Anda di halaman 1dari 29

LAPORANPENDAHULUN

STROKE INFARK
A. Pengertian
Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah
serebral yang menyebabkanterjadinya iskemik dan nekrosis di daerah yang mengalami
kekurangan pasokan alirandarah di bawah batas yangdibutuhkan sel otak untuk tetap
bertahan (survive).
Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya
serangkaian perubahan dalam otak yang apabila tidak ditangani dengan segera maka
berakhir dengan kematian bagian otak tersebut. Stroke iskemik terjadinya karena suplai
darah keotak terhambat atau terhenti (junaidi,2011).
Menurut stroke of the nation (2015) stroke iskemik disebabkan oleh penyumbatan
pada pembuluh darah yang menghambat pasokan darah ke otak, penyumbatan dapat
disebabkan oleh gumpalan darah pada arteri yang menuju keotak atau pada pembuluh
darah kecil didalam otak.
B. Anatomi Fisiologi
Rata-rata otak manusia dewasa terdiri dari 2% berat badan tubuh, dengan kisaran
1,2-1,4 kg. Otak merupakan organ yang sangat vital, dan sangat penting untuk kehidupan
dan fungsi tubuh kita. Oleh karena itu, otak mengkonsumsi jumlah besar dari volume
darah yang beredar. Seperenam dari semua keluaran jantung melewati otak dalam satu
waktu, dan sekitar seperlima dari seluruh oksigen tubuh digunakan oleh otak ketika
sedang beristirahat. Otak merupakan organ yang paling kompleks yang mengkontrol dan
meregulasi tubuh, merespon terhadap stress dan ancaman, dan mengontrol fungsi
kognitif. Otak juga menjaga temperatur tubuh, membantu menginterpretasi indra khusus,
dan untuk berinteraksi sosial. Selain itu, otak berperan untuk menjaga kerja tubuh secara
optimal di lingkungan baik dengan melindungi dan memelihara tubuh. Pengetahuan
mengenai anatomi arteri di otak dapat membantu dalam menentukan arteri mana yang
terlibat dalam stroke akut. Hemisfer otak disuplai oleh 3 pasang arteri besar : arteri
serebri anterior, media dan posterior. Arteri serebri anterior dan media bertanggung
jawab terhadap sirkulasi dibagian depan dan merupakan cabang dari arteri karotis interna.
Arteri serebri posterior.
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal
sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah
neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi neuron berbeda-
beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat
tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di
dalam darah arterial.
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15%
dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal. Otak
mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari
arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang
memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum
posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri
serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi.
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi
dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat sensibilitas,
sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara
sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat
koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan serabutserabut saraf ke target
organ

