Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

PADA TN.F DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


GANGGUAN PRESEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN DAN PENDENGARAN
DI WISMA NAKULA SADEWA RSJ GRHASIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
1. Marpuah 24211562
2. Yustiti Alif N 24211587
3. Fatrawati Ramadhan A 24211588
4. Riza utami 24211589
5. Indah Mayang Putri 24211590

PROGRAM STUDI PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2022

1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA PROGRAM STUDI PROFESI NERS
ANGKATAN XXVII

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Disahkan “Makalah Keperawatan Jiwa Pada Tn.F dengan Masalah Keperawatan Gangguan
Presepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran Di Wisma Nakula Sadewa RSJ Grhasia”

Keperawatan Jiwa STIKes Surya Global Yogyakarta 2022

Yogyakarta, Agustus 2022


Diajukan oleh : Kelompok 7b
1. Marpuah 24211562
2. Yustiti Alif Nur 24211587
3. Fatrawati Ramadhani A 24211588
4. Riza Utami 24211589
5. Indah Mayang Putri 24211590

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing klinik

(Suib, S.Kep.,Ns,.M.Kep.,CWCS) (Puji Hastuti S.Kep.,Ns)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil makalah laporan kasus dengan judul
“Makalah Keperawatan Jiwa Pada Tn.F Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Presepsi
Sensori: Halusinasi Penglihatan Dan Pendengaran Di Wisma Nakula Sadewa RSJ Grhasia” Hasil
laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas stase keperawatan jiwa.
Dalam penulisan laporan kasus ini diambil dari berbagai sumber dan melibatkan
beberapa pihak yang membantu dalam menyelesaikan hasil laporan kasus ini oleh karena itu
pemilih berterimakasih kepada:
1. Ani Tursina, AMK, S.Pd., M.Psi Kepala Instalasi Diklatlitbang Rumah Sakit Jiwa Grhasia
Yogyakarta.
2. dr. Rinansita Warihwati selaku Ketua Timkordik Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta
3. Ns. Pudji Hastuti, S.Kep Selaku Preseptor lapangan.
4. Ns. Akrim Wasniyati, S,Kep., M.P.H
5. Ns. Suib, S.Kep Selaku Koordinator Keperawatan Jiwa STIKes Surya Global Yogyakarta

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan hasil makalah
laporan kasus ini. Semoga hasil makalah laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis.

Yogyakarta, 31 Agustus 2022


Kelompok 7b

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. RUANG LINGKUP

BAB II : TINJAUAN TEORI


A. PENGERTIAN HALUSINASI
B. RENTANG RESPON HALUSINASI
C. ETIOLOGI HALUSINASI
D. TANDA DAN GEJALA HALUSINASI
E. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
F. TINGKAH LAKU
G. MEKANISME KOPING
H. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

BAB III : TINJAUAN KASUS


A. PENGKAJIAN
B. DATA FOKUS
C. ANALISA DATA
D. PERUMUSAN DIAGNOSA BERDASARKAN PRIORITAS
E. PERENCANAAN
F. IMPLEMENTASI
G. EVALUASI

BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Halusinasi merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakkan dan perilaku aneh yang menggangu. Halusinasi
merupakan satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori,
seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, penciuman.
Klien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada, selain itu, perubahan persepsi sensori
tentang suatu objek, gambaran, pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar
meliputi semua system penginderaan, pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau
pengecapan (keliat dkk,2012). Penatalaksanaan halusinasi yaitu membantu mengenali dengan
cara melakukan berdiskusi dengan klien tentang halusinasinya (apa yang didengar/dilihat),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi halusinasi, situasi yang menyababkan halusinasi muncul
dan respon klien saat halusinasi muncul. Untuk dapat mengontrol halusinasi klien dapat
mengendalikan halusinasi ketika halusinasi muncul, Penerapan ini dapat menjadi jadwal
kegitan seharihari yang dapat diterapkan ke klien yang bertujuan untuk mengurangi masalah
halusinasi yang dialami klien dengan persepsi halusinasi pendengaran.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menetapkan asuhan keperawtaan jiwa pada pasien dengan
masalah keperawatan Gangguan Presepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan dan
Pendengaran di Wisma Nakula Sadewa RSJ Grhasia Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan Presepsi Sensori
mahasiswa /i diharapkan mampu :
- Mengidentifikasi pengkajian dan analisis data pada Tn.F dengan Gangguan Presepsi
Sensori Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran
- Menganalisis analisa data dan diagnose keperawatan pada Tn.F dengan Gangguan
Presepsi Sensori Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran
- Menganalisis intervensi keperawatan pada Tn.F dengan Gangguan Presepsi Sensori
Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran
- Menganalisis implementasi serta evaluasi pada Tn.F dengan Gangguan Presepsi
Sensori Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran pada Tn.F dengan Gangguan
Presepsi Sensori Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran

1
C. RUANG LINGKUP
Makalah laporan kasus asuhan keperawatan jiwa pada Tn.F dengan masalah
keperawatan gangguan presepsi sensori yang dilakukan di ruang Nakula Sadewa Rumah Sakit
Jiwa Grhasia Pakem. Penyusunan asuhan keperawatan ini dilakukan selama kurang lebih 4
hari, mulai tanggal 22 Agustus 2022 sampai dengan 26 Agustus 2022. Penyusunan makalah
laporan kasus ini menerapkan 5 prosedur keperawatan yaitu meliputi pengkajian, diagnose
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi. Dimana
pembuatan makalah ini yang akan dilihat adalah sejauh mana klien mampu mengontrol dan
mengatasi halusinasinya dan menentukan atau memberikan cara penanggulangan atau
tindakan yang akan dilakukan untuk klien.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduaan tanpa adanya stimulus yang nyata (Keliat, 2014).
Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran
yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan (Dalami, Ermawati dkk 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah
adanya gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran sering
terjadi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan dengan persepsi yang salah terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata.
B. Rentang Respon Neurologi
Rentang respon neurologi menurut Prabowo (2014) yaitu :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

a. Pikiran Logis a. Distorsi pikiran a. Gangguan pikir atau delusi b. Persepsi


akurat b. Ilusi b. Sulit merespon emosi
c. Emosi konsisten c. Reaksi emosi c. Perilaku disorganisasi dengan pengalaman
d. Perilaku sesuai d. Perilaku anehd. Isolasi sosial
& tidak biasa
e. Berhubungan sosial e. Menarik diri
Keterangan :
1) Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. respon adaptif :
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada keyantaan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan

3
2) Respon psikososial
Respon psikososial meliputi :
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang yang menimbulkan
gangguan.
b. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena ransangan panca indra.
c. Emosi berlebihan atau berkurang
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.
3) Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif meliputi :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan sesuatu yang tidak teratur.
Isolasi sosial adalah kondisi yang dialamai oleh individu dan diterima sebagai
ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative
mengancam.
C. Etiologi Halusinasi
1) Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2010) faktor predisposisi klien dengan halusinasi :
a) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan
keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi,
hilang percaya diri dan lebih rentah terhadap stress.
b) Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
2) Faktor biologis

4
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres yang berlebihan
dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia. Akibat stres berkepanjangan jangan menyebabkan
teraktivitasnya neurotransmitter otak.
3) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
4) Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
5) Faktor presipitasi
a) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah, bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan yang nyata dan tidak
nyata.
Menurut Rawlins dan Heacock (1993) mencoba memecahkan masalah halusinasi
berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang
dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spritual. Sehingga halusinasi dapat
dilihat dari lima dimensi yaitu :
 Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang
luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang sama.
 Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi daari halusinasi dapat berupa
perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap
kekuatan tersebut.
 Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,
namun merupakan satu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat

5
menagmabil seluruh perhatian klien dan jarang akan mengontrol semua
perilaku klien.
 Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dari fase awal dan comforting klien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan.
Klien asik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, contoh diri dan harga diri yang
tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan ancaman, dirinya
atau orang lain individu cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan
suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu
berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
 Dimensi spritual
Secara spritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas, tidak
bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spritual untuk
menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur larut
malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun terasa hampa dan tidak jelas
tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
memjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang
menyebabkan takdirnya memburuk.
D. Tanda dan Gejala Halusinasi
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Tanda dan gejala pasien halusinasi khususnya halusinasi pendengaran
menurut Direja (2011) adalah sebagai berikut:
a. Data Subyektif Pasien mengatakan :
- Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
- Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
- Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
- Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data Obyektif :
- Bicara atau tertawa sendiri
- Marah-marah tanpa sebab
- Mengarahkan telinga ke arah tertentu
- Menutup telinga
- Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
E. Faktor Predisposisi dan Presipitasi Halusinasi

6
a) Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang dapat
meningkatkan stress dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi.
Pasien mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif.
2) Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan atau
kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga muncul akibat berat seperti delusi
dan halusinasi.
3) Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
4) Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi realitas, serta
dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel
kortikal dan limbik.
5) Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada pasien
skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang tuanya
mengalami skizofrenia.
1. Faktor presipitasi
1) Stressor sosial budaya
Stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang penting atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbulkan halusinasi.
2) Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat halusigenik
diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.
3) Psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi realitas. Pasien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan.
4) Perilaku

7
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas berkaitan
dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.
F. Fase Halusinasi
Semakin berat fase halusinasinya, pasien semakin berat mengalami ansietas dan
makin dikendalikan oleh halusinasinya. Berikut 4 fase halusinasi menurut Sutejo (2017):
a. Fase I Comforting (halusinasi menyenangkan)
Pasien mengalami perasaan yang mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah, takut
sehingga mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas.
Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali
kesadaran jika ansietas dapat ditangani. Gejala yang dapat terlihat seperti tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon
verbal lambat jika sedang asyik dan diam serta asyik sendiri (non psikotik). Videbeck
(2009), salah satu teknik komunikasi yang digunakan dalam fase comforting adalah
dengan Presenting Realityartinya menyediakan informasi yang sesuai dengan kenyataan
yang ada, dengan kata lain menghadirkan realitas atau kenyataan.
b. Fase II Condeming (halusinasi menjadi menjijikkan)
Pengalaman sensori yang menjijikkan, pasien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba
mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan, menarik diri dari orang lain,
merasa kehilangan kontrol, tingkat kecemasan berat. Gejala yang dapat terlihat seperti
meningkatnya tanda – tanda sistem saraf otonom akibat ansietas, rentang perhatian
menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dan realita, menyalahkan, menarik diri dengan orang lain dan konsentrasi
terhadap pengalaman sensori kerja (non psikotik). Wicaksono (2017), teknik distraksi
sangat berpengaruh pada pasien yang mengalami gangguan jiwa terutama halusinasi
pendengaran yang dilakukan dengan cara mengalihkan perhatian pasien dan menurunkan
tengkat kewaspadaanpasien ke hal lain sehingga sehingga stimulus sensori yang
menyenangkan dapat merangsang sekresi endorphin dan sudah berhasil dilakukan, ditandai
dengan klien mampu mengontrol rasa takut saat halusinasi muncul. Teknik distraksi
tersebut antara lain teknik menghardik, melakukan kegiatan secara terjadwal dan
bercakap-cakap dengan orang lain.
c. Fase III Controling (pengalaman sensori jadi berkuasa)
Pasien berhenti melakukan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi
tersebut, isi halusinasi menjadi menarik, pasien mungkin mengalami pengalaman kesepian
jika sensori halusinasi berhenti. Gejala yang dapat terlihat seperti kemauan yang
dikendalikan halusinasi akan diikuti, kesukaran berhubungan dengan orang lain, rentang
perhatian hanya beberapa detik atau menit, adanya tanda-tanda fisik ansietas berat :

