AN DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI PENGLIHATAN)
DI DESA KAHU-KAHU TENGAH KAPUPATEN KEPULAUAN
SELAYAR
DISUSUN OLEH :
JUSRIANI (A.19.11.057)
Nama : JUSRIANI
Nim : A.19.11.057
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
JUSRIANI
Mengetahui
( ) ( )
JULIANTI, S.Kep, Ns SABRI, S.Kep, Ns
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mah Kuasa,berkat limpahan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Askep ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. AN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
(HALUSINASI PENGLIHATAN) DI DESA KAHU-KAHU TENGAH KAPUPATEN
KEPULAUAN SELAYAR”
Dalam penilisan makalah ini tentunya tidak terlepas dari berbagai hambatan dan
kesulitan baik dalam pembuatan asuhan keperawatan ini. Namun berkat bimbingan dan
arahan serta bantuan berbagai pihak Asuhan keperawatan ini dapat diselesaikan.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Ibu Dr. Muriyati, S.Kep.,M.Kes Selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba
2. Ibu Julianti, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing institusi
3. Pak Sabri, S.Kep, Ns selaku pembimbing lahan dipuskesmas bontosunggu
4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan moral maupun material,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penusunan makalah ini
5. Rekan – rekan mahasiswa/i yang telah memberikan bantuan dalam rangka penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulis Asuhan keperwatan ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan tenaga
keperawatan pada khususnya dalam meningkatkan perawatan pada pasien.
Jusriani
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................
A. Pengertian Halusinasi......................................................................................
E. Penatalaksanaan Halusinasi............................................................................
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).
Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang yang berbicara.
Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran
mencapai lebih kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan menduduki
peringkat kedua dengan rata-rata 20%. Sementara jenis halusinasi yang lain yaitu
halusinasi pengucapan, penghidu, perabaan, kinesthetic, dan cenesthetic hanya
meliputi 10%,(Muhith, 2015).Menurut Videbeck (2008) dalam Yosep (2009) tanda
pasien mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak berbicara ataupun
tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga karena pasien
menganggap ada yang berbicara dengannya.
B. Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud halusinasi ?
2. bagaimanan proses terjadinya halusinasi ?
3. bagaimana mekanisme koping halusinasi?
4. bagaimana rentang respon halusinasi?
5. bagaimana tanda dan gejala haludinasi?
6. bagaimana penatalaksanaan halusinasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi halusinasi ?
2. Untuk mengetahui proses terjadinya halusinasi ?
3. Untuk mengetahui mekanisme koping halusinasi?
4. Untuk mengetahui rentang respon halusinasi?
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala haludinasi?
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan halusinasi?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghidu ( Direja, 2011).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran
dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua sistem penginderaan ( Dalami, dkk, 2014). Halusinasi hilangnya kemampuan
manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada
objek atau rangsangan yang nyata (Kusumawati, 2012).
Menurut Stuart (2007) proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor
predisposisi dan faktor presipitasi ( Dalami, dkk, 2014) :
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi ( Dalami, dkk, 2014) :
1) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor herediter mengalami
gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh
otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien adanya kegagalan yang berulang, kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang
terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014) :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
Keterangan :
2. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena gangguan panca indra
3. Emosi berlebihan atau kurang
4. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
untuk menghindari interaksi dengan orang lain
5. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interkasi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
iii. Respon maladaptif adalah respon indikasi dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya dan lingkungan,
adapun respon maladaptif ini meliputi :
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial
2. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada
i. Halusinasi penglihatan
1. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa saja
yang sedang dibicarakan.
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak
berbicara atau pada benda seperti mebel.
3. Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak
tampak.
4. Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang
menjawab suara.
ii. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati
1. Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain, benda
mati atau stimulus yang tidak tampak.
2. Tiba-tiba berlari keruangan lain
iii. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman adalah :
1. Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
4. Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
5. Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
iv. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan halusinasi
pengecapan adalah :
1. Meludahkan makanan atau minuman.
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan adalah
1. Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.
Menurut Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien
halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Data Subjektif Klien
mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
b. Data Objektif
4) Menutup telinga
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada satu atau
dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Penerapan Strategi Pelaksanaan
Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena klien kembali
ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul
dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak
mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan
untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti terapi modalitas yang
terdiri dari :
1) Terapi aktivitas
Meliputi : terapi musik, terapi seni, terapi menari, terapi relaksasi, terapi sosial,
terapi kelompok , terapi lingkungan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan
sesuatu melalui panca indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan
ilusi, dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada
halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal
dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.
faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah:
a. Faktor Predisposisi
b. Faktor Presipitasi
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atautertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam,
asyik dengan pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,
kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,perubahan
Tindakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai dengan
membina hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat penting
dijalin sebelum mengintervensi klien lebih lanjut. Pertama-tama klien harus difasilitasi
untuk merasa nyaman menceritakan pengalaman aneh halusinasinya agar informasi
tentang halusinasi yang dialami oleh klien dapat diceritakan secara konprehensif.
Untuk itu perawat harus memperkenalkan diri, membuat kontrak asuhan dengan
klien bahwa keberadaan perawat adalah betul-betul untuk membantu klien. Perawat juga
harus sabar, memperlihatkan penerimaan yang tulus, dan aktif mendengar ungkapan klien
saat menceritakan halusinasinya. Hindarkan menyalahkan klien atau menertawakan klien
walaupun pengalaman halusinasi yang diceritakan aneh dan menggelikan bagi perawat.
Perawat harus bisa mengendalikan diri agar tetap terapeutik.
B. Saran
1. Pada keluarga
Dampingi klien saat muncul halusinasinya bimbing dan diarahkan dengan cara
mengontrol halusinasi yang tepat.
Jaga kestabilan emosi klien, ciptakan suasana keluarga yang nyaman cegah jangan
sampai terjadi ketegangan danmenyebabkan rasa amarah dengan mengalihkan
memberikan kegiatan yang sesuai dengan klien.
2. Pada Pasien
Budayakan cara kontrol halusinasi dengantepat:Menghardik halusinasi, mengajak
berbincang-bincang dengan keluarga,melakukan aktifitas terjadwal, patuh minum
obat.
Budayakan cara mengontrol marah dengan latihan nafas dalam, cari obyek yang
positif untuk lampiaskan rasa marah dengan pukul bantal ataupun yang lain tetapi
jangan mecederai diri sendiri dan orang lain terutama keluarga dan masyarakat.