Gambar. Sel gilia pada otak


Gambar. Pembuluh darah di otak

Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak menerima 15% dari
curah jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilokalori
energi setiap harinya. Otak bertanggung jawab terhadap bermacam-macam sensasi atau
rangsangan terhadap kemampuan manusia untuk melakukan gerakan- gerakan yang disadari, dan
kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam proses mental, seperti ingatan atau memori,
perasaan emosional, intelegensi, berkomuniasi, sifat atau kepribadian, dan pertimbangan. Otak
dibagi menjadi lima bagian, yaitu otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum), otak tengah
(mesensefalon), otak depan (diensefalon), dan jembatan varol (pons varoli) (Russell J. Greene
and Norman D.Harris, 2008 ).
 Otak Besar (Serebrum)
Merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia.Otak besar mempunyai fungsi
dalam mengatur semua aktivitas mental, yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi),
ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.Otak besar terdiri atas Lobus Oksipitalis
sebagai pusat pendengaran, dan Lobus frontalis yang berfungsi sebagai pusat kepribadian
dan pusat komunikasi.
 Otak Kecil (Serebelum)
Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot dan tonus otot, keseimbangan
dan posisi tubuh.Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan
sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.Otak kecil juga berfungsi
mengkoordinasikan gerakan yang halus dan cepat.
 Otak Tengah (Mesensefalon)
Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah berfungsi penting pada
refleks mata, tonus otot serta fungsi posisi atau kedudukan tubuh.
 Otak Depan (Diensefalon)
Terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi menerima semua rangsang dari
reseptor kecuali bau, dan hipotalamus yang berfungsi dalam pengaturan suhu, pengaturan
nutrien, penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan sikap agresif.
 Jembatan Varol (Pons Varoli)
Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan.Selain
itu, menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
(Russell J. Greene and Norman D.Harris, 2008 ).
C. Penyebab
Stroke iskemik bisa disebabkan oleh berbagai macam problem yang bisa
dikelompokkan menjadi 2 bagian. Yaitu masalah-masalah pembuluh darah, jantung dan
substrat darah itu sendiri.
1. Kelainan Vaskular
a. Aterosklerosis
b. Displasia fibromuskular
c. Gangguan inflamasi
d. AIDS
e. Trombosis sinus atau vena
2. Kelainan Jantung
a. Penyakit Jantung Rematik
b. Endokarditis
c. Prolap katub mitral
d. Atrial myxoma
3. Leukositosis
Pada level makroskopik, stroke iskemik paling sering disebabkan oleh emboli dari
ekstrakranial atau trombosis di intrakranial, tetapi dapat juga disebabkan oleh berkurangnya
aliran darah otak. Pada level seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah ke otak
dapat mencetuskan suatu kaskade iskemik, yang akan mengakibatkan kematian sel-sel otak
dan infark otak (Rahmawati, 2009).

a) Emboli
Sumber emboli dapat terletak di arteri karotis maupun vertebralis akan tetapi
dapat juga di jantung dan sistem vaskular sistemik (Mardjono, 1988).
 Embolus yang dilepaskan oleh arteri karotis atau vertebralis, dapat berasal
dari “plaque atherosclerotique” yang berulserasi atau thrombus yang
melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher.
 Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada: Penyakit jantung dengan
“shunt” yang menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium
atau ventrikel.
 Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai emboli septik,
misalnya dari abses paru atau bronkiektasis, dapat juga akibat metaplasia
neoplasma yang sudah ada di paru.
b) Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotisdan percabanganya) dan pembuluh darah kecil.
Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri
serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya
stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah. Energi yang
diperlukan untuk menjalankan kegiatan neuronal berasal dari metabolisme
glukosa. Bila tidak ada aliran darah lebih dari 30 detik gambaran EEG akan
mendatar, bila lebih dari 2 menit aktifitas jaringan otak berhenti, bila lebih dari 5
menit maka kerusakan jaringan otak dimulai, dan bila lebih dari 9 menit manusia
dapat meninggal (Wijaya, 2013).
D. Faktor Predisposisi
American Stroke Associationmemperkirakan bahwa 80% dari stroke dapat
dicegah.pengetahuan medis tentang faktor resiko stroke berdasarkan penelitian epidemiologi.
Sebagian besar factor - faktor resiko yang berhubungan dengan infark serebral dan bukan
perdarahan otak.Faktor resiko dapat dibagi menjadi dua yaitu dapat dimodifikasi dan tidak
dapat dimodifikasi (Sheetal S, 2011).

