Disusun oleh :
Nama : Mebi Ulandari Putri
NIM : G1B223044
Kelompok :4B
Pembimbing Klinik
Ns. Dermanto Suartua, S.Kep
Ns. Retty Octi Syafrini, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya serta yang telah membukakan pintu pikiran penulis sehingga seminar kasus
tentang Halusinasi ini dapat penulis selesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing akademik dan pembimbing lapangan pada penugasan kali
ini dalam Stase Keperawatan Jiwa Profesi Ners yang telah membimbing dan
membantu kami, sehingga kami terbantu dalam penulisan tugas ini. Serta tak lupa pula
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang telah mengambil
peran dalam membantu kami dalam penyelesaian makalah ini yang tidak dapat kami
sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis ikhlas dengan lapang dada menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun. Terakhir penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi
penulis dan bagi pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................2
DAFTAR ISI .......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................4
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan .........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................7
2.1 Definisi ..........................................................................................................7
2.2 Etiologi ..........................................................................................................7
2.3 Rentang Respon Halusinasi ..........................................................................9
2.4 Jenis Halusinasi .............................................................................................10
2.5 Tanda dan Gejala Halusinasi.........................................................................11
2.6 Penatalaksanaan Medis .................................................................................13
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................................15
BAB III LAPORAN KASUS ............................................................................59
BAB III PENUTUP ...........................................................................................70
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................70
3.2 Saran..............................................................................................................71
Daftar Pustaka .....................................................................................................72
3
BABI
PENDAHULUAN
4
pada ruang rawat inap dengan gangguan halusinasi berjumlah 70%. Berasarkan
data yang diperoleh dari Rekam Medis Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
di Unit Rawat Inap dari bulan januari sampai dengan bulan Desember tahun (2021)
berjumlah 3.724 pasien mengalami halusinasi, 2.824 pasien berjenis kelamin laki-
laki dan 900 pasien berjenis kelamin perempuan.
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan
gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan
klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya. hanyut dengan
kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan
lingkungan disekitarnya.
Di ruangan Gama Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi terdapat 19 pasien.
Pada saat observasi dan wawancara, didapatkan bahwa mayoritas klien mengalami
masalah keperawatan halusinasi. Pada saat wawancara beberapa orang pasien
mengatakan bahwa mereka mendengar suara-suara bisikan yang tidak tampak
wujudnya. Hasil observasi penulis mendapatkan bahwa pasien di ruangan gama
banyak yang masih tersenyum sendiri, komat-kamit, berjalan mondar- mandir, dan
kesulitan tidur. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa wayoritas pasien di
ruangan gama mengalami halusinasi.
Di ruangan Gama penulis mengelola kasus pasien Ny. R, setelah dilakukan
pengkajian didapatkan bahwa pasien mengalami masalah keperawatan halusinasi
pendengaran. Maka tujuan asuhan keperawatan yang akan dilakukan ialah uuntuk
mengajarkan strategi pelaksanaan Halusinasi pada Ny. R sehingga diharapkan
pasien mampu mengontrol halusinasi yang dialaminya.
5
1.3. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dalam penyusunan makalah seminar ini adalah diperoleh nya pengalaman secara
nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Halusinasi
pendengaran
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini maka mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian pada klien Ny. R
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien Ny. R
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien Ny. R
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Ny. R
e. Melakukan evaluasi pada klien Ny. R
f. Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra
sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1998).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi.
2.2 Etiologi
Etiologi, Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
Faktor predisposisi
1). Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
a). Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
b). Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
c). Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi
yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan
atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut
7
didukung oleh otopsi (post-mortem).
2). Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhigangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
3). Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa
dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
1). Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2). Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3). Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
8
2.3 Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda
rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005). Ini merupakan persepsi
maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut
tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal
mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya,
yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan
terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya, rentang respon
tersebut sebagai berikut:
9
2.4 Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007), jenis halusinasi antara lain :
1) Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yangsedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4) Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
5) Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7) Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
10
2.5 Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atau tertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicara sendiri,pergerakan mata cepat,
diam, asyik dengan pengalaman sensori,kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dan realitas rentang perhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau
menit, kesukaran berhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat
diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi (Stuart & Sudden, 1998):
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.
Penglihatan
Stimulus penglihatan dalam kilatan
cahaya, gambar giometris, gambarkarton
dan atau panorama yang luas dan
komplek. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan /sesuatu
yang menakutkan seperti monster.
Penciuman
Membau bau-bau seperti bau darah,
urine, fases umumnya baubau yangtidak
menyenangkan. Halusinasi
11
penciuman biasanya sering akibat
stroke, tumor, kejang / dernentia.
kanestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran
darah divera (arteri), pencernaan
makanan.
Kinestetik
Merasakan pergerakan sementara
berdiri tanpa bergerak
12
2) Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber
yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom
akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan
dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3) Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi
dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan
orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan
berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan
dengan orang lain.
4) Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon
lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
13
KELAS KIMIA NAMA GENERIK DOSIS HARIAN
(DAGANG)
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60 - 120 mg
Klopromazin (Thorazine) 30 - 800 mg
Flufenazine (Prolixine, Permiti) 1 - 40 mg
Mesoridazin (Serentil) 30 - 400 mg
Perfenazin (Trilafon) 12 - 64 mg
Proklorperazin (Compazine) 15 - 150 mg
Promazin (Sparine) 40 - 1200 mg
Tiodazin (Mellaril) 150 - 800 mg
Trifluoperazin (Stelazine) 2 - 40 mg
Trifluopromazine (Vesprin) 60 - 150 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75 - 600 mg
Tiotiksen (Navane) 8 - 30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1 - 100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300 - 900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20 - 150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 15 - 225 mg
14
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Proses keperawatan merupakan wahana/ sarana kerjasama dengan klien,
yang umumnya pada tahap awal peeran perawat lebih besar dari pada peran
klien, namun pada proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar dari
peran perawat, sehingga kemandirian klien dapat dicapai.
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat
diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan
menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan
keperawatan yang bersifat rutin, intuisi, dan tidak unik bagi individu klien
(Direja, 2011) :
1. Pengumpulan Data
a) Identitas klien dan penanggung jawab
Pada identitas mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
status perkawinan, dan hubungan klien dengan penanggung.
b) Alasan dirawat
Alasan dirawat meliputi: keluhan utama dan riwayat penyakit keluhanutama
berisi tentang sebab klien atau keluarga datang kerumah sakit dan keluhan
klien saat pengkajian. Pada riwayat penyakit terdapat faktor predisposisi dan
faktor presipitasi. Pada faktor predisposisi mencakup factor yang
mempengaruhi jenis dan sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu
untuk mengatasi stress (factor pencetus/penyebab utama timbulnya
gangguan jiwa). Faktor presipitasi mencakup stimulus yang dipersepsikan
oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan dan memerlukan
energi ekstra untuk mengatasinya/faktor yang memberat/meperparah
terjadinya gangguan jiwa (Azizah, 2011).
15
c) Pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ tubuh /dengan
cara observasi, auskultasi, palpasi, perkusi, dan hasil pengukuran (Azizah,
2011).
d) Pengkajian psikososial:
1) Genogram
Genogram dapat dikaji melalui 3 jenis kajian (Azizah, 2011) yaitu :
(a) Kajian Adopsi yang membandingkan sifat antara anggota keluarga
biologis/satu keturunan dengan keluarga adopsi.
(b) Kajian Kembar yang membandingkan sifat antara anggota
keluarga yang kembar identik secara genetik dengan saudara
kandung yang tidak kembar.
(c) Kajian Keluarga yang membandingkan apakah suatu sifat banyak
kesamaan antara keluarga tingkat pertama (seperti orang tua,
saudara kandung) dengan keluarga yang jail.
2) Konsep diri
(a) Citra Tubuh
Kumpulan sikap individu yang disadari terhadap tubuhnya
termasuk persepsi masa lalu/sekarang, perasaan tentang ukuran,
fungsi, penampilan dan potensi dirinya.
(b) Ideal diri
Perspesi individu tentang bagaimana seharusnya ia berprilaku
berdasarkan standar aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.
(c) Harga diri
Penelitian tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan ideal
dirinya. Harga diri tinggi merupakan perasaan yang berakar dalam
menerima dirinya tanpa syarat, meskipun telah melakukan
kesalahan, kekalahan dan kegagalan, ia tetap merasa sebagai orang
yang penting dan berharga.
16
(d) Penampilan peran
Serangkaian prilaku yang di harapkan oleh lingkungan social
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial.
(e) Identitas diri
Pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan
individu (Azizah, 2011).
3) Hubungan social
Dalam setiap interaksi dengan klien, perawat harus menyadari luasnya
dunia kehidupan klien, memahami pentingnya kekuatan sosial dan
budaya bagi klien, mengenal keunikan aspek ini dan menghargai
perbedaan klien. Berbagai faktor sosial budaya klien meliputi usia, suku
bangsa, gender, pendidikan, penghasilan dan sistem keyakinan.
4) Spritual
Keberadaan individu yang mengalami penguatan kehidupan dalam
hubungan dengan kekuasaan yang lebih tinggi sesuai nilai individu,
komunitas dan lingkungan yang terpelihara (Azizah, 2011)
e) Status mental
1) Penampilan
Area observasi dalam penampilam umum klien yang merupakan
karakteristik fisik klien yaitu penampilan usia, cara berpakaian,
kebersihan, sikap tubuh, cara berjalan, ekspresi wajah, kontak mata,
dilatasi/kontruksi pupil, status gizi/keshatan umum (Azizah, 2011).
2) Pembicaraan
Cara berbicara digambarkan dalam frekuensi (kecepatan,
cepat/lambat), volume (keras/lembut), jumlah (sedikit, membisu,
ditekan) dan karakternya seperti: gugup, kata-kata bersambung serta
aksen tidak wajar (Azizah, 2011).
(3) Aktivitas motorik
17
Aktivitas motorik berkenan dengan gerakan fisik perlu dicatat dalam hal
tingkat aktivitas (letargik, tegang, gelisah, agitasi), jenis (tik, seringai,
tremor) dan isyarat tubuh yang tidak wajar (Azizah, 2011).
(4) Afek dan Emosi
Afek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung relatif
lama dan dengan sedikit komponen fisiologis/fisik, seperti kebanggaan,
kekecewaan. Sedangkan alam perasaan (emosi) adalah manifestasi efek
yang ditampilkan/diekspresikan ke luar disertai banyak komponen
fisiologis dan berlangsung (waktunya) relative lebih singkat/spontan
seperti sedih, ketakutan, putus asa, khawatir atau gembira berlebihan
(Azizah, 2011).
5) Interaksi selama wawancara
Jelaskan keadaan yang ditampilkan klien saat waawancara seperti
bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak mata kurang
(tidak mau manatap lawan bicara), defensif (selalu berusaha
mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya) atau curiga yang
sering menunjukkan sikap/perasaan tidak percaya pada orang lain
(Azizah, 2011).
6) Persepsi-Sensorik
Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas, hubungan, perbedaan
sesuatu, hal tersebut melalui proses mengamati, mengetahui dan
mengartikannya setelah panca indra mendapatkan rangsangan.
(a) Isi halusinasi yang dialami klien
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar,
berkata apabila halusinasi yang dialami adalah halusinasi
pendengaran, atau bentuk bayangan yang dilihat oleh klien bila
halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa yang tercium
untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi
18
pengecapan, atau merasakan apa yang dipermukaan tubuh bila
halusinasi perabaan.
(b) Waktu dan Frekuensi Halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan
pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu atau
sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Bila memungkinkan
klien diminta menjelaskan kapan persisnya waktu terjadi halusinasi
tersebut. Informasi ini penting untuk mengidentifikasikan pencetus
halusinasi dan menentukan bila mana klien perlu diperhatikan saat
mengalami halusinasi.
(c) Situasi Pencetus Halusinasi
Perawat mengidentifikasi situasi yang dialami klien sebelum
mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada
klien kejadian yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu
perawat juga dapat mengobservasi apa yang dialami klien
menjelang muncul halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.
(d) Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi
klien, bisa dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh klien
saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien mampu
mengontrol stimulasi halusinasi atau sudah tidak berdaya terhadap
stimulasi.
7) Tingkat kesadaran
Kemampuan individu melakukan hubungan dengan lingkungan dan
dirinya (melalui panca indra), mengatakan pembatasan terhadap
lingkungan/dirinya (melalui perhatian). Kesadaran yang baik biasanya
dimanifestasikan dengan orientasi yang baik dalam hal waktu, tempat,
orang dan lingkungan sekitarnya (Azizah, 2011).
8) Memori (Daya Ingat)
19
Bagaimana daya ingat klien atau kemampuan meningkatkan hal-hal
yang telah terjadi (jangka panjang/pendek/sesaat) dan apakah ada
gangguan pada daya ingat. Gangguan ini dapat terjadi pada salah satu
diantara komponen daya ingat yaitu pencatatn/registrasi,
penahanan/retensi atau memanggil kembali/recall sesuatu yang terjadi
sebelumnya (Azizah, 2011).
9) Tingkat kosentrasi dan berhitung
Konsentrasi adalah kemampuan klien untuk memperhatikan selama
wawancara/kontrak dan kalkulasi. Bagaimana klien berkonsentrasi dan
kemampuannya dalam berhitung, apakah normal atau ada gangguan
seperti mudah beralih, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu
berhitung sederhana ataulainnya (Azizah, 2011).
