DI SUSUN OLEH :
1. Aprilliany : 21300082
2. Nudia Nashita : 21300033
3. Rezi Andrian : 21300081
4. Wendra Aryanto : 21300034
Mengetahui
…………………………
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
karunia, rahmat dan kasih-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
preseptor akademik dan Ns. Erwan, S.kep selaku preseptor klinik yang dengan penuh
tulus ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya hingga terselesaikan makalah
ini.
keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan yang ada sehingga kritik dan saran yang
sendiri sebagai salah satu upaya perbaikan dalam proses pembelajaran yang
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................................ 3
C. Manfaat ..................................................................................................... 3
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan berkembangnya zaman, pelayanan kesehatan pun
mengalami perkembangan dalam upaya menghadapi era globalisasi yang
menuntut persaingan yang cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit
swasta maupun pemerintah. Pada kondisi persaingan yang tinggi, pelanggan
memiliki informasi yang memadai dan mampu untuk memilih diantara beberapa
alternatif pelayanan yang ada. Oleh karena itu untuk memenangkan persaingan
dalam mendapatkan pelanggan, rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas yang dapat memberikan kepuasan pada klien.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di rumah
sakit dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh
karena itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam
pengembangan ke masa depan. Perawat harus mau mengembangkan ilmu
pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, dan menjadi tenaga
perawat yang professional. Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan
bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling
berkepentingan oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek
keperawatan, ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus
utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses
profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan,
dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk
mengembangkan dirinya dalam sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena alasan-
alasan di atas maka pelayanan keperawatan harus dikelola secara professional,
karena itu perlu adanya Manajemen Keperawatan.
Masyarakat menganggap kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon
yang muncul antara lain dengan banyak belajar mengenai konsep pengelolaan
keperawatan dan langkah-langkah konkret dalam pelaksanaanya secara kondusif.
Langkah-langkah konkret dapat berupa penataan sistem model asuhan
keperawatan profesional (MAKP), mulai dari ketenagaan/pasien, penetapan
sistem MAKP, sampai dengan perbaikan dokumentasi keperawatan dengan
menerapkan prisip SME (sesuai standar, mudah dilaksanakan, serta efisien dan
efektif) (Nursalam, 2015).
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses menyelesaikan suatu
pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien, dan rasional dalam
memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada
individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui
proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan(Irene, 2018).
Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk
memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien,
keluarga, kelompok dan masyarakat(Nursalam, 2015).
Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen adalah
proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan
perkembangan. Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber
untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan
berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi (Sri Mugianti, 2016).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai
suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga
diharapkan keduanya saling menopang. Sebagaimana yang terjadi di dalam
proses keperawatan, di dalam manajemen keperawaatan pun terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap
mayoritas tenaga seorang pegawai, maka setiap tahapan di dalam proses
manajemen lebih rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan
aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.
Dalam melaksanakan praktek manajemen keperawatan menekankan pada
penerapan konsep-konsep dan prinsip kepemimpinan dan manajemen
keperawatan dalam tatanan pelayanan kesehatan nyata. Oleh karena itu untuk
aplikasi nyata manajemen keperawatan, maka kelompok tertarik melakukan
praktek manajemen keperawatan di ruang ICU.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan, kelompok
diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dengan
menggunakan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP), secara
bertanggungjawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang profesional
serta langkah-langkah manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek manajemen keperawatan ini,
kelompok mampu :
1. Melaksanakan pengkajian diruangan ICU
2. Melaksanakan analisis situasi dan identifikasi masalah manajemen
keperawatan terutama supervisi keperawatan.
3. Melakukan kegiatan manajemen keperawatan yaitu supervisi
keperwatan di ruang ICU maupun di semua ruangan di Rumah Sakit.
C. MANFAAT
1. Bagi lahan pratik :
Ruang ICU : Dapat melakukan supervisi keperawatan dengan baik sesuai
dengan draft panduan dan SPO supervisi.
2. Bagi mahasiswa
Mahasiswa mengerti dan mampu menerapkan atau mengaplikasikan
manajemen keperawatan terutama supervisi keperawatan di dalam Rumah
sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. KONSEP SUPERVISI
1. Definisi Supervisi
Supervisi adalah suatu kegiatan yang dilakukan berupa pengawasan,
pengontrolan, pengendalian maupun pengevaluasian (KBBI, 2014). Menurut
Gillies (1994), menyatakan supervisi atau pengawasan merupakan salah satu
dari prinsip perilaku kepemimpinan. Supervisi dilakukan untuk melihat
pekerjaan yang sedang berlangsung dan memperbaikinya apabila terjadi
pelaksanaan yang tidak baik. Menurut RCN (2007), supervisi adalah proses
memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi, dengan
cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan.
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala
oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan bawahan yang kemudian bila
ditemukan masalah segera dilakukan bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (Suarli, 2012).
Supervisi adalah pengawasan langsung yang dilakukan untuk
mengawasi pekerjaan atau prestasi orang lain. Supervisi meliputi penilaian
kepada individu untuk melihat kegiatan apa yang telah selesai dan apa yang
mungkin masih perlu untuk diselesaikan sepanjang hari (Tappen, Weiss, &
Whitehead 2010). Menurut Swanburg (2010), menyatakan bahwa supervisi
adalah suatu proses untuk memberikan kemudahan dalam menyelesaikan
tugas-tugas keperawatan. Pelayanan asuhan keperawatan akan sulit
dipertahankan dan ditingkatkan tanpa melakukan supervisi.
Berdasarkan beberapa uraian pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa supervisi adalah suatu kegiatan profesional dalam pelayanan
keperawatan yang dilakukan oleh manajer kepada bawahan. Proses supervisi
merupakan kegiatan pembelajaran, pelatihan yang bertujuan untuk
peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta serta memberikan
dukungan kepada bawahan dan merupakan pengawasan terhadap
pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan.
2. Tujuan Supervisi
Menurut Gillies (1994), tujuan dari supervisi adalah untuk memeriksa,
menilai dan memperbaiki penampilan kerja pegawai sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Swanburg (2010) mengatakan tujuan supervisi adalah
(1) Memperhatikan anggota unit organisasi di samping itu area kerja dan
pekerjaan itu sendiri. (2) Memperhatikan rencana, kegiatan, dan evaluasi
dari pekerjaannya. (3) Meningkatkan kemampuan pekerjaan melalui
orientasi, latihan dan bimbingan individu sesuai kebutuhannya serta
mengarahkan kepada kemampuan ketrampilan keperawatan.
Menurut Suarli (2012), tujuan supervisi adalah memberikan bantuan
kepada bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan
akan memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan
dengan hasil yang baik. Supervisi yang baik adalah supervisi yang dilakukan
secara berkala.
3. Pelaksana Supervisi
Menurut Suyanto (2008), supervisi keperawatan dilaksanakan oleh
personil atau bagian yang bertanggung jawab antara lain:
a. Kepala Ruangan
Kepala ruangan bertanggung jawab melakukan supervisi
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien diruang
perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat
pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara
langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan metode
penugasan yang diterapkan di ruang perawatan tersebut.
b. Pengawas Perawatan (Supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah
unit fungsional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung
jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.
c. Kepala Bidang Keperawatan
Kepala bidang keperawatan yang merupakan top manajer
dalam bidang keperawatan, bertanggung jawab untuk melakukan
supervisi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui para
pengawas perawatan.
4. Teknik Supervisi
Menurut Arwani (2006), secara teknis supervisi dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Supervisi langsung bertujuan untuk proses
pembimbingan, arahan, dan pencegahan serta memperbaiki kesalahan yang
terjadi, maka supervisi langsung lebih tepat digunakan. Supervisi yang ditujukan
untuk memantau proses pelaksanaan tugas kepearawatan yang telah dijalankan
maka supervisi tidak langsung lebih tepat digunakan. Supervisi langsung
dilakukan pada kegiatan yang sedang berlangsung. Supervisor terlibat dalam
kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai
perintah.
