Anda di halaman 1dari 49

LOKAKARYA MINI 1

MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN ANAK


RSUD. Dr. RASIDIN PADANG TAHUN 2018

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

Thoriq M iqbal, S.Kep Laharko dibesta, S.Kep

Ferdinan JP, S.Kep Doni Pranata, S.Kep

Rada fitriani, S.Kep Meta deti Y, S.Kep

Okti sarticha, S.Kep Memori okta M, S.Kep

Fiodika fazilla, S.Kep Amelia sepni, S.Kep

PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


STIKes SYEDZA SAINTIKA PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapakan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia

Nya sehingga kita dapat menyelesaikan “Laporan Kegiatan Praktek Profesi

Ners Manajemen Di Ruang Anak RSUD dr. Rasidin Padang Tahun 2018”

Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan praktek

profesi manajemen keperawatan di STIKes SYEDZA SAINTIKA Padang tahun

2018. Disusunnya lokakarya ini berkat dukungan dari berbagai pihak, pada

kesempatan ini kami sampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Direktur utama dr. Herlin Sridiani beserta jajaran struktural RSUD

dr.Rasidin Padang
2. Ibu Wirdanelly, S.Kep selaku Kabid Keperawatan RSUD dr.Rasidin

Padang
3. Bapak Irwandi, SKM. MARS selaku Kasi Asuhan Keperawatan RSUD

dr.Rasidin Padang
4. Ibu Hastrina Yanti, SKM. M.Kes selaku kasi Etika dan SDM RSUD

dr.Rasidin Padang
5. Ibu Ns. Siska Olivia, S. Kep selaku kepala ruangan anak dr. Rasidin

Padang sekaligus pembimbng Klinik Manajemen Keperawatan


6. Ibu Ns. Gauri, S.Kep selaku pembimbing Klinik Manajemen Keperawatan
7. Ibu Ns. Andika Herlina, M.Kep selaku pembimbing Akademik

Manajemen Keperawatan
8. Seluruh Perawat ruangan RSUD dr.Rasidin Padang
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Kami menyadari bahwa laporan kegiatan ini belum sempurna, untuk kami

sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk perbaikan dimasa

yang akan datang.


Semoga ALLAH SWT member balasan setimpal dan semoga laporan ini

memberikan manfaat bagi kelompok dan pihak yang berkepentingan.

Padang, 19 Mei 2018

Kelompok 1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manajemen keperawatan di dunia kesehatan perlu mendapatkan

prioritas utama, hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global

bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara

profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam,

2011). Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan

menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang

optimal. Oleh karena itu diperlukan kemampuan managerial untuk

meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan upaya dan

kegiatan pembangunan kesehatan dimasa sekarang dan dimasa yang akan

datang, tantangan yang selalu kita hadapi adalah masalah penyediaan

pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan perorangan, keluarga dan

masyarakat dengan jumlah dan mutu yang memadai (Nursalam, 2011).

Tantangan tersebut sangat berpengaruh terhadap pelayanan perawatan,

sehingga perawat harus selalu tanggap dan mampu menghadapi serta

menyesuaikan diri dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang

semakin bermutu dan merata. Untuk mencapai sasaran ini, maka ditetapkan

peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.Sebagai bagian dari tujuan program

pembangunan kesehatan (Nursalam, 2011).

Tuntunan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan

dirasakan sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat.Respon yang

ada harus bersifat kondusif dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan

keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya. Pelayanan


keperawatan profesional merupakan bagian yang integral dari pelayanan

kesehatan yang berdasarkan ilmu keperawatan yang kokoh, berorientasi pada

pelayanan yang bermutu tinggi dalam bentuk pelayanan biopsikososio-sosial

dan spiritual, mulai dari tingkat individual dan mencakup seluruh sudut

kehidupan sampai tingkat masyarakat (Suyanto, 2008).

Tenaga perawat sebagai tenaga professional yang melaksanakan

asuhan keperawatan pada klien merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan

dirumah sakit, karena hubungan perawat dengan pasien adalah selama 24 jam

dalam mengalokasi berbagai kemampuan dan pengetahuannya untuk

memberikan pelayanan keperawatan, sehingga dapat menggambarkan kualitas

pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit (Depkes RI, 2006).

Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, ikut

menentukan menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.Tenaga keperawatan

secara keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang ada,

dimana keperawatan memberikan konstribusi yang unik terhadap bentuk

pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif, berkelanjutan,

koordinatif dan advokatif.Keperawatan sebagai suatu profesi menekankan

kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan standart dengan

memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan

dapat diterima oleh masyarakat dengan baik (Astuti, 2008).

Berdasarkan survey awal dengan metode observasi, wawancara dan

kuesioner yang dilakukan oleh kelompok pada tanggal 7 Mei s.d 16 Mei 2018

di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Beberapa Ners mengatakan belum
optimalnya pelaksanaan pengkajian pengurangan resiko jatuh pada pasien,

belum optimalnya pemberian dan ketersedian label infus di cairan infus, dan

pendokumentasian control cairan.

Dengan permasalahan yang ditemukan diatas maka mahasiswa praktek

profesi manajemen keperawatan bersama tenaga keperawatan di ruang rawat

inap bedah tertarik untuk mengangkat masalah-masalah diatas untuk dapat

mencapai penyelesaian masalah tersebut sehingga dapat meningkatkan mutu

pelayanan asuhan keperawatan.

B. TUJUAN PRAKTIK
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan mahasiswa

mampu melakukan dasar pengelolaan unit rawat inap pelayanan

keperawatan sesuai dengan konsep dan langkah-langkah manajemen

keperawatan.

2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan mahasiswa mampu :
a. Mengetahui masalah manejemen keperawatan di ruang anak RSUD dr.