8
berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah, dan isi halusinasi menjadi
atraktif (psikotik).
d. Fase IV Conquering (umumnya menjadi melebur dalam halusinasinya)
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah halusinasinya,
halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik. Gejala
yang dapat terlihat seperti perilaku error akibat panik, potensi kuat suicide atau homicide
aktivitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri,
atau katatonik, dan tidak mampu merespon lebih dari satu orang (psikotik)
G. Mekanisme Koping
Menurut Dalami dkk (2014) mekanisme koping adalah perilaku yang mewakili upaya untuk
melindungi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon
neurobiologi maladaptif meliputi:
1) Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti apa
perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk menanggulangi ansietas.
2) Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang lain
karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan
kerancuan persepsi). Menarik diri merupakan reaksi yang ditampilkan dapat berupa
reaksi fisik maupun psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari
sumber stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain.
Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
H. Rencana Intervensi Keperawatan
Intervensi/perencanaan merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan
secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan. Tahap perencanaan ini memberikan
kesempatan kepada perawat, klien, keluarga klien dan orang terdekat klien untuk
merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami oleh klien
(Asmadi, 2008).
Nursalam (2008) menyebutkan standar dalam pendokumentasian perencanaan
keperawatan adalah berdasarkan diagnosa keperawatan, disusun menurut urutan prioritas,
rencana tindakan mengacu pada tujuan dengaan kalimat perintah, terinci dan jelas serta
menggambarkan keterlibatan pasien/keluarga.
Untuk membuat rencana tindakan pada pasien gangguan jiwa, mahasiswa disarankan
membuat Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan (LPSP), yang berisi tentang proses
keperawatan dan strategi pelaksanaan tindakan yang direncanakan (Yusuf dkk. 2015).

9
Laporan pendahuluan ditulis mulai dari pengertian, rentang respon, faktor
predisposisi, faktor presipitasi, menifestasi klinis, mekanisme koping, sumber koping,
pengkajian umum, pohon masalah, diagnosa keperawatan, dan fokus intervensi. Sedangkan
LPSP adalah uraian singkat tentang satu masalah yang ditemukan, terdiri dari kondisi pasien,
masalah keperawatan pasien, tujuan, tindakan dan strategi pelaksanaan (Yusuf, dkk. 2015).

10
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identitas
Nama (Inisial) : Tn. F
L/P : Laki-laki
Umur : 32 tahun
Alamat : Ngoto RT/01 Bangunharjo Sewon Bantul, Kelurahan Bangunharjo
Kec. Sewon, Kab. Bantul
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
No. RM : 0032xxx
Tgl Pengkajian : 22 Agustus 2022
I. Alasan Masuk
Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan merasa bingung, bicara
ngelantur, sulit disuruh mandi, pasien mengatakan sulit tidur karena ada bisik-bisik ancaman
disuruh bunuh diri, pasien mengatakan munculnya sering dan hampir tiap hari, pasien juga
mengatakan terkadang terbangun pada tengah malam.
II. Faktor Prediposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?  ya tidak
2. Pengobatan sebelumnya : berhasil belum berhasil tidak berhasil
3. Trauma :
Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya Fisik - - - -
Aniaya Seksual - - - -
Penolakan - - - -
Kekerasan dalam - - - -
keluarga
Tindakan kriminal - - - -
Lain-lain 32th  - -
Jelaskan No 1,2,3 :
1 : pasien baru 1 kali dibawa ke RSJ
2 : pasien sebelumnya tidak mematuhi meminum obat
3 : pasien sebelumnya sering bicara sendiri
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?□ ada □ tidak ada
Bila ada hubungan keluarga : -

11
Gejala :-
Riwayat pengobatan / perawatan :-
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
Pasien mengatakan pernah menyukai seorang perempuan tetapi ditinggal menikah.
Masalah keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda Vital : TD: 135/91 HR: 76x/menit S: 36,5 RR: 20x/menit
b. Ukur : TB: 155 cm, BB:52 kg, □ naik □ turun
c. Keluhan Fisik : □ ada □ tidak ada
Jelaskan: -
Masalah keperawatan : -

IV. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan
: Perempuan : garis perkawinan
: Laki laki : garis keturunan
: Pasien : Meninggal
: Serumah

Jelaskan :

Pasien anak ke dua dari 3 bersaudara. Semua saudara kandungnya sudah menikah dan
pasien tinggal bersama kedua orangtuaya. Keluarga pasien tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa.

12
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai dirinya sendiri.
b. Identitas diri : Klien mampu menyebutkan namanya, umur dan jenis
kelamin
c. Peran : Pasien mengatakan dirinya adalah sebagai anak.
d. Ideal diri : Pasien mengatakan ingin hidup normal, bisa sembuh dari
sakitnya.
e. Harga diri : pasien mengatakan ingin segera pulang
Masalah Keperawatan : -
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Pasien mengatakan orang yang paling berarti adalah dirinya sendiri dan kedua orang
tuanya.
b. Peran serta kegiatan kelompok / masyarakat :
Pasien tidak mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat dan pasien jarang berbicara
bersama tetangganya, melainkan pasien hanya berbicara dengan keluarganya, kadang
berbicara terhadap orang lain tapi jarang jika tidak ditanya terlebih dahulu. Saat
dirumah sakit pasien, berdiam diri, baru mau bicara jika diajak bicara, kurang antusias
untuk mengikuti aktivitas, pasien sering melamun. Pasien mengatakan merasa ingin
sendirian, pasien mengatakan merasa lebih aman jika sendirian, pasien mengatakan
lebih menyenangkan sendirian
c. Hambatan dengan berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan tidak terlalu tertarik berhubungan dengan orang lain.
Masalah keperawatan : Isolasi diri
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Pasien mengatakan agamanya islam.
b. Kegiatan ibadah : Pasien mengatakan selalu sholat 5 waktu.
Masalah keperawatan :-
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan :
□ Tidak rapi
□ Penggunaan pakaian tidak sesuai
□ Cara berpakaian tidak seperti biasanya
□ lain-lain
Jelaskan: Pasien terlihat kurang rapi.
Masalah keperawatan : -

13
2. Pembicaraan :
□Cepat □Keras □Gagap
□ Inkoherensi □Apatis □Lambat
□Membisu □Tidak mampu memulai Berbicara □ lain-lain
Jelaskan: Pada saat pengkajian pasien berbicara normal namun kurang kooperatif tapi
pasien kadang tertawa sendiri, saat diajukan terlalu banyak pertanyaan pasien terkadang
malu, mengikuti aktivitas.
Masalah keperawatan : -

3. Aktivitas Motorik :
□Lesu □Tegang □ Gelisah
□Agitasi □ TIK □ Grimasen
□Tremor □Kompulsif □ lain-lain
Masalah keperawatan : -
4. Alam Perasaan (emosi) :
□ Sedih □ Ketakutan □ Putus asa
□ Khawatir □ Gembira □ Lain-lain
Jelaskan : Pasien mengatakan merasa khawatir dan cemas karna halusinasinya
Masalah keperawatan : cemas
5. Afek :
□ Datar □ Tumpul □Labil
□ Tidak sesuai □ Lain-lain
Jelaskan: Klien harus diberikan stimulus atau dorongan untuk melakukan sesuatu.
Masalah keperawatan : -
6. Interaksi selama wawancara :
□ Bermusuhan □ Tidak Kooperatif □ Mudah tersinggung
□ Kontak mata kurang □ Defensif □ Curiga
Jelaskan: pasien kurang kooperatif saat diwawancarai
Masalah keperawatan : -
7. Persepsi – Halusinasi :
□Pendengaran □Penglihatan □Perabaan
□Pengecapan □ Penghidung
- Jelaskan : Klien mengatakan mendengar suara bisikan-bisikan untuk menyuruh bunuh
diri, Pasien mengatakan bisikan itu datang setiap hari dan munculnya sering Pasien
mengatakan sering terbangun karna merasa ada 5 orang perempuan datang membangunkan
pasien dan pasien mengatakan perempuan tersebut datang setiap malam
Masalah keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori

14
8. Proses pikir :
□Sirkumstansial □ Tangensial □ Kehilangan Asosia
□ Flight of Idea □ Blocking □ Perseverasi
Jelaskan: pasien menjawab sesuai alur.
9. Isi Pikir :
□Obsesi □Fobia □Hipokondria
□Depersonalisasi □Ide yang terkait □Pikiran magis
Jelaskan: tidak terdapat masalah
10. Tingkat Kesadaran :
□ Bingung □ Sedasi □ Stupor
Adakah Gangguan orientasi ( disorientasi ) : tidak terdapat masalah
□ Waktu □ Orang □ Tempat
Jelaskan: Tidak ada gangguan pada tingkat kesadaran
Masalah keperawatan : -
11. Memori :
□ Gangguan daya ingat jangka panjang
□ Gangguan daya ingat jangka menengah
□ Gangguan daya ingat jangka pendek
□ Konfabulasi
Jelaskan: -
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung :
□ Mudah beralih □ Tidak mampu berkonsentrasi
□ Tidak mampu berhitung sederhana □ Lain-lain
Jelaskan: -
Masalah keperawatan : -
13. Kemampuan Penilaian :
□ Gangguan ringan □ Gangguan bermakna
□ Lain-lain
Jelaskan: Saat diberikan pilihan antara mandi dulu atau makan dulu saat bangun tidur,
pasien mengatakan ingin mandi dulu. Pasien dapat memutuskan keputusan.
Masalah keperawatan : -
14. Daya Tilik Diri :
□ Mengingkari penyakit yang diderita
□ Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
□ lain-lain
Jelaskan: Pasien mengatakan bingung tidak tau sakit apa

15
Masalah keperawatan : -

VI. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan:
Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak
Mempersiapkan makanan 
Menjaga kerapian rumah 
Perawatan kesehatan 
Mencuci pakaian 
Pengaturan keuangan 
Belanja 
Transportasi 
Lain-lain
Jelaskan: klien bisa memenuhi semua kebutuhan dengan baik.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
a. Perawatan diri :
Kegiatan hidup sehari-hari Bantuan total Bantuan minimal
Mandi 
Kebersihan 
Makan 
Buang air kecil / BAK 
Buang air besar / BAB 
Ganti pakaian 
Jelaskan: semua aktivitas mampu dilakukan klien dengan mandiri
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperaatan
b. Nutrisi :
 Apakah puas dengan pola makan?
□ Puas □ Tidak puas
 Apakah makan memisahkan diri?
□ Ya □ Tidak
 Frekuensi makan sehari : 3x
 Nafsu makan :
□ Meningkat □ Menurun □ Berlebihan
□ Sedikit

16
 Berat badan :
□ Meningkat □ Menurun
BB saat ini : 52 Kg
Jelaskan:
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
c. Istirahat dan tidur :
 Apakah ada masalah tidur ?
□ Ada □ Tidak ada
 Apakah merasa segar setelah bangun tidur ?
□ Segar □ Tidak segar
 Apakah ada kebiasaan tidur siang ?
□ Ya , lamanya : kurang lebih dari 1 jam □ Tidak
 Apakah ada yang menolong anda mempermudah untuk tidur ?
 □ Ada □ Tidak ada
 Tidur malam jam : 08.00 dan terbangun ditengah malam, kemudian bangun lagi jam
: 05.00 rata-rata tidur malam : 5-6 jam
 Apakah ada gangguan pola tidur ?
□ Sulit untuk tidur □ Samnambulisme □ Gelisah saat tidur
□ bangun terlalu pagi □ Terbangun saat tidur□ Berbicara saat tidur Jelaskan:
pasien mengatakan sering terbangun karna halusinasinya, terlihat lelah dan mata
pasien terdapat lingkaran hitam
Masalah keperawatan : Gangguan pola tidur
3. Kemampuan klien dalam hal-hal berikut ini :
 Mengantisipasi kehidupan sehari-hari :
□ Ya □ Tidak
 Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri :
□ Ya □ Tidak

 Mengatur penggunaan obat :


□ Ya □ Tidak

 Melakukan pemeriksaan kesehatan :


Perawatan lanjutan □ Ya □ Tidak
Sistem pendukung □ Ya □ Tidak
Jelaskan: Pasien tidak menggunakan obat-obatan terlarang dan pemeriksaan
kesehatan diatur oleh pihak RSJ
Masalah keperawatan : -

17
VII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
 Berbicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan Masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar dari orang lain
Olah raga Mencederai diri
Lain-lain Lain-lain
Jelaskan: Pasien mengatakan kalau ada masalah dia akan menyelesaikan sendiri.
Masalah keperawatan : -

VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN :


□Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Klien mengatakan mempunyai teman di Rumah sakit Jiwa, jarang memulai pembicaraan.
□Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya

Klien mengatakan senang dengan lingkungan tempat tinggalnya

□Masalah dengan Pendidikan, spesifiknya

Klien mengatakan sekolah sampai SMA

□Masalah dengan Pekerjaan, spesifiknya

Pasien tidak bekerja

□Masalah dengan perumahan, spesifiknya

Klien tinggal bersama kedua orangtuanya

□Masalah dengan Ekonomi, spesifiknya

Klien berasal dari keluarga yang sederhana

□Masalah dengan pelayanan Kesehatan, spesifiknya

Selama di rumah sakit pasien tidak pernah ada masalah dengan perawat ataupun temannya

Masalah keperawatan : -

IX. KURANG PENGETAHUAN TENTANG:


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang
suatu hal?

□Penyakit jiwa □ Faktor presipitasi □Sistem pendukung

18
□Penyakit fisik □Koping □Obat-obatan

□ lain-lain

Jelaskan: -

Masalah keperawatan : -

X. ASPEK MEDIS
Diagnosa medis : Skizofrenia tak terinci

Terapi medis :

No Nama Obat Dosis Rute Indikasi

Obat untuk meredakan


gejala skizofrenia dan
1 Resperidone 2mg Oral gangguan bipolar obat ini
juga untuk mengatasi
gangguan perilaku.

Obat untuk meredakan


gejala skizofrenia, yaitu
gangguan mental yang
2 Clozapine 25mg Oral menyebabkan mengalami
halusinasi, serta, serta
gangguan berpikir dan
berperilaku.

Laboratorium : 12 Agustus 2022


No Nama pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
1 KIMIA DARAH
Faal Hati
- SGOT 31,1 IU/L <31
- SGPT 22,9 IU/L <32

2 Faal Ginjal
- Ureum 10,8 Mg/dL 10-50
- Kreatinin 0,57 Mg/dL 0,5-0,9

19
3 Glukosa
- Gula darah sewaktu 124 Mg/dL <140

5 HEMATOLOGI
Pemeriksaan Penyaring
- Homoglobin 13,7 Gr/dl 12-16
- Lekosit 12,71 Ribu/mmk 5-11

6 Hitung Jenis Lekosit


- Eosinofil 0,7 % 1-4
- Basofil 0,2 % 0-1

- Netrofil batang 0 % 2-5


73,6 % 36-66
- Netrofil Segmen
16,5 % 22-40
- Limfosit
9.0 % 4-8
- Monosit
7 Pemeriksaan Tambahan
- Eritrosit 4,50 Juta/mmk 4,5-5,5
- Hematokrit 40,2 % 40-50

- Trombosit 336 Ribu/mmk 150-450


89,3 Fl 80-100
- MCV
30,4 Pg 26-34
- MCH
34,1 % 32-36
- MCHC

8. IMMUNOLOGI
Serologi
- HbsAg (kualitatif) Negatif Negatif
Imunoserologi
- Antigen SARS-cov-2 Negatif Negatif

B. DATA FOKUS

Data Subyektif (DS) Data Obyektif (DO)


-Pasien mengatakan sering merasa ada yang - Pasien Nampak mengantuk
membisikkan untuk bunuh diri - Pasien Nampak lelah dan mata pasien
-Pasien mengatakan bisikan itu datang setiap hari terdapat lingkaran hitam
dan munculnya sering - Pasien Nampak menunduk dan kadang
-Pasien mengatakan sering terbangun karna menyendiri

20
merasa ada 5 orang perempuan datang - Pasien Nampak mondar-mandir dan
membangunkan pasien seperti tidak tenang
-Pasien mengatakan perempuan tersebut datang - Saat wawancara pasien tidak melakukan
setiap malam kontak mata
-Pasien mengatakan cara mengatasi - Pasien jarang berinteraksi dengan
halusinasinya dengan sholat dan mengaji teman-temannya
-Pasien mengatakan merasa ingin sendirian - D: 135/91 HR: 76x/menit S: 36,5 RR:
-Pasien mengatakan merasa lebih aman jika 20x/menit
sendirian
-Pasien mengatakan lebih menyenangkan
sendirian

C. ANALISA DATA

No Symptom (Data Subyektif & Data Etiologi Problem


Obyektif)
1 DS: Halusinasi (halusinasi Gangguan presepsi
-Pasien mengatakan sering merasa ada penglihatan & halusinasi sensori (halusinasi)
yang membisikkan untuk bunuh pendengaran)
diri
-Pasien mengatakan bisikan itu datang
setiap hari dan munculnya sering
-Pasien mengatakan sering terbangun
karna merasa ada 5 orang
perempuan datang membangunkan
pasien
-Pasien mengatakan cara mengatasi
halusinasinya dengan sholat dan
mengaji namun masih tetap ada

DO:
- Pasien Nampak mengantuk
- Pasien Nampak lelah dan
mata pasien terdapat
lingkaran hitam
- Pasien Nampak mondar-
mandir dan seperti tidak
tenang
2. DS : Ketidakmampuan Isolasi diri
-Pasien mengatakan merasa ingin menjalin hubungan yang
sendirian memuaskan
-Pasien mengatakan merasa lebih
aman jika sendirian
-Pasien mengatakan lebih
menyenangkan sendirian
DO :
- Pasien Nampak menunduk
dan kadang menyendiri
- Saat wawancara pasien tidak
melakukan kontak mata
- Pasien jarang berinteraksi
dengan teman-temannya

21
D. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

1. Gangguan persepsi sensori ditandai dengan halusinasi penglihatan dan pendengaran


2. Isolasi sosial berhubungan dengan Ketidakmampuan menjalin hubungan yang
memuaskan

22
E. RENCANA KEPERAWATAN

No Hari/Tgl Diagnosa SLKI SIKI Ttd


Jam Keperawatan
1 Senin, 22-08-2022 Gangguan Setelah dilakukan intervensi Manajemen halusinasi I.09288
09.00 Presepsi Sensori keperawatan selama 3x24 jam, O :
(halusinasi) diharapkan presepsi sensori - Monitor isi halusinasi
membaik dengan kriteria hasil : - Monitor perilaku yang mengindikasikan
Presepsi sensori L.09083 halusinasi
- Verbalisasi mendengar bisikan - Monitor diri sendiri saat terjadi halusinasi
menurun (2-4) T:
- Verbalisasi melihat bayangan - Diskusikan perasaan dan respons terhadap
menurun (2-4) halusinasi
- Distorsi sensori menurun (2-4) E:
- Perilaku halusinasi menurun - Anjurkan melakukan distraksi
(2-4) - Ajarkan pasien/keluarga untuk mengontrol
- Menarik diri menurun (2-4) halusinasi
K : Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan
antiansietas jika perlu
2 Selasa, 23-08-2022 Isolasi sosial Setelah dilakukan tindakan Promosi sosialisasi (I.13498)
09.00 keperawatan selama 3x24 jam
O:
diharapkan interaksi sosial
meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi kemampuan melakukan interaksi
Interaksi Sosial (L.13115)
dengan orang lain
- Perasaan nyaman dengan
situasi sosial meningkat (3-4) - Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan
- Perasaan mudah menerima
orang lain
atau mengkomunikasikan
perasaan meningkat (3-5) T:
- Ekspresi wajah responsif
meningkat (3-5) - Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu

23
- Gejalah cemas menurun (3-4) hubungan
- Motivasi berpartipiasi dalam aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
- Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam
berkomunikasi dengan orang lain
E:

- Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain


- Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap
- Latih bermain peran untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO TGL/JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
1 Senin, 22-08-2022 Gangguan  Melakukan pengukuran tanda- S:
09.00 Presepsi Sensori

24
(halusinasi) tanda vital - Pasien masih sering terbangun
 memonitor isi halusinasi tengah malam karna halusinasinya
 mendiskusikan perasaan dan - pasien mengatakan sudah jarang
respons terhadap halusinasi mendengar bisikan-bisikan serta
 Menganjurkan melakukan - pasien mengatakan akan mematuhi
distraksi apa yang sudah diajarkan
 Mengajarkan pasien / keluarga O: Pasien mau menceritakan tentang
untuk mengontrol halusinasi halusinasinya namun nampak
 berkolaborasi pemberian obat gelisah.
antipsikotik dan antiansietas TD : 135/91 HR: 76x/menit Spo2:
99%
A: Masalalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor halusinasi
- Anjurkan distraksi : menghardik
- Ajarkan cara mengontrol
halusinasi: menutup mata / telinga
dan mengatakan bahwa
bayangan/bisikan itu tidak nyata,
beraktivitas dan bercakap-cakap

25
dengan orang lain
- anjurkan minum obat rutin

S: Pasien mengatakan merasa ingin


sendirian dan merasa lebih aman jika
 Mengidentifikasi kemampuan
sendirian
melakukan interaksi dengan
Isolasi sosial O : Pasien Nampak menunduk dan
orang lain
saat dilakukan wawancara pasien
 Mengidentifikasi hambatan
tidak melakukan kontak mata.
melakukan interaksi dengan
A: Masalalah belum teratasi
orang lain
P: Lanjutkan intervensi
 Memotivasi untuk berpatisipasi
- Ajak berinteraksi dan berbagi
dalam aktivitas baru dan
pengalaman
kegiatan kelompok
- Motivasi untuk melakukan
 Menganjurkan berinteraksi
aktivitas baru dan kegiatan
dengan orang lain secara
kelompok
bertahap
 Menganjurkan ikut serta
kegatan sosial dan
kemasyarakatan

26
2 Selasa,23-08-2022 Gangguan  Mengevaluasi halusinasi pasien S: Pasien mengatakan tengah malam
09.00 Presepsi Sensori
dan cara mengontrol halusinasi masih terbangun karna dibangunkan
(halusinasi)
 Menganjurkan pasien untuk oleh 5 perempuan dan sudah jarang
melakukan distraksi mendengarkan bisikan-bisikan.
menghardik, berkativitas, dan O: Pasien nampak gelisah.
bercakap-cakap dngan orang TD : 120/82 mmhg N: 110x/menit
lain) Spo2: 99%
A: Masalalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor ttv
-Monitor halusinasi
- Anjurkan distraksi
-Ajarkan cara mengontrol halusinasi:
menutup mata dan mengatakan
bahwa bayangan hitam itu tidak
nyata, beraktivitas dan bercakap-
cakap dengan orang lain
- anjurkan minum obat rutin

S: Pasien mengatakan merasa ingin


sendirian lebih menyenangkan

27
 Mengevaluasi kemampuan sendirian
Isolasi sosial
berinteraksi dengan orang lain O: Pasien masih nampak suka sendiri
 Mengevaluasi pasien dalam dan saat berinteraksi tidak kontak
kegiatan dan aktivitas mata
kelompok / ruangan TD : 120/82 mmhg N: 110x/menit
Spo2: 99%
A: Masalalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Ajak berinteraksi dan berbagi
pengalaman
- Anjurkan pasien untuk
melakukan kontak mata saat
berinteraksi
- Motivasi untuk melakukan
aktivitas baru dan kegiatan
kelompok
3 Rabu 24-08-2022 Gangguan  Melakukan pengukuran S: Pasien mengatakan semalam
16.00 Presepsi Sensori tanda-tanda vital kepada masih terbangun melihat bayangan
(halusinasi) pasien perempuan namun sudah tidak
 Memonitor halusinasi mendengar bisikan-bisikan lagi
 Memonitor diri sendiri O: Pasien sudah mulai melakukan

28
saat terjadi halusinasi kontak mata saat wawancara dan
 Mengajarkan pasien untuk tidak terlihat cemas
mengontrol halusinasi: TD : 110/79 mmHg N: 90x/menit
menghardik Spo2: 99%
 berkolaborasi pemberian A: Masalalah teratasi sebagian
obat antipsikotik dan P: Lanjutkan intervensi
antiansietas - Monitor halusinasi
- Menganjurkan untuk
memonitor diri sendiri terkait
dengan cara mengontrol
halusinasi
- Anjurkan minum obat rutin

S: Pasien mengatakan lebih nyaman


sendirian
 Mengevaluasi kemampuan O: Pasien melakukan kontak mata
interaksi dengan orang lain saat wawancara, namun dalam
 Mengevaluasi pasien aktivitas pasien harus diberi stimulus
Isolasi sosial dalam kegiatan kelompok dahulu.
atau aktivitas baru TD : 110/79 mmHg N: 90x/menit
 Memotivasi berpatisipasi

29
dalam aktivitas baru dan Spo2: 99%
kegiatan kelompok A: Masalalah teratasi sebagian
 menganjurkan ikut serta P: Lanjutkan intervensi
kegatan sosial dan - Menganjurkan berinteraksi
kemasyarakatan dengan orang lain secara
bertahap
- Memotivasi pasien untuk
melakukan aktivitas dalam
ruangan
- Anjurkan minum obat rutin

30
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawat kepada Tn.F dengan gangguan


sensori persepsi: halusinasi penglihatan dan dengaran di Wisma Nakula Sadewa RSJ
Grhasia, maka penulis akan melakukan pembahasan. Pembahasan dimulai melalui
tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keparawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
1) Pengkajian
Pada pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan tindakan
keperawatan dengan pemberian terapi generalis pada klien halusinasi
pendengaran. Pembahasan menyangkut analisis hasil penerapan terapi generalis
terhadap masalah keperawatan halusinasi pendengaran. Tindakan keperawatan
didasarkan pada pengkajian dan diagnosis keperawatan yang terdiri dari tindakan
generalis yang dijabarkan sebagai berikut. Tahap pengkajian pada klien
halusinasi dilakukan interaksi perawat-klien melalui komunikasi terapeutik untuk
mengumpulkan data dan informasi tentang status kesehatan klien. Pada tahap ini
terjadi proses interaksi manusia, komunikasi, transaksi dengan peran yang ada
pada perawat sebagaimana konsep tentang manusia yang bisa dipengaruhi dengan
adanya proses interpersonal. Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data
dari beberapa sumber, yaitu dari pasien dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis
mendapat sedikit kesulitan dalam menyimpulkan data karena keluarga pasien
jarang mengunjungi pasien di rumah sakit jiwa. Maka penulis melakukan
pendekatan kepada pasien melalui komunikasi terapeutik yang lebih terbuka
membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi
kepada pasien. Adapun upaya tersebut yaitu:
a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada klien
agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan.
b. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara
c. Mengadakan pengkajian dengan cara membaca status, melihat buku rawatan
dan melakukan pengkajian melalui wawancara dengan pasien. Maka dalam
pengkajian ini, penulis menemukan kesenjangan karena ditemukan. Pada
kasus Tn.F, klien mendengar suara-suara dan melihat bayangan yang

31
sebenearnya tidak ada yang mengganggunya sehingga Tn.F menjadi gelisah.
Gejala gejala yang muncul tersebut tidak semua mencakup dengan yang ada di
teori klinis dari halusinasi (Keliat, dkk.2014). Tindakan keperawatan
menongtrool halusinasi yang dilakukan pada Tn.F adalah strategi pertemuan
pertama sampai pertemuan empat. Strategi pertemuan pertama meliputi
mengidentifikasi isi, frekuensi, jenis, dan respon klien terhadap halusinasi
serta melatih cara menghardik halusinasi. Strategi pertemuan kedua yang
dilakukan pada Tn.F meliputi melatih cara mengendalikan dengan bercakap-
cakap kepada orang lain. Strategi pertemuan yang ketiga adalah menyusun
jadwal kegiatan bersama-sama dengan klien. Strategi pertemuan keempat
adalah mengajarkan dan melatih Tn.F cara minum obat yang teratur.
2) Diagnosa Keperawatan
Pada Teori Halusinasi dalam NANDA (2017), diagnosa keperawatan yang
muncul sebanyak 4 diagnosa keperawatan yang meliputi Harga diri rendah,
Isolasi social, Halusinasi, Risiko perilaku kekerasan Sedangkan pada kasus Tn.F
ditemukan tiga diagnosa keperawatan yang muncul yang meliputi: harga diri
rendah, halusinasi dan koping individu inefektif. Dari hal tersebut di atas dapat
dilihat terjadi sedikit perbedaan antara teori dan kasus. Dimana tidak semua
diagnosa pada teori muncul pada kasus Tn.F.
3) Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis mengatasi masalah keperawatan yakni:
diagnosa keperawatan halusinasi penglihatan dan pendengaran. Pada diagnosa
keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan dan pendengaran
dilakukan strategi pertemuan yaitu mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi,
perasaan, respon halusinasi. Kemudian strategi pertemuan yang dilakukan yaitu
latihan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Strategi pertemuan yang
kedua yaitu anjurkan minum obat secara teratur, strategi pertemuan yang ke tiga
yaitu latihan dengan cara bercakap-cakap pada saat aktivitas dan latihan strategi
pertemuan ke empat yaitu melatih klien melakukan semua jadwal kegiatan.
Untuk melakukan implementsi pada keluarga, pada tahap-tahap diagnosa tidak
dapat dilaksanakan karena penulis tidak pernah berjumpa dengan keluarga klien
(keluarga tidak pernah berkunjung).
4) Evaluasi

32
Pada tinajauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah: Pasien mempercayai
perawat sebagai terapis, pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada
objeknya, dapat mengidentifikasi halusinasi, dapat mengendalikan halusinasi
melalui mengahardik, latihan bercakap-cakap, melakukan aktivitas serta
menggunakan obat secara teratur

33
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn.F di Wisma Nakula
Sadewa Rumah Sakit Jiwa Grhasia. Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil:
1) pengkajian yang diperoleh adalah data subjektif dan objektif pada kasus Tn.F
dan didapatkan data Tn.F yang mengalami halusinasi penglihatan dan
pendengaran. Tn.F sering melihat perempuan pada tengah malam sehingga
tidurnya terganggu, dan Tn.F juga mengatakan mendengar suara yang
menyuruhnya untuk bunuh diri. Suara itu muncul saat Tn.F melakukan
aktivitas. Tn.F terlihat gelisah dan banyak diam . tanda dan gejala yang
ditemukan pada klien adalah melakukan kekerasan seperti mengamuk serta
sering menyendiri dan tidak melakukan interaksi dengan orang lain.
2) Diagnosa Keperawatan yang ditemukan oleh penulis pada saat pengkajian
adalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan dan pendengaran
berdasarkan analisa data yaitu dari data subjektif dan objektif.
3) Rencana keperawatan yang dilakukan adalah dengan tujuan klien dapat
mengenal halusinasinya, dapat mengontrol halusinasinya dan klien dapat
memanfaatkan obat dengan benar, dengan cara mendiskusikan dengan klien
tentang halusinasi yang dialaminya meliputi isi, frekuensi, jenis, waktu dan
situasi saat halusinasi muncul. Yang kedua adalah dengan mengajarkan kepada
klien cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-cakap
dengan orang lain, melakukan kegiatan terjadwal dan mendiskusikan tentang
obat yang dikonsumsi klien baik dari jenis, dosis dan manfaat obat karena obat
merupakan strategi pelaksanaan yang paling berpengaruh dalam proses
penyembuhan pasien.
4) Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis selama 4 hari yaitu
membantu klien mengenal halusinasinya, mengidentifikasi penyebab, isi, jenis,
waktu, frekuensi, dan perasaan, serta cara mengontrol halusinasi dengan baik.
mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik,
mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan minum obat yang benar,
mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain dan
melakukan aktivitas yang terjadwal.

34
5) Evaluasi yang dilakukan penulis sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ada
pada Tn.F yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan dan
pendengaran sesuai dengan implementasi dan bagaimana perkembangan klien.
Klien mampu melakukan strategi pelaksanaan (SP) dari sp 1-sp 4 dengan baik
dan menunjukkan perubahan klien lebih tampak rileks, tidak melihat bayangan
dan tidak mendengar suara lagi, dan dapat meminum obat secara teratur, dan
klien dapat mempraktekkan cara mengontrol halusinasi menggunakan sp yang
sudah dipelajari tetapi klien masih perlu diingatkan kembali supaya klien tidak
kembali terkontrol dengan halusinasi yang dialami klien.
B. Saran
1) Bagi tenaga keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta diharapkan
untuk tetap melayani dan menangani klien dengan halusinasi pendengaran secara
optimal. Perawat harus terus menjalin komunikasi teraupetik sehingga klien dapat
mengungkapkan semua permasalahannya dan mau mengikuti terapi yang
diberikan selama di rawat di Rumah sakit Jiwa sehingga tercapainya keberhasilan
dalam proses keperawatan.
2) Bagi Institusi Pendidikan Bagi institusi pendidikan diharapkan untuk mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam proses pembelajaran dengan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan
dan pendengaran.
3) Bagi Mahasiswa Dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan kompherensif serta
bertanggung jawab kepada klien khususnya pada klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi penglihatan pendengaran.

35
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2009. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Asmadi. 2010. Konsep Dasar Keperawatan. Edisi I. Jakarta: EGC.

Balitbang Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI

Damaiyanti, Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan Kedua. Bandung: PT.
Refika Adimata

Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ernawati, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Cetakan
Kedua. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media

Friedman. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5.
Jakarta: EGC.

Gusti Salvari. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta Timur: CV Trans
Info Media

Keliat, Budi Ana. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika

Mubarak, dkk. 2009. Konsep Keluarga. Diakses pada taggal 27 November 2018.
http://respiratory.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31780/Chapter%20
0II.pdf?sequence=4

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Putri, Vevi dan Trimusarofah. 2018. Pengaruh Penerapan Strategi Pelaksanaan Keluarga
Terhadap Kemampuan Keluarga Merawat Pasien Halusinasi Di

Kota Jambi Tahun 2017. Jurnal Akademika Baiturrahim Vol. 7 No. 1. Diakses tanggal 23
September 2018. http://jab.stikba.ac.id/index.php/jab/article/viewFile/57/49

Rasmun. 2009. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.


Cetakan Kedua. Jakarta: CV Sagung Seto

36
Setiadi. 2008. Ciri-ciri Keluarga. Diakses tanggal 26 November 2018.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rahmadsant-6733-
2babiia-r.pdf

Trimeilia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta Timur: CV. Trans Info
Media

Yuandari. 2018. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Peran Keluarga Sebagai


Ceregiver Pasien Skizofrenia” Jurnal of Borneo Holistic Health, Volume 1 No. 1
Juni 2018 hal 27-42. diakses pada tanggal 26 November 2018
http://jurnal.borneo.ac.id/index.php/borticalth/article/download/377/256

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

37

Anda mungkin juga menyukai