Supervisi tidak langsung dilakukan melalui laporan tertulis seperti laporan
pasien dan catatan asuhan keperawatan pada shift pagi, sore dan malam. Dapat
juga dengan menggunakan laporan lisan seperti saat timbang terima shift, ronde
keperawatan maupun rapat. Supervisor tidak melihat langsung kejadian
dilapangan sehingga memungkinkan terjadi kesenjangan fakta. Hasil temuan dari
supervisi tidak langsung memerlukan klarifikasi dan umpan balik diberikan agar
tidak terjadi salah persepsi dan masalah segera dapat diselesaikan (Suyanto,
2008).
Menurut Kirk, Eaton & Auty (2000), proses supervisi dapat dilakukan
dengan cara self-supervision, one-to-one supervision dan team supervision. Bush
(2005), mengemukakan supervisi dapat dilakukan dengan cara one-to-one
dengan expert berasal dari disiplin ilmu yang sama, one-to-one dengan expert
berasal dari disiplin ilmu yang berbeda, one-to-one yang dilakukan oleh rekan,
group supervision dan network supervision. Kegiatan tersebut dilaksanakan
dengan meningkatkan hubungan interpersonal sehingga tujuan dari supervisi
dapat tercapai (Heron 1990).
5. Kompetensi Supervisor
Seorang supervisor keperawatan dalam melaksanakan supervisi harus
memiliki kemampuan (1) memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas,
sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan, (2) memberikan
saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksana keperawatan, (3)
mmeberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staff dan pelaksana
keperawatan, (4) mampu memahami dinamika kelompok, (5) memberikan
latihan dan bimbingan yang diperlukan, (6) melakukan penilaian terhadap
penampilan kerja perawat, (7) mengadakan pengawasan agar agar asuhan
keperawatan yang diberikan lebih baik (Suyanto, 2008).
6. Peran dan Fungsi Supervisi
Peran supervisor adalah tingkah laku seorang supervisor yang diharapkan
oleh perawat pelaksana dalam melaksanakan supervisi. Menurut Kron (1987)
peran supervisor adalah sebagai perencana, pengarah, pelatih, dan penilai.
a). Peran sebagai perencana.
Seorang supervisor dituntut mampu membuat perencanaan sebelum
melaksanakan supervisi. Dalam perencanaan seorang supervisor banyak
membuat keputusan mendahulukan tugas dan pemberian arahan, untuk
memperjelas tugasnya untuk siapa, kapan waktunya, bagaimana,
mengapa, termasuk memberikan instruksi.
b). Peran sebagai pengarah.
Seorang supervisor harus mampu memberikan arahan yang baik
saat supervisi. Semua pengarahan harus konsisten dibagiannya dan
membantu perawat pelaksana dalam menampilkan tugas dengan aman
dan efisien meliputi: pengarahan harus lengkap sesuai kebutuhannya,
dapat dimengerti, pengarahan menunjukkan indikasi yang penting, bicara
pelan dan jelas, pesannya masuk akal, hindari pengarahan dalam satu
waktu, pastikan arahan dapat dimengerti, dan dapat ditindaklanjuti.
Pengarahan diberikan untuk menjamin agar mutu asuhan keperawatan
pasien berkualitas tinggi, maka supervisor harus mengarahkan staf
pelaksana untuk melaksanakan tugasnya sesuai standar yang ditentukan
rumah sakit. Pengarahan sangat penting karena secara langsung
berhubungan dengan manusia, segala jenis kepentingan, dan
kebutuhannya. Tanpa adanya pengarahan, karyawan cenderung
melakukan pekerjaan menurut cara pandang mereka pribadi tentang
tugas-tugas apa yang seharusnya dilakukan, bagaimana melakukan dan
apa manfaatnya.
c). Peran sebagai pelatih.
Seorang supervisor dalam memberikan supervisi harus dapat
berperan sebagai pelatih dalam pemberian asuhan keperawatan pasien.
Dalam melakukan supervisi banyak menggunakan keterampilan
pengajaran atau pelatihan untuk membantu pelaksana dalam menerima
informasi. Prinsip dari pengajaran dan pelatihan harus menghasilkan
perubahan perilaku, yang meliputi mental, emosional, aktivitas fisik, atau
mengubah perilaku, gagasan, sikap dan cara mengerjakan sesuatu.
d) Peran sebagai penilai.
Seorang supervisor dalam melakukan supervisi dapat memberikan
penilaian yang baik. Penilaian akan berarti dan dapat dikerjakan apabila
tujuannya spesifik dan jelas, terdapat standar penampilan kerja dan
observasinya akurat. Dalam melaksanakan supervisi penilaian hasil kerja
perawat pelaksana saat melaksanakan asuhan keperawatan selama periode
tertentu seperti selama masa pengkajian. Hal ini dilaksanakan secara terus
menerus selama supervisi berlangsung dan tidak memerlukan tempat
khusus.
Pelaksanaan supervisi berfungsi untuk meningkatkan keyakinan diri,
peningkatan kemampuan untuk mendukung pasien, peningkatan kemampuan
dalam hubungan dengan pasien, dan peningkatan kemampuan untuk mengambil
tanggung jawab kualitas supervisi menunjukkan bahwa kepuasan dalam
pelaksanaan supervisi mendorong untuk meningkatkan kualitas pelayanan
(Berggren & Severinsson, 2005).
Peran yang dilakukan supervisor saat pelaksanaan supervisi meliputi
mengamati dan membimbing, memberikan sikap yang mendukung, dan mampu
mengidentifikasi masalah bersama pasien dan pelaksanaan berfokus pada teoritis
(Christiansen, at al, 2011).
Berdasarkan Departement of Health Human Service (DHHS) (2009),
fungsi seorang supervisor klinik adalah:
a. Teacher: membantu untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan, meningkatkan kesadaran diri, melalui proses
pembelajaran dengan mengidentifkasi kebutuhan untuk
meningkatkan professional. Supervisor adalah guru, pelatih dan
seorang role model profesional.
b. Consultant: sebagai konsultan kinerja serta memantau masalah
yang ada dan juga menentukan alternatif penyelesaian masalah
untuk mencapai tujuan bersama. Konsultan sebagai unit terdepan
dalam organisasi untuk mengenali dan mengatasi masalah yang ada.
c. Coach: memberikan dukungan dalam pembentukan moral, menilai
kebutuhan serta kekuatan, menyarankan berbagai pendekatan klinis,
model serta mengatasi kelelahan melalui pelatihan terus menerus.
d. Mentor (role model): supervisor mengajarkan supervisees melalui
peran model, memfasilitasi pengembangan professional serta
melatih generasi berikutnya.
7. Model Supervisi
Menurut Suyanto (2008), beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam
kegiatan supervisi antara lain:
a. Model konvensional
Supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk
menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuhan
keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan
memata-matai staff dalam menjalankan tugas. Model ini sering tidak
adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif,
hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan.
b. Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan
sehingga tidak hanya mencari kesalahan atau masalah saja. Oleh karena
itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memiliki karakteristik:
a) dilakukan secara berkesinambungan, b) dilakukan dengan prosedur,
instrument dan standar supervisi yang baku, c) menggunakan data yang
obyektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.
c. Model klinis
Supervisi ini bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam
mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan kinerjanya
dalam pemberian asuhan keperawatan meningkat. Supervisi yang
dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan
standar keperawatan.
d. Model artistik
Model ini dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh
perawat pelaksana yang akan di supervisi. Pendekatan interpersonal
akan menciptakan hubungan saling percaya sehingga hubungan antara
perawat pelaksana dengan supervisor akan terbuka yang mempermudah
proses supervisi.