1. Faktor Yang Tidak Dapat Dimodifikasi


 Umur
Umur merupakan faktor kemungkinan paling sering terjadistroke.Resiko stroke dua kali
lipat untuk setiap berturut - turut dalam 10 tahun pada usia> 55 tahun. Hal ini juga
berlaku untuk stroke iskemik, sedangkan usia yang berkaitan untuk
intracerebralhemorrhage (ICH)paling sedikit dan paling banyak terjadi padasubarachnoid
hemorrhage(SAH)dengan usia sekitar 45-55 tahun. Stroke adalah penyakit yang terjadi
pada laki-laki dan perempuan, tetapi lebih umum pada pria dalam rentang usia 45-84
tahun (Michael B, 2010).
 Jenis Kelamin
Stroke lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada perempuan. Sebagian besar akan
terjadi lebih banyak pada pria dibandingkan wanita akan mengalami stroke pada tahun
tertentu. Namun, lebih dari setengah dari total kematian stroke yang terjadi ialah pada
wanita. Berdasarkan umur, lebih banyak perempuan lebih banyak meninggal karena
dibandingkan laki - laki (Hashi S, 2011).
 RAS
Resiko stroke seperti ras atau etnis sulit untuk diidentifikasi lebih spesifik. Dalam sebuah
negara seperti Amerika Serikat perbedaan kelompok etnis seperti Afrika Amerika dan
beberapa orang Amerika Hispanik memiliki tingkat insiden stroke dan kematian yang
lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika Eropa dengan angka kematian stroke yang
secara global tidak mengikuti pola etnis. Namun demikian, hal ini juga diketahui bahwa
intracerebral hemorrhage (ICH) lebih sering terjadi pada populasi oriental, dan
subarachnoid hemorrhage (SAH) yang paling umum di Finlandia dan Swedia (Michael B,
2010).
2. Faktor Yang Dapat Dimodifikasi
 Hipertensi
Merupakan faktor resiko yang paling penting dimodifikasi untuk stroke. Dalam uji klinis,
terapi anti hipertensi telah dikaitkan dengan penurunan kejadian stroke rata - rata 35
-40%. Hipertensi meningkatkan resiko stroke iskemik dengan meningkatkan
aterosklerosis pada pembuluh besar dan penyakit pembuluh darah kecil intrakranial
(Parmar P, 2011).
 Diabetes Melitus
Dalam tubuh menghasilkan energi dari pemecahan gula menjadi glukosa yang berasal
dari karbohidrat yang kita makan.Glukosa dalam darah yang tinggi terus - menerus
mengakibatkan diabetes mellitus. Gukosa darah diuji setelah 8 sampai 10 jam saat puasa.
Kadar puasa tidak boleh melebihi 110 mg/dL. Diabetes mellitus seperti kadar kolesterol
tinggi menyebabkan aterosklerosis. Diabetes mellitus dapat dikontrol dengan diet dan
olahraga, serta jika diperlukan dilakukan pengobatan (Silva D.A.D et al,2014).
 Hiperlipidemia
Kolesterolterbagi menjadi dua yaitu "baik" (high density lipoprotein, HDL) atau "buruk"
(low density lipoprotein, LDL). Terlalu sedikit kolesterol "baik", atau terlalu banyak
kolesterol "buruk", dapat menempatkan seseorang pada resiko penyakit kardiovaskular
(penyakit arteri koroner yaitu) dan stroke. Jadi selain dari kadar kolesterol total dalam
darah, penting untuk mengetahui kadar HDL dan LDL, karena LDL yang tinggi (130
mg/dL dan di atas) atau HDL yang rendah (kurang dari 40 mg/dL untuk pria dan kurang
dari 50 mg/dL untuk wanita) dikaitkan dengan resiko penyakit arteri koroner dan stroke
(Silva D.A.D et al, 2014)
 Merokok
Untuk beberapa kasus, merokok dapat menyebabkan stroke, serangan jantung, penyakit
paru - paru, dan berbagai macam jenis kanker. Penggunaan tembakau memiliki efek pada
radikal bebas dan terdapat racun yang merusak pembuluh darah dan berkontribusi untuk
membentuk "sumbatan" (trombus).Studi menunjukkan bahwa salah satu bagian dari
rokok dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, serta membuat arteri
menyempit.Sejumlah penelitian telah menunjukkan potensi rokok berefek pada factor -
faktor resiko stroke lainnya seperti peningkatan tekanan darah dan penggunaan
kontrasepsi oral.Tanpa diduga, perokok pasif memiliki perkiraan terbesardari resiko
perokok aktif. (JR. Roxas A.A et al, 2014).

E. Manifestasi Klinis
1. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia
2. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan bicara) atau
afasia(kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan
perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia
urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak
bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut (dapat mencerminkan
kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena:
1. Penngaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan
3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa :
Hemisfer kiri : Hemisfer kanan :
Mengalami hemiparese kanan Hemiparese sebelah kiri tubuh
Perilaku lambat dan hati-hati Penilain buru
Kelainan lapan pandang kanan Mempunyai keterentanan terhadap sisi
Disfagia global kontralateral sehingga memungkinkan
Afasia terjatuh ke sisi yang berlawanan
M Mudah frustasi tersebut.
(JR Roxas A.A et al,2014).
F. Patofisiologi
Infark ischemic cerebri sangat erat hubunganya dengan ateroklerosis dan
arteriokklerosis. Ateroklerosis dapat menimbulkan manifestasi klinis dengan cara :
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan
aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi
lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.

