Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

PADA TN. A DENGAN POST CRANIOTOMY


DI ICU RSUD DR R SOEPRAPTO CEPU

NAMA : SITI SOLICHAH


NIM : P1337420920064

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI


NERSJURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Trauma merupakan penyebab utama kematian pada populasi di bawah 45

tahun, dan merupakan penyebab kematian nomor 4 di dunia. Lebih dari 50% kematian

disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan bermotor. Setiap tahun yang

mengalami cedera kepala lebih dari 2 juta orang, 75.000 orang di antaranya meninggal

dunia. Lebih dari 100.000 orang yang selamat akan mengalami disabilitas permanen

(Widiyanto, 2007).

Cedera kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena

trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neorologis terjadi karena

robeknya substansia alba, iskemia dan pengaruh massa karena hemoragig, serta edema

cereblal disekitar jaringan otak akibat cidera kepala (Batticaca, 2008)

Angka kejadian cedera kepala pada laki-laki 58% lebih banyak dibandingkan

perempuan. Ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif

sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah disamping

penanganan pertama yang belum benar benar rujukan yang terlambat (Smeltzer & Bare,

2002).

Cedera kepala akan memberikan gangguan yang sifatnya lebih kompleks bila

dibandingkan dengan trauma pada organ tubuh lainnya. Hal ini disebabkan karena

struktur anatomik dan fisiologik dari isi ruang tengkorak yang majemuk, dengan

konsistensi cair, lunak dan padat yaitu cairan otak, selaput otak, jaringan saraf, pembuluh

darah dan tulang (Retnaningsih, 2008). Kematian sebagai akibat dari cedera kepala dari

tahun ke tahun bertambah, pertambahan angka kematian ini antara lain karena jumlah

penderita cedera kepala yang bertambah dan penanganan yang kurang tepat atau sesuai
dengan harapan kita (Smeltzer & Bare, 2002). Semua bentuk trauma termasuk cedera

kepala membutuhkan terapi dan penatalaksanaan yang intensif mulai dari tindakan

premedikasi, pembedahan sampai perawatan pasca operasi (Ignatavikus, 2002).

Menurut Mendelow (2008), kurang dari 0-5% dari semua pasien dengan

cedera kepala membutuhkan kraniotomi untuk hematoma intracranial serta diperlukan

penanganan yang serius didalam memberikan asuhan keperawatan pada klien cedera

kepala, dalam hal ini perawat memegang peranan penting terutama dalam hal

pencegahan komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus cedera kepala.


B. Web of Causation (WOC)
BAB 2
LAPORAN KASUS KELOLAAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 49 tahun
Alamat : Biting Sambong Blora
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Islam
Tanggal masuk/jam : 4 Maret 2021 pukul 14.15 WIB
Tanggal pengkajian : 8 Maret 2021 pukul 15.00 WIB
Diagnosa medis :CKS Epidural haematoma region, Post Craniotomy
decompression
No. register : 0052645
Jaminan : BPJS

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny.T
Umur : 51 tahun
Agama : Islam
Alamat :Sambong
Pekerjaan :Tidak bekerja
Hubungan dengan klien : Istri

