A. Latar belakang
Trauma merupakan penyebab utama kematian pada populasi di bawah 45
tahun, dan merupakan penyebab kematian nomor 4 di dunia. Lebih dari 50% kematian
disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan bermotor. Setiap tahun yang
mengalami cedera kepala lebih dari 2 juta orang, 75.000 orang di antaranya meninggal
dunia. Lebih dari 100.000 orang yang selamat akan mengalami disabilitas permanen
(Widiyanto, 2007).
Cedera kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena
trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neorologis terjadi karena
robeknya substansia alba, iskemia dan pengaruh massa karena hemoragig, serta edema
Angka kejadian cedera kepala pada laki-laki 58% lebih banyak dibandingkan
perempuan. Ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif
penanganan pertama yang belum benar benar rujukan yang terlambat (Smeltzer & Bare,
2002).
Cedera kepala akan memberikan gangguan yang sifatnya lebih kompleks bila
dibandingkan dengan trauma pada organ tubuh lainnya. Hal ini disebabkan karena
struktur anatomik dan fisiologik dari isi ruang tengkorak yang majemuk, dengan
konsistensi cair, lunak dan padat yaitu cairan otak, selaput otak, jaringan saraf, pembuluh
darah dan tulang (Retnaningsih, 2008). Kematian sebagai akibat dari cedera kepala dari
tahun ke tahun bertambah, pertambahan angka kematian ini antara lain karena jumlah
penderita cedera kepala yang bertambah dan penanganan yang kurang tepat atau sesuai
dengan harapan kita (Smeltzer & Bare, 2002). Semua bentuk trauma termasuk cedera
kepala membutuhkan terapi dan penatalaksanaan yang intensif mulai dari tindakan
Menurut Mendelow (2008), kurang dari 0-5% dari semua pasien dengan
penanganan yang serius didalam memberikan asuhan keperawatan pada klien cedera
kepala, dalam hal ini perawat memegang peranan penting terutama dalam hal
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Keluarga klien mengatakan klien dibawa ke IGD RS DR R Soeprapto Cepu
karena penurunan kesadaran akibat terjatuh dari truk sampah. Saat jatuh kepala
terbentur dan tidak sadarkan diri. Kemudian di bawa ke IGD dengan GCS
E3V3M4, pupil isokor, somnolent, gelisah dan ada haematoma kepala bagian
atas diameter 4 cm dan samping kanan 5 cm. Saat di IGD pasien didiagnosa
CKS dan dilakukan CT Scan dan mendapat terapi infus RL 20 tpm, ijeksi
ranitidin 1 ampul, kalnex 500 mg, nicholin 250 mg, furosemide 1 ampul,
manitol 125 cc, piracetam 1 gram dan ceftriaxone 2 gram. Kemudian pasien
dikonsulkan ke dokter spesialis bedah, oleh SpB pasien diprogram operasi
craniotomy tanggal 5 Maret 2021. Kemudian pasien dipindah ke ruang rawat
inap bedah. Kemudian tgl 5 Maret 2021 dilakukan operasi kraniotomy
decompression. Dan setelah operasi masuk ke ICU.
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Klien sebelumnya tidak pernah opname di rumah sakit.
c. Riwayat Keperawatan Keluarga
Klien tidak memiliki riwayat penyakit DM, hipertensi, ataupun penyakit
jantung dan menular.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Klien tidak mengalami sumbatan pada jalan nafas. Jalan nafas bersih
tidak ditemukan sekret atau cairan.
2) Breathing
Klien nafas spontan, memakai oksigen nasal 5 lpm. RR 22 x/mnt
3) Circulation
TD 164/89 (107) mmHg HR : 86 x/menit, SpO2 : 99 %, S : 38,6℃,
Capillary Refill Time : <2 detik, akral hangat, tidak sianosis, pitting
edema : baik, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada suara jantung
tambahan seperti gallop maupun murmur, tidak ada perdarahan, BB : 70 kg,
diuresis 0,8 cc/jam
4) Disability
GCS : E4V4 M5
Gelisah
5) Eksposure
Terdapat haematoma kepala tas diameter 4 cm dan bagian samping kanan
5 cm
6) Folley catheter
Tidak keluar darah dari orifisium uretra, terpasang kateter urin hari ke 4
7) Gastric tube
Tidak keluar darah dari telinga dan hidung, tidak ada tanda lebam pada
orbita, negatif battle sign (kaku kuduk), tidak terpasang NGT
b. Pengkajian Sekunder (HEAD TO TOE)
1) Kepala
Mesencephalon, kulit kepala kotor, pertumbuhan rambut merata,ada
haematoma, terpasang drain hari ke 3
a) Mata
Inspeksi : refleks terhadap cahaya baik +2/+2, pupil isokor, kelopak
mata tidak ptosis, sklera tidak ikterik, conjuctiva tidak anemis
b) Telinga
Inspeksi : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak terdapat lesi, dan
fungsi pendengaran normal
c) Hidung
Inspeksi : tidak ada deviasi posisi pada septum nasi, tidak bernapas
dengan cuping hidung
d) Mulut dan Bibir
Inspeksi : bentuk bibir normal, tidak terdapat bengkak, mukosa bibir
lembab, bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, gigi bersih,
lidah bersih, tidak ada caries.