A. Sejarah Singkat
Rumah Sakit Medika Stannia salah satu rumah sakit swasta yang ada di
kabupaten Bangka bertype RS kelas “C” dan telah terakreditasi Utama dari
SNARS Versi 2018 dengan kapasitas tempat tidur rawat inap 110 TT. RS
Medika Stannia berlokasi di Kabupaten Bangka tepatnya di Kota Sungailiat Jalan
Jenderal Sudirman Nomor 03 dengan luas bangunan 3.816 m² diatas tanah seluas
17.727 m² . Rumah Sakit Medika Stannia mulai melayani pasien pada tahun 1995
dengan nama BPRB (Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin) Sungailiat cabang
dari PUSYANDIK Pangkalpinang.
Seiring dengan pertumbuhan BPRB Sungailiat, maka pada tahun 2005,
status hukum dari BPRB Sungailiat berubah menjadi Rumah Sakit Medika
Stannia yang diresmikan pada 28 April 2005.
Pada awal berdirinya RS Medika Stannia Dikelola oleh Yayasan Bhakti
Timah kemudian beralih pemilik ke PT Rumah Sakit Bhakti Timah dan sekarang
bergabung dalam Rumah sakit BUMN yaitu Indonesian Health Coporstion
dibawah PT Pertamina Medika.
Direktur
Chief Medical
Kepala Ruangan
Katim I Katim II
Anggota I Anggota I
Anggota II Anggota II
Anggota III Anggota III
Anggota IV
2).Misi
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan misi sudah
disosialisasikan kesemua perawat yang ada di ruangan ICU.
b) Kuesioner :
Terdapat beberapa aspek yang dinilai dalam wawancara
mengenai misi, antara lain ;
Kepala ruangan menetapkan misi
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 75% menjawab ‘’YA’’dan 25% ‘menjawab
’TIDAK’’.
Misi yang ditetapkan sesuai dengan visi yang hendak di capai
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,75% menjawab ‘’YA’’dan 25% ‘menjawab
’TIDAK’’.
Misi disusun dalam bentuk rangkaian kegiatan mencapai visi
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 75% menjawab ‘’YA’’dan 25% ‘menjawab
’TIDAK’’.
Misi disosialisasikan kepada semua staf perawat
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 75% menjawab ‘’YA’’dan 25% ‘menjawab
’TIDAK’’.
c) Observasi :
Misi ruangan ICU belum tertempel di dinding ruangan sekitar
Nurse Station, namun tidak ada jadwal kegiatan khusus untuk
mengulang pembacaan visi secara bersama-sama selama jam kerja
dan Misi masih berupa soft copy
3).Rencana Harian
a) Wawancara
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, rencana
harian sudah dibuat setiap kali dinas, namun belum dilaksanakan
secara konsisten.
b) Kuesioner :
Menyusun rencana harian setiap kali dinas
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,50% menjawab ‘’YA’’, 50% menjawab “TIDAK”
Mencantumkan tanggal dinas di rencana harian
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’, 50% menjawab “TIDAK
Urutan kegiatan disusun secara kronologis
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’, 50% menjawab “TIDAK
Tercantum kegiatan manajerial
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,67% menjawab ‘’YA’’,dan 33% ‘’ menjawab
“TIDAK”
Tercantum kegiatan asuhan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 67% menjawab ‘’YA’’,dan 33% ‘’ menjawab
“TIDAK”
Rencana harian dikerjakan secara konsisten
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’,dan 33% ‘’ menjawab
“TIDAK”
c) Observasi :
Rencana kegiatan harian tidak dibuat secara konsisten.
Pengorganisasian
1). Struktur Organisasi
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, struktur
organisasi ruangan sudah dibuat sesuai dengan metode penugasan
di ruangan, yaitu metode kasus. Semua staf sudah memiliki uraian
tugas dan kewenangan klinisnya masing-masing sebagai batasan
dan wewenang proses pelayanan. Jumlah tenaga keperawatan yang
ada saat ini belum cukup.
Hambatan yang dialami dalam pengembangan MPKP saat ini
diantaranya adalah belum maksimalnya dalam memberikan asuhan
dikarenakan jika ada perawat yang cuti atau izin akan kekurangan
personil sehingga Ka.Ru harus ikut serta dalam memberikan asuhan
keperawatan dan terkadang metode kasus tidak dijalankan sesuai
jumlah pasien yang masuk ke ICU, masih menggunakan metode
fungsional.
b) Kuesioner
Saya memahami metode penugasan di ruangan
Dari 7 perawat yang berpartipasi dalam mengisi kuesioner,
40% menjawab “YA” dan 20% menjawab “KADANG-
KADANG”
dan menjawab “TIDAK” 40%
Saya memahami struktur organisasi yang ada diruangan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 40% menjawab ‘’YA’’dan 20% menjawab
“KADANG-KADANG” dan menjawab “TIDAK” 40%
Dalam bekerja saya melakukan tugas sesuai dengan uraian tugas
yang ditentukan oleh ruangan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 40% menjawab ‘’YA’’dan 20% menjawab
“KADANG-KADANG” dan menjawab “TIDAK” 40%
Jumlah tenaga keperawatan yang ada diruangan telah sesuai
dengan beban kerja
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 20% menjawab ‘’YA’’, 40% menjawab
“TIDAK”dan 40% ‘’KADANG-KADANG’’
Pengaturan sift yang ada dalam ruangan saya berdasarkan dari
tingkat ketergantungan klien
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 40% menjawab ‘’YA’’, 20% ‘’TIDAK’’ dan 40%
‘’KADANG-KADANG’’
c) Observasi :
Struktur organisasi ruang ICU ada tetapi belum diperbaharui.
Dokumen uraian tugas dan daftar kewenangan klinis sudah ada,
sesuai dengan nama masing-masing perawat yang ada dengan
adanya tanda tangan serta tanggal dan tahun dikeluarkannya tetapi
ada beberapa beberapa perawat yang dokumen uraian tugas dan
daftar kewenagan klinis belum ada karena baru dirotasi keruangan
ICU.
Tenaga keperawatan di ruang ICU berjumlah 8 orang (termasuk
Ka.Ru) terdiri dari 4 bed (3 bed ICU dan 1 bed HCU)
Pada saat operan semua perawat antar shift mengikuti dan
belum sesuai SOP.
2). Jadwal Dinas
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, daftar dinas
disusun berdasarkan kasus dan dibuat untuk 1 bulan. Penyusunan
jadwal dinas dilakukan oleh Ka.Ru dan di ACC oleh Ka.Bid
Pelayanan Medis. Daftar perawat yang berdinas (nama Ka. Ru,
perawat pelaksana) sudah tercantum di maps file nurse station
sesuai tanggal, bulan dan tahun yang ada.ang
b) Kuesioner :
Menggunakan format yang disediakan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “TIDAK”
50%
Tercantum nama-nama perawat per tim
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “TIDAK”
50%
Tergambar adanyanya penanggung jawab harian
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “TIDAK”
50%
Susunan dinas pershift pagi, sore dan malam
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “TIDAK”
50%
Jadwal dibuat untuk satu bulan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “TIDAK”
50%
Komposisi tenaga tiap shift sesuai
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “TIDAK”
50%
c) Observasi :
Jadwal dinas dibuat perbulan oleh Ka. Ru. Terdapat maps file
di sekitar nurse station yang mencantumkan jadwal dinas ruangan
ICU dengan menjelaskan nama Ka. Ru, dan Perawat pelaksana
yang bertugas dan pendidikan setiap petugas ICU.