3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Keluarga klien mengatakan klien dibawa ke IGD RS DR R Soeprapto Cepu
karena penurunan kesadaran akibat terjatuh dari truk sampah. Saat jatuh kepala
terbentur dan tidak sadarkan diri. Kemudian di bawa ke IGD dengan GCS
E3V3M4, pupil isokor, somnolent, gelisah dan ada haematoma kepala bagian
atas diameter 4 cm dan samping kanan 5 cm. Saat di IGD pasien didiagnosa
CKS dan dilakukan CT Scan dan mendapat terapi infus RL 20 tpm, ijeksi
ranitidin 1 ampul, kalnex 500 mg, nicholin 250 mg, furosemide 1 ampul,
manitol 125 cc, piracetam 1 gram dan ceftriaxone 2 gram. Kemudian pasien
dikonsulkan ke dokter spesialis bedah, oleh SpB pasien diprogram operasi
craniotomy tanggal 5 Maret 2021. Kemudian pasien dipindah ke ruang rawat
inap bedah. Kemudian tgl 5 Maret 2021 dilakukan operasi kraniotomy
decompression. Dan setelah operasi masuk ke ICU.
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Klien sebelumnya tidak pernah opname di rumah sakit.
c. Riwayat Keperawatan Keluarga
Klien tidak memiliki riwayat penyakit DM, hipertensi, ataupun penyakit
jantung dan menular.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Klien tidak mengalami sumbatan pada jalan nafas. Jalan nafas bersih
tidak ditemukan sekret atau cairan.
2) Breathing
Klien nafas spontan, memakai oksigen nasal 5 lpm. RR 22 x/mnt
3) Circulation
TD 164/89 (107) mmHg HR : 86 x/menit, SpO2 : 99 %, S : 38,6℃,
Capillary Refill Time : <2 detik, akral hangat, tidak sianosis, pitting
edema : baik, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada suara jantung
tambahan seperti gallop maupun murmur, tidak ada perdarahan, BB : 70 kg,
diuresis 0,8 cc/jam
4) Disability
GCS : E4V4 M5
Gelisah
5) Eksposure
Terdapat haematoma kepala tas diameter 4 cm dan bagian samping kanan
5 cm
6) Folley catheter
Tidak keluar darah dari orifisium uretra, terpasang kateter urin hari ke 4
7) Gastric tube
Tidak keluar darah dari telinga dan hidung, tidak ada tanda lebam pada
orbita, negatif battle sign (kaku kuduk), tidak terpasang NGT
b. Pengkajian Sekunder (HEAD TO TOE)
1) Kepala
Mesencephalon, kulit kepala kotor, pertumbuhan rambut merata,ada
haematoma, terpasang drain hari ke 3
a) Mata
Inspeksi : refleks terhadap cahaya baik +2/+2, pupil isokor, kelopak
mata tidak ptosis, sklera tidak ikterik, conjuctiva tidak anemis
b) Telinga
Inspeksi : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak terdapat lesi, dan
fungsi pendengaran normal
c) Hidung
Inspeksi : tidak ada deviasi posisi pada septum nasi, tidak bernapas
dengan cuping hidung
d) Mulut dan Bibir
Inspeksi : bentuk bibir normal, tidak terdapat bengkak, mukosa bibir
lembab, bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, gigi bersih,
lidah bersih, tidak ada caries.
e) Leher
Inspeksi : tidak ada distensi vena jugularis, bentuk leher normal
Palpasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
2) Thorax
a) Paru – paru
Inspeksi : simetris, tidak terdapat jejas, pergerakan dada simetris,
tidak terdapat tarikan dinding dada
Palpasi : Tactile fremitus bergetar sama kuat pada dada kanan
dan kiri yang disebut simetris
Perkusi : seluruh lapang paru sonor
Auskultasi : suara ronki
b) Jantung
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicula, tidak ada massa
P :
Batas atas ICS 3 parasternum dextra dan sinistra
Batas bawah ICS 5 parasternum dextra dan sinistra sampai ICS 5
Axila anterior sinistra
Batas kanan ICS 3 parasternum dextra dan sinistra sampai ICS 5
parasternum dextra
Batas kiri ICS 3 parasternum sinistra sampai ICS 5 Axila anterior
sinistra
A : Suara jantung I,II regular. Murmur (-), Gallop (-).
Bunyi katup mitral (ICS 5 midclavicula)
Bunyi katup trikus (ICS 4 parasternum sinistra)
Bunyi katup pulmonal (ICS 2 midclavicula sinistra / parasternum)
Bunyi katup aorta (ICS 2 midclavicula dekstra / parasternum)
c) Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar
Auskultasi : terdapat suara bising usus 13x/menit
Perkusi : terdengar timpani
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan di semua kuadran
d) Ekstremitas atas dan bawah
(1) Ektremitas atas : tidak ada paralisis kanan, tidak terdapat bekas
trauma, Terpasang infus hari ke-2
(2) Ekstremitas bawah : tidak ada paralisis kanan, tidak terdapat bekas
trauma, tidak terdapat oedem pada kaki kanan dan kiri.
Penilaian mobilisasi
Tingkat
Kategori
Aktivitas/Mobilisasi
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.
Memerlukan bantuan atau pengawasan
Tingkat 2
orang lain.
Memerlukan bantuan, pengawasan orang
Tingkat 3
lain, dan peralatan.
Sangat tergantung dan tidak dapat
Tingkat 4 melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan.
Klien dalam tingkat 4 dalam melakukan aktivitas

