Anda di halaman 1dari 134

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIK STASE MANAJEMEN DI

RUANG ASTER STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN RS ABDOEL


WAHAB SJAHRANIE

Pembimbing Akademik : Ns. Wahyu Dewi Sulistyo.M.S,CWCCA.C.NPS


Pembimbing Klinik : Ns. Yusnita Sirait, S.Kep.,M.Kep
Ns. Zainuddin,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok I
Meiti Mayang Sari P2104038 Handoyo P2104026
Eva Maulinda P2104020 Ellen Oktayufita P2104017
Agatha Olivianti P2104003 Fatmawati P2104021
Ika Yuliana P2104030 Heni Puspita Sari P2104028
Eliza Veronica P2104018 Hilmam Hidayat P2104029
Febriyanti P2104022 Dayang Rahma Wardani P2104011
Lintang Nurcahya P2104034 Jariska P2104033
Dinda Widya Putri P2104013 Andy Nur Hidayat P2104005
Eef Saifullah P2104015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS INSTITUSI
TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan
dengan judul “Laporan Pendahuluan dan Analisa Situasi Stase Manajemen”.
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi
kami untuk menyelesaikan semua proses tepat pada waktunya. Oleh karena itu,
perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan
hati yang tulus kepada :
1. H. Mujito Hadi, S.Pd., M.Kep, selaku Ketua Yayasan Institut
Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda.
2. Dr. Eka Ananta Sidharta, SE, MM., AK., CA., CSRS., CSRA.,
CFrA, selaku Rektor Institut Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata
Husada Samarinda.
3. Ns. Kiki Hardiansyah Safitri, S.Kep., M.,Kep., Sp.Kep.Mb,
selaku Ketua Program Studi Ners Ilmu Keperawatan ITKES Wiyata
Husada Samarinda.
4. Kepada Rumah Sakit Abdoel Wahab Sjahranie. Terima Kasih telah
mengijinkan kami melakukan praktik dinas Stase Manajemen Di RS.
5. Ns. Rusdi, S.Kep., M.Kep, selaku Koordinator Stase Manajemen
Keperawatan. Terima Kasih atas bimbingan, saran dan motivasi serta
ilmu yang diberikan untuk mengarahkan kami dalam menyusun
laporan ini.
6. Ns. Wahyu Dewi Sulistyo.M.S,CWCCA.C.NPS, selaku Dosen
Pembimbing Akademik Stase Manajemen Keperawatan. Terima Kasih
atas bimbingan, saran dan motivasi serta ilmu yang diberikan untuk
mengarahkan kami dalam menyusun laporan ini.
7. Ns. Yusnita Sirait,S.Kep.,M.Kep selaku Perseptor Klinik Stase
Manajemen Keperawatan. Terima Kasih atas bimbingan dan saran
serta ilmu yang telah diberikan kepada kami.

i
8. Ns. Zainuddin,S.Kep.,M.Kep selaku Perseptor Klinik Stase
Manajemen Keperawatan. Terima Kasih atas bimbingan dan saran
serta ilmu yang telah diberikan kepada kami.
9. Teman-teman seperjuangan Ners angkatan 2022 Institut Teknologi
Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda, khususnya kelompok
I.
10. Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini,
semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenen membalas kebaikan kita
semua dan laporan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

Samarinda, Agustus 2022

Kelompok I

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
B. Latar Belakang...............................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS...........................................................4
A. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan....................................4
B. Perencanaan Dalam Manajemen Keperawatan..........................22
C. Pengorganisasian Dalam Manajemen Keperawatan..................26
D. Pengarahan Dalam Manajemen Keperawatan...........................30
E. Pengendalian Dalam Manajemen Keperawatan.........................35
F. Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).......41
G. Teori OPPE.....................................................................................
BAB III ANALISA SITUASI............................................................................52

B. Analisa Hasil Pengkajian Manajemen Keperawatan.................52

C. Analisa SWOT................................................................................105

D. Perumusan Masalah......................................................................112

E. Prioritas Masalah...........................................................................112

F. Plan Of Action................................................................................115

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative bagi seluruh lapisan
masyarakat. Dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan,
maka salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian adalah kualitas
pelayanan keperawatan (Depkes RI, 2017).
Kebutuhan pelayanan kesehatan yang meningkat dan tuntutan
masyarakat yang tinggi terhadap pelayanan kesehatan saat ini memerlukan
timbal balik positif dari perawat sebagai bagian penyedia layanan kesehatan
di rumah sakit. Dunia keperawatan diharapkan mampu mengimbangi
tuntutan tersebut dengan perubahan positif kearah perbaikan. Perubahan
nyata yang dapat dilakuakan oleh perawat salah satunya adalah membenahi
sistem asuhan keperawatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat (Purnomo, 2017).
Manajemen dalam arti luas mempunyai pengertian sebagai perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4) sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pengertian

iv
manajemen secara umum adalah ilmu dan seni dalam mengatur, mengelola,
dan mengkoordinasi yang bertujuan untuk melakukan suatu tindakan guna
mencapai tujuan. Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk
mengatur beberapa hal secara baik dan sesuai dengan tujuan. Pengaturan
dilakukan agar hal-hal yang diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai
tujuan yang diharapkan (Erita, 2019).
Manajemen merupakan suatu tindakan pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen
mencakup kegiatan koordinasi dan supervise terhadap staf, sarana dan
prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan
proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan
secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan
keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan
keperawatan seccara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling
menopang.
Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh
masyarakat umum termasuk di dalamnya keperawatan, merupakan salah
satu faktor yang harus dicermati dan diperhatikan oleh tenaga perawat,
sehingga perawat harus mampu berkiprah secara nyata dan diterima dalam
memberikan pelayanannya. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran
dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan
manajemen keperawatan efektif dan efisien. Asuhan keperawatan
professional yang dapat dikembangkan saat ini salah satunya adalah Model
Asuhan Keperawatan Profesional.

E. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi masalah manajemen keperawatan yang terdapat dalam
Rumah Sakit Samarinda Medika Citra Ruang Perawatan Umum Lantai
III dan menganalisis masalah tersebut untuk diberikan sebuah
perencanaan perbaikan dalam manajemen keperawatan.

v
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Konsep Dasar Manajemen Keperawatan.
b. Mengidentifikasi Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan.
c. Mengidentifikasi Perorganisasian dalam Manajemen Keperawatan.
d. Mengidentifikasi Pengarahan dalam Manajemen Keperawatan.
e. Mengidentifikasi Pengendalian dalam Manajemen Keperawatan.
f. Mengidentifikasi Model Metode Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP)
g. Mengidentifikasi masalah yang terdapat di Ruang Aster.

C. Manfaat

1. Manfaat Bagi Pelayanan Keperawatan


Sebagai masukan dan pertimbangan bagi Rumah Sakit dalam
usaha peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi bidang keperawatan.

vi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

H. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan


1. Pengertian Manajemen
Manajemen dalam arti luas juga mempunyai pengertian sebagai
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4)
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Pengertian manajemen secara umum adalah ilmu dan seni dalam
mengatur, mengelola, dan mengkoordinasi yang bertujuan untuk
melakukan suat tindakan guna mencapai tujuan. Manajemen biasanya
diidentikkan dengan cara untuk mengatur beberapa hal secara baik dan
sesuai dengan tujuan. Pengaturan dilakukan agar hal hal yang diatur
berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian manajemen secara umum
dari beberapa ahli.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui
orang lain (Gillies,2019). Menurut Siagian (2020), manajemen berfungsi
untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen
adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian
dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya Swanburg (2018)
mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari
beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen adalah
proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan
perkembangan.
Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber
untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan
berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi. Bila Anda sudah memahami,

7
mari kita pelajari tentang manajemen keperawatan berikut ini. Bacalah
dengan baik dan pahamilah isinya. Diskusikan dengan teman Anda jika
anda mengalami kesulitan untuk memahami materi yang disajikan.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan
bantuan terhadap para pasien (Gillies, 2018). Pekerjaan keperawatan
harus diatur sedemikian rupa sehingga tujuan pelayanan dan asuhan
keperawatan dapat tercapai. Siapa yang diatur? Untuk apa? Apa tujuan
pengaturan? Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien,
perawat menerapkan manajemen keperawatan dalam bentuk manajemen
asuhan keperawatan. Sebelum Anda mempelajari perbedaan manajemen
pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan, Anda perlu
memahami lebih dulu prinsip-prinsip yang mendasari manajemen
keperawatan.

2. Tujuan Manajemen
a) Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang akan dipilih secara
efektif dan efisien agar mencapai pada suatu tujuan.
b) Mengevaluasi kinerja, meninjau, dan mengkaji situasi kemudian
melakukan penyesuaian dan koreksi jika ada sesuatu penyimpangan
pada suatu pelaksanaan strategi.
c) Dapat memperbaharui strategi yang dirumuskan untuk sesuai pada
perkembangan lingkungan eksternal.
d) Dapat meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman pada peluang yang ada.
e) Dapat melakukan inovasi atas kegiatan sehingga dapat lebih teratur.

8
3. Unsur Dasar Manajemen
Ada 6 unsur-unsur manajemen yang sangat dikenal sekali yaitu
(6M) adalah man, money, materials, machines, methods dan market.
Berikut unsur-unsur manajemen:
a) Manusia (Man)
Manusia atau man adalah Unsur manajemen yang pertama,
manusia atau setiap individu memegang peran penting pada suatu
manajemen di setiap bidangnya, baik itu industri maupun ekonomi.
Segala sesuatu yang terkait pada perencaan dan pelaksanaan
produksi sangat bergantung sekali pada manusia atau setiap
individunya. Dalam Man itu sendiri terdapat :
1) Tenaga Keperawatan.
2) Tenaga Non Keperawatan.
3) Tenaga Medis.
4) Persentase Kasus Terbanyak.
5) Tingkat Ketergantungan Pasien.
6) Kebutuhan Tenaga Perawat, Kepuasan Pasien Dan Keamanan
Pasien.

b) Uang (Money)
Pada proses didalam manajemen, uang atau money sangat
dibutuhkan sekali. Dalam menjalankan aktivitas perusahaan, maka
diperlukan biaya usaha dalam bentuk uang sebagai modal utama
perusahaan. Pengelolaan uang yang baik akan berpengaruh sekali
pada sukses atau tidaknya manajemen. Dalam pengelolaan uang
terdapat :
1) Pembiayaan Ruangan.
2) Pembiayaan RS.
3) Biaya perawatan ruangan per hari.

9
c) Bahan (Materials)
Bahan atau materials menjadi sebuah unsur manajemen yang
selanjutnya. Pengontrolan bahan atau materials yang ada sangat
dibutuhkan pada proses manajemen. Individu usaha harus dapat
memanfaatkan bahan-bahan material yang ada untuk sebaik mungkin
memakainya. Dalam materials itu sendiri terdapat :
1) Lokasi.
2) Denah Ruangan.
3) Lingkungan Kerja (Kapasitas Tempat Tidur).
4) Peralatan Dan Fasilitas.

d) Mesin (Machines)
Teknologi sebagai bagian penting pada proses manajemen
perusahaan, seperti dapat dilihat yaitu alat dan mesin. Mesin
diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas yang lebih
dibandingkan menggunakan tenaga manusia saja. Berikut Unsur-
unsur dalam machines :
1) SPO
2) SAK

e) Metode (Methods)
Pada saat melakukan proses manajemen, diperlukan langkah-
langkah tertentu yang disebut sebagai metode atau methods. Metode
yang baik dan tepat pasti menjadi sebuah unsur manajemen yang
sangat penting agar pada setiap langkahnya berjalan efektif dan
efisien. Berikut unsur-unsur dalam metode dalam penerapan MAKP
(primer, kasus, tim, tim – primer modular :
1) Timbang Terima
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikn dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
klien. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga

10
informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan
yang telah atau belum dilaksanakan.
Tujuan Timbang Terima :
a). Perawat mampu mengkomunikasikan pelaksaan asuhan
keperawatan klien secra kontinyu, sehingga
kesinambungan informasi mengenai keadaan klien dapat
dipertahankan.
b). Perawat dapat memberikan pelayanan kesinambungan,
kebutuhan klien dapat terpenuhi, menginformasikan
tenaga keperawatan yang bertugas, memvalidasi data
dengan kondisi klien yang sebenarnya, dan memvalidasi
data tentang inventaris yang ada.

2) Ronde Keperawatan.
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh
perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperwatan. Ronde keperawatan perlu
melibatkan tenaga professional lain: Dokter, ahli gizi,
fisioterapi, dll.
a) Karakterisitik dalam ronde keperawatan yaitu:
 Pasien dilibatkan secara langsung.
 Pasien merupakan focus kegiatan.
 PA, PP dan konselor melakukan diskusi.
 Konselor memfasilitasi kreativitas.
 Konselor membantu mengembangkan kemampuan
PA, PP dalam mengingatkan kemampuan mengatasi
masalah.
Tujuan Ronde Keperawatan :
a) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis.
b) Meningkatkan kemampuan validasi data klien.
c) Menumbuhkan kemampuan diagnose keperawatan.

11
d) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang beriorientasi pada masalah klien.
e) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawtwan.
f) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

Manfaat Ronde Keperawatan :


a) Masalah klien dapat teratasi.
b) Kebutuhan klien dapat terpenuhi.
c) Terciptanaya komunitas keperawatan yang professional.
d) Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
e) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan
dengan tepat dan benar.

3) Supervisi Keperawatan.
Supervisi sebagai kegiatan yang merencanakan,
mengarahkan membimbing, mengajar mengobservasi,
mendorong, memperbaiki, mempercayai, dan mengevaluasi
secara berkesinambungan anggota secara menyeleruh sesuai
dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki anggota.
Tujuan Supervisi Keperawatan :
c). Sepervisior mampu menyusun, melaksanakan atau
menetapkan tujuan supervise.
d). Supervisi mampu menilai kinerja perawat dalam
melaksanakan prinsip tindakan yang sesuai SOP.
e). Supervisior mampu membimbing dan memberikan
masukan terhadap staf.
f). Supervisior mampu bersikap fair dan memberikan feed
back, follow up terhadap para staf.
g). Supervisior mampu melakukan dokumetasi kegiatan
supervisi.

12
4) Discharge Planning.
Discharge planning merupakan proses terintegrasi yang
terdiri dari fase-fase yang ditunjukkan untuk memberikan
asuhan keperawtan yang berkesinambungan dari saat klien
dirawat hingga akan pulang kerumah.
Tujuan Discharge Planning :
a) Menyiapakan klien secara fisik, psikologis dan social.
b) Menyiapkan kemandirian klien.
c) Membantu rujukan klien pada sistem pelayanan yang lain.
d) Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap dalam mempertahankan status
kesehatan klien.

5) Penerimaan Pasien Baru.


Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima
kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Dalam
penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai
orientasi ruangan, perawatan, medis dan tata tertib ruangan.
Tujuan Penerimaan Pasien Baru:
a) Pasien baru mampu melakukan adaptasi ruangan dengan
lebih baik, sehingga tingkat kecemasan pasien dapat
berkurang.Menerima dan menyambut kedatangan pasien
dengan hangat dan terapeutik.
b) Menjelaskan tentang orientasi ruangan.
c) Menjelaskan tentang perawatan (termasuk sentralisasi obat).
d) Menjelaskan tentang medis (dokter yang menangani dan
jadwal visite).
e) Menjelaskan tentang tata tertib ruangan.
f) Melakukan / melengkapi pengkajian pasien baru.

13
6) Sentralisasi Obat.
Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat dimana
seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan
pengelolahan sepenuhnya oleh perawat.
Tujuan Sentralisasi Obat :
a) Mengelolah obat pasien: pemberian obat secara tepat dan
benar sesuai dengan Prinsip 6 T + 1 W dan
mendokumentasikan hasil pengelolahan.
b) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat
primer dan perawat associate dalam penerapan Prinsip 6 T
+ 1 W.
c) Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
d) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap
perwat dalam pengelolahan sentralisasi obat.
e) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pro gram terapi.

7) Dokumentasi.
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam
penerapan manajemen asuhan keperawatan professional. Ners
professional diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung
jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang
dilaksanakan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin
meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas
sangat dibutuhkan.
Komponen penting dalam pendokumentasian adalah
komunikasi, proses keperawatan, dan standar asuhan
keperawatan yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan. Salah
satu bentuk kegiatan keperawatan adalah dokumentasi
keperawatan professional yang akan tercapai dengan baik
apabila sistem pendokumentasian dapat dilakukan dengan
benar. Kegiatan pendokumentasian meliputi keterampilan

14
berkomunikasi dan keterampilan mendokumentasian proses
keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
Konsep solusi terhadap masalah diatas, perlu disusun
standar dokumentasi keperawatan agar dapat digunakan
sebagai pedoman bagi ners dengan harapan asuhan
keperawatan yang dihasilkan mempunyai efektivitas dan
efisiensi.
Tujuan Dokumentasi :
a) Mendokumentasikan pengkajian keperawatan.
b) Mendokumentasikan diagnosis keperawatan.
c) Mendokumentasikan perencanaan keperawatan.
d) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan.
e) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan.
f) Mendokumentasikan pengelolaan logistic dan obat,
mendokumentasikan HE (health education) melalui
kegiatan perencanaan pulang.
g) Mendokumentasikan timbang terima (pergantian sif/jaga)
h) Mendokumentasikan kegiatan supervise.
i) Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui
ronde keperawatan

f) Mutu
Pasar atau market tidak bisa dilupakan dan memiliki keterkaitan
pada manajemen perusahaan dan industri. Tujuan pada perusahaan
jelas harus mengikuti perkembangan pasar yang sudah ada pada
masyarakat, sehingga pasar atau market dapat dikategorikan sebagai
unsur manajemen.
1) BOR.
2) ALOS.
3) BTO.
4) Alur Pasien Masuk.

15
4. Komponen Manajemen
a) Manajemen Keuangan
Sesuai namanya, manajemen ini berfungsi untuk mengatur
keuangan bisnis demi arus kas berjalan stabil sehingga pengeluaran
tidak lebih besar daripada pendapatan. Dengan adanya pengelolaan
keuangan, seluruh komponen keuangan juga akan terdata secara rapi,
memudahkan dalam melakukan analisis dan meningkatkan peluang
untuk pengambilan keputusan yang lebih akurat dan strategis.

b) Manajemen SDM
Manusia merupukan sumber daya yang penting bagi bisnis dan
menjadi pemegang kendali terhadap unsur-unsur lainnya, seperti
uang, material, atau mesin. Perannya yang sangat krusial, diperlukan
penanganan khusus yang disebut manajemen SDM. Dengan adanya
pengelolaan yang tepat, SDM diharapkan bisa saling bekerja sama
secara baik, efektif, dan efisien sehingga tujuan usaha atau bisnis
dapat tercapai.

c) Manajemen Operasional
Manajemen operasional dapat membantu kamu untuk
memastikan bahwa kegiatan operasional bisa berjalan sesuai rencana
dan kebijakan yang berlaku. Kegiatan ini mencakup hal yang
berhubungan dengan proses produksi, mulai dari bahan baku, mesin,
teknologi hingga metode yang diterapkan dalam mengubah bahan
baku menjadi produk yang siap dijual dan digunakan. Dengan
adanya pengelolaan operasional, kamu bisa memastikan kualitas
terbaik untuk bahan baku, mengetahui jumlah bahan baku, waktu
yang dibutuhkan dalam proses produksi, bagaimana cara melakukan
efisiensi waktu serta tenaga, dan lainnya.

16
d) Manajemen Pemasaran
Untuk mempermudah pelanggan mengetahui produk kamu,
perusahaan berarti butuh pemasaran. Ini sangat diperlukan apalagi
jika produk kamu tergolong baru, maka kamu harus menjadi pihak
yang lebih aktif melakukan promosi untuk membuat target market
mengetahui kehadiran produk. Proses pemasaran bisa membantu
kamu membuat strategi pemasaran dengan memanfaatkan peluang
yang bisa memberikan kesuksesan bisnis

5. Prinsip Manajemen Keperawatan


Prinsip-prinsim dalam ilmu manajemen keperawatan dabat
beberapa macam contohnya sebagai berikut:
a) Pembagian Kerja (Division of Work)
Prinsip manajemen yang pertama adalah division of work atau
pembagian kerja. Pembagian kerja harus disesuaikan dengan
kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan
efektif. Artinya penempatan karyawan harus disesuaikan dengan
keahlian yang dimiliki, bukan berdasarkan faktor emosional atau
faktor non- teknis lainnya.

b) Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority and Responsibility)


Selanjutnya ada prinsip authority and responsibility atau
wewenang dan tanggung jawab. Prinsip ini menjelaskan bahwa tiap
karyawan harus memiliki wewenang dan tanggungjawab yang
seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan
pertanggungjawaban yang sesuai dan seimbang dengan wewenang
yang dimilikinya.

c) Disiplin (Dicipline)
Disiplin juga menjadi salah satu prinsip manajemen. Sikap
disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang
sudah menjadi tanggungjawabnya. Sikap disiplin ini sangat penting

17
untuk ditanamkan bagi tiap karyawan agar manajemen perusahaan
bisa berjalan dengan baik dan benar.

d) Kesatuan Perintah (Unity Of Command)


Unity of command atau kesatuan perintah menerangkan bahwa
dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan
kesatuan perintah dalam perusahaan. Karyawan harus tahu kepada
siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang
diperolehnya dalam struktur perusahaan.

e) Kesatuan Pengarahan (Unity of Direction)


Unity of direction atau kesatuan pengarahan berhubugan
dengan prinsip pembagian kerja dan kesatuan perintah. Seorang
karyawan harus diarahkan menuju sasarannya sesuai wewenang
yang diberikan. Hal ini karena bisa saja karyawan memiliki dua
perintah yang berlawanan, sehingga harus ada kesatuan pengarahan
yang jelas dalam perusahaan.

f) Mengesampingkan Kepentingan Individu (Subordination of


Individual Interest)
Prinsip ini bertujuan untuk mengesampingkan kepentingan
individu dan mendahulukan kepentingan organisasi. Tiap karyawan
harus berkomitmen mengabdikan diri pada perusahaan, sehingga rela
untuk mementingkan kepentingan perusahaan dibanding kepentingan
pribadi jika keduanya saling berbenturan.

g) Penggajian (Remuneration)
Selanjutnya juga ada prinsip penggajian pegawai atau
remuneration. Pada prinsip ini menjelaskan bahwa tiap karyawan
berhak mendapat gaji atau upah sesuai dengan pekerjaannya. Sistem
penggajian harus diperhitungkan agar menimbulkan kedisiplinan dan

18
antusiasme kerja dari para karyawan untuk membuat prestasi yang
lebih besar.

h) Pemusatan (Centralization)
Prinsip manajemen berikutnya adalah centralization atau
pemusatan. Adanya pemusatan wewenang akan menimbulkan
pemusatan tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Pemusatan juga
bertujuan untuk menghindari wewenang yang berlawanan satu sama
lain, sehingga wewenang dan tanggung jawab menjadi terpusat.

i) Hierarki (Scalar Chain)


Hierarki atau scalar chain dimaksudkan pada rantai hierarki
dari atas menuju ke bawah. Hierarki dalam perusahaan ditentukan
berdasarkan wewenang terbesar sampai yang terkecil. Adanya
hierarki membuat tiap karyawan tahu kepada siapa ia
bertanggungjawab dan kepada siapa ia mendapatkan perintah.

j) Ketertiban (Order)
Prinsip ketertiban atau order bertujuan agar tiap karyawan
menjalankan pekerjaannya dengan tertib dan sistematis. Hal ini juga
berkaitan dengan prinsip disiplin. Dua sikap ini harus dimliki oleh
tiap karyawan agar terwujud ekosistem pekerjaan yang tepat, lancar,
dan tenang demi kemajuan perusahaan.

k) Keadilan dan Kejujuran (Equity)


Prinsip equity diartikan sebagai keadilan dan kejujuran atau
kesetaraan. Prinsip ini sangat penting karena berkaitan dengan moral
karyawan. Karyawan harus bersikap jujur dalam memberi laporan
dan melaksanakan pekerjaan. Sebaliknya manajer juga harus adil
pada bawahannya. Kesetaraan harus diwujudkan dalam ruang
lingkup pekerjaan.