3).Daftar Pasien
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, daftar pasien
yang menjadi kelolaan perawat pelaksana yang bertugas saat itu
terdapat pada status pasien dan lembar monitorung ICU. Daftar
pasien memang tidak ditampilkan secara terbuka untuk menjaga
privasi pasien.
b) Kuesioner :
Tercantum nama pasien tiap tim
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 57% menjawab ‘’YA’’ 43% menjawab “TIDAK”
Tercantum nama katim
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 57% menjawab ‘’YA’’ 43% menjawab “TIDAK”
Tergambar nama perawat pelaksana
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 57% menjawab ‘’YA’’ 43% menjawab “TIDAK”
Tergambar perawat asosiet (PA)
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 43% menjawab ‘’YA’’dan 57% menjawab “TIDAK”
Tercantum nama dokter yang merawat
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 43% menjawab ‘’YA’’dan 57% menjawab “TIDAK”
Tergambar perawat yang dinas pagi, sore dan malam
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 43% menjawab ‘’YA’’dan 57% menjawab “TIDAK”
Tercantum tanggal, bulan dan tahun
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 29% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “TIDAK”
71%
c) Observasi :
Tidak tercantumnya daftar nama pasien kelolaan pada buku
laporan khusus hanya di simpan di dalam komputer ruangan ICU
dikarenakan sudah menggunakan SIM RS.
Pengarahan
1). Operan
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, operan
biasanya dilakukan di nurse station. Pelaksanaan ronde jarang
dilakukan.Operan tentang diagnosa keperawatan, TUK yang sudah
dicapai, tindakan yang sudah dilaksanakan, hasil asuhan
keperawatan kadang-kadang dilakukan, tindak lanjut kadang-
kadang saja dilakukan.Operan biasanya ditutup dengan do’a
bersama.
b) Kuesioner
Karu/PJ shift membuka acara dengan salam
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 64% menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 36%
Karu/PJ Tim mengoperkan Dx Keperawatan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 64% menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 36%
Karu/PJ Tim mengoperkan TUK yang sudah di capai
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 64% menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 36%
Karu/PJ Tim mengoperkan tindakan yang sudah dilaksanakan
Dari 7 perawat yang berpartipasi dalam mengisi kuesioner,
36% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “KADANG-KADANG”
64%
Karu/PJ Tim mengoperkan hasil asuhan keperawatan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 36% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “KADANG-
KADANG” 64%
Karu/PJ Tim mengoperkan tindak lanjut
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 36% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “KADANG-
KADANG” 64%
PJ tim berikutnya mengklarifikasi
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,55% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “KADANG-
KADANG” 45%
Karu memimpin ronde
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 55% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “KADANG-
KADANG” 45%
Karu merangkum informasi operan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 55% menjawab ‘’YA’’ dan menjawab “KADANG-
KADANG” 45%
Karu memimpin doa dan menutup acara
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,64% menjawab ‘’YA’’ dan 36% ‘’KADANG-
KADANG’’.
Operan menggunakan teknik SBAR
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,64% menjawab ‘’YA’’ dan 36% ‘’KADANG-
KADANG’’.
c) Observasi :
Dari hasil observasi, sudah ada timbang terima saat operan dan
operan dilakukan di nurse station dan di ruangan pasien. Operan
dilakukan sesuai dengan jam dan diikuti semua perawat yang
berdinas saat itu.
2).Preconference dan Postconference
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan,
preconference biasanya dilakukan setelah operan dinas dengan shift
sebelumnya, sedangkan post conference dilakukan sebelum operan
dinas dengan shift selanjutnya, pada prosesnya hal ini sudah
dilakukan.
b) Kuesioner :
Preconference
Katim / PJ Tim membuka acara
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
Katim / PJ Tim menanyakan rencana harian
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
Katim / PJ Tim memberi masukan dan tindak lanjut
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
Katim / PJ Tim memberi reinforcement
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
Katim / PJ Tim menutup acara
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
Postconference
Katim / PJ Tim membuka acara
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
Katim / PJ Tim menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
Katim / PJ Tim menanyakan kendala pemberian asuhan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
Katim / PJ Tim menanyakan tindak lanjut pada dinas berikutnya
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner 33 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 67%
Katim / PJ Tim memberikan reinforcement
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 33 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 67%
Katim/PJ Tim menutup acara
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50 % menjawab ‘’YA’’ dan yang menjawab
“KADANG-KADANG” 50%
c) Observasi :
Dari hasil observasi didapatkan preconference dan post
conference memang sudah dilakukan.
3).Pendelegasian
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan,
pendelegasian di ruangan ICU bila karu berhalangan hadir seperti
halnya cuti dan izin sakit maka didelegasikan bagi yaang berdinas
pagi dengan alasan tidak ada wakil kepala rungan dan tidak ada
yang berdinas harian. Jika ada yang berhalangan dinas maka
perawat bersangkutan mencari pengganti dan melaporkan kepada
Ka.Ru. Tukar dinas dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari
Ka.Ru. dengan mengisi surat ganti shift yang ditanda tangani Ka.Ru
dan perawat yang bersangkutan.
b) Kuesioner :
Pendelegasian dilakukan kepada staf yang memiliki kompetensi
yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,34% menjawab ‘’YA’’.menjawab “KADANG-
KADANG” 33%, menjawab “ TIDAK” 33%
Tugas yang dilimpahkan dijelaskan sebelum melakukan
pendelegasian
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 34% menjawab ‘’YA’’.menjawab “KADANG-
KADANG” 33%, menjawab “ TIDAK” 33%
Selain pelimpahan tugas, kewenangan juga dilimpahkan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 34% menjawab ‘’YA’’.menjawab “KADANG-
KADANG” 33%, menjawab “ TIDAK” 33%
Waktu pendelegasian tugas ditentukan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’.menjawab “KADANG-
KADANG” 33%, menjawab “ TIDAK” 17%
Apabila si pelaksana tugas mengalami kesulitan, Karu, Katim
memberikan arahan untuk mengatasi masalah
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’.menjawab “KADANG-
KADANG” 33%, menjawab “ TIDAK” 17%
Ada evaluasi setelah selesai tugas dilaksanakan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 50% menjawab ‘’YA’’.menjawab “KADANG-
KADANG” 33%, menjawab “ TIDAK” 17%
c) Observasi :
Surat Izin Ganti Shift tidak terdokumentasi di ruangan ICU.
Dan surat pelimpahan tugas sementara belum ada.
4).Supervisi
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, Pedoman
dan SOP tentang supervisi belum tersedia diruangan. Belum adanya
kebijakan dari atasan, Sehingga pelaksaaan supervisi diruangan
tidak optimal.
b) Kuesioner :
Supervisi disusun secara terjadwal
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner,100% menjawab ‘’TIDAK’’
Semua staf mengetahui jadwal supervise yang dilaksanakan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’.
Materi supervise dipahami oleh supervisor maupun staf
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’
Supervisor mengorientasikan materi supervise kepada staf yang
disupervisi
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’
Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai dengan materi supervise
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’
Supervisor mengidentifikasi pencapaian staf dan memberikan
reinforcement
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’
Supervisor mengidentifikasi aspek kinerja yang perlu
ditingkatkan oleh staf
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’
Supervisor memberikan solusi dan role model bagaimana
meningkatkan kinerja staf
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’
Supervisor menjelaskan tindak lanjut supervise yang telah
dilaksanakan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’
Supervisor memberikan reinforcement terhadap pencapaian
keseluruhan staf
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 100% menjawab ‘’TIDAK’’
c) Observasi :
Pedoman dan SPO supervisi belum tersedia diruangan sehingga
pelaksaan supervisi tidak optimal.
5).Ronde Keperawatan
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, ronde
keperawatan dengan menyiapkan bahan/kasus pada pasien sudah
dilakukan pada saat operan dinas.
b) Kuesioner :
Kesiapan bahan yang akan disampaikan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 34% menjawab ‘’YA’’, 33% ‘’TIDAK’’ dan 33%
‘’KADANG-KADANG’’.
Memberikan salam pembukaan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 34% menjawab ‘’YA’’, 33% ‘’TIDAK’’ dan 33%
‘’KADANG-KADANG’’.