10) Kemampuan penilaian/Mengambil keputusan
Penilaian melibatkan pembuatan keputusan yang konstruktif dan
adaptif, kemampuan mengerti fakta dan menarik kesimpulan dari
hubungan. (Azizah, 2011).
11) Daya tilik diri
Daya tilik diri/penghayatan, merujuk pada pemahaman klien tentang
sifat suatu penyakit/gangguan.
12) Kebutuhan persiapan pulang
Kebutuhan persiapan pulang data yang perlu dikaji antara lain: makan
dan minum, BAB/BAK, mandi, berpakaian, istirahat tidur, penggunaan
obat, pemeliharaan kesehatan, kegiatan di dalam rumah, kegiatan di luar
rumah, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan,
pengetahuan, aspek medik.
2. Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data
untuk merumuskan masalah-masalah yang dihadapi klien. Data tersebut
diklasifikasikan menjadi data subyektif dan obyektif:
20
a) Data Subyektif
Menyatakan mendengar suara-suara dan melihat sesuatu yang tidak nyata,
tidak percaya terhadap lingkungan, sulit tidur, tidak dapat memusatkan
perhatian dan konsentrasi, rasa berdosa, menyesal dan bingung terhadap
halusinasi, perasaan tidak aman, merasa cemas, takut dan kadang-kadang
panik kebingungan.
b) Data Obyektif
Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, pembicaraan
kacau kadang tidak masuk akal, sulit membuat keputusan, tidak perhatian
terhadap perawatan dirinya, sering manyangkal dirinya sakit atau kurang
menyadari adanya masalah, ekspresi wajah sedih, ketakutan atau gembira,
klien tampak gelisah, insight kurang, tidak ada minat untuk makan.
3. Rumusan Masalah ( Fitria, 2012).
a) Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain
b) Gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan
c) Kerusakan interaksi sosial: menarik diri
d) Harga diri rendah
4. Pohon masalah
Pohon masalah adalah kerangka berpikir logis yang berdasarkan prinsip
sebab dan akibat yang terdiri dari masalah utama, penyebab dan akibat (Fitria,
2012).
21
Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Causa
Isolasi
Sosial
22
Gambar 2. Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
B. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan klien yang muncul pada klien dengan Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi adalah : ( Fitria, 2012).
1. Risiko Mencederai diri sendiri dan orang lain.
2. Gangguan sensori persepsi : halusinasi.
3. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri.
4. Harga diri rendah.
C. Intervensi Keperawatan
Tindakan pada klien
Tindakan keperawatan ners:
a. Pengkajian: Kaji tanda dan gejala halusinasi, penyebab dan kemampuan
klien mengatasinya. Jika ada halusinasi katakan Anda percaya, tetapi
Anda sendiri tidak mendengar/melihat/menghidu/merasakan.
b. Diagnosis: Jelaskan proses terjadinya halusinasi
c. Tindakan keperawatan:
1) Tidak mendukung dan tidak membantah halusinasi klien.
2) Latih klien melawan halusinasi dengan menghardik.
3) Latih klien mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek.
4) Latih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan secara teratur.
5) Latih klien minum obat dengan prinsip 8 benar, yaitu benar nama
klien, benar nama obat, benar manfaat obat, benar dosis obat, benar
frekuensi, benar cara, benar tanggal kedaluwarsa dan benar
dokumentasi.
6) Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan
mengendalikan halusinasi.
7) Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan
23
mengendalikan halusinasi.
24
e. Sesi 5: Patuh 8 benar minum obat (benar nama klien, benar nama
obat,benar dosis obat, benar waktu pemberian, benar cara, benar
manfaat, benar kedaluwarsa dan benar dokumentasi).
Pada penelitian Murni (2019) menyimpulkan bahwa terapi aktivitas kelompok
stimulasi efektif terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran
pada pasien ruang cempaka RSJ Prof. DR. M. Ildrem Medan.
D. Implementasi
2.2 Diagnosis
”Baiklah, berarti ibu mendengar suara tanpa ada orang yang bicara dan ibu
merasa terganggu. Ini yang kita sebut dengan Halusinasi. Bagaimana kalau
kita latihan untuk mengendalikannya?”
26
”Ada beberapa cara untuk mengendalikan suara itu, bagaimana kalau saat ini
kita latih?”
2.3 Tindakan
2.3.1 Latihan melawan: Hardik
Bu reka , mari kita belajar cara menghardik ya
- Contohkan: ”Baiklah, jika muncul suara itu segera tutup telinga
dan katakan pada suara itu: pergi jangan ganggu saya, kamu suara
palsu, saya tidak mau dengar.”
- Dampingi: ”Ayo coba kita lakukan bersama-sama.”
- Mandiri: ”Ayo coba lakukan sendiri dengan yakin.”
- Bagaimana perasaannya?
2.3.2 Latihan mengabaikan: Cuek
- Jika suara itu datang abaikan saja dengan cuek.
- Ayo coba lakukan.
27
Sekarang coba dilihat apakah tempat tidurnya sudah rapi?
28
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau formatif
yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif
yang dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus
serta umum yang telah ditentukan (Direja, 2011).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola
pikir:
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat dilakukan dengan menanyakan langsung kepada
klien tentang tindakan yang telah dilakukan.
O : Respon obyektif klien terhadap tindakankeperawatan yang telah
dilakukan. Dapat diukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat
tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah
dilaksanakan atau member umpan balik sesuai dengan hasil observasi.
A : Analisis ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
kontra indikasi dengan masalah yang ada, dapat juga membandingkan
hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan perawat
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada tanggal 31 Agustus 2023 Ny. R dibawa kerumah sakit oleh keluarga
dengan keluhan gelisah, mengamuk, ngoceh-ngoceh, sulit tidur
termenung sendiri, dan berkeliaran disekitar rumah dengan membawa
golok. Klien mengatakan ada suara yang membisikkannya untuk
membunuhnya dan keluarganya. Pada saat dilakukan pemeriksaan TTV
didapatkan TD : 110/78 mmHg , HR : 80 kali / menit, S : .36,2 oC , RR
: 19 kali / menit. Ketika dilakukan pengkajian Ny. R mengatakan bahwa ia
sering mendengar suara bisikan yang akan segera membunuhnya dan
membunuh keluarga nya juga, termasuk anak anaknya. Respon klien
ketika suara itu datang yaitu takut, dan mengamuk.
30
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. R (P)
Umur : 33 Tahun
No. CM : 00148194
Tanggal MRS : 31 Agustus 2023
Tanggal Masuk
Ruang I : Alfa
Ruang II : Arimbi
Ruang III : Gama
Tanggal pengkajian : 03 Oktober 2023
Alamat : Koto Mebai Semurup, Kerinci, Jambi
C. FAKTOR PREDISPKLIENISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
YA
TIDAK
2. Pengobatan sebelumnya?
Berhasil Tidak berhasil
Kurang berhasil
3. Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik ........... ........... ........... ...........