19
l) Stabilitas Kondisi Karyawan (Stability of Tenure of Personnel)
Stabilitas kondisi karyawan berkaitan dengan kondisi fisik dan
mental dari tiap sumber daya manusia yang terlibat. Manusia
merupakan makhluk yang rentan dan rapuh, serta bisa mendapat
guncangan saat bekerja, baik fisik maupun mental. Untuk kondisi
karyawan harus diperhatikan apakah dalam kondisi baik atau tidak.

m) Prakarsa (Initiative)
Berikutnya ada prinsip prakarsa atau initiative. Dalam prinsip
ini, karyawan didorong untuk mengembangkan ide-ide baru yang
kreatif dan inovatif sesuai dengan inisiatif masing-masing. Prakarsa
menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi
penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya.

n) Kesatuan dan Semangat (Esprit de Corps)


Prinsip manajemen yang terakhir adalah esprit de corps atau
kesatuan dan semangat. Tiap karyawan dan staff lainnya harus
memiliki rasa kesatuan dalam semangat perjuangan yang sama.
Sikap saling memiliki ini tentu akan mendorong relasi baik antar
individu dan berdampak positif bagi kemajuan perusahaan ke
depannya.

6. Fungsi Dasar Manajemen


Fungsi Dasar Manajemen Secara umum, fungsi dari manajemen
dapat dikatakan sebagai serangkaian kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh Manajemen didalam hal untuk mencapai tujuannya. Fungsi dari
Manajemen juga dikenal dengan Istilah POAC:
a) Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah salah satu fungsi yang digunakan untuk
merencanakan segala sesuatu dengan sebaik mungkin dalam upaya
untuk mencapai tujuannya. Hal tersebut akan berjalan dengan lancar
apabila kita memiliki gambaran mengenai hal apa saja yang akan

20
digunakan atau dijalani, oleh sebab itu hal ini harus melibatkan
perencanaan.

b) Pengorganisasian (Organizing)
Setelah kita melakukan sebuah perencanaan dengan matang,
maka hal berikutnya yang akan kita lakukan adalah
Pengorganisasian. Sebab pengorganisasian ini sangat penting untuk
dilakukan agar mempermudah manajer melakukan sebuah
pengewasan yang lebih efektif.

c) Pengarahan (Actuacting)
Fungsi dari manajemen yang ketiga adalah Pengarahan,
pengarahan ini sangat penting dilakukan agar segala sesuatu yang
sudah direncanakan dapat berjalan dengan lancar sesuai denga
perencanaan yang dibuat. Seorang manajer akan melakukan
pengarahan kepada setiap karyawannya, apabila didalam perusahaan
tersebut sedang mengalami suatu permasalahan atau apa yang sedang
dikerjakan tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.

d) Pengawasan (Controlling)
Fungsi yang terakhir dari Manajemen adalah melakukan
pengawasan. Dari serangkaian rencana atau pekerjaan yang sudah
dilaksanakan, maka hal ini sangat memerlukan yang namanya
pengawasan. Manajer akan secara aktif melakukan pengawasan
terhadap sumber daya yang telah diorganisasikan sebelumnya dan
memastikan apa yang dikerjakan itu sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan atau tidak. Namun, manajer juga harus memperhatikan
beberapa hal yang harus dipenuhi untuk melakukan sebuah
pengawasan terhadap suatu pekerjaan, yaitu diantaranya adalah :
1) Jalur (routing): Seorang manajer harus terlebih dahulu
menentukan sebuah jalur yang bertujuan untuk memperkecil
sebuah resiko kesalahan apabila suatu saat terjadi.

21
2) Penetapan waktu (scheduling): Seorang manajer juga harus
mempunyai waktu yang rutin untuk melakukan sebuah
pengawasan, misalnya selama satu bulan manajer harus
memiliki waktu untuk melakukan seuah pengawasan sebanyak
satu atau dua kali.
3) Perintah pelaksanaan (dispatching): Seorang manajer harus
memiliki sikap untuk mendorong dan juga memerintah
karyawannya agar dapat menyelesaikan semua pekerjaannya
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4) Tindak lanjut (follow up): Seorang manajer harus melakukan
evaluasi dan juga memberikan solusi terhadap semua
permasalahan yang sedang terjadi selama proses dalam
mencapai tujuannya untuk mengurangi terjadinya kesalahan
yang sama.

7. Proses Manajemen Keperawatan


Proses Manajemen Adapun proses manajemen yaitu : POLC
(Planning, Organizing, Leading, Controlling). Dalam hal ini ada dua ide
penting dalam definisi:
a. Empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian
b. Pencapaian sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien.

Empat tahap dalam proses manajemen, yakni:


1) Perencanaan
Perencanaan merupakan definisi mengenai organisasi di masa
depan dan cara mencapai tujuannya. Perencanaan berarti penentuan
sasaran sebagai pedoman kinerja organisasi di masa depan, ditambah
dengan penetapan tugas serta alokasi sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai sasaran organisasi. Ketiadaan rencana atau
perencanaan yang buruk dapat menjatuhkan kinerja organisasi.
Dalam proses manajemen, rencana jangka panjang untuk
kelangsungan organisasi (usaha) sangat diperlukan. Perkembangan
organisasi
22
sangat bergantung salah satunya oleh perencanaan yang baik dan
tepat sasaran untuk organisasi, tanpa perencanaan, kelangsungan
organisasi kedepannya tidak terjamin.

2) Pengorganisasian
Pengorganisasian biasanya mengikuti perencanaan dan
mencerminkan organisasi yang mencoba untuk menyelesaikan
rencana itu. Pengorganisasian melibatkan penetapan dan
pengelompokan tugas ke departemen, dan alokasi berbagai sumber
daya ke berbagai departemen. Melalui pengorganisasian diharapkan
organisasi bersifat lebih sistematik dan tim lebih mempunyai
tanggung jawab. Hal itu berguna untuk manajemen pribadi
menempati posisi yang seharusnya.

3) Kepemimpinan
Dalam organisasi memberikan kepemimpinan menjadi fungsi
manajemen yang semakin penting. Kepemimpinan (leading) adalah
penggunaan pengaruh untuk memotivasi karyawan agar mencapai
sasaran organisasi. Memimpin berarti menciptakan budaya dan nilai
bersama, mengkomunikasikan sasaran kepada karyawan, dan
memberikan inspirasi agar karyawan berprestasi. Memimpin
termasuk memotivasi seluruh departemen, divisi, dan juga orang
yang bekerja langsung dengan manajer. Kompetisi internasional, dan
keragaman yang meningkat dalam tenaga kerja, kemampuan untuk
membentuk budaya, mengkomunikasikan sasaran, dan memotivasi
karyawan merupakan hal penting bagi kesuksesan bisnis. Selain itu,
anjuran untuk setiap karyawan memiliki tanggung jawab
kepimpinan, memecahkan masalah, dan membantu memotivasi
orang lain akan membuat para karyawan merasa dihargai.
Kepemimpinan yang buruk akan menyebabkan pengaruh negatif
terhadap sebuah organisasi.

23
4) Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi keempat dalam proses manajemen
dan yang terakhir dalam proses manajemen. Pengendalian
(controlling) artinya memantau aktivitas karyawan, menjaga
organisasi agar tetap berjalan ke arah pencapaian sasaran, dan
membuat koreksi bila diperlukan. Para manajer juga harus
memastikan bahwa organisasi yang mereka atur bergerak menuju
tujuannya. Pelimpahan wewenang dan kepercayaan terhadap
karyawan telah membuat banyak perusahaan lebih menekankan pada
pelatihan karyawan untuk memantau dan mengoreksi diri sendiri.
Terutama para karyawan pada lini depan dilatih dengan
menanamkan nilai inti dan standar kinerja yang diharapkan. Hal ini
memungkinkan perusahaan untuk memberikan kebebasan yang besar
tanpa harus membahayakan standar perusahaan yang tinggi. Namun,
para manajer harus menyadari bahwa keberhasilan dalam sebuah
perusahaan atau situasi mungkin tidak sama terhadap yang lainnya.

8. Level Manajemen
Manajer dapat diartikan sebagai salah satu profesi dari suatu
perusahaan yang bertugas menjalankan fungsi dari manajemen dengan
cara mengawasi dan mengkoordinasikan pekerjaan yang dilakukan oleh
karyawannya, sehingga dapat mewujudkan tujuan yang diharapkan.
Berikut ini beberapa tingkatan atau jenjang dari seorang Manajer, yaitu
diantarnya adalah :
a. First-line, ini merupakan tingkatan yang paling rendah dari kategori
manajemen. Didalam tingkatan ini, seorang manajer diberikan tugas
untuk mengelola suatu pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja
lainnya diluar tingkatan manajerial.
b. Middle-line, ini merupakan tingkatan yang berada ditengah-tengah
dan bertugas untuk mengelola pekerjaan dari first-line manajer dan
akan mempertanggung jawabkannya kepada seorang top manajer.

24
c. TOP Manajer, ini merupakan tingkatan yang paling tinggi didalam
suatu organisasi yang memiliki tanggung jawab didalam
pengambilan keputusan terhadap organisasi yang ia jalankan serta
bertugas untuk menyusun rencana dan tujuan yang akan dicapai oleh
suatu perusahaan.

I. Perencanaan Dalam Manajemen Keperawatan


1. Pengertian
Perencanaan manajemen Keperawatan diawali dengan perumusan
tujuan institusi/ organisasi yang dijelaskan dalam visi, misi, filosofi dan
tujuan sebagai arah kebijakan organisasi. Sebagai perawat, Anda harus
memahami tujuan organisasi inisupaya dapat bersinergi untuk mencapai
cita-cita/harapan organisasi.
a) Perumusan Visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan
dasar untuk membuat suatu perencanaan sehingga disusun secara
singkat, jelas, dan mendasar serta ada batasan waktu untuk
pencapaian. Visi merupakan pernyataan berisi tentang mengapa
organisasi dibentuk. Contoh rumusan visi: “Menjadi ruang
perawatan bedah yang melakukan perawatan profesional dan unggul
dalam manajemen perawatan luka modern di tahun 2028”.

b) Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan operasional guna
mencapai visi yang telah ditetapkan. Contoh misi ruang perawatan
bedah yang mengacu pada visi tersebut di atas:
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien bedah secara
holistik bio-psiko-sosiokultural dan spiritual.
2) Melakukan tindakan perawatan luka dengan menggunakan
manajemen perawatan luka modern.
3) Menyediakan sarana prasarana untuk menunjang manajemen
perawatan luka modern.

25
4) Melakukan penelitian tindakan bedah berdasarkan
perkembangan dan trend perawatan bedah.

c) Perumusan Filosofi
Filosofi adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut
keyakinan dan praktik keperawatan dalam suatu organisasi
(Swanburg, 1999) dalam sitorus 2019, Contoh :
1) Pasien adalah manusia yang merupakan makhluk holistik (bio-
psiko-sosial-spiritual)
2) Pasien adalah individu yang unik dan bermartabat

d) Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai sebagai arah
kebijakan bagi organisasi untuk menentukan apa yang harus
dilakukan dan bagaimana cara mencapainya. Tujuan mutlak harus
ada dalam organisasi pelayanan keperawatan. Untuk merumuskan
tujuan yang baik harus memenuhi syarat antara lain (Gillies, 1994) d
alam sitorus 2019
1) Tujuan harus dapat menjelaskan arah.
2) Tujuan harus memungkinkan untuk dicapai.
3) Terukur artinya tujuan berisi ketentuan kwantitatif.
4) Teradapatbatasanwaktuuntuk pencapaian target.
5) Pencapaian akhir setiap tujuan dapat diterima semua anggota
organisasi.
6) Kriteria dibuat untuk melihat seberapa besar tujuan tercapai.
7) Setiap tujuan mendukung sasaran organisasi
Contoh Rumusan tujuan: Meningkatkan kualifikasi tenaga
perawatan yang handal dan kompeten dalam keperawatan bedah
melalui pendidikan dan pelatihan.

26
2. Rencana Kerja Dalam Manajemen Keperawatan
Perencanaan dalam manajemen keperawatan berdasarkan jangka
waktunya dibagi menjadi 3 jenis, yaitu perencanaan jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek atau
yang disebut sebagai perencanaan operasional adalah perencanaan yang
dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu satu jam sampai dengan satu
tahun. Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat
untuk kegiatan dengan kurun waktu antara satu tahun sampai lima tahun
(Marquis & Huston, 1998 dalam sitorus 2019), sedangkan perencanaan
jangka panjang atau sering disebut perencanaan strategis adalah
perencanaan yang dibuat untuk kegiatan tiga sampai 20 tahun
(Swanburg, 1999 dalam sitorus 2019).
Dalam perencanaan di ruang perawatan biasanya yang digunakan
adalah perencanaan jangka pendek yaitu rencana harian, bulanan dan
rencana tahunan. Marilah kita perhatikan satu per satu jenis perencanaan
tersebut seperti dalam uraian berikut ini: Rencana Harian adalah rencana
yang berisikegiatanmasing-masingperawat yang dibuat setiap hari sesuai
perannya. Rencana dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer
dan perawat pelaksana. Rencana Bulanan adalah rencana yang berisi
kegiatan dalam satu bulan. Rencana ini harus disinkronkan dengan
rencana harian. Rencana ini biasanya dibuat oleh kepala ruang dan ketua
tim/perawat primer. Rencana Tahunan adalah rencana yang dibuat setiap
tahun sekali, yang dibuat berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun
sebelumnya, rencana ini biasanya dibuat oleh kepala ruang. Bisakah
Anda mengaplikasikan tugas sehari hari Anda dengan penulisan rencana
kegiatan sesuai peran? Silakan mencoba! Identifikasi dan tuliskan
rencana kerja harian Anda selama 24 jam.
Menurut waktu pembuatan perencanaan dapat diklasifikasikan
dalam:
a. Perencanaan Reaktif
Perencanaan yang disusun ketika adanya masalah aktual yang
dihadapi saat ini.

27
b. Perencanaan Proaktif
Perencanaan yang disusun sebelum masalah timbul, antisipasi
terhadap perubahan kebutuhan dan meningkatkan kemampuan
organisasi, sedangkan menurut proses penyusunan perencanaan
diklasifikasikan menjadi: Pendekatan Perkembangan yang
menguntungkan (Profitabel Growth Approach) dan pendekatan
analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Treat)
1) Pendekatan Perkembangan (Profitabel Growth Approach)
Perencanaan yang dilakukan dengan menganalisa sarana
produksi yang dimiliki dan dihubungkan dengan kebutuhan
yang muncul dari lingkungan. Mengusahakan terjadinya
keseimbangan antara sarana yang dimiliki dengan kebutuhan
lingkungan. SALING BANGUN: SA (Sarana Produksi) LING
(Lingkungan masyarakat), BANGUN (Perkembangan yang
menguntungkan).

2) Pendekatan SWOT (Strenght, Wekness, Opportunity dan


Threat)
Rencana disusun dengan proses perencanaan, dimulai
dengan menganalisa faktor internal yang berhubungan dengan
kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weaknes), selanjutnya
melakukan analisa factor eksternal yang berhubungan dengan
peluang (opportunity) dan tekanan/ancaman (Threat). Setelah
diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
selanjutnya disusun rencana strategis untuk mencapai tujuan
organisasi. Rencana strategis harus diterjemahkan ke dalam
rencana operasional yang mencantumkan target yang harus
dicapai. Bagaimana pendapat Anda? Bisakah proses
perencanaan dengan analisis SWOT ini anda terapkan dalam
perencanaan di ruang perawatan dimana Anda bertugas?

28
J. Pengorganisasian Dalam Manajemen Keperawatan
1. Pengertian
Pengorganisasian adalah pengelompokan/ pengaturan kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi,
komunikasi dan koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan
dan horizontal/ bawahan (Depkes RI,2020). Menurut Hersey
danBlanchard (1997) dalam La Monica (1998) dalam sitorus 2019
pengorganisasian adalah kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap
pekerjaan individu, menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam
kelompok manajer mencari metode dan proses agar pekerjaan dapat
terintegrasi dengan baik. Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah
proses pengelompokan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung
jawab dan koordinasi kegiatan baik vertikal maupun horizontal yang
dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus
dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-tugas
dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, dan di mana serta
kapan keputusan harus diambil oleh seorang perawat.

2. Tipe-Tipe Organisasi
a. Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia,
organisasi lini mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang
terdapat perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan
dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat dominan,
segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan
kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan perintah.
Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan
jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana terbatas, serta tujuan
dan kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi lini
mempunyai keuntungan pengambilan keputusan dapat
dilaksanakan dengan

29
cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin, serta koordinasi
dan pengawasan lebih mudah. Kelemahannya adalah keputusan
sering kurang sempurna, dibutuhkan pemimpin yang benar benar
dapat memegang kendali dan berwibawa, dan unsur manusiawi
sering terabaikan.

b. Organisasi Staf
Organisasi Staf merupakan pengembangan dari organisasi lini.
Organisasi staf dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan
satuan organisasi sataf yang berperan sebagai pembantu pimpinan.
Orang yang duduk dalam organisasi staf adalah individu ahli sesuai
dengan kebutuhan organisasi. Pimpinan membutuhkan orang yang
mampu membantu memecahkan masalah organisasi. Pengambilan
keputusan berada ditangan pimpinan. Keuntungannya adalah
pengambilan keputusan akan lebih baik, kerugiannya pengambilan
keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama.

c. Organisasi Lini dan Staf


Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk
organisasi ini, staf tidak hanya diberi job sebagai penasihat, tetapi
staf juga diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat
tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika permasalahan
organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya memberikan
ide tetapi juga harus melaksanakan. Keuntungan organisasi lini staf
adalah pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah
orang, tanggung jawab pimpinan berkurang karena pimpinan dapat
lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting serta
pengembangan bakat dan kemampuan dapat dilakukan sehingga
mendorong tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahannya adalah
pengambilan keputusan memakan waktu lebih lama, dapat
menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf tidak mengetahui
batas batas wewenangnya.

30
d. Kegiatan Pengorganisasian
Beberapa kegiatan pengorganisasian dalam manajemen
keperawatan yang biasa dilakukan oleh manajer keperawatan adalah
seperti berikut ini :
1) Mengelompokkan dan membangi kegiatan yang harus
dilakukan oleh staf dibagi habis sesuai kompetensi dan
tanggung jawabnya.
2) Menentukan jalinan hubungan kerja antar tenaga kesehatan,
agar komunikasi baik dan mendukung kegiatan sehari hari.
3) Menentukan penugasan yang kondusif, semua tugas dikerjakan
secara sukarela dan optimal tanpa ada rasa curiga antar
perawat.

3. Tujuan Pengorganisasian
Berikut ini akan diuraikan tentang tujuan pengorganisasian dalam
manajemen keperawatan sebagai berikut :
a. Pencapaian tujuan organisasi.
b. Pengorganisasian sumber daya secara efektif dan efisien.
c. Melakukan pembagian tugas dan pertanggungjawaban yang efektif
antara perorangan dan kelompok.
d. Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui
penyusunan struktur organisasi yang baik.
e. Melakukan pengambilan keputusan secara tepat.
f. Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif
melalui supervise.
g. Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin
terjadi dengan melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting.
(Swansburg & Swansburg,1999 dalam sitorus 2019).

31
4. Prinsip-Prinsip Pengorganisasian
Pembagian kerja dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi
habis kepada semua staf. Setiap staf memiliki tugas yang jelas untuk
mengerjakan pekerjaan tertentu. Untuk menghindari kesalahan maka
manajer perawat hendaknya mengerti karakteristik tugas, tanggung
jawab dan wewenang stafnya. Job description, pengembangan prosedur
dan deskripsi hasil kerja diperlukan sebagai rambu-rambu pembagian
kerja.
Pendelegasian, menurut ANA (2019) adalah penyerahan tanggung
jawab kinerja atas suatu tugas dari satu individu kepada individu lain
sedangkan pertanggung jawaban tetap tergantung hasilnya.
Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab kepada staf untuk melakukan tindakan dengan batas kewenangan
tertentu, Dalam pendelegasian mengandung unsur mentoring dan
regenerasi yang baik atau alami serta memiliki nilai bagaimana
mengelola sumber daya yang efektif dan efisien dengan kemampuan
terbatas, Menurut Rose K.N (2008) dalam Kurniadi, 2020 pendelegasian
yang baik harus melihat The five right of delegation meliputi :
tugas/pekerjaan, lingkungan sekitarnya, orang yang ditunjuk, adanya
pengarahan/ komunikasi yang baik dan dilakukan supervisi atau
evaluasi.
Koordinasi, adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan
hubungan dengan pihak yang terlibat dalam melancarkan kegiatan agar
terjadi nada atau irama yang sama sehingga terjadi keselarasan tindakan,
usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada di tempat kerja.
Koordinasi efektif bisa dilakukan dengan cara :
a. Membangun komunikasi dua arah baik dengan atasan maupun
bawahan.
b. Membiasakan melakukan rapat formal (rapat resmi, pre dan post
conferent).
c. Melakukan pelaporan dan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan.
d. Membuat pembakuan formulir–formulir yang dipakai dalam semua
kegiatan sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat.