Rasidin Padang.
b. Menyusun rancangan strategis atau POA berdasarkan kajian bersama-

sama kepala ruangan


c. Melaksanakan rencana kerja masing-masing masalah di ruangan anak
d. Mengevaluasi implementasi rancangan yang sudah dilakukan di

ruangan anak.
e. Menyusun rencana tindak lanjut untuk proses manajemen

keperawatan selanjutnya.

3. Manfaat Praktek Manejemen


1. Bagi Rumah Sakit

Lokakarya mini ini menjadi bahan masukan dan pihak rumah sakit

untuk meningkatkan pencapaian peningkatan pelayanan management

asuhan keperawatan yang ada di RSUD dr.Rasidin padang tahun 2018.

2. Bagi Institusi

Lokakarya mini ini menjadi tolak ukur bagi pihak akademik dalam

mengevaluasi tingkat kemampuan dan kemahiran mahasiswa dalam

menerapkan aplikasi ilmu manajemen pada situasi nyata dilapangan.

3. Bagi Mahasiswa

Lokakarya mini ini bisa menjadi sarana untuk menerapkan ilmu

manajemen, memecahkan suatu masalah dilapangan sekaligus menjadi

pedoman dalam pembuatan laporan-laporan kasus manajemen selanjutnya.

BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Manajemen Keperawatan
1. Pengertian
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan

keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan

masyarakat (Gillies, 2014).


Kita ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu

tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk

merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber

– sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien,

keluarga dan masyrakat (Gillies, 2014).


2. Fungsi Manjemen
Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan (planning), perencanaan merupakan :
a) Gambaran apa yang akan dicapai
b) Persiapan pencapaian tujuan
c) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
d) Persiapan tindakan – tindakan
e) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
f) Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan
2. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana,

mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit

kerja, alat – alat, keuangan dan fasilitas.


3. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka

bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi

harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval.


4. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi

pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah

orang – orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga

berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.


Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan

perbandingan hasil – hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat

penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum,

sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik

administrasi dan manajemen (Gillies, 2014).

B. Model Praktek Keperawatan Propesional


1. Pengertian
Praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem

(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat


profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk

lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.


Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem

(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat

profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk

lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.Aspek struktur ditetapkan

jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan

derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan

klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan

jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk

melakukan tindakan keperawatan (Gillies, 2014).


2. Tujuan MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan

asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.


c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan

keperawatan bagi setiap tim keperawatan

3. Macam-macam Motode Penugasan dalam Keperawatan


a. Model Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan

asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke

dua.Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan

perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi


(misalnya; merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di

bangsal.
Kelebihan model fungsional :

1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas

yang jelas dan pengawasan yang baik

2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,

sedangkan perawatan pasien diserahkan kepada perawat junior dan

atau belum berpengalaman

Kelemahan model fungsional :

1) Tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat

2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan

proses keperawatan

3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan

dengan keterampilan saja

b. Model Keperawatan TIM

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang

berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ grup

yang terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan pembantu dalam satu

grup kecil yang saling membantu.

1) Konsep metode TIM adalah :


a) Ketua TIM sebagai perawat profesional harus mampu

menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan

b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontuinitas rencana

keperawatan terjamin

c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim

d) Peran Kepala Ruangan penting dalam model tim, model ini

akan berhasil baik bila didukung oleh ketua tim.

2) Tanggung jawab anggota tim :

a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah

tanggung jawabnya

b) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim

c) Memberikan laporan

3) Tanggung jawab ketua tim :

a) Membuat perencanaan

b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi

c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat

kebutuhan pasien

d) Mengembangkan kemampuan anggota

e) Menyelenggarakan konferensi

4) Tanggung jawab Kepala Ruang

a) Perencanaan
 Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-

masing-masing-masing

 Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya

 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien

 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan

berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua

tim, mengatur penjadwalan/ penugasan

 Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

 Mengikuti visite dokter

 Mengatur dan mengendalikan Asuhan Keperawatan;

membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,

membimbing penerapan proses keperawatan, dan menilai

asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan

masalah, memberikan informasi kepada pasien atau

keluarga yang baru masuk

 Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan

diri

 Membantu terwujudnya visi dan misi keperawatan dan

rumah sakit

 Pengorganisasian

 Merumuskan metode penugasan yang digunakan

 Merumuskan metode penugasan


 Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara

jelas

 Membuat rentang kendali kepala ruang membawahi 2 ketua

tim dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat

 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan;

membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap

hari, dan lain-lain

 Mengatur dan mengendalikan logistik

 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik

 Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada di

tempat, kepada ketua tim

 Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk mengurus

administrasi pasien

 Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya

 Identifikasi masalah dan cara penanganannya

b) Pengarahan

 Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

 Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan

tugas dengan baik

 Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,

keterampilan dan sikap

 Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan

berhubungan dengan Askep pasien


 Melibatkan bawahan yang mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya

 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim

c) Pengawasan

 Melalui komunikasi; mengawasi dan berkomunikasi

langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai

Asuhan Keperawatan yang diberikan kepada pasien

 Melakukan supervise

Kelebihan model keperawatan TIM

a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

c) Memungkinkan komunikasi antara tim sehingga konflik mudah

diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim

Kelemahan model keperawatan TIM

a) Komunikasi antar anggota Tim terbentuk terutama dalam bentuk

konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit

untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk

c. Model keperawatan primer

Menurut Sudarsono (2006) Metode penugasan dimana satu orang

perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan

keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit.

Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk

merencanakan, melakukan dan koordinasi Asuhan keperawatan selama

pasien di rawat.