Menyampaikan kasus
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 11% menjawab ‘’YA’’, 22% ‘’TIDAK’’ dan 67%
‘’KADANG-KADANG’’.
Memberikan kesempatan kepada perawat untuk bertanya
Dari 7 perawat yang berpartipasi dalam mengisi kuesioner,
11% menjawab “YA” , 22% “TIDAK” dan 67% “KADANG
- KADANG’’.
Menjawab pertanyaan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 11% menjawab ‘’YA’’, 22% ‘’TIDAK’’ dan 67%
‘’KADANG-KADANG’’.
Mendiskusikan hasil yang sudah dilakukan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 11% menjawab ‘’YA’’, 22% ‘’TIDAK’’ dan 67%
‘’KADANG-KADANG’’.
Menyimpulkan hasil
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 33% menjawab ‘’YA’’, 34% ‘’TIDAK’’ dan 33%
‘’KADANG-KADANG’’.
Menyampaikan rencana tindak lanjut
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 33% menjawab ‘’YA’’, 34% ‘’TIDAK’’ dan 33%
‘’KADANG-KADANG’’.
Menutup kegiatan
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 33% menjawab ‘’YA’’, 34% ‘’TIDAK’’ dan 33%
‘’KADANG-KADANG’’.
c) Observasi:
Ronde keperawatan di ruangan sudah dilakukan tetapi belum
optimal.
Pengendalian
1). Indikator Mutu
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, penilaian
kinerja sudah dilakukan per semester yang dilakukan oleh Ka.Bid
Pelayanan Medis ke Kepala ruangan, dari Kepala ruangan ke
perawat pelaksana yang disimpan di SDM. Tetapi tidak ada
evaluasi terhadap kinerja perawat yg dilakukan oleh kepala ruangan
dan perawat pelaksana.
b) Kuesioner :
Tiap tiga bulan sekali diruangan saya dilakukan evaluasi
terhadap kinerja perawat diruangan masing-masing yang
dilakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 86% menjawab ‘’YA’’, dan 14% ‘’KADANG-
KADANG’’.
Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara
menghitung BOR.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 71% menjawab ‘’YA’’, dan 29% ‘’KADANG-
KADANG’’.
Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara
menghitung ALOS.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 57% menjawab ‘’YA’’, dan 43% ‘’KADANG-
KADANG’’.
Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara
menghitung TOI.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 57% menjawab ‘’YA’’, dan 43% ‘’KADANG-
KADANG’’.
Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara
menghitung kejadian infeksi nosocomial.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 57% menjawab ‘’YA’’, dan 43% ‘’KADANG-
KADANG’’.
Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara
menghitung kejadian jatuh.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 57% menjawab ‘’YA’’, dan 43% ‘’KADANG-
KADANG’’.
Angka cedera diukur tiap bulan.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner,
57% menjawab ‘’YA’’, dan 43% ‘’KADANG-KADANG’’.
c) Observasi :
Sudah adanya dokumen penilaian kinerja setiap 1 tahun sekali
di ruangan ICU yang disimpan di SDM . Pada observasi lainnya,
ditemukan laporan bulanan indikator umum (BOR, LOS, TOI),
indikator mutu dan jumlah pasien masuk, pasien keluar dan pasien
yang dirawat perhari. Semua dokumen tersebut sudah ditampilkan
dalam bentuk soft copy dan tidak ada dokumen yang tersimpan
terhadap penilaian tersebut untuk kepala ruangan dan perawat
pelaksana.
b) Kuesioner :
Ada format penilaian dokumentasi asuhan keperawatan.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 67% menjawab ‘’YA’’, dan 33% ‘’TIDAK’’.
Dokumentasi asuhan keperawatan pasien pulang/meninggal
dinilai.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 33% menjawab ‘’YA’’, dan 67% ‘’TIDAK’’.
Ada dokumen hasil penilaian dokumentasi asuhan keperawatan
tiap pasien pulang atau meninggal.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 33% menjawab ‘’YA’’, dan 67% ‘’TIDAK’’.
c) Observasi :
Belum terdapat format Laporan yang berisi audit asuhan
keperawatan.
3). Survey Kepuasan
a) Wawancara :
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, format
penilaian kepuasan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan sudah
ada. Pengisian format-format tersebut sudah jarang dilakukan.
b) Kuesioner :
Ada format penilaian kepuasan pasien.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 86% menjawab ‘’TIDAK’’, dan 14% ‘’KADANG-
KADANG’’.
Ada format penilaian kepuasan keluarga.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 86% menjawab ‘’TIDAK’’, dan 14% ‘’KADANG-
KADANG’’.
Ada format penilaian kepuasan tenaga kesehatan.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 86% menjawab ‘’TIDAK’’, dan 14% ‘’KADANG-
KADANG’’.
Penilaian kepuasan pasien dan keluarga dilaksanakan setiap
pasien pulang/meninggal.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 86% menjawab ‘’TIDAK’’, dan 14% ‘’KADANG-
KADANG’’.
Penilaian kepuasan perawat dilakukan.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 86% menjawab ‘’TIDAK’’, dan 14% ‘’KADANG-
KADANG’’.
Penilaian kepuasan tenaga kesehatan lain dilakukan.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner, 86% menjawab ‘’TIDAK’’, dan 14% ‘’KADANG-
KADANG’’.
Ada dokumentasi hasil penilaian kinerja.
Dari 7 perawat yang berpartipasi dalam mengisi kuesioner,
86% menjawab “TIDAK” dan 14% “KADANG-KADANG”
c) Observasi :
Untuk format hasil survey kepuasan pasien dan keluarga sudah
tersedia dan tenaga kesehatan lain sudah tersedia tetapi jarang
dilakukan dokumentasi.
G. Analisa Data
a. Perawat melakukan prosedur tindakan belum sesuai dengan SPO dan
SAK.
1). Wawancara
Ruangan ICU sudah memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
sebagai pedoman dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan Standar
Operasional Prosedur (SOP) sebagai pedoman tindakan keperawatan,
namun dalam proses pelaksanaan tindakan keperawatan terkadang belum
sesuai dengan SOP yang ada, selain itu juga SAK dan SOP belum
diperbaharui.
c) Observasi :
Struktur organisasi ruang ICU sudah tertempel tetapi belum
diperbaharui.
Tenaga keperawatan di ruang ICU berjumlah 8 orang (termasuk
Ka.Ru) terdiri dari 4 bed pasien (3 bed ICU dan 1 bed HCU). Bila ada
perawat yang cuti atau izin akan kekurangan personil sehingga Ka.Ru
harus ikut serta dalam memberikan asuhan keperawatan dan dilakukan
sistem oncall pada petugas yang kelebihan dinasnya.
b) Kuesioner :
Tiap tiga bulan sekali diruangan saya dilakukan evaluasi terhadap
kinerja perawat diruangan masing-masing yang dilakukan oleh ketua
tim dan perawat pelaksana.
Dari 7 perawat yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner, 86%
menjawab ‘’YA’’, dan 14% ‘’KADANG-KADANG’’.
.
c) Observasi :
Sudah adanya dokumen penilaian kinerja 1 tahun sekali di ruangan
ICU yg disimpan di SDM tetapi belum adanya form penilaian evaluasi
kinerja perawat yang dilakukan oleh Ka.Tim dan perawat pelaksana tiap
tiga bulan.
1. Pelaksanaan SPO dan SAK belum optimal dan perlu untuk diperbaharui
2. Rencana kegiatan harian tidak dibuat secara konsisten.
3. Struktur organisasi ruang ICU sudah tertempel tetapi belum diperbaharui.
4. Preconference dan post conference memang jarang dilakukan.
5. Pelaksanaan supervisi belum dilaksanakan
6. Ronde keperawatan sudah dilakukan tetapi belum optimal
7. Belum adanya form penilaian evaluasi kinerja perawat yang dilakukan oleh
Ka.Tim dan perawat pelaksana tiap tiga bulan.
8. Belum terdapat format Laporan yang berisi audit asuhan keperawatan
J. Prioritas Masalah
Urutan Prioritas
Manageability
Concent (Nc)
Affordability
Magnetude
Total
Saverity
Nursing
(Mn)
(Mg)
(Sv)
(Af)
1. Pelaksanaan SPO dan SAK belum 5 5 4 4 3 1200 5
optimal dan perlu untuk
diperbaharui
2. Rencana kegiatan harian tidak 4 4 5 5 2 800 7
dibuat secara konsisten.
3. Struktur organisasi ruang ICU 5 4 4 4 4 1280 3
sudah tertempel tetapi belum
diperbaharui.
4. Preconference dan post conference 5 5 3 5 3 1125 6
memang jarang dilakukan.
5. Pelaksanaan supervisi belum 5 5 5 5 5 3125 1
dilakukan
6. Ronde keperawatan tidak 5 5 4 4 5 2000 2
dilakukan
7. Belum adanya form penilaian 4 4 4 5 4 1280 4
evaluasi kinerja perawat yang
dilakukan oleh Ka.Tim dan
perawat pelaksana tiap tiga bulan.
8. Belum terdapat format laporan 4 4 3 4 2 384 8
yang berisi Audit Asuhan
Keperawatan
52
K. Rencana Penyelesaian (Analisa Fish Bone)
MATERIAL MAN
METODE
ENVIRONTMENT
53
PEMECAHAN MASALAH
No Penyebab Alternatif
.
1. Pedoman atau panduan supervisi belum 1. Mencari literatur pembuatan draft panduan
tersedia supervisi
2. SPO Supervisi belum tersedia 2. Membuat draft panduan supervisi dan SPO
3. Pemahaman dengan tentang proses 3. Menjadwalkan sosialisasi draft panduan
supervisi tidak dimengerti supervisi
4. Belum adanya ikut pelatihan tentang 4. Sosialisasi terhadap pentingnya pelatihan
supervisi tersebut
5. Merasa kurang termotivasi dari diri 5. Memahami supervisi sangat penting untuk
sendiri tentang pentingnya supervisi setiap tindakan keperawatan
6. Belum ada komitmen Ka Ru terhadap 6. Memberikan reinforcement terhadap
pelaksanaan supervisi perawat
7. Tidak tersedianya jadwal supervisi 7. Evaluasi
a. Hasil supervise
b. Kekurangan
c. Kendala
8. Rencana tindak lanjut terhadap draft
54
Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan CARL
55
BAB IV
PERENCANAAN PENYELESAIAN MASALAH
No Penyebab Alternatif
.
1. Pedoman atau panduan supervisi belum 1. Mencari literatur pembuatan
tersedia draft panduan supervisi
2. SPO Supervisi belum tersedia 2. Membuat draft panduan
supervisi dan SPO
3. Pemahaman dengan tentang proses 3. Menjadwalkan sosialisasi draft
supervisi tidak dimengerti panduan supervisi
4. Belum adanya ikut pelatihan tentang 4. Sosialisasi terhadap pentingnya
supervisi pelatihan tersebut
56
4. Sosialisasi draft 5 5 4 3 300 IV
panduan dan
role play
supervise
5. Uji coba dan 4 3 3 4 144 V
sepakati
tindakan
supervise untuk
role play oleh
Ka.Tim kepada
PA ruangan
Anggrek
6. Evaluasi 3 4 3 3 108 VI
1. Hasil
supervisi
2. Kekurangan
3. Kendala
7. Memberikan 3 3 3 3 81
reinforcement
terhadap
perawat
8. Rencana tindak 3 3 3 3 81
lanjut terhadap
draft
57
C. Jadwal dan Waktu pelaksanaan (POA)
PLAN OF ACTION (POA) Supervisi Keperawatan di Ruang ICU Rumah Sakit
Medika Stania Sungailiat
58
59
BAB V
B. HAMBATAN
Setelah pelaksanaan sosialisasi tentang draft usulan supervisi dan role play
supervisi dilakukan, kelompok merasa memiliki sedikit hambatan yaitu seluruh
anggota kelompok tidak bisa ikut serta ke lapangan secara langsung, dan belum
bisa mensosialisasikan secara langsung kepada Ka.Ru dikarenakan ada yang cuti
Walaupun demikian dengan adanya sedikit hambatan tidak mengurangi kualitas
kelompok dalam Semua rangkaian ini dibantu preceptor klinik dan Ka.Bid
keperwatan sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan POA yang telah disusun,
instrument dan Panduan dan SPO yang ada.
BAB VI
PEMBAHASAN
Kabupaten Bangka. Dalam prosesnya dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap
adalah perawat melakukan prosedur tindakan belum sesuai dengan SOP dan rencana
kegiatan harian belum dibuat secara konsisten. Pada fungsi pengorganisasian metode
Praktik Keperawatan Profesional belum optimal dan pada fungsi pengarahan, belum
Evaluasi kinerja perawat tiap tiga bulan sekali yang dilakukan oleh Ka.Tim dan
belum dilakukan
masalah melalui beberapa langkah, antara lain dengan menetapkan prioritas masalah,
pedoman atau panduan supervisi belum tersedia, SPO supervisi belum tersedia,
pemahaman dengan tentang proses supervisi tidak dimengerti, belum adanya ikut
pelatihan tentang supervisi, merasa kurang termotivasi dari diri sendiri tentang
panduan dan role play supervise, melakukan uji coba dan membuat kesepakatan
tindakan supervisi untuk role play oleh Ka.Tim kepada PA ruangan ICU,
kekurangan, kendala) dan merencanakan tindak lanjut terhadap draft yang telah
yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian mutu pelayanan. Salah satu
fungsi manajemen ialah directing dimana di dalamnya terdapat kegiatan
supervisi.
pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang
Rumah Sakit Medika Stannia merupakan salah satu rumah sakit swasta di
kepulauan Bangka Belitung yang sudah terakreditasi Utama versi SNARS tahun
2018. Melalui visi “Menjadi Rumah Sakit Terkemuka di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung” saat ini terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan. Sebagai salah satu
upaya dalam mendukung visi rumah sakit, maka diperlukan tim untuk memastikan
pelayanan yang diberikan tetap sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan.
Oleh sebab itu Bidang Keperawatan baik secara vertikal maupun horizontal
sakit untuk mencapai visi dan misi rumah sakit yang dilaksanakan melalui
yang diinginkan.
dimana terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet
(PA) serta tenaga kesehatan lainnya, kegiatan supervisi juga akan dilaksanakan
Ruangan Anggrek yang merupakan bagian dari ruang rawat inap juga ikut
berperan dalam meningkatkan mutu dan citra RS. Medika Stannia. Namun, dalam
utamanya adalah belum adanya pedoman dan SPO supervise serta belum adanya
kebijakan dari atasan dalam pelaksaan supervisi. Oleh karena itu kelompok berupaya
yang dilakukan sesuai dengan POA yang telah disusun. Hasil evaluasi tehadap
juga mampu melakukan tindakan walaupun begitu optimal. Hal ini sesuai dengan
hasil peneitian Fitri Rahmawati (2015) yang menyimpulkan bahwa fungsi supervisi
rawat inap yang saat ini belum tersedia dan selanjutnya dilakukan sosialisasi secara
berkelanjutan mengenai isi dari panduan tersebut. Untuk mendukung hal tesebut,
kepala ruangan/ketua tim perlu melatih dan membudayakan kegiatan supervisi secara
terus menerus dan mengembangkan ilmu yang dimiliki. Pihak manajer keperawatan
pengembangan SDM baik secara formal maupun informal, dan juga memberikan
pengayaan fungsi manajerial bagi kepala ruangan dan ketua tim, terutama yang
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengumpulan data melalui kuesioner, wawancara dan
observasi praktek manajemen keperawatan di ruang ICU RS Medika Stannia
ditemukan beberapa masalah fungsi manajemen keperawatan di ruangan ICU.