32
Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap orang untuk
melakukan aktivitas apa saja. Kemampuan mengelola waktu merupakan
capaian keberhasilan seseorang. Agar dapat berhasil dalam mengelola
waktu maka diperlukan pemanfaatan waktu yang efektif dengan cara :
Analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal dan kategori
kegiatan; Memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada;
Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan
tidak mendesak/ rutin; Mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan
sifat pekerjaan.

K. Pengarahan Dalam Manajemen Keperawatan


1. Pengertian
Sumber daya manusia menjadi modal utama dalam
terselenggaranya organisasi pelayanan kesehatan. Seorang menejer
keperawatan harus dapat mengelola SDM agar dapat bekerja efektif dan
efesien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui fungsi
penggerakan.
Henry Fayol dalam Siagian (2018) menyebut penggerakan sebagai
commanding atau directing, sedangkan George R Terry (1993) dalam sit
orus 2019 menggunakan istilah actuating yaitu sebagai upaya atasan
untuk menggerakkan bawahan. Pengarahan merupakan hubungan
manusia dalam kepemimpinan yang mengikat. Para bawahan digerakkan
supaya mereka bersedia menyumbangkan tenaganya untuk secara
bersama-sama mencapai tujuan suatu organisasi. Pengarahan dalam
organisasi bersifat sangat komplek karena menyangkut manusia dengan
berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda (Muninjaya, 2022).

2. Makna Pengarahan
Apakah makna pengarahan dalam manajemen keperawatan?
Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan I H), yaitu:
a. (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat
pelaksana.
b. (Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan.

33
c. (When) Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai
jam pulang).
d. (How) Bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frequensi
seharusnya dikerjakan.
e. (Why) Kenapa pekerjaan itu harus dilakukan.
f. (Where) dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing.
Pengarahan yang dilakukan pimpinan keperawatan dapat dikatakan
efektif bila bawahan atau staf atau perawat pelaksana dapat
melaksanakan semua pekerjaan yang ditunjukkan atau diberikan
kepadanya secara konsistensi dengan kebijakan unit dan dapat
melaksanakan kegiatan dengan aman dan nyaman.

3. Tujuan Pengarahan Dalam Manajemen Keperawatan


Muninjaya (1999) menyebut tujuan fungsi pengarahan ada lima yaitu :
a. Menciptakan Kerja Sama Yang Lebih Efisien
Komunikasi antara atasan dan bawahan berpotensi menjadi
lebih baik, efisiensi kerja dapat tercapai dengan kontribusi kepala
ruang dalam menggerakkan bawahannya, misalnya melalui
supervisi tindakan keperawatan yang dilakukan kepala ruang
berdampak pada minimalnya kesalahan tindakan yang pada
akhirnya dapat menghemat bahan, alat dan waktu dibandingkan jika
terjadi kesalahan akibat dari tidak dilakukan supervisi tindakan
keperawatan oleh kepala ruang.

b. Mengembangkan Kemampuan Dan Ketrampilan Staf


Supervisi, pendelegasian merupakan sebagian kegiatan terkait
dengan fungsi pengarahan. Kegiatan tersebut memberikan peluang
bagi bawahan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan tanggung
jawabnya secara mandiri.

34
c. Menumbuhkan Rasa Memiliki Dan Menyukai Pekerjaan
Pengarahan yang dilakukan kepala ruang ketika perawat
melakukan kesalahan, memberi motivasi saat motivasi menurun,
memberi apresiasi saat kinerja baik akan dapat meningkatkan rasa
memiliki dan menyukai pekerjaan

d. Mengusahakan Suasana Lingkungan Kerja Yang Dapat


Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Kerja Staf
Pemimpin yang baik adalah yang mampu menciptakan suasana
lingkungan yang kondusif dan menciptakan hubungan interpersonal
yang harmonis, kepemimpinan yang adil merupakan kunci sukses
dalam memberikan motivasi kerja dan meningkatkan prestasi kerja
perawat pelaksana.

e. Pengarahan Bertujuan Membuat Organisasi Berkembang Lebih


Dinamis
Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan
menjadikan hal yang bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan
mempermudah semua perawat untuk mengembangkan diri yang
pada gilirannya akan membuat organisasi berkembang lebih
dinamis

4. Unsur-unsur Pengarahan
Pengarahan atau disebut juga penggerakan merupakan upaya
mempengaruhi staf agar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, agar dapat mengarahkan dan menggerakan bawahan
maka ada beberapa unsur yang perlu dipahami dan diperhatikan oleh
manajer keperawatan. Unsur-unsur tersebut adalah:
a. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang
mengerjakan apa yang tidak ingin mereka lakukan dan
menyukainya (Truman dalam Gillies, 1996 dalam sitorus 2019).
Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan
mempengaruhi orang lain untuk
35
melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya (Sullivan & Decleur, 2019). Kepemimpinan adalah
serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi anggota kelompok
bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan (Baily,
Lancoster & Lancoster, 1989 dalam sitorus 2019). Kepemimpinan
adalah sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan
yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku pihak lain yang
didasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak tersebut
(Gillies, 1996 dalam sitorus 2019 ). Sedangkan menurut Ngalim
Purwanto (2021: 26). "Kepemimpinan sebagai suatu bentuk
persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang- orang tertentu,
biasanya melalui 'human relations' dan motivasi yang tepat,
sehingga tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerja sama dan
membanting tulang memahami dan mencapai segala apa yang
menjadi tujuan-tujuan organisasi".

b. Motivasi
Motivasi menjadi unsur penting fungsi pengarahan dalam
keperawatan, karena kita tahu bahwa pelayanan keperawatan
memiliki kontribusi yang besar terhadap mutu layanan kesehatan.
Rendahnya kinerja perawatan akan mempengaruhi mutu pelayanan
keperawatan, sebaliknya bila kinerja perawat baik maka akan dapat
meningkatkan mutu layanan. Kinerja perawat baik, bukan hanya
karena perawat bersedia melakukan dan menyelesaikan tindakan
keperawatan secara rutin saja, tetapi yang terpenting adalah perawat
melakukan tindakan didasari dorongan atau motivasi diri. Motivasi
internal yang kuat akan memberikan dampak yang langgeng bagi
seorang perawat dalam melaksanakan kegiatan secara efektif dan
efisien. Hal ini didukung oleh Hasibuan (2019) yang menyatakan
bahwa motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan
mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias
untuk mencapai hasil yang optimal. Lebih lanjut Wlodkowski (201
8) menyatakan bahwa motivasi merupakan kondisi yang
menyebabkan
36
atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta
ketahanan (persistence) pada tingkah laku tertentu. Seorang manajer
perawat harus mengenali motivasi dan kebutuhan staf supaya dapat
memicu kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
yang efisien dan efektif.

c. Komunikasi
Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan
atau mengarahkan bawahan. Penerapan komunikasi yang baik
antara manajer dan pelaksana keperawatan dapat menghindari
persepsi salah (missperception). Komunikasi bisa dilakukan secara
vertikal (atas–bawah) maupun horisontal (samping). Komunikasi
yang baik adalah komunikasi yang dilakukan secara terbuka antar
dua orang atau lebih untuk menyampaikan dan meneruskan pesan
yang berharga dari dan keluar organisasi. Komunikasi bisa
dilakukan secara verbal maupun non verbal. Seorang manajer
perawat diharapkan dapat mengikuti perkembangan teknologi
informasi dengan menggunakan berbagai media modern sebagai
sarana mendapatkan informasi dan melakukan komunikasi secara
efektif, walaupun pada saat pimpinan tidak berada di tempat.
Implementasi komunikasi di dalam ruang rawat inap dilakukan
melalui kegiatan operan/timbang terima, conference (pre, middle,
post), diskusi kasus, ronde keperawatan, rapat-rapat dan aktivitas
lainnya.

5. Kegiatan Pengarahan
Apa sajakah rambu-rambu yang penting dilakukan dalam kegiatan
pengarahan? Berikut di bawah ini akan diuraikan 10 rambu-rambu
kegiatan pengarahan yang penting Anda ketahui menurut Douglas, yaitu:
a. Tentukan tujuan pengarahan yang realistis
b. Berikan prioritas pertama kepada yang penting dan urgen
c. Lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain.

37
d. Identifikasi tanggung jawab semua pekerjaan agar semua staf
bekerja dengan benar dan adil.
e. Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan
berkelanjutan agar selalu bekerja dengan keilmuan yang kokoh dan
mutakhir.
f. Timbulkan rasa percaya diri anggota yang tinggi, dengan
memberikan reward and punishment yang jelas dan tegas.
g. Terjemahkan standar operasional prosedur yang mudah dibaca dan
dimengerti agar memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan staf.
h. Jelaskan prosedur keadaan gawat/force major baik terhadap pasien
maupun situasi gawat lainnya.
i. Berikan pengarahan yang sifatnya jelas, singkat dan tepat.
j. Gunakan manajemen kontrol yang baik untuk mengkaji kualitas
layanan secara teratur dan rutin

L. Pengendalian Dalam Manajemen Keperawatan


1. Pemgertian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau
pengontrolan. Fayol (1998) dalam sitorus 2019 mendefinisikan
pengontrolan adalah “Pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi
sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan,
serta prinsip-prinsip yang ditentukan”. Tujuan pengontrolan adalah
untuk mengidentifikasi kekurangan dan kesalahan agar dapat dilakukan
perbaikan. Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang
ada, sehingga jika muncul isue dapat segera direspons dengan cepat
dengan cara duduk bersama.
Menurut Mockler (1984), dalam sitorus 2019 pengendalian dalam
manajemen adalah usaha sistematis untuk menetapkan standar prestasi
kerja agar sesuai dengan tujuan perencanaan, untuk mendesain sistem
umpan balik informasi, untuk membandingkan prestasi yang
sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan
apakah ada deviasi dan untuk mengukur signifikansinya, serta
mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa sumber
daya digunakan dengan cara
38
yang efektif dan efisien mungkin untuk mencapai tujuan. Pengendalian
adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan adalah
sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk
menjamin mutu serta evaluasi kinerja.

2. Prinsip Pengawasan dan Pengelolahan


Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
dan pengembangan fungsi pengawasan
a. Pengawasan yang dilakukan oleh manajer keperawatan dapat di
mengerti oleh staf, Hasilnya dapat diukur
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan manajemen yang penting
untuk meyakinkan proses mencapai tujuan organisasi tercapai
dengan baik
c. Standar unjuk kerja (standart of performance) harus dijelaskan
kepada semua staf pelaksana. Kinerja staf dinilai oleh manajer
sebagai bahan pertimbangan memberikan reward kepada mereka
yang mampu bekerja professional

3. Manfaat Pengawasan
Manfaat pengawasan dalam manajemen
a. Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh
staf dalam kurun waktu tertentu
b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf
yang melaksanakan tugas
c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi sudah
digunakan dengan tepat dan efisien
d. Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan?
e. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan (reward)

39
4. Karakteristik Pengendalian
Proses pengendalian yang dilakukan seorang manajer dikatakan
berhasil bila mengandung beberapa karakteristik seperti di bawah ini:
a. Menggambarkan kegiatan sebenarnya.
b. Melaporkan kesalahan dengan tepat.
c. Berpandangan ke depan.
d. Menunjukkan kesalahan pada hal-hal yang kritis dan penting.
e. Bersifat obyektif.
f. Bersifat fleksibel.
g. Menggambarkan pola kegiatan organisasi.
h. Bersifat ekonomis.
i. Bersifat mudah dimengerti.
j. Menunjukkan kegiatan perbaikan.

5. Langkah-Langkah Pengelolahan
Supaya kegiatan pengendalian/pengontrolan dapat berjalan secara
efektif, seorang manajer harus memperhatikan langkah-langkah
pengendalian. Tahukah anda, bagaimanakah langkah-langkah
pengendalian dalam manajemen keperawatan?
Berikut ini adalah langkah-langkah pengendaalian/pengontrolan:
a. Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi
kerja
b. Melakukan pengukuran prestasi kerja
c. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
d. Mengambil tindakan korektif.

6. Audit
Audit merupakan penilaian/evaluasi dari pekerjaan yang telah
dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan.
Peralatan atau instrumen yang dipilih digunakan untuk mengumpulkan
bukti dan untuk mengevaluasi apakah standar yang telah ditetapkan telah
dilaksanakan dengan baik atau belum. Terdapat tiga kategori audit

40
keperawatan yaitu: 1) Audit struktur, 2) Audit proses dan 3) Audit hasil.
Berikut ini uraian dari ketiga kategori tersebut:
a. Audit Struktur
Audit yang berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan
perawatan (termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan,
prosedur, standar, SOP dan rekam medic); serta pelanggan (internal
maupun eksternal). Standar dan indikator diukur dengan
menggunakan cek list.

b. Audit Proses
Merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan
untuk menentukan apakah standar keperawatan telah tercapai.
Pemeriksaan dapat bersifat restropektif, concurrent, atau peer
review. Restropektif adalah audit dengan menelaah dokumen
pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi
asuhan keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat
kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peerreview adalah
umpan balik sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.

c. Audit Hasil
Audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi
SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa
keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa
efektivitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu
umum dapat berupa BOR, ALOS, TOI, angka infeksi nosokomial
(NI) dan angka dekubitus.
Pada ruang perawatan yang menerapkan Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP), pengendalian dapat diukur
dalam bentuk kegiatan pengukuran yang menggunakan indikator
umum, indikator mutu pelayanan, indikator pasien dan SDM seperti
berikut ini :
1) Indikator Mutu Umum :

41
a) Penghitungan lama hari rawat (BOR).
b) Penghitungan rata-rata lama di rawat (ALOS).
c) Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi (TOI).
2) Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan:
a) Keselamatan pasien (patien safety)
b) Keterbatasan perawatan diri.
c) Kepuasan pasien.
d) Kecemasan.
e) Kenyamanan.
f) Pengetahuan.
3) Kondisi Pasien:
a) Audit dokumentasi asuhan keperawatan.
b) Survey masalah baru.
c) Kepuasan pasien dan keluarga.
d) Penilaian kemampuan pasien dan keluarga.
4) Kondisi SDM
a) Kepuasan tenaga kesehatan: perawat, dokter.
b) Penilaian kinerja perawat.

Berikut ini uraian tentang masing-masing indikator :

1) Indikator Mutu Umum :


a. Penghitungan Tempat Tidur Terpakai (BOR)
Bed occupancy rate adalah prosentase pemakaian tempat
tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendah nya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80
– 90 % sedangkan standar nasional BOR adalah 70 – 80 %.
Rumus penghitungan BOR sbb:

Jumlah hari perawatan Rumus X 100%


R𝒖𝒎𝒖𝒔 = Jumlah TT X Jumlah hari persatuan waktu

42
Keterengan: Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien
dirawat dalam satu hari kali jumlah hari dalam satu satuan waktu.
Jumlah hari persatuan waktu. Kalau diukur persatu bulan, maka
jumlahnya 28 – 31 hari, tergantung jumlah hari dalam satu bulan
tersebut.

b. Penghitungan Rata-rata Lama Rawat (ALOS)


Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien. Indikator ini di samping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosa tertentu yang
dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut). Secara
umum ALOS yang ideal antara 6 – 9 hari Di ruang MPKP
pengukuran ALOS dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat
setiap bulan dengan rumus sbb :
Jumlah hari perawatan pasien keluar
𝑹𝒖𝒎𝒖𝒔 =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Keterangan: Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah
hari perawatan pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode
waktu. Jumlah pasien keluar (hidup atau mati): jumlah pasien
yang pulang atau meninggal dalam satu periode waktu.

c. Penghitungan TOI (Tempat Tidur Tidak Terisi)


Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari tempat tidur
tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator
ini dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1 –
3 hari. Di MPKP pengukuran TOI dilakukan oleh kepala ruangan
yang dibuat setiap bulan dengan rumus sbb :

(Jumlah TT x hari) − hari perawatan RS


𝑹𝒖𝒎𝒖𝒔 =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

43
Keterangan: Jumlah TT: jumlah total kapasitas tempat tidur yang
dimiliki. Hari perawatan: jumlah total hari perawatan pasien yang
keluar hidup dan mati. Jumlah pasien keluar: jumlah pasien yang
dimutasikan keluar baik pulang, mutasi lari, atau meninggal.

2) Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan:


a. Keselamatan Pasien (patient safety)
Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien aman
dari kejadian jatuh, ulkus dekubitus, kesalahan pemberian obat
dan cidera akibat restrain.

b. Keterbatasan Perawatan Diri.


Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan
dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah
lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut,
misal penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih,
dll. Pelayanan keperawatan bermutu jika pasien terpelihara
perawatan dirinya dan bebas dari penyakit yang disebabkan
oleh higiene yang buruk.

c. Kepuasan Pasien
Salah satu indikator penting lainnya dari pelayanan
keperawatan yang bermutu adalah kepuasan pasien. Tingginya
tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan
tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap
pelayanan keperawatan yang diharapkan.

d. Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau perasaan
tidak nyaman yang terjadi karena adanya sesuatu yang
dirasakan sebagai ancaman. Kecemasan yang masih ada
setelah intervensi keperawatan, dapat menjadi indikator klinik.

44
e. Kenyamanan
Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau
nyeri terkontrol. Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika
pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa nyeri dan
menyakitkan.

f. Pengetahuan
Indikator mutu lain adalah pengetahuan dimana salah
satunya diimplementasikan dalam program discharge planning.
Discharge planing adalah suatu proses yang dipakai sebagai
pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien
dari suatu tempat perawatan ke tempat lainnya. Dalam
perencanaan kepulangan, pasien dapat dipindahkan
kerumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing
home atau tempat tempat lain diluar rumah sakit.

3) Indikator Kondisi Pasien


a. Survey Masalah
Survey masalah keperawatan adalah survey masalah
keperawatan yang dibandingkan dengan standar NANDA
untuk pasien baru/her opname yang dilakukan untuk satu
periode waktu tertentu (satu bulan).

b. Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Audit dokumentasi adalah kegiatan mengevaluasi
dokumen asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh
perawat pelaksana. Di MPKP kegiatan audit dilakukan oleh
kepala ruangan, pada status setiap pasien yang telah pulang
atau meninggal dan hasil audit di buat rekapan dalam satu
bulan.

45
c. Survey Kepuasan
Menurut Philip Kotler, survey kepuasan pelanggan adalah
tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan
hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk
yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang.
Survey kepuasan yang akan dilakukan di ruang MPKP adalah
kepuasan pasien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain.
Di ruang MPKP survey kepuasan pasien dilakukan setiap
pasien pulang, diberikan saat selesai menyelesaikan
administrasi atau saat mempersiapkan pulang dengan cara
pasien dan keluarga mengisi angket yang disediakan.

M. Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


1. Pengertian
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan
empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-
prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa
layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut
sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan
pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien
tidak akan dapat terwujud.
Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat dibedakan menjadi
empat, yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
sistem MAKP. Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut
harus menjadi bahan pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan.

2. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dalam Perubahan MAKP


a. Kualitas Pelayanan Keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan
selalu berbicara mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:

46
1) Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen.
2) Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi.
3) Mempertahankan eksistensi institusi.
4) Meningkatkan kepuasan kerja.
5) Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan;
6) Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.
7) Pada pembahasan praktik keperawatan akan dijabarkan tentang
model praktik, metode praktik, dan standar.

b. Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan


Profesional
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat
akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek,
maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif
dan efisien.Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien. Mc Laughin, Thomas, dan Barterm
(1995) dalam sitorus 2019 mengidentifikasi delapan model
pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum
digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total,
keperawatan tim, dan keperawatan primer.
Dari beberapa metode yang ada, institusi pelayanan perlu
mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan.
Tetapi, setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk
menyeleksi model untuk mengelola asuhan keperawatan
berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana,
dan kebijakan rumah sakit. Oleh karena setiap perubahan akan
berakibat suatu stres sehingga perlu adanya antisipasi, “... jangan
mengubah suatu sistem...justru menambah permasalahan...” (Kurt
Lewin, 1951dikutip oleh Marquis dan Huston, 1998) dalam sitorus
2019. Terdapat enam unsur utama dalam penentuan pemilihan
metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis dan Huston, 1998:
143) dalam sitorus 2019.
47
c. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan
Keperawatan (MAKP)
1) Sesuai dengan visi dan misi institusi: Dasar utama penentuan
model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada
visi dan misi rumah sakit.
2) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan
keperawatan: Proses keperawatan merupakan unsur penting
terhadap kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien.
Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan
oleh pendekatan proses keperawatan.
3) Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya: Setiap suatu
perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan
efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun
baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai,
maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.
4) Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat:
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan
atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh
karena itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan
yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
5) Kepuasan dan kinerja perawat: Kelancaran pelaksanaan suatu
model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat.
Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustrasi
dalam pelaksanaannya.
6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan
tim kesehatan lainnya. Komunikasi secara profesional sesuai
dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar
pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan
diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal
yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

48
d. Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)
Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode
pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada lima metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan
akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren
pelayanan keperawatan.
1) Metode Penugasan
a) Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama
pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya,
merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di
bangsal.
Kelebihan Kelemahan
1. Manajemen klasik yang 1. Tidak memberikan
menekankan efisiensi, kepuasan pada pasien
pembagian tugas yang jelas maupun perawat.
dan pengawaan yang baik. 2. Pelayanan
2. Sangat baik untuk rumah keperawatan terpisah-
sakit yang kekurangan pisah, tidak dapat
tenaga. menerapkan proses
3. Perawat senior keperawatan.
menyibukkan diri dengan 3. Persepsi perawat
tugas manajerial, cenderung kepada
sedangkan perawat pasien tindakan yang
di serahkan kepada perawat berkaitan dengan
junior dan atau belum keterampilan saja.
berpengalaman.

49
2) Metode Keperawatan Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi
2-3 tim/grup yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.
Kelebihan Kelemahan
1. Memungkinkan pelayanan 1. Komunikasi antar
keperawatan yang anggota tim terbentuk
menyeluruh terutama dalam bentuk
2. Mendukung pelaksanaan konferensi tim, yang
proses keperawatan biasanya
3. Memungkinkan membutuhkan waktu
komunikasi antar tim dimana sulit untuk
sehingga konflik mudah melaksanakan pada
diatasi dan memberi waktu-waktu sibuk.
kepuasan kepada
anggota
tim.