ADL menurut indeks barthel


N INDIKATOR SKAL KETERANGAN
O A
1. Personal hygiene 5
2. Mandi 5
3. Makan 5
4. Toileting 5
5. Naik turun tangga -
6. Berpakaian 5
7. Kontrol BAB 5
8. Kontrol BAK 5
9. Ambulasi atau -
memakai kursi roda
10. Transfer kursi roda ke -
bed
TOTAL 35 Ketergantungan total (1-24)
Ketergantungan berat (25-49)
Ketergantungan sedang (50-74)
Ketergantungan ringan (75-90)
Ketergantungan minimal (91-99)
Jadi, Tingkat ketergantungan tergolong berat
Kekuatan otot : skala 1 di semua ekstremitas
5 5

5 5
e) Kuku dan kulit
Tidak terdapat sianosis, tidak ada lesi, turgor kulit baik, tidak terdapat
ekimosis (bintik merah)

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Foto Thorax
4 Maret 2021
- Paru paru dalam batas normal
- Cor tidak membesar
b. CT Scan Kepala
4 Maret 2021
Epidural haematoma, parieto occipital sinistra volume 35 cc, edema, contusio
cerebri, subdural haemoragic parietal dextra
c. Pemeriksaan laboratorium
7 Maret 2021
PEMERIKSA NILAI
HASIL SATUAN
AN RUJUKAN
Hb 11,1 13,2-
Leucosit 15,59 17,3
Eritrosit 3,57 3,8-
Trombosit 205 10,6
HCT 30,9 4,4-5,9
MCV 86,6 150-
MCH 31,1 400
MCHC 35,9 40-52
K 3,22 80-100
Na 131,7 26-34
Ca 1,19 32-36
Cl 98,6 3,5-5,2
Tca 2,32 135-
HbSag NEGATIF 145
Ig G Covid NON REAKTIF 1,1-1,4
Ig M Covid NON REAKTIF 98-108
2,2-2,9

6. Penatalaksanaan
4 Maret 2021
TERAPI RUTE
RL 20 tpm Intravena
Citicolin 250 mg/12 jam Intravena
Piracetam 1gr/8 jam Intravena
Ranitidin 1 mp/12 jam Intravena
Paracetamol 500 mg/8 jam Intravena
Kalne 500 mg/8 jam Intravena
manitol 125 cc/8jam intravena
Ceftriaxone gr/24 jam Intravena
Ketorolac 30 mg/8 jam Intravena
Vit K 1 amp/24 jam Intravena
DAFTAR MASALAH

TANGGAL / MASALAH
N
JAM DATA FOKUS ETIOLOGI KEPERAWATA TTD
O
N
1. 8 Maret 2021 DS Edema cerebral Ketidakefektifan siti
pukul Keluarga klien mengatakan klien perfusi jaringan
15.00 WIB kadang masih gelisah, tangan otak
mencabuti alat-alat yang
terpasang
DO
Klien post op craniotomy H+3
Circulation
TD : 164/89 (107) mmHg
HR :86 x/menit.
Disability
GCS :E4V4M5
Gelisah
Eksposure
CT Scan Kepala
Epidural haematoma, parieto
occipital sinistra volume 35 cc,
edema, contusio cerebri, subdural
haemoragic parietal dextra

2 8 Maret 2021 DS: Proses Hipertermi Siti


15.00 WIB Keluarga mengatakan pasien penyakit/trauma
menggigil
DO
Circulation
Suhu 38,5 C
Urin output 0,8 cc/kgBB/mnt
Menggigil
Eksposure
Leucosit 15,59
HCT 30,9
Elektrolit
K 3,22
Na 131,7
Ca 1,19
Cl 98,6
Tca 2,32

3 8 Maret 2021 DS : Prosedur invasif Resti infeksi Siti


Keluarga mengatakan klien
dioperasi tanggal 5 maret 2021
DO :
 Terdapat luka post craniotomy
H+3
 Kondisi luka baik tidak ada
kemerahan, tidak ada pus,
bersih
 panjang luka sekitar 15 cm
 terpasang drain di kepala
keluar darah ±10 cc
PERUMUSAN DIAGNOSA

a. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema serebral
2) Hipertermi berhubungan dengan penyakit/trauma
3) Resti infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

b. Prioritas Masalah

N TANGGAL
DIAGNOSA
O TTD
KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI

Ketidakefektifan perfusi jaringan 8 maret 2021 Belum teratasi Siti


1. otak berhubungan dengan edema
serebral
Hipertermi berhubungan dengan 8 maret 2021 Belum teratasi Siti
2. penyakit/trauma

Resti infeksi berhubungan 8 maret 2021 Belum teratasi Siti


3. dengan prosedur invasif
PERENCANAAN

TUJUAN DAN
N
TGL/ JAM DIAGNOSA HASIL YANG INTERVENSI TTD
O
DIHARAPKAN
1. 8 Maret 2021 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Monitor TTV SITI
15.00 WIB perfusi jaringan asuhan selama 3x24 - Monitor ukuran pupil,
otak jam ketidakefektifan ketajaman,
berhubungan perfusi jaringan otak kesimetrisan dan reaksi
dengan edema teratasi dengan - Monitor adanya
serebri kriteria hasil: diplopia, pandangan
a. Tekanan systole kabur, nyeri kepala
(100-130 mmhg) dan - Monitor level
diastole (60-80 kebingungan dan
mmhg) orientasi
c. GCS 15 - Monitor tonus otot
d. Tidak gelisah pergerakan
e. Minimal sedasi - Monitor tekanan
intrakranial dan respon
neurologis
- Catat perubahan pasien
dalam merespon
stimulus
- Monitor status cairan
- Pertahankan parameter
hemodinamik
- Tinggikan kepala 0-45
derajad tergantung
pada kondisi pasien dan
order medis
2. 8 Maret 2021 Hipertermi Setelah dilakukan - Monitor suhu secara SITI
pukul berhubungan tindakan keperawatan kontinyu
15.00 WIB dengan selama 3x24 jam, - Monitor IWL
penyakit/trauma suhu tubuh pasien - Monitor warna dan suhu
menurun dibuktikan kulit
dengan kriteria hasil : -  Monitor tekanan darah,
a.Suhu tubuh 36-37 C nadi dan RR
b. Diuresis 0,5-1 - Monitor penurunan
cc/kgBB/jam tingkat kesadaran
c.Laboratorium dalam -   Monitor WBC, Hb, dan
batas normal Hct
Lecosit 3,8-10,6 -  Monitor intake dan output
Hct 40-52 - Tingkatkan intake cairan
d. TTV dalam batas dan nutrisi
normal - Berikan anti piretik
- Tingkatkan sirkulasi udara
- Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil

3. 8 Maret 2021 Resti infeksi Setelah dilakukan - Bersihkan lingkungan siti


Pukul berhubungan tindakan keperawatan setelah dipakai pasien
15.00 dengan prosedur selama 3x24 jam, lain    
invasif infeksi tidak terjadi - Batasi pengunjung bila
dibuktikan dengan perlu
kriteria hasil : -  Monitor tanda dan
a.Luka operasi bersih gejala infeksi sistemik
tidak ditemukan dan lokal
tanda-tanda infeksi -  Monitor hitung
b. Drain bersih granulosit, WBC
c. Suhu tubuh 36-37 C - Monitor kerentanan
d. Laboratorium terhadap infeksi
Lecosit 3,8-10,6 -  Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
-  Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
- Dorong masukan cairan
-  Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
-  Ajarkan cara
menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Berikan terapi antibiotik
bila perlu
IMPLEMENTASI

DX
TGL/JAM KEP. IMPLEMENTASI RESPON TTD

SENIN 1 Memberikan posisi DS: - Siti


8-3-2021 elevasi kepala 30 DO:
derajad Pasien dalam posisi head up 30 derajat
16.00 dan terpasang oksigen 3 lpm

16.00 1 Memberikan DS:- SITI


oksigenasi 3 lpm DO:
Pasien terpasang oksigen 3 lpm

17.00 1,2,3 Memonitor TTV dan DS:- SITI


tingkat kesadaran DO:
GCS E4V4M5
Gelisah
TD 155/86(107) mmHg
HR 88 x/mnt
RR 24 x/mnt
Suhu 38,3 C
SpO2 99 %