e) Leher
Inspeksi : tidak ada distensi vena jugularis, bentuk leher normal
Palpasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
2) Thorax
a) Paru – paru
Inspeksi : simetris, tidak terdapat jejas, pergerakan dada simetris,
tidak terdapat tarikan dinding dada
Palpasi : Tactile fremitus bergetar sama kuat pada dada kanan
dan kiri yang disebut simetris
Perkusi : seluruh lapang paru sonor
Auskultasi : suara ronki
b) Jantung
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicula, tidak ada massa
P :
Batas atas ICS 3 parasternum dextra dan sinistra
Batas bawah ICS 5 parasternum dextra dan sinistra sampai ICS 5
Axila anterior sinistra
Batas kanan ICS 3 parasternum dextra dan sinistra sampai ICS 5
parasternum dextra
Batas kiri ICS 3 parasternum sinistra sampai ICS 5 Axila anterior
sinistra
A : Suara jantung I,II regular. Murmur (-), Gallop (-).
Bunyi katup mitral (ICS 5 midclavicula)
Bunyi katup trikus (ICS 4 parasternum sinistra)
Bunyi katup pulmonal (ICS 2 midclavicula sinistra / parasternum)
Bunyi katup aorta (ICS 2 midclavicula dekstra / parasternum)
c) Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar
Auskultasi : terdapat suara bising usus 13x/menit
Perkusi : terdengar timpani
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan di semua kuadran
d) Ekstremitas atas dan bawah
(1) Ektremitas atas : tidak ada paralisis kanan, tidak terdapat bekas
trauma, Terpasang infus hari ke-2
(2) Ekstremitas bawah : tidak ada paralisis kanan, tidak terdapat bekas
trauma, tidak terdapat oedem pada kaki kanan dan kiri.
Penilaian mobilisasi
Tingkat
Kategori
Aktivitas/Mobilisasi
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.
Memerlukan bantuan atau pengawasan
Tingkat 2
orang lain.
Memerlukan bantuan, pengawasan orang
Tingkat 3
lain, dan peralatan.
Sangat tergantung dan tidak dapat
Tingkat 4 melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan.
Klien dalam tingkat 4 dalam melakukan aktivitas
5 5
e) Kuku dan kulit
Tidak terdapat sianosis, tidak ada lesi, turgor kulit baik, tidak terdapat
ekimosis (bintik merah)
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Foto Thorax
4 Maret 2021
- Paru paru dalam batas normal
- Cor tidak membesar
b. CT Scan Kepala
4 Maret 2021
Epidural haematoma, parieto occipital sinistra volume 35 cc, edema, contusio
cerebri, subdural haemoragic parietal dextra
c. Pemeriksaan laboratorium
7 Maret 2021
PEMERIKSA NILAI
HASIL SATUAN
AN RUJUKAN
Hb 11,1 13,2-
Leucosit 15,59 17,3
Eritrosit 3,57 3,8-
Trombosit 205 10,6
HCT 30,9 4,4-5,9
MCV 86,6 150-
MCH 31,1 400
MCHC 35,9 40-52
K 3,22 80-100
Na 131,7 26-34
Ca 1,19 32-36
Cl 98,6 3,5-5,2
Tca 2,32 135-
HbSag NEGATIF 145
Ig G Covid NON REAKTIF 1,1-1,4
Ig M Covid NON REAKTIF 98-108
2,2-2,9
6. Penatalaksanaan
4 Maret 2021
TERAPI RUTE
RL 20 tpm Intravena
Citicolin 250 mg/12 jam Intravena
Piracetam 1gr/8 jam Intravena
Ranitidin 1 mp/12 jam Intravena
Paracetamol 500 mg/8 jam Intravena
Kalne 500 mg/8 jam Intravena
manitol 125 cc/8jam intravena
Ceftriaxone gr/24 jam Intravena
Ketorolac 30 mg/8 jam Intravena
Vit K 1 amp/24 jam Intravena
DAFTAR MASALAH
TANGGAL / MASALAH
N
JAM DATA FOKUS ETIOLOGI KEPERAWATA TTD
O
N
1. 8 Maret 2021 DS Edema cerebral Ketidakefektifan siti
pukul Keluarga klien mengatakan klien perfusi jaringan
15.00 WIB kadang masih gelisah, tangan otak
mencabuti alat-alat yang
terpasang
DO
Klien post op craniotomy H+3
Circulation
TD : 164/89 (107) mmHg
HR :86 x/menit.