Stroke iskemik terjadi apabila terjadi oklusi atau penyempitan aliran darah ke otak
dimana otak membutuhkan oksigen dan glukosa sebagai suber energi agar fungsinya
tetap baik. Aliran drah otak atau Cerebral Blood Flow (CBF) dijaga pada kecepatan
konstan antara 50-150 mmHg (Price, 2006).

Aliran darah ke otak dipengaruhi oleh:

1. Keadaan pembuluh darah.


2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke
otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun.
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu
kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah
otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena
lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosissering/cenderung
sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak
arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah
akan lambat atau terjadi tuberlensi. Okulasi pada pembuluh darahserebral oleh
embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi
pembuluh darah.
Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat
reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit.
Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat
terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.(Price,
2006).
G.Pathway Stroke Iskemik
F. Klasifikasi
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses
patologik (kausal):
1. Berdasarkan manifestasi klinis
a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan
menghilang dalam waktu 24 jam.
b. DefisitNeurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological
Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam,
tapi tidak lebih dari seminggu.
c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
2. Berdasarkan kausal
1. Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di
otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah
yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang
diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga
diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL).
Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke
pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan
indikator penyakit aterosklerosis.
2. Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang
lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah
tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
G. Penatalaksanaan
Menurut (Smeltzer & Bare, 2010) untuk penatalaksanaan penderita stroke fase
akut jika penderita stroke datang dengan keadaan koma saat masuk rumah sakit dapat
dipertimbangkan mempunyai prognosis yang buruk. Penderita sadar penuh saat masuk
rumah sakit menghadapi hasil yang dapat diharapkan. Fase akut berakhir 48 sampai 72
jam dengan mempertahankan jalan napas dan ventilasi adekuat adalah prioritas pada fase
akut ini.
Penatalaksanaan dalam fase akut meliputi:
1) Penderita ditempatkan pada posisi lateral dengan posisi kepala tempat tidur agak
ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang.
2) Intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik perlu untuk penderita dengan stroke masif,
karena henti napas dapat menjadi faktor yang mengancam kehidupan pada situasi ini.
3) Pantau adanya kompliaksi pulmonal seperti aspirasi, atelektasis, pneumonia yang
berkaitan dengan ketidakefektifan jalan napas, imobilitas atau hipoventilasi.
4) Perikasa jantung untuk mengetahui ada tidaknya abnormalitas dalam ukuran dan
irama serta tanda gagal jantung kongetif.
Tindakan medis terhadap penderita stroke meliputi pemberian diuretik untuk
menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum tiga sampai lima hari
setelah infark serebral. Antikoagulan diresepkan untuk mencegah terjadinya atau
memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam system kardiovaskular.
Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit berperan penting dalam
mencegah pembentukan trombus dan embolisasi.
Setelah fase akut berakhir dan kondisi pasien stroke stabil dengan jalan nafas adekuat
pasien bisa dilakukan rehabilitasi dini untuk mencegah kekakuan pada otot dan sendi
pasien serta membantu memperbaiki fungsi motorik dan sensorik yang mengalami
gangguan untuk mencegah terjadinya komplikasi (Smeltzer & Bare, 2010).
H. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini
dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,
konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh.
3. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.(Smeltzer & Bare, 2010).
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark
akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-
rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
(Smeltzer & Bare, 2010).
J. Asuhan Keperawatan

1. Identitas Klien
Identitas klien biasanya berisi data dasar pasien atau data umum pasien seperti
nama pasien, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, alamat, tanggal masuk, sumber
informasi. Keluarga yang dapat dihubungi (orang tua/wali, lainnya) yang dikaji
yaitu nama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
Hal – hal yang perlu dikaji :
1. Keluhan Utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi.
2. Status Kesehatan Klien Saat Ini
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan
fungsi otak yang lain.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.
Pola Fungsional Gordon
1. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
 Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya dan
pentingnya kesehatan bagi klien? Kaji apakah klien merokok atau minum alkohol?
 Pada pasien dengan stroke biasanya menderita obesitas,dan hipertensi.
2. Pola nutrisi metabolic
 Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan
setelah sakit? Apakah ada perubahan pola makan klien? Kaji apa makanan kesukaan
klien?kaji riwayat alergi klien.
 Pada pasien dengan penyakit stroke non hemoragik biasanya terjadi penurunan nafsu
makan, mual dan muntah selama fase akut (peningkatan tekanan intracranial),
kehilangan sensori (rasa kecap) pada lidah, pipi dan tenggorokan, peningkatan lemak
dalam darah.
3. Pola eliminasi
 Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien? Apakah mengalami gangguan? Kaji
apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya?
 Pada pasien dengan penyakit stroke biasanya terjadi perubahan pola berkemih seperti
inkontinensia urine, distensi abdomen (distensi kandung kemih berlebihan), dan bising
usus negative.
4. Pola aktivas latihan
 Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari, apakah klien dapat
melakukannya sendiri atau malah dibantu keluarga?
 Pada pasien dengan penyakit stroke biasanya merasa kesulitan untuk melakukan
aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis (hemilegia), merasa
mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri / kejang otot) serta kaku pada tengkuk.
5. Pola istirahat tidur
 Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur dalam
sehari? Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, seperti nyeri dan lain lain.
 Selama fase akut (peningkatan tekanan intracranial), pasien dengan penyakit stroke
mengalami ketergangguan / kenyamanan tidur dan istirahat karena nyeri dan sakit
kepala.
6. Pola kognitif persepsi
 Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan
penglihatan,pendengaran, dan kaji bagaimana klien dalam berkomunikasi?atau lakukan
pengkajian nervus cranial.
 Pasien dengan penyakit stroke terjadi gangguan pada fungsi kognitif, penglihatan,
sensasi rasa, dan gangguan keseimbangan.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
 Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya? Apakah
klien merasa renddah diri?
 Pada pasien dengan penyakit stroke akan terjadi pada peningkatan rasa kekhawatiran
klien tentang penyakit yng dideritanya serta pada pasien juga akan mengalami harga diri
rendah.
8. Pola peran hubugan
 Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di
Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat sekitarnya?
 Pada pasien dengan penyakit stroke peran hubungannya akan terganggu karena pasien
mengalami masalah bicara dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.
9. Pola reproduksi dan seksualitas
 Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan kepuasan
pada klien?
 Pada pasien dengan penyakit stroke akan terjadi masalah pada pola reproduksi dan
seksualitasnya karena kelemahan fisik dan gangguan fungsi kognitif.
10. Pola koping dan toleransi stress
 Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan
obat-obatan untuk menghilangkan stres?
 Dengan adanya proses penyembuhan penyakit yang lama, akan menyebabkan
meningkatnya rasa kekhawatiran dan beban pikiran bagi pasien.
11. Pola nilai dan kepercayaan
 Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah ada
pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?
 Karena nyeri kepala,pusing,kaku tengkuk,kelemahan,gangguan sensorik dan motorik
menyebabkan terganggunya aktivitas ibadah pasien.
Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran Tertinggi berada di skala 15, sedangkan tingkat kesadaran terendah
atau dapat dikatakan koma berada di skala 3. cara mengukur tingkat kesadaran dengan
skala GCS adalah sebagai berikut:
Mata
Berikut ini adalah panduan pemeriksaan mata untuk menentukan angka GCS:
 Poin 1: mata tidak bereaksi dan tetap terpejam meski telah diberi rangsangan, seperti
cubitan pada mata.
 Poin 2: mata terbuka setelah menerima rangsangan.
 Poin 3: mata terbuka hanya dengan mendengar suara atau dapat mengikuti perintah untuk
membuka mata.
 Poin 4: mata terbuka secara spontan tanpa perintah atau sentuhan.
Suara
Untuk pemeriksaan respons suara, panduan untuk menentukan nilai GCS adalah sebagai berikut:
 Poin 1: tidak mengeluarkan suara sedikit pun meski sudah dipanggil atau diberi
rangsangan.
 Poin 2: suara yang keluar berupa rintihan tanpa kata-kata.
 Poin 3: suara terdengar tidak jelas atau hanya mengeluarkan kata-kata, tetapi bukan
kalimat yang jelas.
 Poin 4: suara terdengar dan mampu menjawab pertanyaan, tetapi orang tersebut tampak
kebingungan atau percakapan tidak lancar.
 Poin 5: suara terdengar dan mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan
benar serta sadar penuh terhadap lokasi, lawan bicara, tempat, dan waktu.
Gerakan
Panduan penentuan angka GCS untuk pemeriksaan respons gerakan adalah sebagai berikut:
 Poin 1: tidak mampu menggerakkan tubuhnya sama sekali walau sudah diperintahkan
atau diberi rangsangan nyeri.
 Poin 2: hanya dapat mengepalkan jari tangan dan kaki atau meluruskan kaki dan tangan
saat diberi rangsangan nyeri.
 Poin 3: hanya mampu menekuk lengan dan memutar bahu saat diberi rangsangan nyeri.
 Poin 4: mampu menggerakkan tubuh menjauhi sumber nyeri ketika dirangsang nyeri.
Misalnya, orang tersebut merespons dengan menarik tangannya ketika dicubit.
 Poin 5: mampu menggerakkan tubuhnya ketika diberikan rangsangan nyeri dan orang
tersebut dapat menunjukkan lokasi nyeri.
 Poin 6: mampu melakukan gerakan tubuh apa pun saat diperintahkan
Pemeriksaan System Neurologi
1. Pemerikasaan tingkat kesadaran
 Membuka mata
- Spontan : nilainya 4
- Terhadap bicara (suruh pasien membuka mata) : nilainya 3
- Dengan rangsangan nyeri (tekan pada kuku jari) : nilainya 2
- Tidaka ada reaksi (dengan rangsangan nyeri pasien tidak membuka mata)
: nilainya 1
 Respon verbal (bicara)
- Baik dan tidak ada disorientasi : nilainya 5
- Kacau(confused),dapat berbicra dalam kalimat, namun ada disorientasi waktu
dan tempat : nialinya 4
- Tidak tepat (dapat mengucapkan kata-kata,namun tidak dapat berupa kalimat)
: nilainya 3
- Mengerang (tidak dapat mengucapkan kata-kata namun hanya mengerang)
: nilainya 2
- Tidak ada respon : nilainya 1
 Motor respone
- Menurut perintah (misalnya suruh angkat tangan) : nialinya 6
- Mengetahui lokasi nyeri : nilainya 5
- Reaksi menghindar : nilainya 4
- Reaksi fleksi abnormal : nilainya 3
- Reaksi ekstensi abnormal : nilainya 2
- Tidak ada reaksi : nialinya 1
2. Pemeriksaan rangsangan meningeal
 Kaku kuduk
Pada kaku kuduk berat, kepala tidak dapat ditekuk, malah sering kepala terkedik
kebelakang, sedangkan pada keadaan ringan, kaku kudu dinilai dari tahanan yang
dialami waktu menekukkan kepala.
 Tanda laseque
 Tanda kerniq
Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada
persendian panggul sampai membuat sudut 90°. Setelah itu tungkai bawah
diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135°
terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari
sudut 135°, maka dikatakan Kernig sign positif.
 Tanda brudzinsky I
Brudzinsky I (+) ditemukan fleksi pada kedua tungkai
 Tanda brudzinsky II
Brudzinsky II (+)ditemukan tungkai yang satu ikut pula fleksi, tapi perhatikan
apakah ada kelumpuhan pada tungkai.
3. Pemeriksaan kekutan motorik
 Inspeksi
Perhatiakan sikap pasien sewaktu berdiri,duduk,berbaring,dan bergerakn serta
perhatikan kesimetrisan tubuh bagian kiri dan kanan.
 Palpasi
Palpasi otot untuk menentukan konsistensi dan nyeri tekan, tonus otot.
- Pemeriksaan gerakan aktif
- Pemeriksaan gerakan pasif
- Koordinasi gerak
Fungsi motoris dengan menilai bentuk dan dasar otot,tonus otot,dan kekuatan otot
ekstremitas (skala 0-5 )
- 0 = tidak ada geraka
- 1 = kontraksi otot minimal terasa tanpa menimbulkan gerak
- 2 = otot dapat bergerak bila gaya berat dihilangkan
- 3 = gerakan otot dapat melawan gaya berat tapi tidak bias terhadap tahanan
pemeriksa
- 4 = geran otot denan tahanan ringan pemeriksa dan dapat melawan gaya berat
- 5 = gerakan otot dengan tahanan maksimal
4. Pemeriksaan sensorik
- Pemeriksaan sensibilitas : pemeriksaan rasa raba, pemeriksaan rasa suhu dan
rasa nyeri
- Pemeriksaan rasa gerak dan rasa sikap
- Pemeriksaan rasa getar
- Pemeriksaan rasa tekan
- Pemeriksaan rasa interoseptif : perasaan tentang organ dalam
- Nyeri rujukan
5. Pemeriksaan nervus cranialis
- Pemeriksaan N.I : Olfaktorius : Sensorik khusus menghidu atau membau
- Pemeriksaan N.II : Optikus : Sensorik khusus melihat
- Pemeriksaan N.III : Okulomotorius
(Smeltzer & Bare, 2010).
3. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d aliran darah ke otak terhambat
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
3. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral
4. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler
4. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria intervensi (SIKI)
. (SDKI)
Hasil (SLKI)
1. Risiko perfusi
Setelah dilakukan O
:
serebral tidak
intervensi selama - Identifikasi penyebab
efektif b.d
2x24 jam maka peningkatan TIK (mis.
aliran darah ke
perfusi serebral klien Lesi,gangguan
otak terhambat
meningkat dengan metabolism, edema
Kriteria Hasil : serebral)
- Tingkat kesadaran - Monitor tanda dan gejala
meningkat peningkatan TIK (mis. TD
- Kognitif meningkat, tekanan nadi
meningkat melebar, bradikardia, pola
- Sakit kepala napas ireguler, kesadaran
menurun menurun)
- Gelisah menurun - Monitor MAP (Mean
- Kecemasan Arterial Pressure)
menurun - Monitor CVP (Central
- Demam menurun Venous Pressure), jika
- Nilai rata – rata pelu
tekanan darah - Monitor PAP, jika pelu
membaik - Monitor PAWP, jika pelu
- Kesadaran - Monitor ICP (Intra
membaik Cranial Pressure), jika
- Tekanan darah tersedia
sistolik membaik - Monitor CCP (Cerebral
- Tekanan darah Perfusian Pressure)
diastolic membaik - Monitor gelombang ICP
- Monitor status pernapasan
- Monitor intake dan output
cairan
- Monitor cairan serebro-
spinalis (mis. Warna,
konsistensi)
T:
- Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
- Berikan posisi semi powler
- Hindari maneuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari pemberian cairan
IV hipotonik
- Atur ventilator agar PaCO₂
optimal
- Pertahankan suhu tubuh
normal
K:
- kolaborasi pemberian sedasi
dan anti konvulsan, jika
perlu
- kolaborasi pemberian
diuretic osmosis, jika perlu
- kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan O :
napas tidak intervensi selama - Monitor pola napas
efektif b.d 2x24 jam maka (frekuensi, kedalaman,
spasme jalan bersihan jalan napas usaha napas)
napas meningkat dengan - Monitor bunyi napas
Kriteria Hasil : tambahan (mis. Gurgling,
- batuk efektif mengi, wheezing, ronkhi
meningkat kering)
- produksi sputum - Monitor sputum (jumlah,
menurun warna, aroma)
- mengi / wheezing T :
menurun - Pertahankan kepatenan
- dyspnea menurun jalan napas dengan head-
- sulit bicara tilt, dan chin-lift (jaw-thrust
menurun jika curiga trauma servikal)
- sianosis menurun - Posisikan semi powler atau
- gelisah menurun powler
- frekuensi napas - Berikan minuman hangat
membaik - Lakukan fisioterapi dada,
- pola napas jika perlu
membaik - Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperogsigenasi
sebelum penghisapan
indotrkeal
- Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
E:
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontra indikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
K:
- Kolaburasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
3. Gangguan Setelah dilakukan O:
komunikasi intervensi selama - Monitorkecepatan, tekanan,
verbal b.d 2x24 jam maka kuantitas, volume dan diksi
penurunan komunikasi verbal bicara
sirkulasi klien meningkat - Monitor proses kognitif,
serebral dengan Kriteria Hasil : anatomis, dan fisiologis
- Kemampuan yang berkaitan dengan
berbicara bicara (mis. Memori,
meningkat pendengaran dan bahasa)
- Kemampuan - Monitor frustasi, marah,
depresi atau hal lain yang
mendengar mengganggu bicara
meningkat - Identifikasi perilaku
- Kesesuaian emosional dan fisik sebagai
ekspresi wajah / bentuk komunikasi
tubuh meningkat T:
- Kontak mata - Gunakan metode
meningkat komunikasi alternative
- Afasia menurun (mis. Menulis, mata
- Pelo menurun berkedip, papan komunikasi
- Gagap menurun dengan gambar dan huruf,
isyarat tangan, dan
komputer)
- Sesuaikan gaya komunikasi
dengan keluhan (mis.
Berdiri didepan pasien,
dengarkan dengan seksama,
tunjukkan satu gagasan atau
pemikiran sekaligus,
bicaralah dengan perlahan
sambil menghindari
teriakan, gunakan
komunikasi tertulis, atau
meminta bantuan keluarga
untuk memahami ucapan
pasien)
- Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bantuan
- Ulangi apa yang
disampaikan pasien
- Berikan dukungan
psikologis
- Gunakan juru bicara, jika
perlu
E:
- Anjurkan berbicara
perlahan
- Ajarkan pasien dan
keluarga proses kognitif,
anatomis, dan fisiologis
yang berhubungan dengan
kemampuan berbicara
K:
- Rujuk ke ahli patologi
bicara atau terapis
4. Gangguan Setelah dilakukan O:
mobilitas fisik intervensi selama - Identifikasi adanya nyeri
b.d gangguan 2x24 jam maka atau keluhan fisik lainnya
neuromuskuler mobilitas fisik klien - Identifikasi toleransi fisik
meningkat dengan melakukan pergerakkan
Kriteria Hasil : - Monitor frekuensi jantung
- Pergerakkan dan tekanan darah sebelum
ektremitas memulai mobilisasi
meningkat - Monitor kondisi umum
- Kekuatan otot selama melakukan
meningkat mobilisasi
- Rentang gerak T:
ROM meningkat - Fasilitasi aktivitas
- Nyeri menurun mobilisasi dengan alat
- Kecemasan bantu (mis. Pagar tempat
menurun tidur)
- Kaku sendi - Fasilitasi pergerakan, jika
menurun perlu
- Gerakan terbatas - Libatkan keluarga untuk
menurun membantu pasien dalam
- Kelemahan fisik meningkatkan pergerakkan
menurun E:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk
ditempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
5. Implementasi
Adalah suatu tindakan atau bentuk aksi nyata dalam melaksanakan rencana yang
telah dirancang dengan matang. Dengan kata lain implementasi hanya dapat
dilakukan jika sudah ada perencanaan dan bukan hanya sekedar tindakan semata.
6. Evaluasi
Adalah kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan proses untuk menentukan
nikai dari suatu hal. Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika

Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Vol
2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC

PPNI.2016 Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Defenisi dan Indikator


Diagnosis.Jakarta : dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.

PPNI.2016 Standar LuaranKeperawatan Indonesia (SLKI). Defenisi dan


Tindakan keperawatan. Jakarta : dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat
Indonesia.

PPNI.2016 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI). Panduan


Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Jakarta : dewan pengurus Pusat
Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai