala
ruangan dan tenaga kesehatan lain
3. Menyampaikan kebijakan dan pengumuman dari
jajaran direksi dan bidang keperawatan
4. Memberikan usulan masukan kepada manajer
keperawatan dan jajaran departemen IKA
Total skor
NILAI AKHIR
Keterangan
Dilakukan = nilai 1 Nilai = Total skor x 100 = ………..
Tidak dilakukan = nilai 0 17

Tanggapan yang disupervisi : ………………………………………………………


Pengarahan langsung : …………………………………………………………......
Saran dan tindak lanjut : ……………………………………………………….......

Perawat yang dinilai, Manajer keperawatan

(………………) (……………..)
FORMAT CATATAN HARIAN

Tanggal : 29 April 2022


Jam : 09.00
Kegiatan :
1. Wawancara supervisi keperawatan
2. Melakukan ronde keperawatan, operan SBAR, Pre dan Post Conference
3. Melakukan sosialisasi tentang supervisi keperawatan
Bukti Fisik :
1. Wawancara supervisi keperawatan

2. Melakukan ronde keperawatan


3. Melakukan sosialisasi supervisi keperawatan

Coners yang hadir :


1. Aprilliany
2. Nudia Nashita
3. Rezi Andrian
4. Wendra Aryanto

Anda mungkin juga menyukai