Disability
GCS :E4V4M5
Gelisah
Eksposure
CT Scan Kepala
Epidural haematoma, parieto
occipital sinistra volume 35 cc,
edema, contusio cerebri, subdural
haemoragic parietal dextra
a. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema serebral
2) Hipertermi berhubungan dengan penyakit/trauma
3) Resti infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
b. Prioritas Masalah
N TANGGAL
DIAGNOSA
O TTD
KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI
TUJUAN DAN
N
TGL/ JAM DIAGNOSA HASIL YANG INTERVENSI TTD
O
DIHARAPKAN
1. 8 Maret 2021 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Monitor TTV SITI
15.00 WIB perfusi jaringan asuhan selama 3x24 - Monitor ukuran pupil,
otak jam ketidakefektifan ketajaman,
berhubungan perfusi jaringan otak kesimetrisan dan reaksi
dengan edema teratasi dengan - Monitor adanya
serebri kriteria hasil: diplopia, pandangan
a. Tekanan systole kabur, nyeri kepala
(100-130 mmhg) dan - Monitor level
diastole (60-80 kebingungan dan
mmhg) orientasi
c. GCS 15 - Monitor tonus otot
d. Tidak gelisah pergerakan
e. Minimal sedasi - Monitor tekanan
intrakranial dan respon
neurologis
- Catat perubahan pasien
dalam merespon
stimulus
- Monitor status cairan
- Pertahankan parameter
hemodinamik
- Tinggikan kepala 0-45
derajad tergantung
pada kondisi pasien dan
order medis
2. 8 Maret 2021 Hipertermi Setelah dilakukan - Monitor suhu secara SITI
pukul berhubungan tindakan keperawatan kontinyu
15.00 WIB dengan selama 3x24 jam, - Monitor IWL
penyakit/trauma suhu tubuh pasien - Monitor warna dan suhu
menurun dibuktikan kulit
dengan kriteria hasil : - Monitor tekanan darah,
a.Suhu tubuh 36-37 C nadi dan RR
b. Diuresis 0,5-1 - Monitor penurunan
cc/kgBB/jam tingkat kesadaran
c.Laboratorium dalam - Monitor WBC, Hb, dan
batas normal Hct
Lecosit 3,8-10,6 - Monitor intake dan output
Hct 40-52 - Tingkatkan intake cairan
d. TTV dalam batas dan nutrisi
normal - Berikan anti piretik
- Tingkatkan sirkulasi udara
- Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
DX
TGL/JAM KEP. IMPLEMENTASI RESPON TTD
EVALUASI
TGL/ DIAGNOSA
NO EVALUASI TTD
JAM KEPERAWATAN
1. SENIN Ketidakefektifan S:- Siti
8-3-2021 perfusi jaringan otak O:
berhubungan dengan Pasien tenang
edema serebri GCS support midzolam 1 mg/jam
TD 155/86(107) mmHg
HR 88 x/mnt
RR 24 x/mnt
SpO2 99 %
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi
Hipertermi S:- Siti
berhubungan dengan O:
penyakit/trauma Akral hangat
Suhu 38,3 C
Leco 15.59
Hct 30,9
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Resti infeksi S : -
berhubungan dengan O:
prosedur invasif -Suhu 38,3 C
-Luka bpost craniotomy bersih, tidak ada
tanda-tanda infeksi
-Drain keluar darah 10 cc
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
A. Analisa kasus
Pengkajian pada Tn. A dengan post craniotomy H+3
Data Subjektif
Keluarga klien mengatakan klien dibawa ke IGD RSU DR R Soeprapto Cepu tanggal 3
Maret 2021 dengan keluhan penurunan kesadaran akibat terjatuh dari truk sampah, dan
kepala terbentur.
Data Objektif
Airway
Klien tidak mengalami sumbatan jalan nafas
Breathing
Nafas spontan, memakai NOC 5 lpm
Circulation
SpO2 : 99 %
TD : 164/89 (107) mmHg
HR :86 x/menit.
Disability
GCS : E4 V4 M5
Gelisah
Eksposure
Laboratorium
Hb 11,1 K 3,22
Leucosit 15,59 Na 131,7
Eritrosit 3,57 Ca 1,19
Hct 30,9 Cl 98,6
MCV 86,6 Tca 2,32
MCH 31,1 HbSAg negatif
MCHC 35,9 Ig G covid 19 non reaktif
Ig M covid 19 non reaktif
CT Scan Kepala
Epidural haematoma, parieto occipital sinistra volume 35 cc, edema, contusio cerebri,
subdural haemoragic parietal dextra
Batticaca. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Hudak & Gallo. (1998). Keperawatan Kritis Pedekatan Holistik Edisi VI. Jakarta: EGC.
Kozier. (2002). Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis Kozier Erb. Jakarta:
EGC
Potter, P.A, & Perry, A.G (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik.Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari, dkk.Jakarta: EGC.
Tabrani. (2007). Agenda Gawat Darurat Jilid 1. Bandung: P.T. ALUMNI Bandung
Tobing (2011). Sinopsis Ilmu Bedah Saraf. Departemen Bedah Saraf FKUIRSCM.
Jakarta: Sagung Seto.