Pada fungsi perencanaan, masalah yang ditemukan adalah pedoman atau
panduan supervisi belum tersedia, SPO supervisi belum tersedia, pemahaman
dengan tentang proses supervisi tidak dimengerti, belum adanya ikut pelatihan
tentang supervisi, merasa kurang termotivasi dari diri sendiri tentang pentingnya
supervisi, belum ada komitmen Ka Ru terhadap pelaksanaan supervisi, tidak
tersedianya jadwal supervisi.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, disarankan kepada :
1. Bidang Keperawatan
a. Melakukan supervisi secara berkelanjutan kepada setiap ruangan-ruangan
yang berada dalam lingkup kerjanya agar kemampuan yang sudah
terbentuk menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan dan ditingkatkan,
memberi pujian terhadap hasil yang telah dicapai untuk meningkatkan
motivasi dan kualitas kerja perawat.
b. Memberikan sosialisasi fungsi manajerial bagi kepala ruangan terutama
pada fungsi pengawasan/supervisi.
2. Kepala Ruangan
a. Memotivasi Katim dan Perawat pelaksana untuk rutin mengadakan operan,
ronde keperawatan, pre conference dan post conference lebih optimal,
membuat rencana kegiatan harian dan tindakan keperawatan sesuai dengan
SPO yang sudah ada.
b. Melakukan supervisi lebih optimal kepada Ka.Tim dan mengevaluasi
supervisi Ka.Tim kepada perawat pelaksana sesuai dengan jadwal dan
ketentuan yang sudah ada.
3. Ketua Tim
a. Untuk lebih optimal dalam melakukan operan, ronde keperawatan, pre
conference dan post conference, membuat rencana kegiatan harian dan
menerapkan SPO yang ada dalam setiap tindakan.
b. Melakukan supervisi kepada perawat pelaksana lebih optimal sesuai dengan
jadwal dan ketentuan yang sudah ada.
4. Perawat Pelaksana
a. Supaya lebih optimal untuk membuat rencana kegiatan harian dan
melakukan tindakan sesuai dengan SPO yang sudah ada.
b. Membudayakan kegiatan yang telah ajarkan dan menjadikan suatu rutinitas
kegiatan.
c. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk menunjang
profesionalisme
DAFTAR PUSTAKA
Atik. (2009). Hubungan Motivasi Perawat dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat
Inap RSUD Panembahan Senopati tahun 2008. Poltekes Kesehatan
Yogyakarta.
Dahlan, S.M. (2004). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Arkans
Dharma, Agus. (2003). Manajemen Supervisi: Petunjuk Praktis bagi Para Supervisor.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Depkes R.I. (2008). Modul Manajemen dan Pemberian Asuhan Keperawatan di Unit
Ruang Rawat Rumah Sakit. Bandung: Depkes
Mua EL. (2011). Peningkatan Kepuasan dan Kinerja Perawat Melalui Supervisi
Kepala Ruangan. Jurna Keperawatan Indonesia,14(3), 171-178.
PENGERTIAN Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah
mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama.
Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai
tujuan.
TUJUAN Pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang
berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam
melaksanakan tugas.
KEBIJAKAN Berdasarkan kebijakan Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Alat tulis
b. Format penilaian supervisi
2. Pelaksanaan
a. Salam pembukaan dan menjelaskan kegiatan supervisi
b. Perawat pelaksana menerima penjelasan terkait kegiatan dan
tujuan supervisi
c. Supervisior menjelaskan tujuan supervisi
d. Supervisor menjelaskan format penillaian yang akan
digunakan
e. Perawat pelaksana mempersiapkan diri terhadap kegiatan
supervisi
f. Supervisor melakukan pengawasan dan koordinasi
g. Perawat pelaksana mempersiapkan kegiatan supervisi
(lembar-lembar dokumentasi keperawatan)
h. Supervisor menilai berdasarkan format supervisi
i. Supervisor mencatat jika ditemukan ada hal-hal yang perlu
didiskusikan bersama perawat pelaksana
j. Supervisor memberikan masukan berupa saran atau
pembetulan dari tindakan yang dilakukan
k. Perawat pelaksana menerima saran dan kritik perbaikan
3. Evaluasi
a. Menginformasikan hasil dari penilaian
b. Melakukan evaluasi hasil bimbingan
c. Memberikan solusi dan feed back
d. Memberikan reinforcement
e. Melakukan dokumentasi hasil supervisi
UNIT Seluruh unit Rumah Sakit yang terkait dengan SPO
TERKAIT
DRAFT
PANDUAN SUPERVISI KEPERAWATAN
APRILLIANY
NUDIA NASHITA
REZI ANDRIAN
WENDRA ARYANTO
A. Latar Belakang
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses untuk memastikan
kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan, dengan cara melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi juga
dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian mutu
pelayanan. Salah satu fungsi manajemen ialah directing dimana di dalamnya
terdapat kegiatan supervisi.
Rumah Sakit Medika Stannia merupakan salah satu rumah Swasta yang ada
di kepulauan Bangka Belitung yang sudah terakreditasi Utama versi SNARS
tahun 2018. Melalui visi “Menjadi Rumah Sakit Terkemuka di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung” saat ini terus berupaya meningkatkan mutu
pelayanan. Sebagai salah satu upaya dalam mendukung visi rumah sakit, maka
dibentuklah tim untuk memastikan pelayanan yang diberikan tetap sesuai dengan
standar-standar yang telah ditetapkan.
Bidang Keperawatan merupakan salah satu bidang di bawah Direktur
yang mempunyai peran dan fungsi mengkoordinir pelayanan keperawatan
melalui kegiatan perencanaan, pengembangan, monitoring dan evaluasi
kegiatan pelayanan keperawatan. Kegiatan pelayanan keperawatan termasuk
ke dalam Core Product layanan kesehatan di rumah sakit, dengan
sendirinya akan berkontribusi menentukan citra rumah sakit di mata
masyarakat/pelanggan, hal ini mengacu kepada Undang-Undang RI Nomor 38
Tahun 2014 Tentang Keperawatan, serta standar akreditasi rumah sakit
SNARS versi 2018 (Tata Kelola Kepemimpinan dan Pengarahan).
Oleh sebab itu Bidang Keperawatan baik secara vertical maupun
horizontal serta internal seyogyanya dapat memberikan dukungan
kepada Direksi rumah sakit untuk mencapai visi dan misi rumah sakit yang
dilaksanakan melalui rencana strategis bidang keperawatan.
Untuk menjadikan perawat rumah sakit sebagai tenaga profesional maka
dianggap perlu dilakukan supervisi secara terus menerus secara
berkesinambungan sehingga menjadikan perawat sebagai tenaga kerja yang
perlu diperhatikan, diakui dan dihargai keprofesionalannya melalui
penerapan sistem manajemen. Dengan supervisi diharapkan kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang dan
menghasilkan keluaran (produk) seperti yang diinginkan.
Pelaksanaan supervisi di lingkungan RS. Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung bukan hanya ditujukan untuk mengawasi seluruh staf
keperawatan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
instruksi atau ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga bagaimana
memperbaiki proses pelayanan keperawatan yang sedang berlangsung
termasuk kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi
dilakukan sesuai dengan struktur organisasi, artinya dalam kegiatan supervisi
seluruh staf keperawatan bukan hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai
subyek.
Terkait dengan rencana kegiatan supervisi, khususnya di ruang
Keperawatan dengan penerapan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional (SP2KP) yang merupakan pengembangan dari Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) dimana terjadi kerjasama profesional antara
perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya,
kegiatan supervisi juga akan dilaksanakan secara optimal untuk menjamin
kegiatan pelayanan di ruangan sesuai dengan standar mutu profesional yang
telah ditetapkan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Rumah Sakit dapat menciptakan kondisi kerja yang nyaman,
meliputi lingkungan fisik, suasana kerja diantaranya para tenaga
keperawatan dan tenaga lainnya, juga meliputi jumlah persediaan
sarana dan kelayakan perawatan agar memudahkan pelaksanaan tugas.
2. Tujuan Khusus
a. Memperhatikan rencana kegiatan dan evaluasi dari pekerjaan perawat.
b. Menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan
secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan
memuaskan.
c. Meningkatkan kemampuan pekerjaan perawat melalui orientasi,
latihan dan bimbingan individu sesuai kebutuhannya.
d. Memberikan arahan pada perawat dalam pelaksanaan tugasnya agar
menyadari dan mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan
pelaksana asuhan keperawatan .
C. Fungsi
1. Fungsi supervisi, secara umum mengorganisir proses pemberian
pelayanan keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan
pelayanan keperawatan tentang standar asuhan yang telah disepakati
dan dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standar
prosedur.
2. Fungsi utama supervisi adalah menilai dalam memperbaiki faktor-faktor
yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
3. Membantu (assisting), memberi support (supporting) dan mangajak SDM
untuk diikutsertakan (sharing).
D. Manfaat
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat. Manfaat tersebut menurut Suarli & Bachtiar (2009) diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja.
2. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya
hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan
bawahan.
3. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi
kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang
dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan
sarana) yang sia -sia akan dapat dicegah.
4. Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan
telah tercapainya tujuan suatu organisasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI SUPERVISI
A. Pengertian
Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah,
segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (Agus, 2004 ).
Arwani (2005 ) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian
proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling)
Swanburg (2009 ) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses
kemudahan sumber -sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas
ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat
dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari
kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang
manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan
evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari -
hari.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari supervisi keperawatan menurut Cahyati (2000) yaitu
obyek -obyek yang menjadi area dari supervisi keperawatan diantaranya adalah :
1. Asuhan Keperawatan
Area asuhan keperawatan yang menjadi obyek dari supervisi
keperawatan yaitu pelaksanaan audit keperawatan dan pelaksanaan Stan
dar Operasional Prosedur (SOP) keperawatan.
C. Prinsip Supervisi
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di Bidang
Keperawatan (Nursallam, 2007) antara lain:
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi, memerlukan
pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antar manusia
dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.
2. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara
supervisor dan perawat pelaksana.
3. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik.
4. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreatifitas dan motivasi.
5. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan
manajer.
E. Pelaksana Supervisi
Menurut Bactiar dan Suarly, (2009) yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam
organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan kedudukan,
tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal tersebut serta prinsip-
prinsip pokok supervisi maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik
ada beberapa syarat atau karasteristik yang harus dimilki oleh pelaksana
supervisi (supervisor). Karasteristik yang dimaksud adalah :
1) Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang
disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin, dap at ditunjuk staf khusus
dengan batas -batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
2) Pelaksana supervisi harus memilki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.
3) Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilam melak ukan supervisi
artinya memahami prinsip -prinsip pokok serta tehnik supervisi.
4) Pelaksana supervisi harus memilki sifat edukatif dan suportif, bukan
otoriter.
5) Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan selalu
berupaya meningkatkan penget ahuan, keterampilan dan perilaku bawahan
yang disupervisi.
BAB III
A. Supervisi Berjenjang
3. Kepala Seksi
Beberapa instansi digabung di bawah satu pengawasan kepala seksi.
Kepala seksi mengawasi pengelola perawatan dalam melaksanakan tugas
secara langsung dan seluruh perawat secara langsung maupun tidak
langsung.
4. Kepala Bidang Keperawatan
Kabid keperawatan bertanggung jawab untuk melakukan supervisi
kepada kepala seksi secara langsung dan semua perawat secara langsung
maupun tidak langsung.
C. Metode Supervisi
Metode yang digunakan adalah metode telusur, dilakukan untuk
melihat kesesuaian antara data dengan pelaksanaan kegiatan riil
dipelayanan, pelaksanaan metode ini bisa melalui wawancara dengan
perawat pasien/ keluarga pasien .
2. Tahap Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat, dimulai dari pengelola perawatan,
kepala ruangan, ketua tim sampai kepada perawat pelaksana
berdasarkan alat ukur atau instrumen yang telah disiapkan.
b. Supervisor menemukan beberapa hal yang memerlukan pembinaan
langsung pada saat telusur.
c. Supervisor memanggil Perawat Primer dan Perawat Associate sesuai
dengan struktur organisasi untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan, Supervisor mengklarifikasi permasalahan
yang ada.
d. Supervisor melakukan tanya jawab dengan Perawat Primer dan Perawat
Associate / perawat yang disupervisi
e. Supervisor memberikan masukan dan solusi pada perawat supervisi/
Perawat Primer dan Perawat Associate.
F. Proses Supervisi
1. Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan
didampingi oleh supervisor.
2. Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement dan
petunjuk.
3. Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi
yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki
yang masih kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting
dilakukan oleh supervisor.
G. Jadwal Pelaksanaan Supervisi
1. Jadwal supervisi untuk satu instalasi dilaksanakan 1 - 2 kali kunjungan
dalam sebulan. Lama kunjungan supervisi kurang lebih 30 menit – 60
menit.
2. Mengobservasi para manajer ruangan mulai dari Pengelola Perawatan,
Karu, Ka tim, dilanjutkan dengan observasi 1 - 2 personil dari
pelaksana keperawatan atau area kerja secara kontiniu untuk 15 - 30
menit.
Kron & Gray.(1987) The Management of Patient Care ; Putting Leadership Skills
Lambang Rumah
Sakit 001/ 0 1/1
SPOKEPERAWATAN-
04000/II/2021
b. Tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik
tertulis maupun lisan. Supervisor tidak
melihat langsung apa yang terjadi dilapangan
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta.
Umpan balik dapat diberikan seca ra tertulis.
4. Proses Supervisi
a. Perawat pelaksana melakukan secara mandiri
suatu tindakan keperawatan didampingi oleh
supervisor.
b. Selama proses, supervisor dapat memberi
dukungan, reinforcement dan petunjuk.
c. Setelah selesai, supervisor dan perawat
pelaksana melakukan diskusi yang bertujuan
untuk menguatkan yang telah sesuai dan
memperbaiki yang masih kurang.
Reinforcement pada aspek yang positif sangat
penting dilakukan oleh supervisor.
Petunjuk:
Beri tanda check list (v) pada kolom “Ya” bila pekerjaan dilakukan dan pada kolom
“Tidak” bila pekerjaan tidak dilakukan.
Keterangan
Dilakukan = nilai 1 Nilai = Total skor x 100 = ………..
Tidak dilakukan = nilai 0 23
(………………) (……………..)
Mengetahui,
Manajer keperawatan
(………………….)
INSTRUMEN SUPERVISI PADA KEPALA RUANGAN
Petunjuk:
Beri tanda check list (v) pada kolom “Ya” bila pekerjaan dilakukan dan pada kolom
“Tidak” bila pekerjaan tidak dilakukan.
(………………) (……………..)
Mengetahui,
Manajer keperawatan
(………………….)
INSTRUMEN SUPERVISI PADA PERAWAT/KETUA TIM
Petunjuk:
Beri tanda check list (v) pada kolom “Ya” bila pekerjaan dilakukan dan pada kolom
“Tidak” bila pekerjaan tidak dilakukan.
(………………) (……………..)
Mengetahui,
Manajer keperawatan
(………………….)
INSTRUMEN SUPERVISI PADA SUPERVISOR KEPERAWATAN
Petunjuk:
Beri tanda check list (v) pada kolom “Ya” bila pekerjaan dilakukan dan pada kolom
“Tidak” bila pekerjaan tidak dilakukan.
(………………) (……………..)
FORMAT CATATAN HARIAN