Aniaya seksual ........... ........... ........... ...........
Penolakan ........... ........... ........... ...........
Kekerasan dalam 32 Suami klien ...........
keluarga
Tindakan criminal ........... ........... ........... ...........
Jelaskan:
Ny. R mengatakan suami nya suka melakukan KDRT kepada klien, dengan memukul.
Masalah Keperawatan:
31
4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa
YA
TIDAK
Jika ada
Hubungan keluarga : Ayah kandung klien
Gejala : Berkeliaran, suka membakar barang yang ada
dirumah
Riwayat pengobatan : Pernah dibawa ke RSJ saat pasien masih SMA
Masalah Keperawatan:
D. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
32
= laki-laki = meninggal
= perempuan
= orang tua
= pasien
Jelaskan :
Klien merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Serumah bersama Ayah,
ibu, adik, suami dan anak. Anak klien 2 orang, 1 orang laki laki dan satu
orang perempuan.
Masalah Keperawatan:
-
Konsep Diri:
a. Citra Tubuh : Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya
b. Identitas : Klien mengatakan bahwa klien adalah seorang
perempun bernma RP yang sehari hari sebagai IRT dan kadang
bekerja di tempat jualan sate.
c. Peran : Klien seorang istri, ibu, anak, kakak. dan Ketika di
rumah sakit jiwa klien adalah seorang pasien.
d. Ideal Diri : Klien mengatakan ia ingin sembuh dari penyakitnya dan
ingin segera pulang dari rumah sakit jiwa
e. Harga Diri : Klien mengatakan ia orang yang tertekan hidup dengan
suaminya, dan gagal menjadi ibu saat berada di rumah sakit jiwa..
Masalah Keperawatan:
- Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah Kronis
2. Hubungan social
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan anaknya adalah orang yang paling berarti dan ia
sayangi.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien mengatakan bahwa ia hanya manusia biasa dan berperan
sebagai mana mestinya seorang perempuan. Dalam kegiatan
bermasyarakat klien sering tidak diajak karena masyarakat tau klien
mempunyai gangguan jiwa.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien merasa malu Ketika ia berhadapan dengan orang yang tau
penyakitnya .
33
Masalah Keperawatan:
-
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan ia beragama islam dan percaya kepada Allah
SWT
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan ibadah saat di rumah melakukan ibadah tapi
kadang kadang. Saat dirumah sakit tidak pernah
Masalah Keperawatan:
E. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Bagaimana penampilan Klien dalam hal berpakaian, mandi, toileting, dan
pemakaian sarana / prasarana atau instrumentasi dalam mendukung penampilan,
apakah Klien:
Tidak rapi
Jelaskan :
Klien mengatakan mandi bisa sampai 5-6x sehari karena panas. Klien mengatakan
kadang menggosok gigi hanya dengan menggunakan jari kadang sikat gigi.
terdapat karies gigi, warna gigi kekuningan.
Masalah Keperawatan:
Defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
Saat dilakukan pengkajian Klien mampu berkomunikasi dengan baik dan mampu
menjawab pertanyaan meskipun sesekali klien tidak mau menjawab beberapa
pertanyaan yang ditanyakan.
3. Aktivitas motorik
Lesu Tik
Tegang Grimasem
Gelisah Tremor
Agitasi Kompulsif
Jelaskan :
34
Klien terlihat lesu, sering melamun dan gelisah.
Masalah Keperawatan:
4. Alam perasaan
Sedih Khawatir
Putus asa Gembira berlebihan
5. Afek
Datar Labil
Tumpul Tidak sesuai
Jelaskan:
Selama pengkajian dan implementasi mood klien
sering berubah-ubah terkadang membaik dan mau
berinteraksi dan tidak bisa diajak berinteraksi
Masalah Keperawatan:
-
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Kontak mata kurang
Tidak kooperatif Curiga
Mudah tersinggung
Jelaskan:
Saat dilakukan pengkajian Klien cukup koorperatif,
menjawab pertanyaan yang diberikan.
Masalah Keperawatan: .
-
7. Persepsi - Sensorik
Halusinasi / Ilusi ?
Ada / Tidak ?
Pendengaran Pengecapan
Penglihatan Penghidu
Perabaan
Jelaskan
Data Subjektif
Isi Halusinasi :
Klien mengatakan ada orang yang sering berbicara dikupingnya yang
mangatakan ingin membunuh nya dan membunuh keluarganya.
35
Frekuensi : tidak menentu
Waktu : tidak menentu
Situasi saat muncul : tidak menentu
Respon pasien : takut, panik, dan sering kali Klien tidak ingat apa
yang terjadi saat ia mendengar banyak bisikan
Data Objektif :
Klien tampak gelisah, Klien sering melamun, dan suka senyum senyum
sendiri.
Masalah Keperawatan:
Gangguan Persepsi-sensori: pendengaran
8. Isi pikir
Obesi Depersonalisasi
Phobia Ide yang terkait
Hipokondria Pikiran magis
Waham :
Agama Nihilistik
Somatik Sisip piker
Kebesaran Siar piker
Curiga Kontrol piker
Jelaskan :
Masalah Keperawatan:
-
9. Proses pikir
Circumstansial Flight of idea
Tangensial Blocking
Kehilangan asKlieniasi Pengulangan
pembicaraan/ perseverasi
Jelaskan :
Masalah Keperawatan:
-
36
11. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat saat
jangka panjang ini
Gangguan daya ingat Konfabulasi
jangka pendek
Jelaskan :
Klien mengatakan mengingat keluarganya dan klien mengatakan bahwa dia
berada dirumah sakit jiwa
Masalah Keperawatan:
-
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
Klien mampu berhitung 1 - 20. Mampu berhitung penjumlahan misalnya
2+2=4, 5+5=10. Mampu menghitung perkalian misalnya 2x1=2, 3x1=3.
Masalah Keperawatan:
- Tidak ada
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan :
Masalah Keperawatan:
-
14. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan :
Klien mengatakan bahwa ia menyadari penyakit yang diderita
dimana klien mengatakan bahwa penyakitnya adalah gangguan jiwa
Masalah Keperawatan:
-
F. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
1. Kemampuan Klien memenuhi kebutuhan
Makanan Transportasi
37
Keamanan Tempat tinggal
Perawatan Kesehatan Uang
Pakaian
Jelaskan :
Klien mampu untuk memenuhi kegiatan sehari-hari
Masalah Keperawatan:
Jelaskan :
Pada saat pengkajian Klien mengatakan mandi 5-6 kali sehari. Ganti
pakaian 2x sehari jika disuruh dan diberikan baju. Klien mampu
melakukan BAK/BAB mandiri, makan mandiri tapi sering lupa untuk
mencuci tangan.
Masalah Keperawatan:
-
Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda?
Ya
Tidak
Frekuensi makan sehari : 3 kali
Frekuensi kedapan sehari : 2 kali
Nafsu makan :
Meningkat Berlebihan
Menurun Sedikit – sedikit
Berat badan :
Meningkat
Menurun
BB terendah : 36 Kg BB tertinggi : 45 Kg
Jelaskan :
Nafsu makan menurun. Klien diberikan diet ETPT
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi terhadap infeksi.
2. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh.
b. Tidur
Apakah ada masalah tidur ? TIDAK
38
Apakah merasa segar setelah bangun tidur ? YA
Apakah ada kebiasaan tidur siang? YA
Lama tidur siang : lebih kurang 1-2 jam
Apa yang menolong tidur ?
Tidur malam jam : 22.00-23.00, berapa jam : 5-6 jam
Apakah ada gangguan tidur ?
Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur
Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
Somnambulisme Berbicara saat tidur
Jelaskan :
Tidak ada gangguan tidur.
Masalah Keperawatan:
-
c. Penggunaan Obat
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan:
39
3. Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan
Sistem pendukung
Jelaskan:
H. MEKANISME KOPING
Adaptif: Maladaptif:
Bicara dengan orang lain Minum alcohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relokasi Berkerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Menciderai diri
Lainnya: ............................ Lainnya:........................
40
Obat-obatan
Lainnya: .................................................................................
Masalah Keperawatan:
K. ASPEK MEDIS
DiagnKlienis medis : Skizofrenia
Terapi medis :
risperidone 2 x 2mg, lorazepam 2x 2mg, Threxypenidil 2 x 2mg
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
2. Defisit Perawatan Diri b/d Skizofrenia
3. Harga Diri Rendah Kronis
Jambi, 03-10-2023
Perawat
41
ANALISA DATA
DO:
- Ny. R tampak senyum senyum sendiri
- Ny. R tampak gelisah
- Ny. R tampak melamun
2. Ds : Defisit Perawatan
− Ny. R mengatakan mandi 5-6x sehari karena Diri (D.0100)
panas
− Ny. R mengatakan mandi tidak
menggunakan sabun
− Ny. R mengatakan menggosok gigi dengan
telunjuk dan tanpa odol alasannya lupa
Do :
− Ny. R terlihat tidak rapi
− Rambut kusut
− kuku tampak panjang
Do :
- Lesu
- Kontak mata kurang
- Ny R tidak mau berinteraksi dalam waktu
yang lama
- Ketika pengkajian Ny R menjawab dengan
pelan dan lirih
- Pasif
- Bergantung pada pendapat orang lain
42
- Malu malu saat disuruh ikut kegiatan
(menyanyi)
POHON MASALAH
43
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA Intervensi
Tujuan
KEPERAWATAN
Gangguan Persepsi sensori (L.09083) Manajemen Halusinasi (I.09288)
Persepsi Sensori Persepsi sensori membaik dengan Observasi :
(D.0085): kriteria hasil a. Monitor perilaku yang
Halusinasi - Verbalisasi mendengar mengindikasi halusinasi
bisikan dengan skor 5 yaitu b. Monitor dan sesuaikan
menurun tingkat aktivitas dan
- Distorsi sensori dengan skor stimulasi lingkungan
5 menurun c. Monitor isi halusinasi (mis.
- Perilaku halusinasi sperti Kekerasan atau
menarik diri, melamun, membhayakan diri)
curiga dan mondar mandir Terapeutik :
dengan angka 5 yaitu a. Pertahankan lingkungan
menurun yang aman
- Respons sesuai stimulus, b. Lakukan tindakan
konsentrasi dan orientasi keselamatan ketika tidak
dapat membaik dengan skor dapat mengontrol perilaku
5 (mis. Limit setting,
pembatasan wilayah,
pengekapangan fisik,
seklusi)
c. Diskusikan perasaan dan
respons terhadap halusinasi
d. Hindari peredebatan tentang
validitas halusinasi
Edukasi:
a. Anjurkan memonitor sendiri
situasi terjadinya halusinasi
b. Anjurkan bicara pada orang
yang dipercaya untuk
memberi dukungan dan
umpan balilk korektif
terhadap halusinasi
c. Anjurkan melakukan
distraksi (mis.
Mendengarkan musik,
melakukan aktivitas dan
terknik relaksasi)
d. Ajarkan pasien dan keluarga
cara mengontrol halusinasi
44
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik dan
ansietas, jika perlu.
45
- Perasaan memiliki - Jadwalkan kegiatan
kelebihan atau terstruktur
kemampuan positif - Ciptakan dan pertahankan
meningkat lingkungan dan kegiatan
- Penerimaan penilaian perawatan konsisten
positif terhadap diri setiap dinas
sendiri meningkat - Tingkatkan aktivitas fisik
- Minat mencoba hal baru sesuai kemampuan
meningkat - Batasi jumlah pengunjung
- Berjalan menampakan - Bicara dengan nada
wajah meningkat rendah dan tenang
- Postur tubuh - Lakukan kegiatan
menampakan wajah pengalihan terhadap
meningkat sumber agitasi
- Perasaan malu menurun - Cegah perilaku pasif dan
- Perasaan bersalah agresif
menurun - Beri pengutaan positif
- Perasaan tidak mampu terhadap keberhasilan
melakukan apapun mengendalikan perilaku
menurun - lakukan pengekangan
- Meremehkan kemampuan fisik sesuai indikasi
mengatasi masalah - hindari bersikap
menurun menyudutkan dan
menghentikan
pembicaraan
- hidari sikap mengancam
dan berdebat
- hindari berdebat atau
menawar batas perilaku
yang telah ditetapkan
Edukasi :
- Informasikan keluarga
bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan
kognitif
46
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN
KEMAMPUAN: P:
Klien belum mampu mengenal halusinasi klien - Evaluasi menghardik
DIAGNOSA KEPERAWATAN: - Latih klien mengabaikan halusinasi
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi dengan bersikap cuek
TINDAKAN:
- Mengkaji isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon pada saat halusinasi
muncul.
- Latihan klien melawan halusinasi dengan
menghardik
47
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN
KEMAMPUAN: A:
Klien mampu mengenal halusinasi Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi P:
- Evaluasi menghardik
TINDAKAN: - latihan klien mengalihkan halusinasi
- Mengevalusi klien melawan halusinasi dengan cara dengan bercakap-cakap dan
menghardik melakukan kegiatan secara teratur.
- Latihan klien mengabaikan halusinasi dengan
bersikap cuek
-
RENCANA TINDAK LANJUT:
- latih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-
cakap dan melakukan kegiatan secara teratur.
48
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi A:
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
TINDAKAN:
1. Melatih Klien mengabaikan halusinasi
dengan bersikap cuek. P:
49
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN
KEMAMPUAN:
O:
Klien sudah bisa menghardik
- Klien tampak tenang
Klien bisa bersikap cuek terhadap halusinasi
- Klien tampak diam
Klien mengalihkan halusinasi dengan melakukan
- Klien senyum senyum
aktivitas sehari hari (menonton tv, membersihkan
tempat tidur, membantu dalam menyiapkan makan
A:
siang dan malam untuk seluruh pasien)
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
P:
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
- Evaluasi bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan secara teratur.
TINDAKAN:
- Klien minum obat dengan prinsip 8
-Melatih Klien mengabaikan halusinasi dengan
benar
bersikap cuek.
-Melatih Klien mengalihkan halusinasi dengan
bercakap-cakap.
-Melatih klien/ mengajarkan klien minum onat
dengan prinsip 8 benar
50
- Mengevaluasi halusinasi dan tindakan halusuinasi
51
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN
P:
- Menjelaskan pentingnya
KEMAMPUAN:
kebersihan diri
Klien masih bisa memakai pakaian yang sesuai
- Menjelaskan cara melakukan
kebersihan diri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit perawatan diri
TINDAKAN:
Pengkajian dan melatih cara menjaga kebersihan diri:
mandi, cuci rambut, sikat gigi, potong kuku
a. Identifikasi masalah perawatan diri: kebersihan
diri, berdandan, makan/minum, BAB/BAK
b. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
c. Jelaskan alat dan cara kebersihan diri
52
d. Latih cara menjaga membersihkan diri : mandi
dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut,
potong kuku
53
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN
KEMAMPUAN: A:
Klien masih bisa memakai pakaian yang sesuai Defisit perawatan diri
DIAGNOSA KEPERAWATAN P:
Defisit perawatan diri Optimalkan untuk melatih menjaga
kebersihan diri mandi, cuci rambut,
TINDAKAN: sikat gigi, potong kuku
1. melatih cara kebersihan diri : gosok gigi
2. Evaluasi kegiatan kebersihan diri.
3. Beri pujian
4. Latih melakukan kebersihan diri
54
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN
TINDAKAN:
A:
a. melatih cara makan dan minum dan baik
b. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan Defisit perawatan diri
c. Beri pujian
d. Jelaskan cara dan alat makan dan minum
P:
e. Latih cara makan dan minum yang baik
f. PENKES Keberisihan diri Optimalkan untuk melatih menjaga
kebersihan diri mandi, cuci rambut,
RENCANA TINDAK LANJUT:
sikat gigi, potong kuku
Menganjurkan Klien untuk menjaga kebersihan tangan
sebelum dan sesudah makan
55
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN
56
RENCANA TINDAK LANJUT: c. Latih aspek positif tau kemampuan
a. Latih aspek positif tau kemampuan yang dipilih yang dipilih dengan motivast yang
dengan motivasi yang positif. positif.
b. Berikan pujian untuk setiap kegiatan yang d. Membantu klien membuat
dilakukan dengan baik. jadwal Latihan
c. Fasilitasi klien bercerita tentang
keberhasilannya.
d. Bantu klien membuat jadwal latihan untuk
membudayakan.
57
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN
58
BAB IV
PEMBAHASAN
59
ditempat jualan sate dan dikasih upah apa adanya. Pada saat observasi ditemukan
klien sering senyum-senyum sendiri, klien terlihat gelisah, melamun. Klien belum
pernah di rawat dirumah sakit jiwa sebelumnya. Klien dibawa kerumah sakit dengan
keluhan gelisah, mengamuk, ngoceh-ngoceh, sulit tidur termenung sendiri, Klien
mengatakan ada suara bisiskan yang menaktkan, yaitu suara itu ingin membunuhnya,
Klien keluyuran dengan membawa benda tajam (golok), ayah kandung dari klien juga
mengalami gangguan jiwa yang sama dengan gejala suka membakar barang barang
yang ada dirumah dan keluyuran.
60
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari
pengkajian keperawatan, kemudian di identifikasi masalah yang muncul dan
dikaitkan dengan data yang ada. Diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori
ada empat diagnosa yaitu Harda Diri Rendah, Isolasi Sosial (ISOS), Halusinasi,
Resiko Periaku Kekerasan.
Setelah melakukan pengkajian dan melakukan analisa data, didapatkan
diagnosa yang ditemukan pada Ny. R yaitu halusinasi pendengaran, defisit
perawatan diri dan harga diri rendah. Adapun data-data yang ditemukan dari
diagnosa yang ditegakkan dalam masalah keperawatan tersebut yaitu:
a. Halusinasi pendengaran
Data yang ditemukan : klien masih sering mendengar suara bisikan, yang ingin
membunuhnya, klien tampak gelisah, klien tampak melamun dan klien
tampak senyum-senyum sendiri
b. Defisit Perawatan Diri
Data yang ditemukan : klien mengatakan gosok gigi dengan jari telunjuk, klien
mengatakan kadang gogok gigi kadang tidak alasannya lupa, klien tterlihat
tidak rapi, kuku klien tampak panjang dan kotor.
c. Harga diri rendah
Data yang ditemukan : Klien mengatakan bahwa ia adalah orang yang gagal
dan bodoh, tidak dapa melakukan apapun untuk memenuhi kebutahan
anaknya, karena suaminya tidak bertanggung jawab dan lalai akan tugasnnya.
Suaminya pulang kerumah orang tuanya dan tidak mampu membiayai klien
dan anknya, hingga klien tertekan. Bahkan saat pulang, suami klien hanya
marah-marah dan KDRT hingga klien tidak berdaya untuk melawan dan
takut. Kontak mata kurang, klien tampak lesu, klien malu berinteraksi dengan
orang lain.
Beberapa tanda dan gejala diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Budi Keliat (2019) yaitu tanda dan gejala halusinasi yaitu Klien mendengarkan
61
suara yang tidak ada orang nya, melihat benda, orang atau sinar tanpa ada obyek
nya Mencium bau-bauan yang tidak ada sedap yang tidak nyata Merasakan
penegecapan yang tidak enak, Merasakan rabaan atau gerakan badan, Bicara
sendiri Tertawa sendiri, Melihat ke satu arah, dan terlihat gelisah. Sementara itu
tanda dan gejala deficit perawatan diri yaitu Subjektif : menolak melakukan
perawatan diri , kebersihan diri, berpakaian, makan dan minum, dan eliminasi,
menyampaikan ketidakinginan melakukan perawatan diri: kebersihan diri,
berpakaian, makan dan minum, dan eliminasi dan menyatakan tidak tahu cara
perawatan diri : kebersihan diri, berpakaian, makan dan minum, dan eliminasi.
Tanda dan gejala objektif kulit, rambut, gigi, kuku kotor, pakaian kotor, tidak rapi,
dan tidak tepat, makan dan minum tidak beraturan, eliminasi (bab dan bak) tidak
pada tempatnya, dan lingkungan tempat tinggal kotor dan tidak rapi.