1. Konsep dasar metode primer

a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

b) Ada otonomi

c) Ketertiban pasien dan keluarga

2. Tugas perawat primer

a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara

komprehensif

b) Melaksanakan tujuan dan rencana keperawatan

c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas

d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang

diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain

e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

f) Menerima dan menyesuaikan rencana

g) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang

h) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan

lembaga sosial di masyarakat

i) Membuat jadwal perjanjian klinik

j) Mengadakan kunjungan rumah

3. Peran Kepala Ruang/ Bangsal metode primer


a) Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer

b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru

c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat

asisten

d) Evaluasi kerja

e) Merencanakan/ menyelenggarakan pengembangan staf

f) Membuat 1 – 2 pasien untuk model agar dapat mengenal

hambatan yang terjadi

4. Ketenagaan metode primer

a) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”

b) Beban kasus pasien 4 – 6 orang untuk satu perawat

c) Penugasan ditentukan oleh Kepala Bangsal

d) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun

non profesional sebagai perawat asisten

5. Kelebihan model keperawatan primer :

a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif

b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap

hasil dan memungkinkan pengembangan diri

c) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan

rumah sakit

6. Kelemahan model keperawatan primer

a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman

dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria assertive, self


direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,

menguasai keperawatan klinik, accountable serta mampu

berkolaborasi dengan berbagai disiplin

d. Model manajemen kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan

pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda

untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat

oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus

biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya

dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus

seperti : isolasi, intensive care

e. Modifikasi : TIM Primer

Pada Model Asuhan Keperawatan profesional (MAKP) Tim

digunakan secara kombinasi dari sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono

(2006), dikutip oleh Nursalam (2002), penetapan sistem model MAKP

ini didasarkan pada beberapa alasan :

1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai

perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1

Keperawatan atau setara.

2) Keperawatan TIM tidak digunakan secara murni, karena tanggung

jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai

TIM
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas

asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat

pada primer. Disamping itu karena saat ini jenis pendidikan

perawat yang ada di rumah sakit, sebagian besar adalah lulusan

SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ ketua

tim tentang asuhan keperawatan.

C. Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien

Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan

tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut

Douglas (2006), Lavoridge & Cummings (2005), dinyatakan oleh Nursalam

(2011), klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga kategori,

yaitu:

 Perawatan minimal, memerlukan waktu 1 –2 jam / 24 jam

 Perawatan intermediet, memerlukan waktu 3 – 4 jam / 24 jam

 Perawatan maksimal atau total, memerlukan waktu 5 – 6 jam / 24 jam

Dalam suatu penelitian Douglas (2006), dikutip oleh Nursalam (2011),

tentang tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang

dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung pada tingkat ketergantungan

pasien seperti pada tabel di bawah ini :


Tabel 1

Jumlah Tenaga Perawat Yang Dibutuhkan Pada Suatu Ruang Rawat

Jumlah KLASIFIKASI PASIEN

Pasien Minimal Parsial Total


Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
(Nursalam, 2011)

Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat di

dahului dengan menghitung jumah klien berdasarkan derajat ketergantungan

dalam waktu tertentu. Minimal selama 7 hari berturut-turut.


Metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah perawt yang

berdasarkan pada Depkes (2007):


a) Derajat ketergantungan pasien
Untuk kualifikasi pasien dengan self care = 2,5 jam keperawatan, pasien

dengan partial care = 4,5-5 jam keperawatan, pasien total care = 6-6,5 jam

keperawatan.
b) Efektifitas
Perawat dinas pagi = 6 jam, dinas sore = 7 jam dinas dan dinas malam=9 jam
c) Kualifikasi tenaga keperawatan
58%perawat register, 26% LPN, 16% NA
d) Presentasi jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan
47% pagi, 35% sore, dan 18% malam.

D. Komunikasi dalam Manajemen


Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer

keperawatan dan sebagai bagian yang selalu ada dalam proses manajemen

keperawatan. Tergantung dari dimana posisi manajer dalam struktur

organisasi. Berdasarkan hasil penelitian Swansburg (2007).


Karena terlalu banyak waktu yang digunakan oleh manajer adalah untuk

komunikasi: mendengar dan berbicara, jadi jelas bahwa manajer harus

mempunyai ketrampilan komunikasi interpersonal yang baik Manajer

berkomunikasi dengan staf, pasien, atasan setiap hari.

a. Proses Komunikasi

Tappen (2005) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran

pikiran, perasaan dan pendapat dan memberikan nasehat dimana terjadi

antara dua.orang atau lebih bekerja bersama.

b. Komunikasi Dalam Keperawatan

Karena komunikasi adalah sesuatu yang komplek, banyak model

dipergunakan dalam menjelaskan bagaimana organisasi dan orang

berkomunikasi.Dasar model yang umum sebagaimana tersebut dalam

gambar di bawah, dimana setiap komunikasi pasti adanya pengirim pesan,

dan penerima pesan.Pesan tersebut dapat berupa verbal, tertulis, maupun

nonverbal. Pada proses ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan

eksternal, dimana komunikasi dilaksanakan.

c. Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan

Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi adalah sangat kompleks,

manajer dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap tersebut

di bawah ini:

1) Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman

tentang siapa yang akan terkena dampak dari pengambilan keputusan

yang telah dibuat.


2) Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai bagian

proses yang tak terpisahkan dalam kebijaksanaan organisasi. Manajer

harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima secara

akurat. Salah satu cara untuk melakukannya pada proses ini adalah

bertanya kepada penerima pesan untuk mengulangi pesan atau instruksi

yang disampaikan.

3) Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang pentingpagi

manajer. Hal yang perlu dilakukan adalah menerima semua informasi

yang disampaikan orang lain dan menunjukkan rasa menghargai dan

ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.

d. Jenis – Jenis Komunikasi

a) Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam organisasi.

Dalam mencapai setiap kebutuhan individu / staf, setiap organisasi telah

mengembangkan metode penulisan dalam mengkomunikasikan

pelaksanaan pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan, surat

menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal.

b) Komunikasi Secara Langsung

Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan

bawahan baik secara formal maupun informal.Mereka juga melakukan

komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu

dalam kelompok dan presentasi secara formal.

c) Komuniasi Non Verbal


Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan expresi

wajah pergerakan tubuh, dan sikap tubuh atau.Menurut Arnold & Boggs

(2011) karena komunikasi nonverbal meliputi komponen emosi terhadap

pesan yang verbal lebih mengandung arti yang signifikan dibandingkan

komunikasi verbal.

d) Strategi Komunikasi Dalam Keperawatan Di Rumah Sakit

Komunikasi pada tahapan ini, tidak hanya secara spesifik ditujukan

melalui stratagi perencanaan. Tetapi ke 3 komponen harus menjadi

perhatian yang sama, yaitu: struktur, budaya, dan teknolog

e) Aplikasi Komunikasi Dalam Asuhan Keperawatan

Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur

utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk

mencapai hasil yang optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan

komunikasi meliputi :

1. Timbang terima

Pada saat timbang terima diperlukan suatu komunikasi yang jelas

tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan

intervensi dan yang belum, serta respon pasien yang terjadi.

2. Interview/ Anamnesa

Anamnesa kepada pasien merupakan kegiatan yang selalu dilakukan

oleh perawat kepada pasien pada saat pelaksanaan asuhan


keperawatan (proses keperawatan). Interview adalah suatu

komunikasi dengan tujuan tertentu untuk memperoleh data tentang

keadaan klien yang akan dipergunakan dalam mendukung masalah

yang dihadapi pasien dan melaksanakan tindakan secata akurat

3. Komunikasi melalui sentuhan

Komunikasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan metode

dalam mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat.Sentuhan

yang diberikan oleh perawat juga dapat sebagai terapi bagi pasien.

E. Sistem Pendokumentasian
Dokumentasi adalah suatu dokumen yang berisi data lengkap, nyata dan

tercatat tidak hanya tentang tingkat kesakitan pasien tetapi juga jenis dan

kualitas pelayanan kesehatan yang diberi, (Fisbach, 2012).


Dokumentasi keperawatan bertujuan untuk

a. Menghindari tumpang tindih, dan ketidak

efisien informasi dari asuhan keperawatan.

b. Terbina koordinasi yang baik dan dinamis

antara sesama perawat atau petugas lain rnelalui komunikasi tulisan.

c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas

tenaga keperawatan

d. Terjaminnya kualitas asuban keperawatan.

e. Perawat mendapat perlindungan secara

hukum.

f. Memberikan data bagi peneliti, penulisan

karya ilmiah, dan penyempurnaan standar asuhan keperawatan


Banyak para ahli menyusun sistem dokumentasi keperawatan. Sistem

dokumentasi ini masing-masing memiliki keunikad tersendiri, namun pada

dasarnya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa sistem pendokumentasian

yangsering dipakai anrala lain : Catatan Beroientasi Pada Sumnber (Source

Oriented Record ISOR). Komponen SOR rneliputi hal berikut ini.


a. Lembar panerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti, nama, alamat,

tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta,dia~iosis pada saat

masuk rumah sakit.


Lembar instruksi dokter.Lembar ini digunakan untuk mencatatseflap

instruksi dokter yang dilenkapi dengan tanggal dan, tanda tangan dokter

yang bersangkutan.

b. Lembar riwayat medik.


Lembar ini berisi catatan teotang hasil pemeriksaan fisik, kondisi

kesehatan klien, perkembangan, dan tindak lanjut.


c. Catatan perawat.
Catatan ini mencakup catatan,pengkajian, diagnosis, intervensi dan

evaluasi.
d. Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan labolatostium,

laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda vital, cairan serta

pengobatan.
BAB III
GAMBARAN UMUM DAN MASALAH

A. GAMBARAN UMUM RSUD DR. RASIDIN

RSUD dr. Rasidin terletak di Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat,


300 m dari jalan raya By Pass yang menjadi jalur alternatif utama dan
arah pengembangan Kota Padang. Sebagai rumah sakit daerah satu-
satunya RSUD dr. Rasidin memiliki peluang yang sangat strategis sebagai
rumah sakit pilihan pertama di Kota Padang, namun akses transportasi
masih menjadi kendala karena angkutan kota yang terbatas dan belum
adanya alat transportasi umum yang langsung menuju RSUD.
RSUD dr. Rasidin selalu berupaya meningkatkan pelayanan
kesehatan, pelayanan yang telah dilaksanakan di RSUD dr. Rasidin adalah
sebagai berikut :
1. Pelayanan Unit Gawat Darurat
Pelayanan yang dilakukan pada instalansi gawat darurat dilakukan
selama 24 jam yang dibagi dalam 3 shift dengan rata-rata kunjungan
31 orang perhari
2. Pelayanan Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan memberikan pelayanan dengan unggulan
spesialistik yang meliputi poliklinik umum, penyakit dalam, anak,
kebidanan, bedah umum, dan orthopedic, paru, mata, kulit, dan
kelamin, gigi THT (Telinga, Hidung Tenggorokan), neurologi serta
penyuluhan kesehatan. Adapun kunjungan poliklinik rata-rata perhari ±
128 orang. Kemudian juga ada pelayanan Hemodialisa namun belum
beroperasi.
3. Pelayanan Medik dan Penunjang Medik
Pelayanan medik dan penunjang medik yang dilaksanakan pada RSUD
dr. Rasidin terdiri dari : Pelayanan laboratorium lengkap, pemeriksaan
jantung (EKG), pelayanan gizi, USG, Rontgen, Farmasi, Fisioterapi,
elektromedik dan CSSD.
4. Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan rawat inap memberikan pelayanan dengan unggulan
spesialistik yang meliputi UGD, OK, RR, ICU, penyakit dalam,
perinatologi, anak kebidanan, bedah dan hemodialisa.
Ruang umum Anak terdiri dari beberapa sub rawat, yaitu Perinatologi
dan anak terbagi atas rawat inap kelas 1 Anak, ruang rawat isolasi,
rung rawat istirahat Ibu, ruang kelas II, ruang rawat kelas III. Ruang
isolasi merupakan ruang rawat inap untuk pasien dengan kondisi
dengan pemantauan yang ketat dan perawatan intensif. Ruang istirahat
Ibu merupakan ruang tempat ibu yang bayinya dalam rawatan
perinatologi.

B. VISI, MISI DAN MOTTO RUMAH SAKIT


1. VISI RSUD DR. RASIDIN
Terwujudnya pelayan RS yang bermutu dan berorientasi pada kepuasan

pasien serta menjadi RS tipe B tahun 2019. Tercapainya derjat kesehatan

masyarakat yang optimal dengan pelayanan prima dan rumah sakit badan

pelayanan umum. Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan yang

diberikan kepada pasien berdasarkan standar kualitas untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh

kepuasan dan akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepala rumah

sakit.
2. MISI RSUD DR RASIDIN

Dalam mewujudkan Visi RSUD dr. Rasidin Kota Padang


yang tertuang dalam misi yang didentifikasi sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pelayanan yang komprehensif dan
berkualitas dengan mengacu kepada SPM dan pelayanan Publik
b. Menyelenggarakan pelayanan administrasi dan keuangan
dengan penerapan BLUD yang didukung dengan SIMRS
c. Menyelenggarakan asuhan keperawatan yang proofesional
dengan mengitregasikan berbagai disiplin ilmu
d. Melengkapi sarana dan prasarana RS, menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan atau
pemberdayaan SDM dalam mewujudkan pelayanan yang
bermutu
e. Menjadikan RSUD dr. Rasidin sebagai Rumah Sakit Rujukan
dan Evakuasi denagan kerja sama Lintas Program dan Lintas
Sektor
3. VISI BIDANG KEPERAWATAN
a. Terselenggaranya pelayanan keperawatan prima melalaui proses

keperawatan .
b. Terciptanya pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarkat.


c. Terpeliharanya hubungan kerja sama yang efektif dengan semua

anggota tim kesehatan.


d. Terlaksananya pengembangan sumberdaya manusia keperawatan

melalui keperawtan berkelanjutan bagi tenaga keperawtan baik formal

maupun nonformal sesuai rencana pengembangan tenaga keperawtan.


e. Terciptanya iklim yang menunjang proses belajar dalam kegiatan

pendidikan bagi pengembangan tenaga keperawatan.


4. MISI BIDANG KEPERAWATAN
a. Memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai standar pelayanan
b. Meningkatkan citra keperawatan melalui penerapan etika keperawatan

dalam memberikan pelayanan prima.


c. Menyelenggarakan pelayan keperawtan prima dan terjangaku seluruh

lapisan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayan keperawtan prima dan terjangaku seluruh

lapisan masyarakat.
5. MOTTO RSUD DR RASIDIN
Motto RSUD dr. Rasidin Kota Padang adalah “ Melayani dengan Ramah

dan Profesional”. RSUD dr. Rasidin merupakan salah satu rumah sakit

umum instansi pemerintah kota Padang yang berada di bawah tanggung

jawab Walikota Padang yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit tipe C.

Pelayanan Prima yang diberikan dapat dilihat dari unsur 6 pokok yaitu

kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, dan tanggung jawab yang harus

dimiliki oleh semua jajaran yang ada di Rumah Sakit. Pelayanan Prima

harus sesuai dengan indikator mutu pelayanan kesehatan tentu saja harus

ditunjang oleh manajemen yang baik.


C. KAJIAN SITUASI DI RUANGAN ANAK RSUD DR. RASIDIN
1. KARAKTERISTIK RUANGAN
a. Visi ruangan anak
Tercapainya pelayanan keperawatan anak dan neonates yang

professional dan bermutu dalam menurunkan angka kematian neonates

di kota Padang.
b. Misi ruangan anak
1) Memberikan pelayann keperawatan anak dan neonates yang

bermutu sesuai standar pelayanan


2) Meningkatkan asuhan kepearawattan professional dan trampil

dalam pelayanan keperawatan anak dan neonatus


3) Meningkatkan potensi SDM keperawatan melalui pendidikan,

pelatihan, dan penelitian dalam mencapai mutu pelayanan

keperawatan
4) Mewujudkan citra keperawatan melalui pelayanan prima yang adil

dan beretribusi bagi anak dan neonatus.


c. Sifat kekaryaan ruangan
1) Fokus telaah
Di dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang rawat inap anak

adalah semua jenis diagnosa medis di antaranya masalah kasus di

bangsal anak dan bangsal perinatology yang meliputi masalah

kejang demam, diare, sindrom gawat nafas, BBLR, hiperbilirubin,

DHF, demam typoid, bronkopneumonia, sepsis, asfiksia


2) Lingkup garapan
Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang rawat inap anak

adalah pemenuhan dasar manusia. Berdasarkan fokus telaah, maka

lingkup garapan ruang rawat inap anak adalah memberikan

pelayanan secara terpadu dari berbagai multi disiplin ilmu secara

aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan segala aktivitas

untuk mengatasi gangguan atau hambatan pemenuhan kebutuhan

dasar manusia dan meningkatkan kualitas hidup yang terjadi akibat

masalah atau gangguan fisiologis pada satu atau berbagai sistem

tubuh manusia.
3) Basis intervensi
Basis intervensi ruang rawat inap anak merupakan salah satu

bagian dari pelayanan yang mengutamakan pelayanan yang

nyaman dan kepuasan yang tinggi kepada pasien sehingga

memerlukan pelayanan yang professional


4) Model perayanan
Model pelayanan keperawatan yang diterapkan di ruangan rawat

inap anak RSUD Dr. Rasidin Padang adalah dengan menggunakan

metode tim. Tim dalam ruangan ini dibagi menjadi 2 yaitu tim A
(bangsal perinatology) dan tim B (bangsal anak). Tim A ada dua

orang katim yang beranggotakan 7 orang perawat pelaksana, tim B

ada dua orang katim yang beranggotakan 6 orang perawat

pelaksana, untuk dinas sore dan malam hanya memilih satu

penanggung jawab saja. Saat dinas pagi pre conference dilakukan

pada pagi hari, dan post conference dilakukan pada siang hari.

Selanjutnya saat dinas siang dan dinas malam, pre conference dan

post conference tidak selalu dan jarang dilakukan. Pada saat pre

conference dan post conference di pagi hari karu membuka pre

conference dan mempersilahkan penanggung jawab dinas malam

untuk menyampaikan laporan dan kendala saat dinas malam,

kemudian kepala ruangan bersama katim dan perawat pelaksana

merembukkan permasalahan yang ada, kemudian melakukan

overan keruangan pasien.


5) Letak ruangan
Letak ruangan rawat inap anak berada di samping ruangan bedah

dan irna kebidanan RSUD Dr. Rasidin Padang dengan rincian

sebagi berikut :
a) Disebelah timur terdapat lahan kosong
b) Disebelah selatan terdapat dlahan kosong / lahan baru
c) Disebelah utara terdapat ruangan kebidanan
d) Disebelah barat terdapat ruangan bedah
6) Kapasitas ruangan
Ruangan rawat inap anak mempunyai ruangan untuk pasien yaitu :

No Ruangan Tim A Tim B Jumlah


(Perinatologi) (Anak)
1. Kelas 1 - 2 2
2. Kelas 2 - 3 3
3. Ruang isolasi - 4 4
4. Ruang infeksi/ - 7 7
kelas 3
5. Ruangan non - 7 7
infeksius/ kls 3
6 Ruang ibu - 5 5
7 Ruang 1. Infarm - 3
perinatologi warmer : 2 8
2. Incubator : 4
8
3. Box bayi :
4
Jumlah 14 28 43

Berdasarkan tabel diatas terdapat jumlah bed yang ada di

bangsal anak berjumlah 28 bed pasien, di bangsal perinatology

terdapat 15 tempat bayi.


2. SUMBER DAYA/KEKUATAN KERJA
a. Manusia/ketenagaan
Jumlah tenaga keperawatan diruang anak adalah 20 orang yang terdiri

Ners 4 orang, S1 Keperawatan 3 orang, DIII Kebidanan 5 orang, DIII

Keperawatan 7 orang dan SPK 1 orang

No Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Jumlah

1 ♀ SPK 1 orang

2 ♀ D III Perawat 7 Orang

3 ♀ D III Kebidanan 5 Orang

4 ♀ S1 keperawatan 3 orang

5 ♀ Profesi Ners 4 orang

b. Non manusia
1) Metode
Adapun metode penugasan yang diterapkan diruang rawat inap

anak adalah metode tim, yaitu kepala ruangan akan memilih ketua

tim (tim A dan Tim B), jika katim berhalangan hadir katim tersebut

menunjuk salah satu perawat pelaksanan untuk menggantikan


dirinya. Kepala ruangan memilih perawat pelaksana untuk bertugas

pada masing-masing tim kemudian katim dan perawat pelaksana

berkolaborasi dalam pemberianan asuhan keperawatan pada pasien.


2) Money
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan perawat

pelaksana semua keuangan diruangan dikelola sepenuhnya oleh

administrasi rumah sakit. Sehingga kebutuhan pengembangan

ruangan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan serta permintaan

kebutuhan pasien yang sebelumnya diajukan oleh ruangan kepada

pihak rumah sakit.


3) Machine
a) Di ruangan rawat inap anak RSUD Dr. Rasidin Padang
Hasil observasi di bangsal anak dan bangsal perinatology

diperoleh data bahwa terdapat fasilitas penunjang seperti troli 5

buah (yaitu troli injeksi 2 buah, 2 troli tempat obat-obat oral

dan obat injeksi pasien, 1 troli tempat timbang bayi), kulkas,

TV, dispenser guna mendukung kualitas pelayanan optimal.


b) Inventaris ruangan rawat anak RSUD Dr. Rasidin Padang
Peralatan dan alat kesehatan merupakan hal yang penting

dalam melakukan tindakan keperawatan. Berikut adalah

peralatan dan alat kesehatan diruangan rawat inap Anak RSUD

Dr. Rasidin Padang yang didapatkan dari daftar inventris

ruangan yang dimiliki oleh ruangan seperti 8 inkubator,alat

bantu nafas : (1 ventilator, 4 CPAP), 3 monitor, 1 ventilator, 6

infus pump, 5 syring pump 5, 2 alat suction .

3. ANALISIS TERHADAP PASIEN


a. Karakteristik
Karakteristik klien di ruang rawat inap anak RSUD Dr. Rasidin Padang

meliputi semua masalah yang ada di bangsal anak dan bangsal

perinatology terdiri atas berbagai jenis diagnosa medis diantaranya

kejang demam, diare, sindrom gawat nafas, BBLR, hiperbilirubin,

DHF, demam typoid, bronkopneumonia, sepsis, asfiksia, dari berbagai

masalah ini pasien dapat diberikan pelayanan keperawatan anak yang

professional, bermutu, dan unggulan di Kota Padang sesuai dengan

visi dan misi ruangan anak.


b. Tingkat ketergantungan
Selama observasi kelompok dari tanggal 7 Mei 2018 sampai 10 Mei

2017, tingkat ketergantungan klien diruang rawat inap perinatologi

untuk total care berjumlah 5 orang. Dimana 3 orang membutuhkan

Alat bantu nafas CPAP, 2 orang terpasang OGT, 2 orang terpasang

cairan intravena, dan 5 orang membutuhkan bantuan untuk kebersihan

mulut, membutuhkan pakaian untuk berpakaian, dan dimandikan oleh

perawat. Diruang rawat inap anak untuk parsial care berjumlah 2

orang, setiap klien hanya membutuhkan beberapa bantuan dari perawat

seperti mengingkatkan untuk memandikan klien kepada keluarga,

mengingatkan untuk memberikan makan kepada klien, dan

mengingatkan keluarga agar mengistirahatkan klien.


4. LINGKUNGAN KERJA
a. Lingkungan fisik
Lingkungan ruang rawat inap anak memiliki jendela dan pencahayaan

yang baik, terdapat ventilasi, lingkungan sekitar ruangan belum tertata

rapi banyak, blangko askep yang kurang tertata rapi dan banyak benda-

benda yang lain yang rusak dan tidak terpakai diletakkan saja di
gudang atau ruangan yang kosong sehingga membuat ruangan tidak

rapi. Pentri tempat pencucian alat dan pojok ASI telah disediakan.
b. Lingkungan non fisik
Lingkungan non fisik di ruangan rawat inap anak dilihat dari sirkulasi

udaranya sudah optimal.


5. BOR
Indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mngetahui tingkat

pemanfaaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Beberapa

indikator pelayanan rumah sakit diantaranya adalah BOR (Bed Occupany

Rate).
Angka penggunaan tempat tidur menurut Huffman Bor adalah “ the ratio

of patient service days to inpatientbed count days in period under

consideration”. Menurut Depkes RI tahun 2005 BOR adalah presentase

pemakian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini

memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur

tersebut. Nilai parameter BOR yang ideal adalah 60% - 85%.


Berdasarkan perhitungan BOR di Ruangan Perinatology RSUD dr. Rasidin

selama 3 hari dari tanggal 7 Mei sampai 10 Mei 2018 yaitu sebagai berikut

:
Tanggal 07 Mei 2017 : 5 bed terisi
Tanggal 08 Mei 2017 : 4 bed terisi
Tanggal 09 Mei 2017 : 4 bed terisi
Dari tanggal diatas dapat disimpulkan BOR Yaitu :
Tanggal 07 Mei 2017 : 5/14 x 100% = 35,7%
Tanggal 08 Mei 2017 : 4/14 x 100% = 28,6%
Tanggal 09 Mei 2017 : 4/14 x 100% = 28,6% +
92,9 / 3 = 30,1%

Berdasarkan perhitungan BOR di Ruangan Anak RSUD dr. Rasidin selama

3 hari dari tanggal 7 Mei sampai 10 Mei 2018 yaitu sebagai berikut
Tanggal 07 Mei 2017 : 4 bed terisi
Tanggal 08 Mei 2017 : 3 bed terisi
Tanggal 09 Mei 2017 : 3 bed terisi
Dari tanggal diatas dapat disimpulkan BOR Yaitu :
Tanggal 07 Mei 2017 : 4/28 x 100% = 14,3%
Tanggal 08 Mei 2017 : 3/28 x 100% = 10,7%
Tanggal 09 Mei 2017 : 3/28 x 100% = 10,7% +
35,7 / 3 = 11,9%

07 Mei 2017

RUANGAN
Ruangan Kapasitas Jumlah bed yang berisi
Anak 21 4
Perinatologi 12 5

08 Mei 2017

RUANGAN
Ruangan Kapasitas Jumlah bed yang berisi
Anak 21 3
Perinatologi 12 4

09 Mei 2017

RUANGAN
Ruangan Kapasitas Jumlah bed yang berisi
Anak 21 3
Perinatologi 12 4

D. WINSHIELD SURVEY
Hasil winshield di ruang Bangsal Anak pada tanggal 7 Mei 2018 sampai 17

Mei 2018 terhadap pelayanan keperawatan/kebidanan dalam hal penerapan

profesional di ruang bangsal anak yang dikepalai oleh 1 orang kepala ruangan

dengan pendidikan Profesi Ners, jumlah tenaga kesehatan ada 19 orang.

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa belum optimalnya

pendokumentasian control cairan, belum optimalnya pemberian label di infus, dan

belum optimalnya pengkajian penurunan resiko jatuh Berdasarkan masalah yang


ditemukan diatas, kelompok ingin mengangkat masalah pendokumentasian

control, pemberian label infus, dan penurunan resiko jatuh.


E. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Kepemimpinan

Diagram 1
KARU mengadakan pre confrence sebelum memulai dinas
Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa ada (100%)

KARU mengadakan pre confrence sebelum memulai dinas di Ruang Anak


RSUP dr. Rasidin.Padang.

Diagram 2
KARU mengadakan post confrence setelah dinas Di Ruang Rawat
Inap Anak RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa (75%) KARU

tidak mengadakan post confrence setelah dinas di Ruang Anak RSUD dr.

Rasidin Padang.
Kesimpulannya pelaksanaan post confrence belum maksimal

dilakukan di ruangan Anak RSUD dr. Rasidin Padang.


Diagram 3
KARU menggunakan metode musyawarah dalam pengambilan
keputusan di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa ada (100%)

KARU menggunakan metode musyawarah dalam pengambilan keputusan

di Ruang Anak RSUP dr. Rasidin Padang.

Diagram 4
KARU Mensosialisasikan jika ada peraturan baru Di Ruang Rawat
Inap Anak RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa tidak ada (100%)

KARU mengadakan pre confrence setelah dinas di Ruang Anak RSUP dr.

Rasidin Padang.
2. Karakteristik Perawat Anak
Diagram 1
Jenis Kelamin Perawat Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Rasidin
Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa semua (100%)

tenaga perawat di Ruang Anak RSUP dr. Rasidin Padang berjenis kelamin

perempuan.

Diagram 2
Tingkat Pendidikan Perawat Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr.
Rasidin Padang
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(35%) tingkat pendidikan perawat di Ruang Anak RSUD dr. Rasidin

Padang adalah DIII Keperawatan.


3. Fungsi Manajemen
1) Perencanaan

Diagram 5
Persepsi Perawat terhadap Perencanaan Manajer Di Ruang Rawat
Inap Anak RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

(71%) perawat memiliki persepsi yang baik terhadap perencanaan

manajemen di Ruang Anak RSUD dr. Rasidin Padang.


2) Pengorganisasian

Diagram 6
Persepsi Perawat terhadap Fungsi Pengorganisasian Di Ruang Rawat
Inap Anak RSUD dr. Rasidin Padang
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa semua (100%)

perawat memiliki fungsi pengorganisasian yang baik terhadap perencanaan

manajemen di Ruang Anak RSUD dr. Rasidin Padang.


3) Pengarahan

Diagram 7
Persepsi Perawat terhadap Fungsi Pengarahan di Ruang Rawat Inap
Anak RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

(73%) perawat memiliki fungsi pengarahan yang baik terhadap

perencanaan manajemen di Ruang Anak RSUD dr. Rasidin Padang.

4) Pengendalian
Diagram 8
Persepsi Perawat terhadap Fungsi Pengendalian di Ruang Rawat
Inap Anak RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh

(73%) perawat memiliki fungsi pengarahan yang baik terhadap

perencanaan manajemen di Ruang Anak RSUD dr. Rasidin Padang.

4. Pendokumentasian

Dari data diatas didapatkan (50%) perawat mengatakan kadang-kadang


format kontrol cairan diruangan selalu tersedia dan cukup di bangsal Anak
RSUD DR. Rasidin Padang.
Dari data diatas didapatkan (35%) perawat mengatakan tidak pernah
mempunyai daftar kontrol cairan di bangsal Anak RSUD DR. Rasidin Padang.

Dari data diatas didapatkan (50%) perawat mengatakan selalu mengoverkan


jumlah cairan infuse setiap pergantian shift di bangsal Anak RSUD DR.
Rasidin Padang.
Dari data diatas didapatkan (100%) perawat mengatakan selalu memberikan
cairan infus sesuai orderan dokter di bangsal Anak RSUD DR. Rasidin
Padang.

Dari data diatas didapatkan (100%) perawat mengatakan tidak pernah


memberikan cairan infus dengan label cairan infus di bangsal Anak RSUD
DR. Rasidin Padang.
5. PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Dari data diatas didapatkan 100 % perawat sering melakukan Identifikasi


pasien pasien di bangsal Anak RSUD DR. Rasidin Padang.

Dari data diatas didapatkan lebih dari separoh (85%) perawat menerapkan
Komunikasi efektif di bangsal Anak RSUD DR. Rasidin Padang.
Dari data diatas didapatkan lebih dari separoh (70%) perawat menerapkan
pengurangan resiko infeksi di bangsal Anak RSUD DR. Rasidin Padang.

Dari data diatas didapatkan (50%) perawat kadang kadang melakukan


pengkajian pengurangan resiko jatuh di bangsal Anak RSUD DR. Rasidin
Padang.
F. RUMUSAN MASALAH

NO Data Masalah
1. Kuesioner: Belum optimalnya
1. 50% Perawat kadang-kadang melakukan pelaksanaan pengkajian
pengkajian resiko jatuh pengurangan resiko jatuh
Wawancara:
1. Menurut perawat
pengkajian resiko jatuh
jarang dilaksanakan,
Observasi :
2. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 7-9
Mei 2018 didapatkan perawat tidak
melakukan pengkajian pengurangan resiko
jatuh seperti segitiga savezone sudah ada
tetapi tidak selalu digunakan dan digantung
di tempat tidur pasien, gelang kuning sudah
ada tetapi tidak dipasangkan kepada pasien.

2 Kuesioner : Belum optimalnya pemberian


1. 100% Perawat mengatakan tidak pernah dan ketersediaan label infus
memberikan cairan infus dengan label cairan di cairan infus
infus RSUD DR. Rasidin Padang.
Observasi :
1. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 7-9
mei 2018 didapatkan Tidak ada label infus di
cairan infus pasien, dan tidak adanya
ketersediaan sticker/label infus di ruangan.
Wawancara :
1. Menurut Perawat tidak adanya ketersediaan
label infus diruangan
3 Kuesioner : Belum optimalnya
1. 50% Perawat mengatakan kadang-kadang pendokumentasien control
format kontrol cairan diruangan selalu cairan
tersedia dan cukup
2. 50% Perawat mengatakan selalu
mengoverkan jumlah cairan infuse setiap
pergantian shift
Wawancara :
1. Menurut perawat pendokumentasian cairan
ada dilakukan tetapi tidak semua perawat
selalu mencatat dikontrol cairan. dan
biasanya lebih diutamakan untuk pasien DHF
Observasi :
Berdsarkan hasil observasi pada tanggal 7-9
mei 2018 perawat ada melakukan pencatatan
dan tersedia format control cairan diruangan
Anak tapi hanya beberapa pasien saja.

Anda mungkin juga menyukai