Konsep Metode Tim :


1) Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu
menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar komunikasi yang
efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim
akan berhasil baik bila didukung oleh Kepala Ruang

3) Keperawatan Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan

50
pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara
si pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi
Asuhan Keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihan Kelemahan
1. Bersifat kontinuitas dan 1. Hanya dapat dilakukan
komprehensif. oleh perawat yang
2. Perawat primer memiliki pengalaman
mendapatkan akontabilitas dan pengetahuan yang
yang tinggi terhadap hasil memadai dengan
dan memungkinkan kriteria asertif, self
pengembangan diri direction, kemampuan
3. Keuntungan antara lain mengambil keputusan
terhadap pasien, pearawt, yang tepat, menguasai
dokter, dan rumah sakit keperawatan klinik,
(Gillies, 1989 ) akontable serta mampu
4. Keuntungan yang berkolaborasi dengan
dirasakan adalah pasien berbagai disiplin.
merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu.
Selain itu asuhan yang
diberikan bermutu tinggi
dan tercapai pelayanan
yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan,
proteksi, informasi dan
advokasi. Dokter juga
merasakan
kepuasan dengan model

51
primer karena senantiasa
mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien yang
selalu diperbaruhi dan
komprehensif.

4) Manajemen Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan
bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
pasien satu perawat, dan hal ini umumnyadilaksanakan untuk
perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti : isolasi,
intensive care.
Kelebihan Kelemahan
1. Perawat lebih memahami 1. Belum dapatnya
kasus per kasus diidentifikasi perawat
2. Sistem evaluasi dari penanggung jawab
manajerial menjadi lebih Perlu tenaga yang
mudah. cukup banyak dan
mempunyai
kemampuan dasar
yang sama.

52
5) Modifikasi : TIM PRIMER
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari
kedua sistem. Menurut Sitorus (2019) penetapan sistem model
MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan :
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
b. Keperawatan Tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada bagian TIM.
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akontabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu karena
saat ini jenis pendidikan perawat yang ada di RS, sebagian
besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat
bimbingan dari perawat primer /Ketua Tim tentang asuhan
keperawatan. Contoh (dikutip dari Sitorus, 2019)
Untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26
perawat. Dengan menggunakan model modifikasi
keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang
perawat primer (PP) dengan kualifikasi S1
Keperawatan/DIV Keperawatan, di samping seorang
kepala ruang rawat juga S1/DIV Kep. Perawat Asosciet
(PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiet
terdiri dari lulusan D3 Kep dan SPK (3 orang).
Pengelompokan Tim pada setiap shift/jaga terlihat pada
gambar di bawah ini.

53
6) Uraian Kerja
Uraian kerja Kepala Ruagan Perawat Primer, dan Perawat
Assosiet. Peran masing-masiing komponen kepala ruangan:
perawat primer, dan perawat assosciate.
Kepala ruangan Perawat Perawat Assosciate
(KARU) Primer (PP) (PA)
1. Menerima pasien 1. Membuat 1. Memeberikan
baru perencanaan ASKEP
2. Memimpin rapat ASKEP 2. Mengikuti timbang
3. Mengevaluasi 2. Mengadakan terima
kinerja perawat tindakan 3. Melaksanakan tugas
4. Membuat daftar kalaborasi yang didelegasikan
dinas 3. Memimpin 4. Mendokumentasikan
5. Perencanaan, timbang terima tindakan keperawatan
Pengawasan, 4. Mendelegasikan
Pengarahan tugas
5. Memimpin ronde
keperawatan
Menegevaluasi
pemberian
ASKEP
6. Bertangunggung
jawab terhadap
pasien
7. Memberi petunjuk
jika

54
N. Teori OPPE
Monitoring dan evaluasi anggota staf medis dilakukan terus menerus terhadap
kualitas dan keamanan asuhan klinis yang diberikan oleh setiap staf medis.
Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi praktik professional berkelanjutan (on
going professional praclice evaluation/OPPE) yakni upaya penilaian terhadap
kinerja profesonal yang dilakukan oleh staf medis secara terus menerus. Evaluasi
Praktik Professional Berkelanjutan (On going Professional Practice
Evaluation/OPPE) adalah upaya penilaian terhadap kinerja profesional yang
dilakukan oleh staf medis secara terus menerus. Evaluasi Praklik Professional
Terfokus (Focused Professional Practice Evaluation/FPPE) adalah upaya penilaian
terhada kinerja profesional yang dilakukan oleh staf medis terfokus. Digambarkan
seperti sebuah piramida, alasan evaluasi perlu dilakukan adalah besar/mengembang
di dasar piramida dan mengerucut/kecil pada puncak piramida. Alasan tersebut
adalah sebagai berikut (dasar ke puncak) :
1. Evaluasi kinerja professional berkesinambungan perlu dilakukan agar
direktur utama rumah sakit dapat memberikan surat penugasan klinis
terhadap praktisi kesehatan dalam hal ini staf medis yang bekerja dengan
baik dan professional.
2. Evaluasi kinerja professional berkesinambungan perlu dilakukan untuk
mengatur dan mengkomunikasikan harapan-harapan yang perlu dicapai oleh
staf medis tersebut.
3. Evaluasi kinerja professional berkesinambungan perlu dilakukan untuk
mengukur kinerja professional staf medis dengan harapan.
4. Evaluasi kinerja professional berkesinambungan perlu dilakukan untuk
menyediakan umpan balik secara periodik terhadap kinerja professional
yang telah dilakukan.
5. Evaluasi kinerja professional berkesinambungan perlu dilakukan untuk
mengatur kinerja professional yang kurang baik (tidak sesuai harapan).
6. Evaluasi kinerja professional berkesinambungan perlu dilakukan sebagai
aksi utnuk mengkoreksi kesalahan atau hal yang tidak sesuai .

55
Penilaian aktifitas staf medis dilakukan oleh otoritas internal atau ekstemal yang
layak, dalam hal ini adalah Ketua Kelompok Staf Medis dan diketahui serta
disetujui oleh Direktur Medis. Proses evaluasi yang terus menerus terhadap praktisi
profesional dilakukan secara objektif dan berbasis bukti. Hasil proses review tidak
menyebabkan adanya perubahan dalam tanggung jawab para staf medis, namun
dapat terjadi perluasan atau pembatasan tanggung jawab, masa konseling dan
pengawasan, atau kegiatan yang semestinya. Evaluasi dilakukan setiap waktu
sepanjang tahun, bila muncul fakta atas kinerja yang diragukan atau yang buruk,
dilakukan review serta mengambil tindakan yang tepat. Hasil review, tindakan
yang diambil dan setiap dampak atas kewenangan perlu didokumentasikan.

56
BAB III
ANALISA SITUASI

A. Analisa Hasil Pengkajian Manajemen Keperawatan


1. Man (M1)
a. Tenaga Keperawatan
1) Struktur Organisasi

Direktur
dr. David Hariadi M, Sp.OT., M.K.M
(MARS)

Wakil Direktur Pelayanan


dr. Nurliana Adriati Noor, MARS

Kepala Instalasi Rawat Inap Publik


Dr. Josephine MP

K. ADM. Umum
K. Perencanaan & K. Perningkatan Mutu
Logisitik & Sarana Kepala Ruangan
Evaluasi Pelayanan Instalasi
Prasarana
Ns.Arome Silalahi, S.Kep Ns. Siti Riyani, S.Kep
Ns. Subhan,S.Kep

Clinical Case Manager

Ketua Tim

Perawat Palaksana

57
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RAWAT INAP RUANG
ASTER

58
2) Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Tabel 1.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Nama Kualifikasi Masa Kerja
No
Jabatan Formal Sertifikat (Tahun)
BTCLS, Pelatihan
PPI, Manajemen
1. Ns. Widarti
S1 Ners Bangsal dan 6 Bulan
M, S.Kep
pelatihan
preseptor
Ns. Maria Assesor,
2.
Sri Hartati, S1 Ners Preseptorship, 8 Tahun
S.Kep BLS
Ike
3. D3 ESQ, BLS,
Wahyuni, 11 Tahun
Perawat Service Excellent
Amd. Kep
4. Siti Nur Aini D3
Pelatihan PPI 7 Tahun
Z, Amd. Kep Perawat
Astuty
5. D3
Rianur, BLS 28 Tahun
Perawat
Amd. Kep
6. Faisal, Amd. D3 ESQ, BLS, Code
8 Tahun
Kep Perawat Blue
Pelayanan
Yeni Sterilisasi, BTLS,
7. D3
Yulianti, BCLS, 12 Tahun
Perawat
Amd. Kep Komunikasi
Efektif
BLS, BTCLS,
Ahmad
8. D4 Emergency
Nursaid, 10 Tahun
Perawat Nursing, EKG,
SST
Perawatan Luka
Nurul Pencampuran
9. D3
Mujahidin, Obat dgn Teknik 3 Tahun
Perawat
Amd. Kep Aseptik
Elly
10. D3
Purnama S, Pelatihan PPI 7 Tahun
Perawat
Amd. Kep
Nur
11. D3 BLS, Service
Halimah, 5 Tahun
Perawat Excellent
Amd. Kep
12. Novri Satya D3
BLS 4 Tahun
P, Amd. Kep Perawat
Septiani
13. D3
Astuti, Amd. BTCLS 4 Tahun
Perawat
Kep
Rika
14. D3 BTCLS, Pelatihan
Ariyani, 4 Tahun
Perawat Plebotomi
Amd. Kep
15. Bedina, D3
BLS 28 Tahun
Amd. Kep Perawat
16. Fachrial, D3
BLS, BTCLS 7 Tahun
Amd. Kep Perawat
17. Nisfi D3 BTCLS
Mahalayani, Perawat 4 Tahun
Amd. Kep

59
Ns. Sembri Perawatan Luka
18.
Basuki, S1 Ners (CBWM), Cara 2 Tahun
S.Kep Pemakaian SDKI
Arnita Kallo
19. D3
Langi, Amd. BTCLS 3 Tahun
Perawat
Kep
Hj.
20. D3
Hernawati, BTCLS 21 Tahun
Perawat
Amd. Kep
21. Fitriani, D3
BTCLS 2 Tahun
Amd. Kep Perawat
22. Januar, D3
BTCLS 2 Tahun
Amd. Kep Perawat
23. Ns. Mulyati,
S1 Ners BTCLS 7 Tahun
S.Kep
24. Ernawati, D3
BTCLS Tahun
Amd..Kep Perawat
25. Nuraini, D3
BTCLS 4 Tahun
Amd..Kep Perawat
26. Hasmiani, D3
BTCLS Tahun
Amd..Kep Perawat
Ns. Yayuk
27.
Handayani, S1 Ners BTCLS 12 Tahun
S.Kep
28. Kasmiati, D3
BTCLS 10 Tahun
Amd..Kep Perawat
Ns.
29.
Muhniah, S1 Ners BTCLS Tahun
S.Kep
30. Rino Ponco, D3
BTCLS 4 Tahun
Amd..Kep Perawat
31. Sofyan, D3
BTCLS 4 Tahun
Amd..Kep Perawat
Heri
32. D3
Setiawan, BTCLS 2 Tahun
Perawat
Amd..Kep
Wina
33. D3
Mardiah P, BTCLS Tahun
N Perawat
Amd..Kep

Dari hasil distribusi data terdapat 22 perawat sudah


mendapatkan pelatihan BTCLS, dan 11 perawat belum
mendapatkan pelatihan BTCLS, 3 orang yang mengikuti
pelatihan PPI,1 orang yang mengikuti manajemen bangsal
dan pelatihan preseptor, 1 orang yang mengikuti asesor, 1
orang yang mengikuti perseptorsip, 9 orang yang
mengikuti BLS, 2 orang yang mengikuti ESQ, 2 orang
yang mengikuti Service Excellent, 1 orang mengikuti

60
pelatihan Code Blue, 1 orang yang mengikuti pelayanan
sterilisasi, 1 yang mengikuti komunikasi efektif, 1 orang
yang mengikuti Emergency Nursing, 1 orang mengikuti
pelatihan EKG, 2 yang mengikuti perawatan luka, 1 orang
yang mengikuti pelatihan plebotomi, 1 orang yang
mengikuti pelatihan cara pemakaian SDKI, 1 orang yang
megikuti pelatihan pencampuran obat dengan teknik
aseptik.
3) Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 1.2 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Jumlah Presentase %
Kelamin
Laki-laki 9 27%
Perempuan 24 73%
Jumlah 33 100%
Dari data diatas diketahui distribusi ketenagaan
berdasarkan jenis kelamin total 33 orang diketahui laki-
laki berjumlah 9 orang (27%) dan perempuan 24 orang
(73%).
4) Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 1.3 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Pendidikan Jumlah Presentase %
Ners 6 18%
S1 Kep 1 3%
D IV Kep 1 3%
D III Kep 25 76%
Jumlah 33 100%
Dari data diatas diketahui distribusi ketenagaan
berdasarkan tingkat pendidikan total 33 orang diketahui
Pendidikan Ners 6 orang (18%), S1 Kep 1 orang (3%), D
IV 1 orang (3%), D III 25 orang (76%) pendidikan
terbanyak 25 orang (76%) D III.

61
5) Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Level Kompetensi
Tabel 1.4 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Level
Kompetensi
Level
Jumlah Persentase %
Kompetensi
PK 12 36
PK 0 3 9
PK 1 4 12
PK 2 3 9
PK 3 11 33
Jumlah 33 100
PK adalah perawat klinik yaitu perawat yang memberikan
asuhan keperawatan langsung kepada pasien sebagai
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
PK PRE adalah memberikan asuhan keperawatan pada
sekelompok pasien di ruang rawat yang menjadi tanggung
jawabnya dari pasien datang sampai pulang, dengan aman
sesuai standar keselamatan pasien di rumah sakit.
PK 1 adalah perawat klinis 1 jenjang karir dengan
kemampuan melakukan asuhan keperawatan dasar dengan
penekanan pada keterampilan teknis keperawatan dibawah
bimbingan.
PK 2 adalah perawat klinis 2 jenjang karir dengan
kemampuan melakukan asuhan keperawatan holistic pada
klien secara mandiri dan mengelola klien/sekelompok
klien secara tim serta memperoleh bimbingan untuk
penanganan masalah lanjut/kompleks.
PK 3 adalah perawat klinis 3 jenjang karir dengan
kemampuan melakukan asuhan keperawatan komprehensif
pada area spesifik dan mengembangkan pelayanan
keperawatan berdasarkan bukti ilmiah dan melaksanakan
pembelajaran klinis.
Dari data diatas diketahui distribusi ketenagaan
berdasarkan level kompetensi total 33 orang (100%)

62
diketahui yang terbanyak level kompetensi PK 12 perawat
(36%).
6) Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien
Tabel 1.5 Kebutuhan Tenaga Perawat Sesuai Tingkat
Ketergantungan Pasien
Minimal Parsial Total Jumlah Klien
2 12 20 34
Pagi = 0,34 3,24 7,2 34
Siang = 0,28 1,8 0,6 34
Malam 3,6 4 34
Total 2,02 8,64 13,8 34

Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Jumlah Klien


Minimal Parsial Total
2 12 20 34
0% 5,6% 64,4% 100%
Berdasarkan Rumus Douglass :
∑ Perawat = ∑ Pasien x Derajat Ketergantungan
Dari data diatas didapatkan bawa pada tanggal 01 Agustus
2022 sebagian besar pasien mempunyai tingkat
ketergantungan total.
Tiap unit bangsal harus mempunyai perencanaan sistem
ketenagaan keperawatan untuk melaksanakan kebutuhan
pelayanan setiap shift kebutuhan staff keperawatan dasar
adalah jumlah minimal dari tenaga keperawatan setiap
unit/bangsal, sesuai dengan kebijakan rumah sakit yang
menentukan :
a) Jumlah hari dalam 1 tahun = 365 hari
b) Jumlah hari kerja non efektif dalam 1 tahun :
i. Jumlah hari minggu : 52 hari
ii. Jumlah hari libur nasional : 14 hari
iii. Jumlah cuti pertahun : 12 hari
Total hari libur kerja non efektif adalah : 78
c) Perhitungan jumlah jam kerja pertahun
i. Jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun –

63
jumlah hari kerja non efektif dalam 1 tahun =
365 – 78 = 287 hari
ii. Jumlah minggu = 287 : 7 = 41 minggu
iii. Jumlah jam kerja efektif dalam 1 tahun = 41
minggu x 40 jam = 1.640 jam
b. Tenaga Non Keperawatan
Tabel 1.6 Tenaga Non Keperawatan
Tenaga Non Jumlah Presentase %
Keperawatan
Administrasi 2 25%
Cleaning Service 4 50%
POS 2 25%
Jumlah 8 100%
Dari data diatas diketahui tenaga Non Keperawatan berjumlah 8
orang terbagi menjadi administrasi 2 orang (25%), cleaning
service 4 orang (50%), POS 2 orang (25%).
c. Tenaga Medis
Tabel 1.7 Tenaga Medis
Tenaga Medis Jumlah Presentase %
Dokter Bedah Umum 3 12
Dokter Bedah Onkologi 2 8
Dokter Bedah Saraf 5 19
Dokter Bedah Thorax 2 8
Dokter Bedah Orthopedi 3 12
Dokter Penyakit Dalam 8 31
Dokter Spresialis Gizi 2 8
Ahli Gizi 1 4
Total 26 100
Dari data diatas diketahui tenaga medis berjumlah 26 orang
(100%) dengan yang terbanyak ialah dokter penyakit dalam
berjumlah 8 orang (31%).
d. Persentase Kasus Terbanyak
Tabel 1.8 Kasus Terbanyak Bulan Juni-Juli 2022
Penyakit Jumlah Presentase %
CKD 31 22
Fraktur 23 16
Chronic Wound 19 13
Cedera Kepala 12 8
CKR 4 3
Multiple Impaksi 7 5
KNF 8 6
Ca.Mamae 5 3
Ca. Colon 4 3

64
CAD 4 3
DM 9 6
Ca. Paru 3 2
Batu Renal 6 4
Abses Mandibula 4 3
Efusi Pleura 4 3
Jumlah 143 100
Berdasarkan data pada bulan juni dan juli tahun 2022 berjumlah
15 penyakit (100%) dengan yang terbanyak ialah CKD dengan
berjumlah 31 pasien (22%).
Inteprtasi Hasil : untuk kasus CKD memiliki PAK , fraktur
memiliki PAK, Cronic Wound belum memiliki PAK, DM
memiliki PAK, KNF memiliki PAK, CKR memiliki PAK, Efusi
fleura tidak memiliki PAK, Ca paru memiliki PAK, Batu renal
memiliki PAK, Abses mandibula tidak memiliki PAK.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 3 agustus 2022, di 10
besar penyakit di ruang aster pada tahun 2022 ternyata ada
beberapa yang PAK nya idak ada, antara lain; Chronic Wound,
Multiple Impaksi, Ca. Colon, Abses Mandibula, dan Efusi
Pleura.
e. Kepuasan Pasien
Tabel 1.10 Kepuasan Pasien
Kepuasan Pasien Jumlah Persentase %
Puas 15 71
Tidak Puas 6 29
Total 21 100
Intrepretasi hasil :
Berdasarkan hasil pengkajian ke beberapa pasien dari total 34 di
dapatkan 21 pasien yang bersedia menjawab dan mengisi
kuisioner, 13 pasien lainnya tidak bersedia dengan alasan;
menolak untuk di berikan kuisioner, tidak adanya keluarga
mendampingi pasien, pasien sedang beristirahat.
Berdasarkan tabel kepuasan pasien didapatkan hasil hampir
semua pasien puas dengan pelayanan perawat di ruang aster
sebanyak 15 pasien (71%) dan sisanya masih tidak puas dengan
pelayanan perawat di ruang aster sebanyak 6 pasien (29%), di
buktikan dengan pengisian kuisioner beberapa pasien masih

65
belum puas jika mereka memanggil perawat tidak segera datang,
ketika pasien menanyakan terkait penyakitnya perawat belum
menyampaikannya dengan jelas dan belum sepenuhnya
dipahami oleh pasien, perawat jarang membuat pasien
bersemangat saat menghadapi penyakitnya, perawat jarang
mendatangi pasien saa sore/malam untuk menanyakan keluhan
mereka karena mereka lebih sering memberikan obat dll saat
waktu sore/malam.
f. Sasaran Keselamatan Pasien
1) Ketepatan Identifikasi Pasien
Ketepatan identifikasi pasien adalah suatu kesesuaian
pemberian tanda pasien yang mencakup nomor rekam
medis dan identitas pasien sesuai dengan SOP yang
berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab
Sjahranie Ketepatan identifikasi merupakan hak pasien.
Kebijakan atau prosedur sedikitnya memerlukan dua cara
mengidentifikasi seorang pasien seperti nama pasien,
nomor rekam medis, tanggal lahir yang terdapat pada
gelang identitas yang terpasang pada pasien.
Gelang identitas dibedakan dengan kriteria sebagai
berikut: gelang berwarna merah muda digunakan pada
pasien wanita, gelang warna biru digunakan pada pasien
laki-laki, gelang warna merah sebagai tanda alergi
terhadap suatu obat atau bahan makanan tertentu, gelang
warna kuning untuk penanda pada pasien yang memiliki
risiko jatuh, gelang warna ungu untuk pasien ‘do not
resuscitate’(DNR). Identifikasi pasien dilakukan sebelum
memberikan obat dan pemberian transfusi darah,
mengambil pemeriksaan laboratorium, sebelum
memberikan perawatan dan prosedur. Selama observasi
ditemukan perawat di Ruang Aster telah melakukan
ketepatan identifikasi pasien dengan benar.

66
2) Peningkatan Komunikasi Efektif
Komunikasi Efektif adalah komunikasi yang tepat sasaran
dan mencapai tujuan. Komunikasi dikatakan efektif jika,
informasi, ide atau pesan yang disampaikan dapat
diterima dan dipahami dengan baik sehingga terbentuk
kesamaan persepsi, perubahan perilaku atau saling
mendapatkan informasi atau menjadi paham. Komunikasi
Efektif yang diterapkan di Rumah Sakit Umum Daerah
Abdoel Wahab Sjahranie adalah dengan menggunakan
Strategi SBAR yang terdiri dari :
a) Situation
Yakni penjelasan situasi terkini yang terjadi pada
pasien
b) Background
Yakni informasi penting apa yang berhubungan
dengan kondisi dan latar belakang pasien terkini.
c) Assessment
Yakni hasil pengkajian kondisi pasien terkini/
terakhir
d) Recommendation
Yaitu rekomendasi apa yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah terhadap pasien.
Pada hasil observasi didapatkan Perawat di Ruang
Aster telah menggunakan SBAR dengan benar dan
didukung oleh adanya stempel SBAR.
Intepretasi Hasil : Hasil observasi operan yang kami
lakukan ditemukan bahwa saat operan tidak di sampaikan
kondisi pasien saat ini dan hasil pemeriksaan seperti
Tekanan darah, keluhan saat ini, dan tingkat kesadaran

67
pasien, hanya beberapa yang di sampaikan jika kondisi
pasien buruk atau GCS rendah/kesadaran pasien menurun.
3) Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert
medications) adalah obat yang sering menyebabkan
terjadi kesalahan / kesalahan serius (sentinel event), obat
yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome). Demikian pula obat-obat
yang tampak mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look- Alike Sound-Alike/
LASA). Pada ruang Aster untuk penyediaan elektrolit
konsentrat dikelola oleh Farmasi. Obat- obatan high alert
yang disimpan di ruang Aster telah di beri label yang jelas
dan disimpan pada troli yang dikunci.
4) Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, dan Tepat Pasien
Operasi
Rumah Sakit Abdoel Wahab Sjahranie sudah
menjalankan kebijakan dan/atau prosedur terkait pasien
operasi. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang
jelas (site marking) dan dapat dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam
proses penandaan/pemberi tanda.
a) Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau
proses lain untuk memverifikasi saat preoperasi
tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien
dan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional
b) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat
prosedur sign in, sebelum insisi/time-out tepat
sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan dan sign out.

68
c) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk
mendukung keseragaman proses untuk memastikan
tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan
gigi/dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
5) Pengurangan Resiko Terkait Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan Infeksi nosokomial atau infeksi yang
diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi yang tidak
diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan
setelah ± 72 jam berada di tempat tersebut. Infeksi
umumnya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan
kesehatan termasuk infeksi saluran kemih-terkait kateter,
infeksi aliran darah (blood stream infections) dan
pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi
mekanis).
Pokok dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi lain
adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Rumah
Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie telah
mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum
WHO Patient Safety), Rumah Sakit Daerah Abdoel
Wahab Sjahranie menerapkan program hand hygiene yang
efektif, kebijakan atau prosedur PPI dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan risiko
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. Pelaksanaan
Hand Hygine dengan melakukan 5 momen cuci tangan
yaitu:
a) Sebelum bersentuhan (kontak) dengan pasien.
b) Sebelum melakukan tindakan medis (asepsis)
c) Sesudah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien.
d) Sesudah bersentuhan dengan pasien.

69
e) Sesudah bersentuhan dengan lingkungan sekitar
pasien

Interpretasi Hasil :
Perawat Aster telah melakukan Hand Hygine sesuai
kebijakan dari PPI dengan angka penerapan Hand Hygine
100%.
6) Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
Risiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk jatuh yang
umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan/ atau
faktor fisiologis dapat berakibat cidera. Insiden jatuh tentu
akan merugikan pasien atau klien terutama secara fisik,
disi lain hal ini juga menyakut kualitas pelayan dari
sebuah rumah sakit. Sehingga tenaga kesehatan, staff
medis harus sangat memperhatikan kondisi pasien dengan
melaksanakan assesmen resiko jatuh dengan
menggunakan instrument yang tepat.
a) Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab
Sjahranie telah menetapkan standar pencegahan
dan penanganan risiko jatuh secara komprehensif
b) Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab
Sjahranie telah memiliki instrument untuk
identifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi jatuh
dengan menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh”.
Dan telah dipasang gelang resiko jatuh pada pasien
yang beresiko tinggi jatuh yang dilakukan oleh
perawat Ruang Aster

70
2. Material (M2)
a. Lokasi dan Denah Ruangan

Ruang
Ruang Alat
Obat

Nurse
Kamar 9 Kamar 7 Kamar 5 Kamar 3 Kamar 1
station
wanita wanita wanita wanita wanita
Tim 1

Selasar
Nurse Utama
Kamar Kamar 8 Kamar Kamar 4 Kamar 2 RS
pria station
10 pria pria isolasi 6 pria
Tim 2
G
U Toilet R.CCM Ruang
D
pegawai hendorer
A
N R. Karu
G

Di Ruangan Aster terdapat lantai 1 pada gedung, yang


terdiri dari ruang alat, ruang obat, gudang, toilet pegawai, ruang
CCM, ruang kaeu, ruang hendorer, nurse station tim 1, nurse
station tim 2, 5 kamar wanita, 4 kamar pria, 1 kamar isolasi.
b. Lingkungan Kerja dan Fasilitas Tempat Tidur
Berdasarkan hasil observasi, ruang perawatan aster ialah ruang
perawatan kelas 3 dengan total 10 kamar, 35 bed, 35 Oksigen.

71
c. Peralatan dan Fasilitas
Tabel 1.11 Alat Medis
1) Alat Medis

NAMA KONDISI ALAT


NO JML KET
BARANG
RUSAK BAIK
1 Ambubag 2 - 2 Baik (tidak di
dewasa pisah-pisah)
2 Bak 2 - 2 Semua instrumen
instrument disipakan oleh
sedang CSSD
3 Bak - - - Semua instrumen
instrument disipakan oleh
kecil CSSD
4 Bak kaca - - - Semua instrumen
disipakan oleh
CSSD
5 Bengkok - - - Semua instrumen
disipakan oleh
CSSD
6 Brankar 2 - 2 Baik
7 B M P set - - - Tidak ada
8 Buli buli 2 - 2 Baik
panas
9 Escap / Es 1/- - 1/- Baik
krah
10 Gunting Aff - - - Semua instrumen
heating disipakan oleh
CSSD
11 Gunting -/1 - -/1 Semua instrumen
jaringan/ disipakan oleh
gunting bulu CSSD
mata
12 Infuse fump 2 - 2 Baik
13 Instrumen - - - Semua instrumen
set disipakan oleh
CSSD
14 Irrigator 1 - 1 Baik
15 Kom stainlis - Semua instrumen
sedang disipakan oleh
CSSD
16 Kasur 2 - 2 Baik
elektrik
17 Kasur HNP 1 - 1 Baik

72
18 Korentang/ - - - Semua instrumen
tempatnya disipakan oleh
CSSD
19 Nebulizer 1 - 1 Baik
20 Oxymetri 1 - 1 Baik
21 Pinset 6 - 6 Semua instrumen
anatomis disipakan oleh
kecil CSSD
22 Pinset 6 - 6 Semua instrumen
serugis disipakan oleh
CSSD
23 Pispot 18 - 18 Semua instrumen
stainless disipakan oleh
CSSD
24 Pot Tempat - - - Tidak ada
muntah
tutup
25 Regulator 51 51 Baik
dinding
26 Regulator - - - BHP
tabung
27 Suction 1 - 1 Baik
fortabel
28 Selang O2 - - - BHP
29 Syring pump 4 - 4 Biak
30 Standar 17/26 - 17/26 Baik
infus
roda/Bed
31 Stetoscop 4 - 4 Baik
dewasa
32 Stomper + 1 - 1 Baik
martil
33 Tabung - - - IPRSS
O2besar
34 Tabung O2 2 - 2 Baik
kecil
35 Tensimeter 1 3 Rusak satu
dewasa
36 Thermomete 4 4 Baik
r
37 Timbangan 1 - 1 Baik
dewasa
38 Timbangan 1 - 1 Baik
tinggi badan
39 Tong spatel 1 - 1 Baik
40 Tromol - - - Semua instrumen
besar disipakan oleh
CSSD
41 Tromol kecil - - - Tidak ada
42 Urinal - - - Tidak ada
plastic
43 Urinal 19 - 19 Baik
stenles
44 Vene sectie - - - Tidak ada
set
45 Klem - - - Semua instrumen

73
disipakan oleh
CSSD
46 Standar 30 - 30 Baik
infuse bed
47 Lampu baca 1 - 1 Baik
foto rongent

2) Peralatan Umum / Alat Rumah Tangga


Tabel 1.12 Peralatan Umum / Alat Rumah Tangga

74
Kondisi Alat Keteranga
No Nama Barang Jumlah
Rusak Baik n
1 AC ( Air 17 1 16 Satu AC
Conditioning) dalam
kondisi
rusak
2 APAR 2 - 2 Baik
3 Bunga 0 - 0 Tidak ada
4 Bantal 53 18 35 18 bantal
merupakan
bantal
kapuk
5 Box Darah 1 - 1 Baik
6 Box rendam 2 - 2
Baik
instrument
7 Box alat tenun 1 1 1
kotor
Baik
(merah)dan
bersih (biru)
8 Box alat tenun 1 - 1
Baik
(merah)
9 Vacutainer 1 - 1 Vacutainer
edta/vacutiner edta dalam
bentuk box
dalam
kondisi
baik
10 Box 1 - 1
pengantaran
Baik
sampel
laboratorium
11 Cermin 1 - 1 Baik
12 Cermis (alat - - -
Tidak ada
cukur)
13 Ember besar 21 - 21
Baik
plastic
14 Dispenser 1 - 1 Baik
15 Ember besar 6 - 6
Baik
sampah
16 Ember sedang - - - Tidak ada
17 Ember kecil t4 5 - 5
Baik
membuang ut
18 Gayung mandi 21 - 21 Baik
19 Jam dinding 2 - 2
Baik

20 Keset kaki 2 - 2 Baik


21 Kipas angin 2 - 2
Baik
berdiri
22 Kipas angin - - -
Tidak ada
gantung
23 komputer biling 3 - 3
Baik
system
24 Konter 4 - 4 Baik
25 Kulkas berdiri 3 3 Baik
26 Kulkas portable - - - Tidak ada
27 Kursi roda 5 - 5 Baik
28 Kursi rapat75 30 - 30
Baik
plastik hijau
29 Kursi kerja 10 - 10
Baik
beroda
30 Kursi pasien 53 53 Baik
3) Penunjang Administrasi
Tabel 1.13 Penunjang Administrasi
No Nama Barang Keterangan
1 Buku timbang terima Ada
2 SOP (2018) dan SAK(2015) Ada
3 Buku obat dan alat Ada
4 Format Pemberian obat Ada
5 Format discharge planning Ada
6 Format persetujuan tindakan pasien Ada
7 Format persetujuan pulang atas permintaan Ada
sendiri
8 Format pengirian laboratorium Ada
9 Format konsul dokter Ada
10 Format cek list operasi Ada
11 Format visite harian Ada
12 Format surat kematian Ada
13 Format surat kematian Ada
14 Format keterangan pengambilan jenazah Ada
15 Jadwal dokter jaga Tidak ada
16 Format rehabilitasi medic Ada
17 Format penolakan tindakan ada Ada
18 Format permintaan pemeriksaan radiologi Ada
19 Format perminaan darah untuk transfuse Ada
20 Format gravik vital sign Ada
21 Daftar dinas pegawai keperawatan Ada
22 Papan jadwal operasi Tidak ada
Intrepretasi Hasil :
Pada alat yang berada di ruangan Aster terdapat beberapa
alat yang tidak ada penjelasan seperti cara penggunaan alat
tabung Oksigen, Nebulizer yang tidak terlampir cara
penggunaan (SOP), Bed pasien tidak terdapat etiket atau
label untuk mengatur posisi kasur karena dari awal bed
datang keruangan tidak terlampir etiket tersebut. Lemari
obat yang kurang identifikasi pasien seperti kurang
lengkap dan masih ada yang mencantumkan identitas
pasien, Wastafel terdapat penggunaan cara mencuci
tangan 6 langkah, setiap kamar pasien terdapat informasi
tentang penggunanaan masker dan visi misi atau peraturan
keperawatan dan terdapat APPAR dan cara
penggunaannya.
4) Fasilitas Untuk Petugas Kesehatan

76
a) Ruangan kepala Ruangan terpisah dengan nurse
station letaknya berada di depan sebelah kiri
samping Ruangan tindakan.
b) Kamar mandi dan WC terdapat bersampingan
dengan Ruangan istirahat perawat.
c) Ruangan konsultasi dokter tergabung dengan nurse
station.
d) Ruangan pertemuan terletak di belakang gedung.
e) Tierdapat mushola dekat nurse station
f) Terdapat nurse station di bagian tengah Ruangan.
g) Gudang terletak di belakang
h) Ruangan Spoel Hock terletak dekat nurse station
terima pasien baru
i) Ruangan obat di belakang nurse station terima
pasien
Intrepretasi Hasil :
Hasil dari observasi yang ada bahwa letak Ruangan kepala
Ruangan sudah strategis karena dekat dengan nurse
station.
5) Fasilitas Untuk Pasien
a) Ruangan rawat inap yang terdiri dari Ruangan kelas
III.
b) Ruangan di lengkapi dengan 34 tempat tidur. 34 O2
sentral, 34 lemari, 10 Kamar mandi dan WC terdapat
di dalam Ruangan masing-masing Ruangan yang
dilengkapi pispot dan urinial.
c) Kamar dilengkapi dengan satu buah AC dan jumlah
lampu sesuai dengan jumlah tempat tidur .
d) Kamar dilengkapi dengan 1 botol hand rub.
Berdasarkan hasil observasi, ruang perawatan aster
ialah ruang perawatan kelas 3 dengan total 10
kamar, 34 bed, 34 Oksigen. Kamar mandi tergabung

77
WC masing–masing 1 tiap Ruangan. Masing-masing
kamar tersedia pendingin Ruangan (AC), masing -
masing bed tersedia 1 kursi untuk tempat duduk
dengan penerangan yang baik.
Interpretasi Hasil :
Dari hasil observasi kamar tidur yang digunakan pasien
layak, tertutup tirai per kamar tidurnya, kamar mandi
layak di gunakan, penerangan cukup, lantai dan dinding
tidak retak.

3. Metode (M3)
a. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
1) Uraian Tugas
a) Kepala Ruangan
Uraian Tugas :
i. Melaksanakan fungsi perencanaan (P1)
meliputi :
- Menyusun rencana kerja Kepala Ruangan
- Berperan serta menyusun falsafah dan
tujuan pelayanan keperawatan di ruang
rawat yang bersangkutan
- Menyusun rencana kebutuhan tenaga
keperawatan dari segi jumlah maupun
kualifikasi untuk di ruang rawat,
koordinasi dengan Kepala Instalasi
Keperawatan
ii. Melaksanakan fungsi penggerakan dan
pelaksanaan (P2) meliputi :
- Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh
kegiatan pelayanan di ruang rawat,

78
melalui kerja sama dengan petugas lain
yang bertugas di ruang rawatnya
- Menyusun jadwal/daftar dinas tenaga
keperawatan dan tenaga lain sesuai
kebutuhan pelayanan dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit
- Melaksanakan orientasi kepada tenaga
keperawatan baru/tenaga lain yang kerja
di ruang rawat inap
- Memberi orientasi kepada
pasien/keluarganya meliputi: penjelasan
tentang peraturan rumah sakit, tata tertib
ruang rawat, fasilitas yang ada dan cara
penggunaanya serta kegiatan rutin sehari-
hari
- Membimbing tenaga keperawatan untuk
melaksanakan pelayanan/asuhan
keperawatan sesuai standar
- Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-
waktu dengan staf keperawatan dan
petugas lain yang bertugas di ruang
rawatnya
- Memberi kesempatan/ijin kepada staf
keperawatan untuk mengikuti kegiatan
ilmiah/penataran dengan koordinasi
Kepala Instalasi/Kepala Bidang
Keperawatan
- Mengupayakan pengadaan peralatan dan
obat-obatan sesuai kebutuhan berdasarkan
ketentuan/kebijakan rumah sakit

79
- Mengatur dan mengkoordianasikan
pemeliharaan alat agar selalu dalam
keadaan siap pakai
- Mengelompokkan pasien dan mengatur
penempatan di ruang rawat menurut
tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi,
untuk kelancaran pemberian asuhan
keperawatan
- Mengendalikan kualitas sistem pencatatan
dan pelaporan asuhan keperawatan dan
kegiatan lain secara tepat dan benar. Hal
ini penting untuk tindakan keperawatan
- Memberi motivasi kepada petugas dalam
memelihara kebersihan lingkungan ruang
rawat
- Meneliti pengisian formulir sensus harian
pasien di ruang rawat
- Meneliti/memeriksa pengisian daftar
permintaan makanan pasien berdasarkan
macam dan jenis makan pasien
- Meneliti/memeriksa ulang pada saat
penyajian makanan pasien sesuai dengan
program dietnya
- Menyimpan berkas catatan medis pasien
dalam masa perawatan diruang rawatnya
dan selanjutnya mengembalikan berkas
tersebut ke bagian medical Record bila
pasien keluar/pulang dari ruang rawat
tersebut
- Membuat laporan harian mengenai
pelaksanaan asuhan keperawatan serta

80
kegiatan lainnya di ruang rawat,
disampaikan kepada atasannya
- Memberi penyuluhan kesehatan kepada
pasien/keluarga sesuai kebutuhan dasar
dalam batas wewenangnya
- Melakukan serah terima pasien dan lain-
lain pada saat pergantian dinas
Interpretasi Hasil : Dari hasil wawancara didapatkan
pada sub fungsi perencanaan karu melaksanakan tugas dan
rencana kerja sesuai dengan visi misi keperawatan rumah
sakit. Dalam pengajuan perencanaan anggaran karu
mengatakan mengajukan Bhp (Bahan Habis Pakai) setiap
bulannya yang dikirmkan ke instalasi rawat inap yang
kemudian dikelola ke bagian manajemen. Sedangkan
dalam perencanaan fasilitas dan sarana untuk menunjang
pelayanan keperawatan dilakukan setiap bulan ke instalasi
rawat inap. Dalam peningkatan kualitas asuhan
keperawatan di ruangan karu membuat rencana
peningkatan dengan supervisi, monitoring, dan evaluasi.
Pada sub fungsi pengorganisasian, dalam metode
pemberian asuhan keperawatan yang digunakan diruangan
adalah metode TIM karena lebih efektif dan efisien. Karu
juga mengatakan mempunyai uraian tugas yang menjadi
acuan dalam menjalankan tugas dan karu membagi tugas
sesuai dengan kompetensi dan pendidikannya dalam
melaksanakan tindakan dan asuhan keperawatan.
Pada sub fungsi ketenagaan karu mengatakan tenaga
diruangan sudah mencukupi baik dari segi kompetensi
diruangan dan pengaturan jadwal dinas yang dibuat oleh
kepala ruangan. Karu juga memberikan orientasi pada
tenaga perawat baru diruangan.

81
Pada sub fungsi pengarahan karu selalu mengadakan
pertemuan rutin 3 bulan sekali untuk membahas keadaan
ruangan dan melakukan evaluasi. Selain itu karu
melakukan supervisi ke CCM dan katim setiap sebulan
sekali yang terjadwal dalam time table kegiatan. Untuk
meningkatkan mutu pelayanan diruangan karu
memberikan reward kepada staf yang penilaian kinerja
baik dan memberikan teguran kepada staf yang penilaian
kinerjanya kurang baik.
Pada sub fungsi pengendalian didapatkan hasil program
pengendalian mutu diruangan aster dilaporkan setiap bulan
ke tim mutu dan selama ini tidak ada hambatan karena
selalu dievaluasi oleh rumah sakit, pada dokumentasi
asuhan keperawatan dilakukan supervisi setiap harinya
saat hand over sedangkan terkait SPO dan SAK evaluasi
dilakukan dengan mensupervisi perawat ruangan. Apabila
ada kesalahan pada pendokumentasian akan langsung
ditindaklanjuti melalui buku catatan dan dilakukan brefing
kembali.
b) CCM
Uraian Tugas :
i. Melaksanakan fungsi perencanaan ( P1) meliputi :
- Menyusun rencana kerja Clinical Care
Manager
- Membantu menyusun rancangan kebutuhan
tenga keperawatan dan peralatan keperawatan
- Membantu menyusun rancangan protap /SPO,
asuhan keperawatan yang efektif dan efisien
- Membantu menyusun rancangan jadwal dinas
tenaga keperawatan
ii. Melaksnakan fungsi penyerahan dan pelaksanaan
( P2) meliputi :

82
- Melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan
- Mengkoordinasikan tenaga keperawatan sesuai
kebutuhan pelayanan keperawatan pada
ruangan tersebut
- Memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
mahasiswa keperawatan
- Membuat rancangan jadwal dinas tenaga
keperawatan
- Membuat rancangan kebutuhan tenaga
keperawatan dan peralatan keperawatan
iii. Melaksnakan fungsi pengawasan, pengendalian dan
penilaian (P3), meliputi :
- Mengendalikan dan menilai pelaksanaan
asuhan keperawatan yang telah ditentukan
- Mengawasi dan menilai perilaku,etika dan
kinerja mahasiswa keperawatan dalam praktik
memperoleh pengalaman yang sesuai dengan
tujuan praktik
- Mengendalikan dan mengawasi penggunaan
peralatan keperawatan dan obat – obatan yang
ada diruangan tersebut
- Mengawasi dan menilai mutu asuhan
iv. Turut serta dalam peningkatan mutu dan patient
safety
Interpretasi Hasil :
(2 Agustus 2022) (13.15) Terkait M1 atau man, ada beberap
a hal yang telah di tanyakan kepada karu, katim, dan ccm se
rta perawat pelaksana, di antaranya adalah dalam penerapan
struktur organisasi yang di gunakan saat ini, struktur organis
asinya ada, dan struktur yang ada saat ini telah sesuai denga
n sistem yang sedang berjalan, dalaam penerapan tuposi ker
ja juga telah sesuai per bidangnya, dan di lapangan atau rua

83
ng aster salah satu bentuk penerapannya ccm akan membagi
kan PP sesuai jumlah pasien di pagi hari, terkait kualifikasi
sdm, terdapat beberapa kualifikasi yang telah di tetapkan ol
eh manajemen tetapi untuk ccm untuk saat ini belum ada ku
alifikasi khusus dan di tunjuk langsng oleh karu. Secara kes
eluruhan perawat di ruangan memilii sertifikat kompetensi d
an sertifikat pendukung lainnya, dalam implemetasinya pera
wat telah melaksanakan peran fungsinya sebagai tenaga Kes
ehatan dengan baik, di konfirmasi oleh pihak ccm kasus ter
banyak dalam tiga bulan terkahir adalah pasien dengan diag
nose CKD, (data supervise/jadwal bisa di tanyakan ke karu)
(2 Agustus 2022) M2 (Material) secara keseluruhan kondisi
ruangan Aster baik dan sudah sesuai dengan ketentuan, dala
m upaya meningkatkan pelayanan dan menambah kapasitas
rawat atau jumlah bed dalam ruang perawatan telah di renca
nakan untuk pemindahan ruangan aster. Peralatan medis kes
eluruhan sudah lengkap hanya ada beberapa alat yang perlu
pembaharuan, telah di ajukan tetapi belum adanya ketersedi
aan dana menjadi hambatan dalam hal tersebut, terkait ruan
gan keseluruhan telah memadai namun masih belum tersedi
a ruang khusus diskusi mahasiswa, papan jadwal operasi da
n jadwal visit dokter tidak tersedia di papan, karena jadwal
operasi merupakan privasi pasien dan hanya terdapat di rua
ng OK, untuk konvirmasi jadwal di ruangan menggnakan m
edia wa untuk koordinasi, laporan visit dokter tidak di buatk
an papan khusus hanya di susun dalam bentuk dokumen ata
u file dalam ruangan ccm, format yang di perlukan dalam pe
layanan juga telah tersedia, ruang konsul dokter tidak tersed
ia, biasanya di ruangan akan menggunakan nurse station ata
u langsung ke ruang perawatan, jumlah bed dalam ruang per
awatan ada 34, lemari 34, oksigen sentral 34 dalam keadaan

84
berfungsi dengan baik, dan kamar kecil 18 dengan kondisi b
ersih dan berfungsi dengan baik.
(2 Agustus 2022) Secara keseluruhan metode atau M3 terka
it sistem pemberian asuhan keperawawtan, kepala ruangan,
katim dan perawat pelaksana, timbang terima, dan pre post
konfrens di ruang aster akan di laksanakan pada pagi siang
dan malam hari di mana ccm akan membagikan pp sesuai ju
mlah pasien yang ada, keseluruhan kegiatan metode akan di
lakukan observasi langsung langsung oleh mahasiswa.
M5 bed ruang rawat, lama pasien di rawat, dan tempat tidur
yang tidak di tempat bernilai ideal, rotasi pasien di ruang ast
er cukup cepat, bahkan saat pasien di rencanakan pulang, pi
ndah ruangan, atau ada kasus kematian, bed yang ada sudah
di booking oleh pasien lain sehingg minim sekali bed koson
g di ruang aster, untuk pasien pulang biasanya tergantung k
asus penyakit, persetujuan pasien, dan dpjp pasien. Proses p
engkajian telah di laksanakan dengan baik dan sesuai forma
t pengkajian rawat inap.
Terkait poin m6 atau machine, ketersedian spo di ruangan
merupakan instrument tahun 2019, keseluruhan sudah lengk
ap sesuai jumlah Tindakan keperawatan namun untuk saat i
ni masih kurang terkait beberapa spo Tindakan yang terbaru
seperti spo melepas kateter, melepas ngt dan lain sebagainy
a. Dalam 3 bulan terakhi ada 1 kejadian tidak di inginkan ya
itu perawat tertusuk jarum dan sudah di laporkan ke ppi, sel
uruh perawat ruangan sudah memahami terkait alur pelapor
an bila ada kejadian yang tidak di inginkan seperti tertusuk j
arum.
c) Ketua Tim
Uraian Tugas:
i. Pengkajian

85
Mengidentifikasi masalah yang terkait fungsi-fungsi
manajemen
ii. Perencanaan
- Bersama karu melaksanakan serah terima
tugas
- Bersama karu melakukan pembagian tugas
- Menyusun rencana asuhan keperawatan
sekelompok klien
- Mengidentifikasi kesiapan keperluan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan
- Melakukan ronde keperawatan bersama kepala
ruangan
- Mengorientasikan klien baru pada lingkungan
- Melakukan pelaporan dan
pendokumentasianrencana keperawatan dan
lembar kerja
iii. Implementasi
Interpretasi Hasil :
(3 Agustus 2022) (08.35) struktur yang ada saat ini sudah
berjalan dengan baik, dari segi katim sendiri memiliki
beberapa tupoksi diantaranya mengikuti hand over,
melakukan pembagian pasien ke perawat pelaksana,
menyampaikan rekomendasi dari dokter ke perawat
pelaksana, dan melaporkan pasien yang diobservasi ke
dokter.
(3 Agustus 2022), waktu penyampaian timbang terima
sudah sesuai dan menggunakan komunioasi efektif dan
SBAR, beberapa kesalahan yang mungkin terjadi adalah
pendokumentasian seperti pengisian RM yang kurang
tepat, Katim juga mengatakan ada supervisi dari kepala
ruangan dan beberapa kali mendapat masukan.

86
Katim mengatakan bahwa setiap 1 Tim bertanggung jawab
5 kamar atau setidaknya 16 pasien dengan perawat
pelaksana setidaknya 8 saat pagi hari, untuk pelaksanaan
pasien safety katim mengatakan sudah berjalan cukup
maksimal karena tidak ada insiden keselamatan pasien
yang terjadi di ruangan.
Terkait poin m6 atau machine, katim mengatakan untuk
SPO yang digunakan saat ini memang masih
menggunakan rujukan tahun 2019 dan belum ada update
dari rumah sakit dan beberapa SPO memang belum ada.
Untuk kejadian yang terjadi di ruangan dalam 3 bulan ini
tidak ada baik KTD dll.

d) Perawat Klinik/PA
Uraian Tugas :
i. Memelihara kebersihan ruang rawat dan
lingkungannya
ii. Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan
yang berlaku
iii. Membahas kasus dan upaya meningkatkan mutu
asuhan keperawatan
iv. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur
secara bergilir sesuai jadwal dinas
v. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh
Kepala Ruang Rawat Inap atau Unit terkait
vi. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di
bidang keperawatan, antara lain melalui pertemuan
ilimiah dan penataran atas izin/persetujuan atasan
vii. Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan
asuhan keperawatan yang tepat dan benar sesuai
Standar Asuhan Keperawatan

87
viii. Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas
pengganti secara lisan maupun tertulis, pada saat
pergantian dinas
ix. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien
dan keluarganya sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan pasien mengenai :
- Program diet
- Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara
penggunaanya
- Pentingnya pemeriksaan ulang di rumah sakit,
Puskesmas atau institusi kesehatan ini
- Cara hidup sehat, seperti pengaturan istirahat,
makanan yang bergizi atau bahan pengganti
sesuai dengan keadaan sosial ekonomi
b. Timbang Terima
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi selama 3 hari yaitu
dari tanggal 01 Agustus– 03 Agustus 2022, didapatkan kegiatan
timbang terima dilakukan setiap pergantian shift, yaitu pagi jam
07.30, sore 14.30, dan malam 21.30. Timbang terima dilakukan
oleh perawat yang selesai jam kerja dan perawat yang masuk
shift kerja di ruang hndover untuk membahas kondisi klien.
Timbang terima mencakup nama pasien, kondisi pasien, rencana
tindakan, dan observasi pada pasien. Selanjutnya perawat yang
akan dinas melakukan validasi data dengan membawa buku
laporan perawat dan diikuti perawat dinas shift sebelumnya.
Saran dan Usulan :
Diharapkan timbang terima dilakukan oleh semua anggota
perawat yang akan berganti dinas dan perawat shift selanjutnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam timbang terima (Nursalam,
2013)
1) Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift
2) Dipimpin oleh kepala Ruangan atau ketua tim

88
3) Dilaksanakan oleh semua perawat yang telah dan yang
akan dinas
4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,
sistematis dan menggam’mbarkan kondisi pasien saat ini
serta menjaga kerahasiaan pasien.
5) Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6) Pada saat operan di kamar pasien, menggunakan volume
suara yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak
mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang
dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung didekat pasien.
7) Sesuatu yaang mungkin membuat klien terkejut dan syok
sebaiknya di bicarakan di nurse station.

8) Alur operan

Pasien

Diagnosis Medis Diagnosis Keperawatan


Masalah Kolaboratif (didukung data)

Tindakan

Telah dilakukan Belum dilakukan

Perkembangan/
keadaan pasien

Masalah :
1. Teratasi
2. Belum teratasi
3. Teratasi sebagian
4. Muncul masalah baru

c. Ronde Keperawatan

89
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan serta
CCM di Ruang Aster diperoleh informasi bahwa sebagian dari
mereka mengerti tentang ronde keperawatan tapi tidak pernah
dilakukan. Berdasarkan hasil observasi kemungkinan yang
menjadi kendala dalam kegiatan ronde keperawatan karena
jumlah tenaga perawat yang tidak sebanding dengan jumlah
pasien, kesibukan dokter dan kurangnya pemahaman tentang
pentingnya kegiatan ronde keperawatan.
d. Supervise Keperawatan
Dari hasil observasi dan wawancara dan pengisi kuesioner
dengan kepala Ruangan dari tanggal 01-03Agustus 2022,
didapatkan bahwa data supervisi di Ruangan dilakukan oleh
kepala Ruangan belum optimal karena supervisi Askep, kondisi
pasien dan kinerja staff belum ada format yang baku dan piket
keperawatan hanya melakukan supervisi absen kehadiran
perawat dinas Ruangan. Belum ada format supervisi yang baku
yang digunakan oleh Kepala Ruangan.
Saran :
1) Supervisi keperawatan sebaiknya tidak hanya dilakukan
oleh kepala Ruangan, tapi ketua tim dapat melakukan
supervisi terhadap anggota lain.
2) Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan pada saat sebelum
pertukaran shift, pada waktu mulai shift, sepanjang hari
dinas, sekali dalam sehari dan sebelum pulang.
3) Disediakannya format kegiatan supervisi yang meliputi :
a) Instrumen Supervisi Asuhan Keperawatan Pasien
Secara Langsung.
b) Instrumen Supervisi Pada Kepala Ruangan.
c) Instrumen Supervisi Pada Perawatan Primer / Ketua
Tim
e. Discharge Planning

90
Discharge Planning di RuanganAster dilakukan pada pasien
yang sudah diperbolehkan pulang. Discharge planning dilakukan
oleh perawat. Berdasarkan hasil wawancara, proses dari
discharge planning yang dilakukan dengan cara perawat yang
bertugas pada shift tersebut yang bertugas mengisi dan yang
merencanakan discharge planning kemudian dilaporkan kepada
ketua tim, dilakukan pada saat menerima pasien baru.
f. Penerimaan Pasien Baru
1) Tidak dilakukan bedsite teaching pasin baru.
2) Tidak dilakukan greeting penrimaan pasien baru.
3) Pemeriksaan fisik tidak dilakukan secara komprehensif.
4) Rekonsiliasi tidak dilakukan secara konsisten.
g. Sentralisasi Obat
1) Pelaksanaan sentralisasi obat belum maksimal.
2) Persiapan obat/pencampuran obat masih
dilakukan/disiapkan di ruangan bukan didepan pasien.
h. Dokumentasi
1) Pengkajian awal pasien masuk belum lengkap diisi
(riwayat penyakit keluarga, identitas pasien, status
mental).
2) Diagnose keperawatan yang diangkat belum sesuai
standar 3S (diagnose actual tidak disertai data mayor dan
minor, masalah keperawatan tidak menggunakan
membaik/ meningkat/ menurun, intervensi keperawatan
belum lengkap)
3) Diagnose keperawatan yang diangkat tidak sesuai dengan
keluhan utama pasien.
4) Belum semua tindakan keperawatan didokumentasikan.
5) Beberapa pendokumentasian tidak segera dilakukan
setelah melakukan tetapi kadang-kadang dilengkapi Saat
keadaan ruangan memungkinkan
6) CPPT tidak berkesinambungan dan kurang lengkap.

91
i. Kepuasan Kinerja Perawat
Tabel 1.14 Kepuasan Kinerja Perawat

Kepuasan Kinerja Jumlah Persentase %


Perawat
Puas 14 58
Tidak Puas 10 42
Total 24 100
Berdasarkan tabel kepuasan kerja perawat didapatkan hasil
perawat puas dengan kinerja RSUD. AWS di ruang aster
sebanyak 14 perawat (58%) dan sisanya masih tidak puas
dengan kinerja RSUD. AWS di ruang aster sebanyak 10 perawat
(42%), angka ini cukup tinggi dan di buktikan dengan pengisian
kuisioner beberapa perawat mengatakan rumah sakit belum
memberikan penghargaan kepada perawat yang berprestasi,
rumah sakit belum sepenuhnya memberikan kesempatan kepada
perawat untuk membeikan ide demi kemajuan pelayanan,
pengembangan karir perawat di rs ini masih belum jelas, rumah
sakit belum memperhatikan kesejahteraan perawat, gaji yang
perawat terima belum sesuai dengan pekerjaan nya, gaji yang
perawat terima belum sesuai dengan harapan mereka, gaji yang
perawat terima belum dapat memenuhi kebutuhan hidup
mereka, dan rekan rekan mereka mengatakan belum puas
dengan gaji yang mereka peroleh saat ini.
j. Kuisioner Perawat Pelaksana
1) Perencanaan
Diagram 1.1 Perencanaan
120%
100% 100% 100%
100% 90% 90%
85%
80%
80% 70% 70%
65%
60% YA
TIDAK
40%

20%

0%
P1 P2 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14

92
Dari hasil data kuesioner yang telah dikumpulkan pada
tanggal 01 Agustus – 03 Agustus 2022 didapatkan bahwa
dari P1 tentang visi dan misi RS dari 100% masih ada
20% perawat yang tidak mengetahui dan memahami visi
dan misi rs. Dari hasil P2 di dapatkan bahwa 100%
perawat mempunyai uraian tugas yang jelas. Pada hasil P7
didapatkan bahwa 100% di Unit kerja tempat perawat
bekerja sudah ada SAK dan SPO. Pada hasil P8 dari 100%
masih ada 30% perawat tidak menggunakan metode
tingkat ketergantungan pasien dalam pemberian asuhan
keperawatan. Pada hasil P9 dari 100%, masih ada 30%
perawat yang tidak mampu menggunakan penilaian
tingkat ketergantungan pasien dalam pemberian asuhan
keperawatan. Pada P10 didapatkan dari 100%, masih ada
10% perawat yang menjawab fasilitas peralatan yang ada
masih tidak memadai untuk pemberian asuhan
keperawatan. Pada P11 dari 100% perawat mengatakan
ada pendidikan berkelanjutan bagi perawat. Pada P12 dari
100%, masih ada 15% perawat yang mengatakan tidak ada
jenjang karir fungsional yang di tetapkan RS bagi
perawat. Pada P13 dari 100% masih ada 10% perawat
mengatakan tidak ada sistem penilaian kerja, Pada P14
dari 100% masih ada 35% perawat menjawab penilaian
kinerja tersebut tidak mempengaruhi peningkatan karir
perawat
2) Pengorganisasian
Diagram 1.2 Perorganisasian

93
120%
100% 100%
100%
80%
60% YA
TIDAK
40%
20%
0%
P1 P5

Dari hasil Kuesioner yang dikumpulkan pada tanggal 01


Agustus – 03 Agustus didapatkan hasil pada P1 100%
perawat mendapatkan bimbingan dari ketua tim dalam
melaksanakan asuhan keperawatan . pada P5 100%
perawat sebelum bekerja pada setiap pergantian shiff
ketua tim memberikan pengarahan dan pembagian tugas.

3) Pengarahan
Diagram 1.3 Pengarahan
120%
100% 100% 100% 100%
100%
80%
60% YA
TIDAK
40%
20%
0%
P2 P3 P4 P5

Dari hasil data kuesioner yang dikumpulkan pada tanggal


01 Agustus – 03 Agustus 2022 didapatkan hasil pada P2
100% perawat melaksanakan asuhan keperawatan

94
berdasarkan SAK. Pada P3 didapatkan hasil 100% perawat
melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan SPO. Pada
P4 didapatkan hasil 100% perawat mendokumentasikan
asuhan keperawatan segera setelah tindakan keperawatan.
Pada P5 didapatkan hasil 100% dalam melakukan asuhan
keperawatan perawat memanggil pasien dengan baik dan
benar.
4) Pengendalian
Diagram 1.4 Pengendalian
120%
100% 100%
100% 93%

80% 70%
66% 66%
60%
60% YA
40% TIDAK
40% 35%

20%

0%
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

Dari hasil kuesioner yang didapatkan pada tanggal 01


Agustus – 03 Agustus didapatkan hasil pada P1 dari
100%, masih ada 34% perawat menjawab tidak mendapat
umpan balik atas pelaksnaan asuhan keperawatan yang
dilakukan. Pada P2 dari 100% masih ada 7% perawat
menjawab tidak mendapat umpan balik tentang
pendokumentasian yang dilakukan. Pada P3 dari 100%,
ada 65% perawat yang menjawab tidak ada kebijakan
pemberian penghargaan dari kepala ruangan bagi perawat
yang berprestasi. Pada P4 dari 100% ada 60% perawat
yang menjawab ada kebijakan sanksi dari kepala ruangan
bagi perawat yang bermasalah. Pada P5 dari 100% masih
ada 34% perawat yang mengatakan tidak ada pembinaan
khusus dari kepala ruangan bagi perawat yang bermasalah.
Pada P6 100% perawat mengatakakan ada tim/kelompok

95
yang bertugas menangani mutu. Pada P7 100% perawat
mengatakan alat kesehatan yang digunakan sebagai alat
ukur/diagnostik dilihat secara berkala. Pada P8 dari 100%
masih ada 30% perawat menjawab tidak ada laporan
tentang kejadian infeksi nosocomial. Pada P9 dari 100%
ada 40% perawat mengatakan tidak puas bekerja di RS
dikarena gaji yang diterima tidak sesuai dengan pekerjaan
dan harapan.

4. Money (M4)
Ruangan dan
Visite Dokter Tindakan
Biaya Perhari Di Makan
Ruang Aster RS. Harga
AWS Rp. 190.000,- Rp. 75.000,- menyesuaikan
tergantung BHP
Ruang aster merupakan ruang perawatan kelas III diketahui hampir
90% pasien merupakan peserta BPJS kelas III, sedangkan untuk biaya
perawatan ruangan perhari kelas III adalah sebesar Rp. 190.000,-
namun biaya tersebut belum termasuk kedalam biaya jasa pelayanan
dan tindakan medis. Dari hasil pengkajian diketahui untuk biaya visite
ataupun konsul kepada dokter spesialis sebesar Rp. 75.000,- untuk
sekali pertemuan.

5. Mutu (M5)
a. BOR (Penghitungan Tempat Tidur Terpakai)
BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat
tidur)BOR menurut Huffman (1994) adalah “ the ratio of patient
service days to inpatient bed count days in a period under
consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR
adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan.

96
Pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR
yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI,2005)
Rumus :

jumlah hari perawatan


x 100 %
( jumlah tempat tidur x periode)

1313 x 100 % = 78,43 = 78 (dibulatkan)


54 x 31

Dari hasil perhitungan data 1 bulan didapatkan nilai BOR


sebanyak 78,43% sehingga dapat dilihat bahwa persentase
pemakaian tempat tidur tahun 2018 adalah ideal.

b. ALOS (Penghitungan Rata-rata Lama Rawat)


ALOS menurut Huffman (1994) adalah “the average

hospitalization stay of impatient discharged during the period

under consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah

rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini di samping

memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada

diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan

yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-

9 hari (Depkes,2005)

Rumus ALOS :

( jumlah lama dirawat )


=
( jumlah pasien keluar ( hidup+ mati ) )

1182 = 7,88 = 8 hari ( dibulatkan)


150

Dari hasil perhitungan data bulan Juli 2018didapatkan bahwa


nilai ALOS adalah 8 hari sehingga dapat disimpulkan bahwa
rata-rata lama rawat sesorang di RuanganAster sudah ideal.

97
c. TOI (Tempat Tidur Tidak Terisi)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak
terisi pada kisaran 1 – 3 hari.
Rumus TOI :
( jumlah tempat tidur x periode )−hari perawatan
( jumlahpasien keluar ( hidup+ mati ) )
(54 x 31) - 1313 = 2,4 = 2 (dibulatkan)
150
Dari hasil perhitungandata bulan Januari 2018 didapatkan nilai
TOI adalah 1 hari sehingga nilai rata-rata hari tempat tidur tidak
ditempati sesuai standar ideal.
d. Audit Pendokumentasian
Rekam medis merupakan dokumen permanen dan legal yang
harus mengandung isian yang cukup lengkap tentang identitas
pasien, kepastian diagnosa dan terapi serta merekam semua
hasil yang terjadi. Berkas Rekam Medis yang telah ditata
dengan rapi dan lengkap merupakan berkas yang layak untuk
dimanfaatkan bagi yang membutuhkan pada masa selanjutnya
Standar audit menyatakan bahwa dokumentasi audit adalah
catatan utama tentang prosedur audit yang diterapkan, bukti
yang diperoleh, dan kesimpulan yang tercapai auditor dalam
melaksanakan penugasan. Dokumentasi audit harus mencakup
semua informasi yang perlu dipertimbangkan oleh auditor
untuk melakukan audit secara mencukupi untuk mendukung
laporan mengaudit. Dokumentasi audit juga dapat dianggap
sebagai kertas kerja, meskipun semakin banyak dokumentasi
audit yang diselenggarakan dalam mengajukan komputerisasi.

98
Tujuan dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor
dalam memberikan kepastian yang mencukupi bahwa audit
telah sesuai dengan standar audit yang berlaku sesuai standar
mengaudit. Secara lebih khusus, dokumentasi audit yang hal
baik dengan audit tahun berjalan.
Pada saat melakukan observasi pada tanggal 1 agustus 2022,
jam 11.00 didapatkan hasil rekam medic terdapat beberapa
kekurangan diantaranya barcode identitas tahun lahir pasien
berbeda dengan yang dilampirkan didalam rekam medis,
skrinning gizi tidak dilampirkan secara lengkap dalam
pengisian TB,BB,dan lila pasien. Dalam pengkajian medis
terdapat data umum tidak isi secara terinci, untuk intervensi
tidak mencantumkan SIKI yang digunakan, dan di SOAP tidak
ada di cantumkan kriteria hasil yang ingin di capai.

e. Alur Pasien Masuk

Pasien

Poliklinik/IGD

Admission RW

Jaminan Ansuransi/Perusahaan, Pribadi


BPJS
99
g. Patient Safety
Didapatkan hasil dari wawancara ke beberapa pasien dan
keluarga pasien diruang rawat inap kelas 3 ruang Aster RSUD
Abdoel Wahab Sjahranie, bahwa terdapat 4 dari 6 pasien
mengatakan bahwa perawat selalu mengidentifikasi
menggunakan nama sesuai dengan nama dan tanggal lahir
pasien yang dicocokan melalui gelang nama yang digunakan
pasien. 2 dari 6 keluarga pasien juga mengatakan untuk perawat
ada yang menjelaskan tentang obat yang akan diberikan, ada
juga yang tidak menjelaskan hanya berpatokan dari gelang
identitas pasiennya saja. Dan pada saat mengambil darah atau
untuk keperluan pemeriksaan lainnya perawat juga
mengidentifikasi kembali pasiennya untuk memastikan sebelum
melakukan tindakan tersebut. Pasien dan keluarga pasien juga
mengatakan bahwa perawat sebelum melakukan tindakan
menyebutkan identitas pasien, juga menjelaskan tujuan pada
saat pemasangan tindakan alat invasif seperti pada saat tindakan
pemasangan infus, pemasangan kateter, dan pemberian obat

100
(mis, obat nebulizer, dll). Perawat juga menyampaikan
kekeluarga pasien mengenai dokter penanggung jawab
pasiennya tersebut.
1) Identifikasi Pasien
Diagram 1.5 Identifikasi pasien

Identifikasi Pasien
120%
100% 100% 100% 100%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
p1 p2 p3 p4

YA TIDAK

Dari Hasil kuesioner yang dibagikan didapatkan hasil


100% perawat menjawab iya dengan melakukan
identifikasi dengan dua identitas pasien, mengidentifikasi
sebelum melakukan pemberian obat, mengidentifikasi
sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan dan mengidentifikasi sebelum
memberikan perawatan atau prosedur tindakan.

2) Komunikasi Efektif
Diagram 1.6 Komunikasi Efektif

101
Komunikasi Efekti f
YA TIDAK

100%
100%
100%

100%

100%

100%

100%
100%
95%

95%
95%

95%
95%

95%

95%

95%

95%
90%

85%
85%
15%
15%
10%
5%

5%
5%

5%
5%

5%

5%

5%

5%
R p 1 p 2 p 3 p 4 d p 1 p 2 p 3 t p 1 p 2 p 3 p 4 si p 1 p 2 p 3 al p 1 p 2 p 3 p 4 p 5 p 6
A
SB u
n en d
a
rb
g ro s sm en ve
b
a a m si
e ko i ka
r n
u
m
k o

Berdasarkan data kuisoner didapatkan hasil sebanyak


100% perawat menyebutkan hasil pemeriksaan yang
mempunyai nilai kritis misal hasil nilai dan radiologi,
pemasangan alat infasif, nama dokter penanggung jawab
pasien. Sedangkan, untuk pertanyaan perawat
menyebutkan identitas pasien sebanyak 95% sedangkan
5% perawat tidak menyebutkan identitas pasien.
Hasil yamg didapatkan sebanyak 100% perawat
menyebutkan Riwayat alergi, riwayat pembedahan pasien.
95% perawat menyebutkan intervensi keperawatan yang
sudah dilakukan, 5% perawat tidak menyebutkan
intervensi keperawatan yang sudah dilakukan. 95%

102
perawat menjelaskan dan mengidentifikasi pengetahuan
pasien terhadap diagnose/ penyakit yang dialami pasien.
5% perawat tidak menjelaskan dan mengidentifikasi
pengetahuan pasien terhadap diagnose/ penyakit yang
dialami pasien.

Dari hasil yang didapatkan sebanyak 95% perawat


menjelaskan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien,
5% perawat tidak menjelaskan hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital pasien. Sebanyak 95% perawat menyebutkan
diagnose medis pasien/ masalah yang dialami pasien, 5%
perawat tidak menyebutkan diagnose medis pasien/
masalah yang dialami pasien. 90% perawat menjelaskan
masalah keperawatan yang belum teratasi, 10% perawat
tidak menjelaskan masalah keperawatan yang belum
teratasi. 95% perawat mengidentifikasi perubahan kondisi
pasien, sedangkan 5% perawat tidak mengidentifikasi
perubahan kondisi pasien.
Dari hasil yang didapatkan 95% perawat menjelaskan
intervensi yang akan dilakukan atau rencana selanjutnya,
sedangkan 5% perawat tidak menjelaskan intervensi yang
akan dilakukan atau rencana selanjutnya. 100% perawat
menghubungi dokter penanggujawab pasien apabila
kondisi pasien memburuk. 95% perawat
merekomendasikan intervensi keperawatan yang perlu
dilanjutkan, sedangkan 5% perawat tidak
merekomendasikan intervensi keperawatan yang perlu
dilanjutkan.
3) Keselamatan Obat
Diagram 1.7 Keselamatan Obat

103
Meningkatkan Keselamatan Obat
Yang Perlu Diwaspadai
120% 100% 100% 100%
100% 80%
80%
60%
40%
20%
0%
p1 p2 p3 p4

YA TIDAK

Dari data yang didapatkan 100% penyimpanan obat


terbatas dilokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi
penandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah
bertuliskan “Hight Alert”, Dipisahkan atau diberi jarak
penyimpanan obat dengan kategori LASA, perawat
memberi stiker hijau untuk obat LASA “Look Alike
Sound Alike”. 80% sebelum memberikan obat kepasien
perawat mengecek Kembali 7 prinsip pemberian obat
benar pasein, obat, dosis, cara/ rute, waktu,
pendokumentasian, benar informasi, sedangkan 20%
sebelum memberikan obat kepasien perawat tidak
mengecek Kembali 7 prinsip pemberian obat benar pasein,
obat, dosis, cara/ rute, waktu, pendokumentasian, benar
informasi
4) Kepastian Tepat Lokasi, Prosedur, Pasien
Diagram 1.8 Kepastian Tepat Lokasi, Prosedur, Pasien

104
Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur Dan
Tepat Pasien Operasi
120%
100% 100%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
p1 p2

YA TIDAK

Dari hasil yang didapatkan 100% perawat menggunakan


tanda panah/ lingkaran pada daerah yang akan dilakukan
oprasi dan melibatkan pasien dalam penandaan lokasi
oprasi, perawat menggunakan chek list untuk verifikasi
praoprasi tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien, tepat
dokumetasi, dan ketersediaan alat.
5) Pengurangan Resiko Infeksi
Diagram 1.9 Pengurangan Resiko Infeksi

Pengurangan Resiko Infeksi


120%
100% 100% 100% 100% 100%
100%

80%

60%

40%

20%

0%
p1 p2 p3 p4 p5

YA TIDAK

Dari data yang didapatkan 100% perawat mencuci tangan


sebelum kontak dengan pasien, perawat mencuci tangan
sesudah kontak denan pasien, perawat mencuci tangan
sebelum Tindakan aseptic, perawat mencuci tangan

105
sesudah terkena cairan tubuh pasien, perawat mencuci
tangan sesuda kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
Hasil Interpretasi :
Pada tanggal 1 Agustus 2022 pada pukul 09.00 didapat
hasil observasi yang berupa tindakan keperawatan yang
tidak sesuai prosedur SOAP, seperti tidak adanya five
moment, prinsip bersih atau steril yang tidak sesuai yaitu
dimana seorang perawat pelaksana melalukan tindakan
perawatan luka sebagaian temuan yag didapatkan ada
yang tidak melakukan seperti mencuci tangan 6 langkah,
penggunaan handscond dan peralatan yang jauh dari
perawat pelaksana. Dimana banyak perawat pelaksana
lupa akan five moment karena sangat penting bagi
perawat-perawat yang ada diruang aster ini guna
mencegah terjadinya peneyabaran seperti penyakit
menular dan cairan tubuh pasien.
6) Pengurangan Pasien Jatuh
Diagram 1.10 pengurangan pasien jatuh

Pengurangan Resiko Pasien Jatuh


120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
p1 p2 p3

YA TIDAK

Dari data yang didapat 100% perawat setiap pasien yang


masuk dilakukan pengakajian awal risiko jatuh, perawat
melakukan penilaian ulang risiko pasien pada saat terjadi
perubahan fungsi pasien dan terapi, perawat melakukan

106
tindakan pencegahan pasien jatuh sesuai skoring yang
sudah ditentukan.

6. Machine (M6)
Tabel 1.15 SPO Keperawatan Dasar
a. SPO Keperawatan Dasar
1. Pemberian Informasi dan Orientasi ruangan

2. Pelaksanaan Komunikasi Langsung

3. Assesment/Pengkajian Asuhan Keperawatan Rawat Inap

4. Assesment Nyeri

5. Assesment Status Fungsional (BARTHEL INDEX)

6. Assesment Penilaian Dekubitus (SKALA NORTON) dan Protokol


Penatalaksanaan Dekubitus
7. Pengukuran Tekanan Darah

8. Pengukuran Nadi dan Pemafasan

9. Mengukur suhu dengan thermometer

10. Memberikan Kompres Dingin

11. Manajemen Nyeri

12. Penatalaksanaan Risiko Jatuh Pada Orang Dewasa (Skala MORSE)

13. Pemindahan Pasien dari Tempat Tidur ke Kursi Roda

14. Pemberian obat melalui Oral

15. Pemberian Obat melalui Mata

16. Pemberian Obat Melalui Telinga

17. Pemberian Obat melalui Rectum

18. Pemberian Obat melalui Vagina

19. Pemberian Suntikan Intra Muscular

20. Pemberian Suntikan Intra Cutan

21. Cara Pemberian Insulin

22. Pemeliharaan Kebersihan Mulut

23. Pemeliharaan Kebersihan Vulva (Vulva Hygiene)

107
24. Membantu Memotong Kuku Pasien

25. Memandikan Pasien di Tempat Tidur

26. Membantu Pasien Mandi Ke Kamar Mandi dengan Kursi Roda

27. Membantu Pasien Mandi sendiri di Kamar Mandi

28. Mengganti Alat Tenun Kotor Tanpa Memindahkan Pasien dati


Tempat Tidur
29. Menyiapkan Tempat tidur Kosong.. 30. Pemasangan Kateter
Menetap
30. Merawat Kateter Menetap

31. Merawat Kateter Suprapubik

32. Melepas Kateter Menetap

33. Memasang Kondom Kateter

34. Penatalaksanaan Irigasi Kandung kemih Kontinue

35. Melakukan Irigasi Triway yang Buntu

36. Mengukur Cairan yang Masuk dan yang keluar

37. Pengeluaran Feses dengan Jari

38. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

39. Melepaskan NGT

40. Melakukan Transfusi Darah

41. Memasang Restrain Mekanik

42. Memberikan Perawatan pada Pasien Meninggal

b. SPO Keperawatan Medikal Bedah


Tabel 1.15 SPO Keperawatan Medikal Bedah
1. Perawatan luka

2. Pemasangan bidai

3. Kumbah lambung

4. Perawatan colostomy

5. Melakukan perawatan tarik drain

6. Melakukan perawatan tracheostomy

7. Memasang tampon hidung

108
8. Memberikan huknah rendah

9. Memberikan huknah tinggi

10. Mengangkat jahitan luka

11. Merawat pasien dengan terpasang traksi

12. Mengganti balutan luka dengan terpasang drain

c. SPO Keperawatan Anak


Tabel 1.16 SPO keperawatan anak
1. Asesment resiko jatuh pada anak (skala humpty dumpty)
2. Penatalaksanaan risiko jatuh pada anak (skala humpty damty)
3. Cara mengikat tali pusat bayi baru lahir
4. Serah terima bayi dari resusitasi ke ruang bayi
5. Antropometri pada bayi dan anak
6. Melakukan perawatan tali pusat
7. Pemeriksaan GDS dengan stik pada bayi
8. Memandikan bayi baru lahir
9. Perawatan bayi baru lahir
10 Fototerapi pada bayi
.
11 Pemasangan Gelang Identitas Pada Bay Baru Lahir
.
12 Pemasangan OGT (Oral Gastric Tube) Pada Bayi
.
13 Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahr
.
14 Pemberian Obat Tetes/Salep Mata Pada Bayi Baru Lahir
.
15 Insiasi Menyusu Dini (IMD)
.
16 Member Bayi Minum Dengan Pipet
.
17 Memeras ASI Dengan Tangan
.
18 Pemberian bat Melalui Oral Pada Bavi
.
19 Perawatan Bayi Dalam Inkubator
.
20 Pengambilan Darah Arteri
.
21 Pemberian Suntikan Intra Muscular (IM) Pada Bayi
.
22 Rawat Gabung bu Dan Bayi
.
23 Perawatan Metode Kanguru (PMK)
.
24 Menyiapkan Bayi Pulang
.
25 Perawatan Dini Bayi Baru Lahir Dengan Sectio Caesaria Pada Ibu

109
. Dengan HIN& AIDS
26 Perawatan Dini Bay Baru Lahr Dengan Persalinan Per Vaginam
. Ibu Dengan HIV & AIDS
27 Membilas Lambung Pada pasien Bayi/Anak
.
28 Memberikan Minum Bay Dengan Menggunakan Cup Feed
.
29 mengencerkan susu formula
.
30 Pemantauan Saturasi Oksigen Pada Bayi Baru Lahir
.
31 Pemasangan CPAP Pada BBL
.
32 Memberi Minum Bayi Dengan Sendok
.
33. Pemberian Nutrisi/ASI Per-OGT

d. SPO Keperawatan Kritis


Tabel 1.17 SPO keperawatan Kritis
1. Perekaman EKG (Elektrokardiogram)
2. Melakukan Tindakan Hisap Lendir dengan Suction
3. Area PPI
4. Mencuci Tangan menggunakan Air (Handwash)

e. SPO PPI
Tabel 1.18 SPO PPI
1. Mencuci Tangan menggunakan Air (Handwash)

f. PAK
Tabel 1.19 PAK
1. PAK Appendisitis

2. PAK Cholelithiasis

3. PAK Fraktur Femur

4. PAK Fraktur Cruris

5. PAK Removal Of Implant

6. PAK Varices Tungkai

7. PAK Batu Renal/Ginjal

8. PAK Benign Prostat Hiperplasi (BHP)

9. PAK Ureter

10. PAK Katarak

110
11. PAK Congesive Heart Failure

12. PAK Diabetes Mellitus

13. PAK Demam Typoid

14. PAK Hepatitis

15. PAK Sirosis Hepatitis

16. PAK Status Asmatikus

17. PAK Ca. Mamae

18. PAK Ca. Paru

19. PAK Kanker Nasofaring

20. PAK Chronic Kidney Disease

21. PAK Coronary Artery Disease

22. PAK Stroke Non Hemoragik dan Transient Iscemic Attack

23. PAK Stroke Hemoragik (SH)

24. PAK Intracranial Hemoragik

25. PAK Sub Araccnoid Bledding

26. PAK Cedera Kepala

27. PAK Tumor Otak/SOL

28. PAK Tumor Medulla Spinalis

29. PAK Area Infeksi (Airbone)

30. PAK Area Kamar Bedah

31. PAK Area Endoskopi dan Anastesi

32. PAK Area Diagnostik

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 3 agustus 2022, di 10


besar penyakit di ruang aster pada tahun 2022 ternyata ada
beberapa yang PAK nya idak ada, antara lain; Chronic Wound,
Multiple Impaksi, Ca. Colon, Abses Mandibula, dan Efusi
Pleura.

111
G. Analisa SWOT
Tabel 1.20 Tabel Analisa Swot

BOBOT
NO ANALISA SWOT BOBOT RATING X TOTAL
RATING

Sumber Daya Manusia (M1)


1 a. Internal Faktor (IFAS)
Strength

1. Adanya sistem pengembangan staf berupa


pendidikan berkelanjutan S-W
0.5 5
2. Jenis Ketenagaan 2.5 =
a. Jumlah ketenangaan Keperawatan 4-
1)S.1 Keperawatan + Ners = 7 Orang 1.5 2.2
0.5 3
2)D III Keperawatan = 25 Orang = 1.8
3)D IV Keperawatan = 1 Orang

TOTAL 1 8 4 1.8
Weakness
1. Belum adanya sistem penghargaan diluar 0.4 1 0,4
reward rutin terhadap capaian unit kerja
dan individu.
2. Belum ada kesempatan melanjutkan
pendidikan secara continue 0.3 3 0.9
3. Kebutuhan tenaga sesuai kualifikasi dan
kompetensi belum sesuai 0.3 3 0.9
TOTAL 1 7 2.2
External Factor (EFAS) 2
Oppurtunity (kesempatan)
1. Adanya program akreditasi dimana 0.3 4 0.9
merupakan salah satu penilaian untuk
Rumah Sakit
2. Adanya kesempatan melanjutkan 0.2 4 0.8
O-T =
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
3.7-4 =
3. Adanya kerja sama yang baik antar
-0,3
mahasiswa ITKES WHS keperawatan 0.3 4 1.2
dengan perawat Klinik
4. Adanya Program Pelatihan/Seminar khusus
tentang keperawatan dari diklat eksternal 0.2 4 0.8

TOTAL 1 16 3.7 -0.3


Threath (ancaman)

0.6 4 2.4
1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk
pelayanan yang lebih professional dan
tingginya kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan.
0,4 4 1.6
2. Persaingan antara RS yang semakin kuat

TOTAL 1 8 4

112
Material (M2)
2 a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Mempunyai sarana medis dan obat-
obatan yang cukup memadai dan 0.2 4 0.8
perawatan dari sarana penunjang
kesehatan sudah ada
2. Tersedianya kelas rawat yang cukup 0.2 4 0.8
memadai. Ruang perawatan kelas 3
dibagi mejadi dua tim dan memiliki
kapasitas 10 kamar dengan kapasitas 34 S-W = 3.8
bed. 0.2 5 1 - 3.8 =
3. Tersedianya dua nurse station untuk dua 0
tim 0.2 2 0.4
4. Terdianya SOP, SAK sebagai pedoman
keperawatan dan administrasi penunjang
lainnya
5. Terdapat tata tertib yang ditempel di 0.2 4 0.8
pintu masuk di ruangan.

TOTAL 1 19 3.8 0
Weakness

1. Fasilitas hand hygine terbatas


0.2 4 0.8
sehubungan selama masa pandemi,
peralatan itu banyak yang terbawa pasien
2. Kenyamanan unit perlu diperhatikan.
0.2 4 0.8
Terdapat fasilitas AC yang bocor di nurse
station dan tetap dinyalakan.
3. Fasilitas kewaspadaan risiko kebakaran
0.2 3 0.6
hanya terdapat 2 apar
4. Pelaksanaan kalibrasi alkes belum
terjadwal dan tidak dilaksanakan secara
0.2 3 0.6
rutin sesuai ketentuan.
5. Pemberian obat belum sesuai SPO (Pada
saat pembagian obat injeksi beberapa
0.2 4 0.8
perawat terkadang tidak membawa safety
box).
6. Belum ada pengaturan penempatan
pasien isolasi dan plabelan kasus
0.2 1 0.2
infeksius

TOTAL 1 16 3.8
External Factor (EFAS)
Oppurtunity (kesempatan)
1. Pemeliharaan sarana dan prasarana O-T =
dilakukan berkala oleh SDM internal 0.5 4 2 4-3.5 =
maupun eksternal. 0.5
2. Adanya sistem dan alur perbaikan dan 0.5 4 2
pengadaan alum dan alkes di RS.
TOTAL 1 8 4 0.5

113
Threath (ancaman)

1. Adanya tuntutan yang tinggi dari 0.5 3 1.5


masyarakat untuk melengkapi sarana
dan prasarana
\
2. Adanya kesenjangan antara jumlah 0.5 4 2
pasien dengan jumlah peralatan yang
diperlukan

TOTAL 1 7 3.5

METODE (M3)
a. MAKP
3
Internal faktor (IFAS)
Strength

1. Rs sudah memiliki visi, misi dan motto


0.5 4 2 S-W = 4-
sebagai acuan melaksanaakan kegiatan
3.5 = 0.5
pelayanan.
2. Sudah ada model MAKP yang
0.5 4 2
digunakan metode tim.
TOTAL 1 8 4 0.5
Weakness

0.25 4 1
1. Supervisi keperawatan belum dilakukan
optimal. 0.25 3 0.75
2. Pemahaman perawat tentang MAKP
masih kurang
3. Timbang Terima sudah optimal 0.25 4 1
4. Pendokumentasian belum tertulis
lengkap dan belum tepat waktu. 0.25 2 0.5

TOTAL 1 13 3.5

External Factor (EFAS)


Oppurtunity (kesempatan)

1. Adanya tuntutan akreditasi untuk


0.3 4 1.2 O-T = 3.6
meningkatkat kualitas layanan.
– 4 = -0.4
2. Tersedianya sistem elektronik medical
0.3 4 1.2
record.
3. Adanya mahasiswa Profesi Ners yang
0.3 4 1.2
praktik states manajemen keperawatan
untuk mengembangkan sistem asuhan
keperawatan sesuai EBN.
TOTAL 1 12 3.6 -0.4
Threath (ancaman)

114
1. Adanya tuntutan tanggung jawab dan
tanggung gugat dari masyarakat 0.5 4 2
terhadap pelayanan keperawatan yang
lebih baik.
2. Persaingan antara RS yang semakin 0.5 4 2
kuat.

TOTAL 1 8 4
Money/Keuangan (M4)
4 a. Internal faktor (IFAS)
Strength

1. Adanya kerjasama antara rumah sakit


dengan instansi pemerintahan seperti
0.3 5 1.5 S–W=
BPJS, Jasa Rahaja serta, serta asuransi
3.9 – 3.9
2. Memiliki dana Operasional rutin dari
0.3 4 1.2 =0
rumah sakit
3. Sumber pembiayaan ruangan berasal
0.3 4 1.2
dari Rumah Sakit
TOTAL 1 13 3.9 0
Weakness

1. Sistem remunerasi terhadap jasa 0.3 4 1.2


pelayanan PPA belum ditetapkan.
2. adanya petugas administrasi disetiap unit. 0.3 5 1.5
3. terdapat Jasa pelayanan yang diberikan 0.3 4 1.2
oleh pihak Rumah sakit.

TOTAL 1 13 3.9
External Factor (EFAS)
Oppurtunity (kesempatan)
1. Sebagian besar biaya pelayanan 0.5 5 2.5 O-T = 4.5
ditanggung asuransi (BPJS dan lain- – 4.5 = 0
lain)
2. Kesempatan melakukan kerjasama 0.5 4 2
dengan perusahaan.
TOTAL 1 9 4.5 0
Threath (ancaman)
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang lebih 0.5 5 2.5
professional sehingga membutuhkan
pendanaan yang lebih besar untuk
mendanai sarana dan prasarana.
2. Adanya keterlambatan pihak asuransi
/ pengolalahan pemerintah dalam 0.5 4 2
pelaksanaan dan tanggung jawab
TOTAL 1 9 4.5
Mutu (M5)
5 b. Internal faktor (IFAS)
Strength

115
1. Kinerja perawat yang mempengaruhi
tingkat kepuasan pasien terhadap 0.3 4 1.2 S-W = 3.9
pelayanan kesehatan dirumah sakit – 4.5 = -
2. Rata-rata BOR pada 1 bulan 78,43%, 0.6
ALOS bulan juli 8 hari yang artinya 0.3 5 1.5
ideal.
3. Audit dokumentasi sudah dilakukan 0.3 4 1.2
monitoring perbulan dalam bidang
keperawatan.

TOTAL 1 13 3.9 -0.6


Weakness

1. jumlah tempat tidur mempengaruhi 0.5 4 2


lamanya pasien dirawat.
2. Nilai TOI pada bulan September 2 0.5 5 2.5
mempengaruhi nilai kualitas pelayanan
RS.

TOTAL 1 9 4.5
External Factor (EFAS)
Oppurtunity (kesempatan)
1. Rumah sakit memfasilitasi dalam 0.5 4 2 O-T = 3.5
peningkatan mutu keselamatan pasien – 3.5 = 0
2. Adanya mahasiswa profesi ners praktik 0.5 3 1.5
keperawatan stase manajemen
Threath (ancaman) 1 7 3.5 0
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari
masyarakat untuk mendapatkan 0.5 3 1.5
pelayanan kesehatan yang lebih
professional
2. Persaingan antara RS yang semakin 0.5 4 2
kuat
TOTAL 1 7 3.5
Machine (M6)
6 c. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. RS memiliki panduan PAK dan SPO
sebagai pedoman dalam melaksanakan 0.5 5 2.5 S-W= 4-
tindakan keperawatan. 3.5= 0.5
2. Staf mengetahui adanya visi, misi, SPO 0.5 3 1.5
dan PAK di RS
TOTAL 1 8 4 0.5
Weakness
1. adanya pengawasan terhadap 0.5 5 2.5
pelaksanaan tindakan sesuai dengan
1. SPO
2. PAK tindakan yang digunakan masih 0.5 2 1
tahun 2019 dan perlu diperbaharui
TOTAL 1 7 3.5
External Factor (EFAS)
Oppurtunity (kesempatan)

116
1. Mengadakan diklat internal terhadap
staf 0.5 4 2 O-T=4-
2. Melakukan sosialisasi secara rutin dan 0.5 4 2 3=1
terjadwal terhadap staf
TOTAL 1 8 4 1
Threath (ancaman)
1. Dapat terjadi malpraktek dalam
pelaksanaan tugas jika bekerja tidak 0.5 3 1.5
sesuai dengan SPO
2. Dapat terjadi penurunan kualitas 0.5 3 1.5
kinerja staf
TOTAL 1 6 3

117
Opportunity

KUADRAN III KUADRAN I


UBAH STRATEGI -,+ PROGRESIF +,+

1 M6

0.5 M2
M5 0 M4
Weakness 0.6 0 0.5 1.8 Strength

-0.3 M1
-0.4 M3

KUADRAN IV KUADRAN II
STRATEGI BERTAHAN -,- DIVERSIFIKASI STRATEGI +,-

Threath

118
119
H. Perumusan Masalah
a. Belum adanya sistem penghargaan diluar
reward rutin terhadap capaian unit kerja
dan individu.
1. M1 (MAN) b. Belum ada kesempatan melanjutkan
pendidikan secara continue
c. Kebutuhan tenaga sesuai kualifikasi dan
kompetensi belum sesuai
a. Supervisi keperawatan belum dilakukan
optimal.
b. Pemahaman perawat tentang MAKP
masih kurang
2. M3 (Metode)
c. Timbang Terima sudah optimal
d. Pendokumentasian belum tertulis
lengkap dan belum tepat waktu.
a. adanya pengawasan terhadap
pelaksanaan tindakan sesuai dengan SPO
M6 (machine) b. Kurangnya aplikasi PAK sebagai
3.
panduan dalam menyusun rencana
keperawatan

D. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah, digunakan kriteria penilaian meliputi :
1. Mg / Magnitude : Kecenderungan besar dan sering kejadian

2. Sv / Severity : Besarnya kerugian yang ditimbulkan

3. Mn / Managebility : Berfokus pada keperawatan sehingga dapat

diatur perubahannya.

4. NC / Nursing Concern : Perhatian terhadap bidang keperawatan

5. Af / Affordability : Ketersediaan sumber daya dengan rentang

120
Nilai
Skor akhir dirumaskan dengan cara : Mg x Sv x Mn x Nc x Af

Pembobotan
No Masalah Total Prioritas
Mg Sv Mn Nc Af

Pendokumentasian belum tertulis


1. 5 4 5 5 5 2500 I
lengkap dan kurang sesuai

PAK ( Prosedur Asuha Keperawatan )


2. tindakan yang digunakan masi tahun 2019 5 5 4 5 4 2000 II
dan perlu di perbaharui

Belum adanya sistem penghargaan


3. diluar reward rutin terhadap capaian 5 5 4 4 4 1600 III
unit kerja dan individu.

No Masalah Alternatif Pencegahan C A R L Skor


Masalah
1. Pendokumentasia Bimbingan kepada 4 4 4 4 256
n belum tertulis perawat jaga diruangan
lengkap dan Aster pada saat overan
kurang sesuai shift terkait prosedur
pengisian SOAP dengan
benar
.
2. PAK ( Prosedur Asuha Membuat PAK tindakan 4 4 4 3 192
Keperawatan ) yang berkaitan dengan
tindakan yang kasus penyakuit tertinggi
digunakan masi tahun dengaan penyalkit CKD
2019 dan perlu di
perbaharui

3. Belum adanya Sosialiasasi pengadaan 4 3 3 3 108


sistem reward nurse of the moon
penghargaan sebagai bentuk apresiasi
diluar reward bagi perawat dengan kinerja
rutin terhadap terbaik setiap bulannya pada
capaian unit kerja awal bulan ( dengan
dan individu. pembuatan figura foto yang
dipajang diruang nurse
station

121
Keterangan :
C : Capability (kemampuan kedua belah pihak antara mahasiswa dan
rumah sakit memiliki alternatif)
A : Accesibility (kemudahan dalam mekanisme
alternatif)
R : Readiness (kesiapan untuk melakukan alternatif)
L : Levarge (daya ungkit alternatif dalam menyelesaikan masalah)
1 : Tidak mampu
2 : Cukup mampu
3 : Mampu
4 : Sangat mampu

122
E. Plan Of Action

No Masalah Tujuan Program / Kegiatan Indikator / Target Penanggung Waktu


Keberhasilan Jawab
1. 1. Untuk memaksimalkan 1.pengadaan seminar 1. Bimbingan Mahasiswa Tanggal,
Pendokumentasian
pelayanan keperawatan terkait pengisian kepada dan pihak 08
belum tertulis
yang sesuai asuhan keperawatan karyawan di manajemen Agustus
lengkap dan
berdasarkan (SOAP) lakukan di rumah sakit 2022
kurang sesuai
pendokumentasian 2.Bimbingan kepada nurse station.
dengan teori
yang tepat di rekam karyawan di ruang 2. Perawat
(pengisian point
medis pasien aster pada saat memahami
planning dan
overran shift untuk terkait
assessment kurang
2. Sebagai acuan data mengisi pendokumentasi
sesuai dengan teori
dalam perencanaan pendokumentasian an.
asuhan keperawatan dengan lengkap dan 3. Perawat dapat
yang berkelanjutan sesuai dengan menerapkan
kondisi klien pendokumentasi
an dengan
lengkap dan
sesuai.
2. 1. Untuk menjaga kualitas Memperbaharui SOP 1. Pembaharuan Mahasiswa Tanggal,
SOP tindakan yang
dari produk dan jasa tindakan SOP 08
digunakan masih tahun
yang di hasilkan keperawatan yang berdasarkan Agustus
2019 dan perlu
berkaitan dengan rujukan sitasi 2022
diperbaharui
2. Agar mengupayakan kasus penyakit terbaru.
peningkatan kinerja tertinggi dalam 3 2. Peningkatan
perawat bulan terakhir yaitu : kualitas
CKD (Ex : pelayanan

123
3. Untuk sarana Perawatan luka keperawatan
pengembangan ruang CVP, pemasangan yang lebih
rawat inap rumah sakit kateter, dll.) bermutu.
3. 1. Untuk memperkuat Sosialisasi tentang 1. Meningkatnya Mahasiswa Tanggal,
Belum adanya
motivasi dan memacu pemberian apresiasi nilai kepuasan 08
sistem
karyawan agar kepada tenaga kerja perawat. Agustus
penghargaan diluar
memaksimalkan kinerja keperawatan dengan 2. Meningkatnya 2022
reward rutin
karyawan kinerja terbaik setiap etos kerja
terhadap capaian
2. Untuk meningkatkan bulannya dalam perawat dengan
unit kerja dan
etos kerja perawat di bentuk figura foto proses
individu
ruangan yang akan di pajang pelayanan.
di nurse station
(dengan nama
kegiatan nurse of the
moon)

124
BAB IV
EVALUASI

A. Definisi Operasional
1. Definisi operasional berdasarkan indikator
No Indikator Definisi Cara pengukuran
1 Kinerja Klinis Pada item perilaku Jika dalam 1 bulan total pasien
diambil nilai 60%, masuk dirawat di ruangan
terdapat 10 item sebanyak 100 maka dibagi
sehingga per 1 item dengan total perawat pelaksana.
mengandung 6% Contoh, total pasien 100: total
PP 28= 3,5 (jadi dalam 1 bulan
pp harus mengelolah pasien
sebanyak 3 orang untuk
mendapat nilai 100, jika dua 80,
jika satu 50 jika tidak ada 0)
2 Perilaku Pada item perilaku Penilaian per item ditotalkan
diambil nilai 30%, kemudian dibagi jumlah item,
terdapat 5 item contoh a. 80, b. 80, c. 80, d. 80.
sehingga per 1 item Berarti 80 + 80 + 80 + 80 =
mengandung 6% 320:4
3 Pengembangan Pada item perilaku Jika dalam satu bulan PP
professional diambil nilai 10%, mendapat sertifikat seminar 1
terdapat 2 item berarti nilainya 100, jika tidak
sehingga per 1 item dapat sertifikat berarti nilianya
mengandung 5% 0

125
2. Definisi operasional berdasarkan pertanyaan
No Definisi Operasional
A. Kinerja Klinis
1 Yang dimaksud adalah total skor yang diperoleh oleh perawat berdasarkan nilai
skor kumulatif dari aktifitas keperawatan
2 Yang dimaksud adalah total skor yang diperoleh berdasarkan nilai skor
kumulatif dari aktifitas asuhan keperawatan
3 yang dimaksud adalah total skor yang diperoleh berdasarkan tindakan perawat
sesuai terapi (nasal canule, masker sederhana, masker rebreathing, masker non
re breathing) yang diberikan terhadap pasiennya
4 yang dimaksud adalah total skor yang diperoleh berdasarkan tindakan perawat
sesuai terapi (pengambilan sampel BGA) yang diberikan terhadap pasiennya
5 yang dimaksud adalah total skor yang diperoleh berdasarkan tindakan perawat
sesua asuhan keperawatan yang diberikan terhadap pasiennya
6 yang dimaksud adalah total skor yang diperoleh berdasarkan tindakan
bertanggungjawab mengintegrasikan data dan informasi tentang Perawat
Penanggung Jawab Asuhan/PPJA dan staf Perawat dan mengambil tindakan bila
mana diperlukan
7 yang dimaksud adalah total skor yang diperoleh berdasarkan tindakan perawat
interpretasi hasil kritis selama melakukan tindakan
8 yang dimaksud adalah total skor yang diperoleh berdasarkan tindakan perawatan
pre dan post operasi selama tindakan dilakukan
9 yang dimaksud adalah total skor yang diperoleh berdasarkan tindakan perawat
yang sesuai terapi (melakukan suction pada pasien dengan alat bantu nafas)
10 Yang dimaksud adalah total skor yang diperoleh berdasarkan nilai skor
kumulatif dari aktifitas asuhan keperawatan sesuai dengan SPO yang dilakukan
oleh perawat penanggungjawab pasien terhadap pasiennya.

B. Perilaku

126
1 Dinilai dengan observasi dan melihat hasil print out finger print Point yang
dinilai :
a. Tidak datang terlambat ke tempat kerja (toleransi 2)
b. Melakukan tindakan sesuai dengan SPO
c. Berada di tempat kerja saat jam dinas
d. Menyelesaikan tugas tepat pada waktunya
2 Point yang dinilai :
a. Menerima dan mendengarkan keluhan dengan baik
b. Menunjukkan rasa empati dan komunikasi yang baik
c. Menangani komplain dengan cepat, berkoordinasi dengan Kepala Ruangan
maupun Tim Manajemen Komplain Rumah Sakit
3 Point yang dinilai :
a. Mampu bekerjasama dalam tim
b. Menerapkan perilaku baik terhadap atasan dan rekan kerja
c. Tidak melempar kesalahan kepada orang lain
d. Bersikap aktif dan ikut serta dalam program ruangan
4 Point yang dinilai :
a. Berpakaian dinas sesuai dengan aturan dengan atribut lengkap (papan nama,
simbol Korpri (bagi ASN), Id card)
b. Berpenampilan rapi, sopan dan tidak terlalu ketat
c. Berpakaian bersih dan wangi (bau pewangi tidak menyengat)
d. Penataan rambut/ penggunaan kap/ jilbab sesuai aturan
e. Penggunaan make up yang wajar/ standard bagi wanita
f. Tidak menggunakan perhiasan saat dinas
g. Penampilan kuku putih bersih dan tidak boleh panjang
h. Memakai sepatu berwarna gelap (hitam, coklat tua, biru tua) dan hak sepatu
tidak berbunyi keras
i. Kaos kaki berwarna gelap atau kulit dan tidak bermotif
j. Mengevaluasi penampilan sebelum mulai bekerja dan setelah istirahat

5 Komunikasi yang diukur adalah komunikasi dengan sesama profesi, dengan


profesi lain, serta dengan pasien dan keluarganya

127
Point yang dinilai :
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Bersikap ramah dan sopan
d. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti
e. Memperhatikan keluhan pasien dan keluarga
f. Mendengarkan dengan penuh perhatian
g. Menunjukkan ekspresi wajah yang simpatik
h. Menunjukkan rasa empati
C. Pengembangan Profesional
1 yang dimaksud adalah total skor yang diperoleh perawat klinis harus memiliki
sertifikat seminar ( setahun Minimal 4)
2 poin yang dinilai perawat selalu dapat menghadiri rapat yang diadakan
3. Definisi OPPE, alat untuk melakukan skrinning untuk mengevaluasi
semua klinisi yang telah di berikan kewenangan klinis yang kemungkinan
bisa memberikan pelayanan yang bermutu.
4. Kriteria OPPE seharusnya ditujukan juga bagi klinis yang sudah baik
(indikatornya yang di pilih hasilnya positif) OPPE sebaiknya diikuti
dengan evaluasi yang lebih spesifik terkait klinisi yang memberikan
pelayanan buruk.
5. Menurut Permenkes No.40 tahun 2017 yang mengatur Penilaian Kinerja
(Performance Appraisal) dan Supervisi. Penilaian kinerja adalah menilai
seberapa baik kinerja tugas-tugas perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan seperti yang dijabarkan pada uraian tugas. Penilaian kinerja
yang dilaksanakan dengan benar dan tepat dapat meningkatkan motivasi
dan produktifitas kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas
penilaian kinerja perawat antara lain :
a. Penilaian harus berdasarkan standar yaitu indikator kinerja individu
perawat.
b. Perawat harus memahami dan mengimplementasikan standar secara
mendalam.

128
c. Perawat harus mengetahui sumber data yang dikumpulkan untuk
penilaian.
d. Penilaian harus ditujukan kepada seseorang yang diobservasi
terhadap pelaksanaan tugasnya.
e. Penilaian akan lebih disenangi dan memperoleh hasil positif jika
penilai meyakini dan respek terhadap profesinya
B. Hasil Evaluasi Tentang Pemilihan Nurse Of The Month
1. Perawat Klinik 1

Hasil Interpretasi
Berdasarkan hasil tabel PK 1 didapatkan hasil rata-rata Aspek Kinerja
No Nama Kinerja Perilaku Pengembangan Total
Klinis profesional
1 Rino 48,00% 21,60% 7,50% 77,10%
2 Heri 48,00% 26,88% 10,00% 84,88%
3 Sembri 48,00% 22,20% 10,00% 80,20%
4 Muhnia 48,00% 25,20% 10,00% 83,20%
Total 192,00% 95,88% 37,50% 325,38%
Rata-rata 48% 23,97% 9,375% 81,345%
Klinis berjumlah 48%, Aspek Perilaku rata-rata berjumlah 23,97%, dan
Aspek Pengembangan Profesional rata-rata berjumlah 9,375%,. Aspek nilai
tertinggi di PK 2 untuk Kinerja Klinis 48%, aspek Perilaku Nilai tertinggi
26% dan terendah 21,60%, aspek pengembangan profesional nilai tertinggi
10,00% dan terendah 7,50%.

2. Perawat Klinik 2
Kinerja Pengembangan
No. Nama Perilaku Total
Klinis Profesional
1. Ernawati 48,00% 22,20% 10,00% 80,20%
2. Fitri 48,00% 24,00% 10,00% 82,00%
3. Muja 48,00% 23,40% 10,00% 81,40%
4. Fachrial 48,00% 24,00% 10,00% 82,00%
5. Nopri 48,00% 24,60% 10,00% 82,60%
6. Rika 48,00% 27,60% 10,00% 85,60%
7. Faisal 48,00% 22,20% 10,00% 80,20%
8. Siti Nur 48,00% 27,00% 10,00% 85,60%
Aini
9. Wina 48,00% 27,00% 10,00% 85,60%
10. Septiani 48,00% 26,40% 10,00% 84,40%

129
11. Hasmiani 48,00% 23,40% 10,00% 81,40%
12. Nur 48,00% 25,20% 10,00% 83,20%
Halimah
13. Ely 48,00% 27,00% 10,00% 85,60%
Purnama
Sari
14. Ikas 48,00% 28,80% 10,00% 86,80%
Total 672% 352,8% 140% 1.166,6%
Rata-rata 48% 25,2% 10% 83,33%

Hasil Interpretasi
Berdasarkan hasil tabel PK II didapatkan hasil rata-rata aspek kinerja klinis
berjumlah 48%, aspek perilaku rata-rata berjumlah 25,2%, dan aspek
pengembangan professional berjumlah 10%. Aspek nilai tertinggi di PK 2 untuk
Kinerja Klinis 48%, aspek Perilaku Nilai tertinggi 27,60% dan terendah 22,20%,
aspek pengembangan profesional nilai tertinggi 10,00%.

3. Perawat Klinik 3
No Nama Kinerja Perilaku Pengembangan Total
Klinis Profesional
1 Ike 48,00% 24,80% 5,00% 77,00%
2 Mulyati 48,00% 25,20% 10,00% 83,20%
3 Yayuk 49,20% 22,20% 10,00% 81,40%
Handayani
4 Hernawati 48,00% 22,20% 10,00% 80.20%
5 Said 48,00% 24,00% 10,00% 82,00%
6 Nur aini 48,00% 26,40% 10,00% 84,40%
7 Sofyan 48,00% 27,60% 10,00% 55,60%
8 Januar sofyan 48,00% 24,00% 10,00% 82,00%
9 Benina RGG 51,60 26,40 10,00% 88,00%
10 Astuty Rianur 51,60 26,40 10,00% 88,00%
Total 488,40% 249,20% 95,00% 721,60%
Rata-rata 48,84 24,92 9,5 72,16

Hasil Interprestasi
Berdasarkan hasil table pk III didapatkan hasil rata-rata aspek
kinerja klinis berjumlah 48,84%, aspek perilaku rata-rata berjumlah
24,92%, dan aspek pengembangan professional berjumlah 9,5%. Aspek
nilai tertinggi di PK 2 untuk Kinerja Klinis 51,60%, dan nilai terendah
48,00%, Aspek Perilaku Nilai tertinggi 27,60% dan terendah 22,20%,
Aspek pengembangan profesional nilai tertinggi 10,00% dan terendah
5,00%.
Berdasarkan evaluasi pada lembar kuesioner Penilaian Kinerja
Profesional Berkelanjutan Keperawatan yang berisi lembar kuesioner
terbagi dalam aspek klinis sebanyak 10 pertanyaan, aspek perilaku 5

130
pertanyaan dan pengembangan 2 pertanyaan pada 28 perawat yang terbagi
PK 1 sebanyak 4 orang, PK 2 sebanyak 14 orang, PK 3 sebanyak 10
orang. Pada PK 1 nilai tertinggi sebesar 84,88% dan nilai terendah
77,10%, pada PK 2 nilai tertinggi 86,80% dan nilai terendah 80,20%, pada
PK 3 nilai tertinggi 86,80% dan nilai terendah 60,80%.
Penilaian Nurse Of The Month dilakukan sejak minggu kedua
hingga minggu ketiga, didapatkan nilai terbaik sebesar 88,00% yang
merupakan pecapaian seorang perawat dari PK 3 sehingga perawat
tersebut terpilih menjadi Nurse Of The Month pada bulan Agustus 2022.
Program Nurse Of The Month akan dilakukan terus menerus setiap
bulannya untuk memberikan penghargaan kepada perawat serta
menjadikan motivasi bagi perawat agar bekerja lebih baik.

131
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Kinerja perawat diukur dari pelayanan yang diberikan
kepada pasien sehingga pasien merasakan puas atau tidak puas.
Penilaian kinerja merupakan upaya menilai prestasi perawat dalam
bekerja. Penilaian kerja adalah sistem formal untuk mengkaji dan
mengevaluasi kinerja seseorang secara berkala berfungsi sebagai
informasi tentang kemampuan individu perawat dan membantu
pimpinan mengambil keputusan dalam pengembangan personalia.
Penilaian Nurse Of The Month dilakukan sejak minggu kedua hingga
minggu ketiga, didapatkan nilai terbaik sebesar 88,00% yang
merupakan pecapaian seorang perawat dari PK 3 sehingga perawat
tersebut terpilih menjadi Nurse Of The Month pada bulan Agustus
2022. Program Nurse Of The Month akan dilakukan terus menerus
setiap bulannya untuk memberikan penghargaan kepada perawat serta
menjadikan motivasi bagi perawat agar bekerja lebih baik.
B. Saran
Diharapkan program Nurse Of The Month ini menjadi motivasi bagi
semua perawat yang ada di Ruang Aster untuk melakukan tugas dan
tanggung jawab dengan lebih baik sehingga mendapatakan
penghargaan Nurse Of The Month pada setiap bulan.

132
133

Anda mungkin juga menyukai