Data untuk harga diri rendah kronis yaitu perasaan tidak mampu rasa bersalah,
mengkritik diri sendiri atau orang lain, sikap negative pada diri sendiri, sikap
pesimis pada kehidupan keluhan sakit fisik pandangan hidup yang terpolarisasi,
menolak kemampuan diri sendiri, mengungkapkan kegagalan diri sendiri,
ketidakmampuan menetukan tujuan, dan data objektif: produktivitas menurun,
mengukur diri sendiri dan orang lain, destruktif pada orang lain, destruktif terhadap
diri sendiri, menolak diri secara social, penyalahgunaan obat , dan menarik diri dan
realistis.
63
2, Nomor 3, September 2022 ISSN : 2807-3469 dengan metode stuudi kasus
Subyek yang digunakan sebanyak 2 (dua) pasien halusinasi di ruang Nuri Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung tahun 2021 diperoleh dan dicari secara
elektronik dengan database yaitu google schoolar (2017-2022) yang mana hasilnya
menunjukkan bahwa terapi menghardik dan menggambar dapat membantu pasien
menurunkan tanda dan gejala halusinasi pendengaran pada kedua
subjek.Kemampuan menghardik pada subjek sesudah dilakukan terapi
menghardik pada Tn.RH sebesar 3 (75%), sedangkan pada Tn.A sebesar 4 (100%).
Rata-rata sesudah penerapan pada kemampuan menghardik adalah 112.5%
sehingga terjadi peningkatan sebanyak 75%. Kemampuan menggambar pada
subjek sesudah dilakukan terapi menggambar pada Tn.RH sebesar 8 (89%),
sedangkan pada Tn. A sebesar 9 (100%). Rata-rata kemampuan menggambar
sesudah penerapan adalah 94.5% sehingga terjadi peningkatan kemampuan
menggambar sebanyak 44.5%.
Jurnal kedua dari Murni Pratiwi dan Heri Setiawan. Judul Tindakan
Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi Pendengaran Pada Klien Skizofrenia Di
77 Rumah Sakit Jiwa tahun 2018 diperoleh dan dicari secara elektronik dengan
database yaitu google schoolar (2017-2022). Metode yang digunakan adalah
deskriptif dengan pendekatan studi kasus, yaitu dengan melakukan asuhan
keperawatan pada gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengar mulai dari
pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Hasilnya setelah
dilakukan asuhan keperawatan dari hasil pengkajian klien skizofrenia dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pada Sdr. Sa dan Sdr. So menunjukkan
batasan karakteristik yang muncul adalah sebagai berikut tidak dapat membedakan
keadaan yang nyata atau tidak, kurang konsentrasi dengan lingkungan sekitar, sulit
berkomunikasi dengan orang lain, ekspresi muka tegang, pergerakan mata cepat,
respon verbal lambat, dan takut. Batasan karakteristik yang di dapatkan melalui
pengkajian tersebut masalah keperawatan yang muncul pada Sdr. Sa dan Sdr. So
adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi. Rencana tindakan atau intervensi
utama pada Sdr. Sa dan Sdr.So adalah tindakan menghardik halusinasi dengan
mengidentifikasi jenis halusinasi, isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi,
64
situasi halusinasi dan respon klien terhadap halusinasi. Hasil evalaluasi terhadap
masalah klien skizofrenia dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pada Sdr.
Sa dan Sdr. So didapatkan bahwa efektifitas setelah dilakukan latihan menghardik
halusinasi terhadap kedua klien ditunjukan dengan adanya penurunan tanda gejala
yang terdapat pada klien Sdr. Sa yaitu 87% sedangkan pada Sdr. So yaitu 67%.
Jurnal ketiga dari Lidia Kumala Dewi danYuni Sandra Pratiwi dengan judul
Penerapan Terapi Menghardik Pada Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
Pendengaran tahun 2021, diperoleh dan dicari secara elektronik dengan database
yaitu google schoolar (2017-2022). Penelitian ini menggunakan studi kasus
dengan subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dua orang yang
didiagnosa halusinasi pendengaran, Studi kasus ini dilakukan di RPSBM (Rumah
Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat) Kota Pekalongan selama 5 hari.
Instrument yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dengan
menggunakan lembar asuhan keperawatan, SOP terapi menghardik, lembar
kriteria evaluasi tanda dan gejala halusinasi dan lembar observasi terhadap
kemampuan mengontrol halusinasi. Pengumpulan data pada studi kasus ini dengan
78 menggunakan metode wawancara dan obsevasi,wawancara merupakan
komunikasi lisan antara peneliti dengan responden. : Penerapan terapi menghardik
dapat menurukan tanda gejala dan meningkatkan kemampuan mengontrol
halusinasi pendengaran. Hasil analisa menunjukan bahwa hasil dari data observasi
kemampuan mengontrol halusinasi memperlihatkan sebelum dilakukan intervensi
terapi menghardik responden 1 dan 2 mempunyai kemampuan mengontrol
halusinasi sejumlah 6 (85%) meliputi mampu mengenal halusinasi, mengenali isi,
waktu, frekuensi, mampu mengenal situasi yang menimbulkan hakusinasi, dan
respon terhadap halusinasi. Setelah dilakukan intervensi terapi menghardik
responden 1 dan 2 mempunyai kemampuan mengontrol halusinasi sejumlah 7
(100%) meliputi mampu mengenal halusinasi, mengenali halusinasi, waktu,
frekuensi, mampu mengenal situasi dan respon terhadap halusinasi, serta mampu
menghardik halusinas Hal tersebut dibuktikan dari adanya penurunan tanda gejala
dan mampu meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi yang dialami dari
kedua responden setelah dilakukan intervensi terapi menghardik. Terapi
65
menghardik merupakan upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara
menolak halusinasi yang muncul. Jurnal keempat dari Rif’atul Qonita dengan judul
asuhan keperawatan jiwa perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dan
latihan mengontrol halusinasi dengan menghardik pada pasien ny. r dan pasien ny.
d di ruang larasati rsjd dr. amino gondohutomo provinsi jawa tengah tahun 2018,
diperoleh dan dicari secara elektronik dengan database yaitu google schoolar
(2017-2022). Penelitian ini menggunakan studi kasus. Studi kasus ini dilakukan
pada dua orang pasien. Subjek penelitian ini adalah Ny. R dan Ny. D dengan
perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di ruang larasati Dr. Amino
Gondhohutomo. Instrumen yang digunakan dalam penelitian antara lain Format
pengkajian asuhan keperawatan kesehatan jiwa, strategi pelaksanaan pada pasien
dan strategi pelaksanaan pada keluarga, alat kesehatan untuk pemeriksaan fisik
meliputi tensimeter, stetoskop, termometer, dan arloji, alat tulis berupa buku tulis,
pensil atau pulpen, penghapus, dan penggaris serta Laptop dan printer. Hasil dari
penulisan asuhan keperawatan jiwa dengan Perubahan Persepsi Sensori:
Halusinasi 79 Pendengaran pada Ny. R dan Ny. D terdapat perbedaan hasil antara
Ny. R dan Ny. D. Hal ini dipengaruhi oleh fase halusinasi, umur, serta aspek medis.
Pada pasien dengan Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dapat
disembuhkan apabila diketahui secara dini dan mendapatkan perawatan serta
pengobatan yang intensif. Perlunya dukungan dari keluarga dan lingkungan juga
tidak kalah pentingnya untuk mempercepat penyembuhan pasien, karena pasien
dengan perubahan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran seperti yang terjadi
pada Ny. R dan Ny. D sangat membutuhkan motivasi, perhatian dan kasih sayang
sehingga pasien mampu beradaptasi secara efektif.
Jurnal kelima dari Is Susilaningsih, Alfiana Ainun Nisa dan Nurul Khamaril
Astia dengan judul Penerapan Strategi Pelaksanaan: Teknik Menghardik Pada
Ny.T Dengan Masalah Halusinasi Pendengaran, tahun 2019, diperoleh dan dicari
secara elektronik dengan database yaitu google schoolar (2017-2022). Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus dimana metode
ini bersifat mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan.
Penulisan publikasi ini mengambil kasus pada Ny. T dengan masalah halusinasi
66
pendengaran diruang Apokat Panti Rehabilitasi Mental Wisma Budi Makarti
Boyolali. Dalam memperoleh data, penulis menggunakan beberapa cara
diantaranya wawancara kepada klien dan keluarga, melakukan observasi,
melakukan pemeriksaan fisik, melihat catatan perkembangan dari rekam medis
pasien yang dilakukan selama lima hari dimulai dari pengkajian sampai evaluasi.
Hasil dari jurnal ini setelah dilakukan implementasi selama 3 hari inrevensi
dimulai dari membina hubungan saling percaya,mengidentifikasi isi halusinasi,
dan bercakap-cakap pada evaluasi pada hari keempat didapatkan hasil, Ny.T sudah
mampu melakukan teknik menghardik dengan benar dan secara mandiri saat
halusinasi itu muncul. Dari ke 5 jurnal memiliki kesamaan pada sampel yang
diambil yaitu pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran, mayoritas intervensi penelitian diberikan oleh perawat. Kelima
jurnal memiliki tujuan penelitian yang sama untuk untuk menurunkan tanda gejala
halusinasi pendengaran pada pasien. Kesamaan dalam pokok bahasan yaitu sama-
sama membahas tentang latihan menghadik halusinasi. Hal ini sesuai dengan
implementasi yang diberikan kepada Tn.R yaitu mengontrol halusinasi dengan
menghardik. Tn.R menyatakan bahwa dirinya sudah mengerti dan bisa
mempraktekkan menghardik tanpa bantuan perawat. Dengan cara menghardik ini
dapat menurunkan tanda dan gejala halusinasi pendengaran pada Tn.R.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas menunjukkan bahwa mengahrdik
halusinasi mampu menurunkan tanda dan gejala dari halusinasi pendengaran. Hal
ini sesuai dengan teori Nasir dan Muhith (2011) mengemukakan bahwa strategi
pelaksanaan dalam halusinasi adalah menghardik yang merupkan salah satu terapi
okupasi pada pasien dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi mental. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan dengan masalah keperawatan halusinasi selama
9x hari didapatkan hasil bahwa klien mampu tidak mendukung dan tidak
membantah halusinasi klien mampu melawan halusinasi dengan menghardik.
Klien sudah menunjukkan kemajuan yang sangan baik seperti klien sudah bisa
menghardik ditunjukkan dengan klien mengatakan “Pergi-pergi kamu, kamu itu
suara palsu, kamu itu tidak nyata”., klien mampu mengabaikan halusinasi dengan
bersikap cuek, klien mampu mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dan
67
melakukan kegiatan secara teratur dank lien mampu minum obat dengan prinsip 8
benar, yaitu benar nama klien, benar nama obat, benar manfaat obat, benar dosis
obat, benar frekuensi, benar cara, benar tanggal kaldaluarsa dan benar
dokumentasi. Selama pengkajian, implementasi dan evaluasi terdapat faktor
pendukung yang memudahkan penulis untuk memberikan asuhan keperawatan
kepada klien seperti klien kooperatif, bersikap tenang, mampu berinteraksi dengan
baik dan memberi respon setelah melakukan kegiatan.
69
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada Ny. R dengan Halusinasi yang
telah penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1) Pengkajian
Setelah penulis melakukan pengkajian pada Ny. R, berdasarkan teori dan
konsep serta fakta yang ditemukan dilapangan yang diperkuat dengan data
subjektif dan data objektif saat wawancara langsung dengan klien maka dapat
disimpulkan klien mengalami halusinasi pendengaran
2) Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data, diagnosa prioritas yang ditegakan adalah halusinasi
pendengaran. Selain itu klien juga mengalami masalah keperawatan lain yaitu
harga diri rendah kronik, dan defisit perawatan diri
3) Intervensi Keperawatan
Intervensi yang telah penulis lakukan mengacu pada beberapa teori dan
penerapan strategi pelaksanaan. Untuk intervensi masalah keperawatan
halusinasi pendengaran teori-teori keperawatan jiwa dan strategi pelaksanaan.
4) Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien dengan halusinasi
disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun penulis dan untuk
semua tindakan SP halusinasi pendengaran sudah terlaksana semua.
5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari diagnosa prioritas pada Ny. R yaitu halusinasi pendengaran
teratasi.
70
5.2 Saran
Berdasarkan hasil evaluasi asuhan keperawatan pada Ny. R dengan halusinasi
pendengaran di Ruang Gama RSJD Provinsi Jambi maka untuk memperoleh hasil
optimal, penulis ingin memberikan saran sebagai berikut.
1) Bagi Rumah Sakit
Penulis mengharapkan kepada pembuat kebijakan RSJ agar dapat lebih
meningkatkan mutu pelayanan seperti memfasilitasi sarana dan prasarana bagi
perawat dan juga tenaga kesehatan lain untuk melakukan home visit.
2) Bagi Instansi Pendidikan
Penulis mengharapkan agar instansi pendidikan dapat mengevaluasi kembali
materi yang telah diberikan sebelumnya dengan kondisi di lapangan yang
ditemukan mahasiswa saat praktik keperawatan jiwa
3) Bagi Mahasiswa
Penulis mengharap mahasiswa dapat menambah pengetahuan atau pengalaman
nyata serta pendalaman tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
masalah gangguan jiwa terutama halusinasi serta membandingkan konsep
secara teori dengan keadaan yang ditemukan saat di lapangan.
71
DAFTAR PUSTAKA
1. Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta. EGC.
2. Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.Residen bagian
Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
3. Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company.
4. Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. Jakarta : EGC.Stuart, G.
W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. E
72