20.00 1,2,3 Memberikan terapi DS: Siti


dokter : Pasien tenang dalam pantauan sedasi
Ceftriaxone 2 gr DO:
Pamol inf 500 mg Obat masuk tidak ada alergi
Manitol 125 cc
Midazolam 1 mg/jam

20.15 3 Memonitor tanda-tanda DS: Siti


infeksi Pasien dalam pantauan sedasi
DO:
- Rabaan kulit pasien hangat
-Suhu 38,3 C
-Luka bersih, tidak ada tanda-tanda
infeksi
-Drain keluar darah 10 cc

SELASA 3 Melakukan medikasi DS:- siti


9-3-2021 DO:
08.00 Luka bersih, tidak ada pus, tdak
kemerahan, tidak bengkak.
Drain 10 cc

09.00 1 Memberikan terapi DS:- Siti


dokter: DO:
Nicholin 1 amp Obat masuk tidak ada alergi
Piracetam 1gr
Vik K 1 amp
Midazolam turun dosis
0,5 mg/jam

10.00 1,2,3 Memonitor TTV dan DS: Siti


tingkat kesadaran Pasien mengatakan pusing dan badan
pegel
DO:
GCS E4V5M6 (minimal sedasi)
Rabaan kulit hangat
TD 146/82(95) mmHg
RR 21 x/mnt
Suhu 38 C
SpO2 100 %
10.15 2 Melakukan rehidrasi DS:- Siti
cairan RL 500 CC DO:
(loading) lanjut Cairan RL 500 cc masuk
maintenance 20 tpm Inf RL maintenance 20 tpm
10.30 2 Menganjurkan kepada DS: Siti
pasien dan keluarga Pssien dan keluarga mengatakan
untuk banyak minum mengikuti anjuran perawat
air putih DO:
Pasien dan keluarga tampak paham
tentang anjuran perawat

13.00 1 Memberikan terapi DS:- Siti


dokter : DO:
Manitol 125 cc Obat masuk tidak ada alegi
Pamol inf 500 mg

RABU 3 Melakukan medikasi DS:- Siti


10-3-2021 DO:
Luka bersih, tidak ada pus, tdak
08.30 kemerahan, tidak bengkak.
Drain 10 cc

08.45 3 Mengganti lokasi infus DS:- Siti


DO:
Infus baru terpasang
Tidak ada tanda-tanda plebitis/infeksi

09.00 1 Memberikan terapi DS:- Siti


dokter: DO:
Nicholin 1 amp Obat masuk tidak ada alergi
Piracetam 1gr Midazolam aff
Vik K 1 amp
Midazolam AFF

10.00 1,2,3 Memonitor TTV dan DS: Siti


tingkat kesadaran Pasien mengatakan pusing berkurang
DO:
GCS E4V5M6 (minimal sedasi)
Akral hangat
TD 150/82(85) mmHg
Hr 86 x/mnt
RR 17 x/mnt
Suhu 38,6 C
SpO2 100 %
13.00 1 Memberikan terapi DS:- Siti
dokter : DO:
Manitol 125 cc Obat masuk tidak ada alegi
Pamol inf 500 mg

EVALUASI

TGL/ DIAGNOSA
NO EVALUASI TTD
JAM KEPERAWATAN
1. SENIN Ketidakefektifan S:- Siti
8-3-2021 perfusi jaringan otak O:
berhubungan dengan Pasien tenang
edema serebri GCS support midzolam 1 mg/jam
TD 155/86(107) mmHg
HR 88 x/mnt
RR 24 x/mnt
SpO2 99 %
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi
Hipertermi S:- Siti
berhubungan dengan O:
penyakit/trauma Akral hangat
Suhu 38,3 C
Leco 15.59
Hct 30,9
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Resti infeksi S : -
berhubungan dengan O:
prosedur invasif -Suhu 38,3 C
-Luka bpost craniotomy bersih, tidak ada
tanda-tanda infeksi
-Drain keluar darah 10 cc
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi

2 SELASA Ketidakefektifan S: Siti


9-3-2021 perfusi jaringan otak Pasien mengatakan pusing dan badan pegel
berhubungan dengan O:
edema serebri Pasien tenang
GCS E4V5M6 (minimal sedasi)
Rabaan kulit hangat
TD 146/82(95) mmHg
RR 21 x/mnt
SpO2 100 %A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi
Hipertermi S:- Siti
berhubungan dengan O:
penyakit/trauma Akral hangat
Suhu 38 C
Leco 15.59
Hct 30,9
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Resti infeksi S : - SITI
berhubungan dengan O:
prosedur invasif -Suhu 38 C
-Luka bpost craniotomy bersih, tidak ada
tanda-tanda infeksi
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
3 RABU Ketidakefektifan S: Siti
10-3-2021 perfusi jaringan otak Pasien mengatakan pusing dan badan pegel
berhubungan dengan O:
edema serebri Pasien tenang
GCS E4V5M6 SEDASI AFF
TD 150/82(85) mmHg
Hr 86 x/mnt
RR 17 x/mnt
SpO2 100 %
A:
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi
Hipertermi S:- Siti
berhubungan dengan O:
penyakit/trauma Akral hangat
Suhu 38,6 C
Leco 15.59
Hct 30,9
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Resti infeksi S : - SITI
berhubungan dengan O:
prosedur invasif -Suhu 38,6 C
-Luka bpost craniotomy bersih, tidak ada
tanda-tanda infeksi
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
BAB 3
PEMBAHASAN

A. Analisa kasus
Pengkajian pada Tn. A dengan post craniotomy H+3
Data Subjektif
Keluarga klien mengatakan klien dibawa ke IGD RSU DR R Soeprapto Cepu tanggal 3
Maret 2021 dengan keluhan penurunan kesadaran akibat terjatuh dari truk sampah, dan
kepala terbentur.
Data Objektif
Airway
Klien tidak mengalami sumbatan jalan nafas
Breathing
Nafas spontan, memakai NOC 5 lpm
Circulation
SpO2 : 99 %
TD : 164/89 (107) mmHg
HR :86 x/menit.
Disability
GCS : E4 V4 M5
Gelisah
Eksposure
Laboratorium
Hb 11,1 K 3,22
Leucosit 15,59 Na 131,7
Eritrosit 3,57 Ca 1,19
Hct 30,9 Cl 98,6
MCV 86,6 Tca 2,32
MCH 31,1 HbSAg negatif
MCHC 35,9 Ig G covid 19 non reaktif
Ig M covid 19 non reaktif
CT Scan Kepala
Epidural haematoma, parieto occipital sinistra volume 35 cc, edema, contusio cerebri,
subdural haemoragic parietal dextra

Masalah keperawatan yang muncul adalah ketidakefektifan perfusi jaringan otak


berhubungan dengan edema otak. Menurunnya perfusi jaringan otak adalah kondisi
tidak adekuatnya suplai oksigen akibat menurunnya suplai darah pada jaringan otak. Hal
ini berhubungan dengan hipovolemia, edema, thrombosis vena, perdarahan, penurunan
cardiac output. Data fokus seperti edema, nadi lemah, cappilary refill > 2 dtk, pucat,
menurunnya sensasi, peningkatan TIK (Stilwell, 2011).
Sedangkan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan
monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul,
moitor adanya paretese, monitor kemampuan BAB, monitor adanya tromboplebitis,
instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi, gunakan
sarung tangan untuk proteksi, batasi grakan kepala, leher, dan punggung, diskusikan
mengenai penyebab perubahan sensasi, kolaborasikan pemberian analgetik (Supadi,
2012).
Masalah selanjutnya yaitu hipertermia. Hipertermia yaitu suhu tubuh naik diatas
rentang normal. Hal ini berhubungan dengan penyakit/ trauma, peningkatan
metabolisme, aktivitas yang berlebih, pengaruh medikasi/anastesi,
ketidakmampuan/penurunan kemampuan untuk berkeringat, terpapar dilingkungan
panas, dehidrasi, pakaian yang tidak tepat.
Sedangkan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu
memonitor suhu secara kontinyu, memonitor warna dan suhu kulit, memonitor intake
output, memberikan kompres hangat, meningkatkan sirkulasi udara, kolaborasikan
pemberian antipiretik.
Masalah selanjutnya yaitu resiko tinggi infeksi. Resti infeksi yaitu peningkatan
resiko masuknya organisme patogen. Hal ini berhubungan dengan ketidakcukupan
pengetahuan untuk menghindari paparan patogen, trauma, kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan lingkungan, ruptur membran amnion, agen farmasi
(imunosupresan), malnutrisi,  peningkatan paparan lingkungan
patogen,  imonusupresi, ketidakadekuatan imum buatan, tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi).
Sedangkan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu
memberikan perawatan kuliat pada area epidema, inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase, inspeksi kondisi luka / insisi bedah, dorong
masukkan nutrisi yang cukup, dorong masukan cairan, ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi, ajarkan cara menghindari infeksi.

B. Analisa intervensi keperawatan


Secara umum manuever untuk mengurangi ICP (Intra Cranial Pressure) pada
pasien cedera kepala yang dilakukan post craniotomy decompressi yaitu dengan elevasi
kepala. Secara ideal derajat elevasi seharusnya ditentukan oleh secara langsung dengan
observasi peningkatan intrakranial. Secara umum elevasi kepala 15 sampai 30 derajat
adalah aman sepanjang cerebral perfusi pressure dipertahankan lebih dari 70 mmHg.
Angulasi kepala secara tajam dan tigh neck tapping harus dicegah karena dapat
merintangi cerebral venous return dan kemudian meningkatkan tekanan intra kranial.
Elevasi kepala memperbanyak drainase venous pada kepala dan mengurangi
tekanan intra kranial. Namun elevasi kepala yang berlebihan dari 30 derajat dapat
menurunkan systemic arterial pressure, cardiac output, central venous pressure, dan
cerebral perfussion pressure.
BAB 4
PENUTUP
A. Simpulan
Pada pasien post operasi craniotomy membutuhkan perawatan yang lebih
intensif untuk mengurangi komplikasi akibat pembedahan. Komplikasi pasca bedah
yang sering terjadi yaitu peningkatan tekanan intrakranial, perdarahan,syok
hipovolemik, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, infeksi dan kejang (Brunner
dan Suddarth, 2002)
Menurut Ginsberg (2007), penyebab dari cedera kepala yaitu kecelakaan lalu
lintas, jatuh, trauma benda tumpul, kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga,
kecelakaan olahraga, trauma tembak dan pecahan bom. Sedangkan menurut Grace dan
Borley (2006), cedera kepala dapat disebabkan karena pukulan langsung,
rotasi/deselerasi, tabrakan dan peluru.
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan pembelajaran klinik kebutuhan dasar kritis berdasarkan evidence
based nursing pada kasus post craniotomy
2. Bagi perawat klinis
Perlu adanya kajian pengelolaan pasien dengan post craniotomy yang tepat agar
dapat diterapkan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang benar dan
menguntungkan bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.

Brunner& Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol 3 Ed 8.


Jakarta: EGC.

Crit Care Nurse 2008, 28:65-66©2008 American Association of Critical-Care


Nurse Published online http://www.cconline.org

Departemen Kesehatan R.I. (2005). Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta:


Depkes RI

Ginsberg. (2007). Lecture Notes Neurulogi. Jakarta: Erlangga

Hidajat. (2004). Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Hudak & Gallo. (1998). Keperawatan Kritis Pedekatan Holistik Edisi VI. Jakarta: EGC.

Kozier. (2002). Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis Kozier Erb. Jakarta:
EGC

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. edisi 3. Jakarta: Medika


Aesculafius.

Markam. (1999). Cedera Kepala Tertutup. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia

Muttaqin. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Nurachmah, E. dan Sudarsono, R.S. (2000). Buku Saku Prosedur


Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC

Potter, P.A, & Perry, A.G (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik.Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari, dkk.Jakarta: EGC.

Tabrani. (2007). Agenda Gawat Darurat Jilid 1. Bandung: P.T. ALUMNI Bandung

Saryono. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula.


Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Smeltzer, S. C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2004). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical
Surgical Nursing 10th edition. lippincott williams & wilkins.

Tandian. (2011). Sinopsis Ilmu Bedah Saraf. Departemen Bedah Saraf


FKUIRSCM. Jakarta: Sagung Seto

Tarwoto. (2007). Keperawatan Medikal Bedah (Gangguan Sistem Persarafan). Jakarta:


CV. Sagung Seto.

Timby. (2009). Fundamental Nursing Skills and Concepts. Philadelphia: Lippincot


William & Wilkins.

Tobing (2011). Sinopsis Ilmu Bedah Saraf. Departemen Bedah Saraf FKUIRSCM.
Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai