Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

W
DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL DI RUANG
SEBAYANG RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PEKAN BARU
PROVINSI RIAU

Disusun Oleh :

Erni Ermawati : 081914067

Ica Ruspita : 081914022

Onky Dian P. P : 081914031

Rizky : 081914035

Rosanti : 081914036

Suristi Ayu Aprila : 081914040

Tri Dayanti : 081912042

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH


TANJUNGPINANG PROGRAM STUDI PROFESI NERS
T.A 2019/20220

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah swt atas segala limpahan rahmat serta
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul”
Seminar akhir stase jiwa “Isolasi Sosial” tepat pada waktunya. Tak lupa
sholawat serta salam senantiasa kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
sehingga dapat berada di zaman terang benderang ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi
Skami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. Soni Hendra Sitindaon, S. Kep, Ns, M. Kep selaku dosen pembimbing


mata kuliah keperawatan jiwa
2. Safra Ria Kurniati, S. Kep, Ns, M. Kep dosen pembimbing mata kuliah
keperawatan jiwa
3. Ns. Triswan S. Kep selaku CI Klinik Keperawatan Jiwa

Yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini dengan sabar.
Kami berharap makalh ini dapat memberikan pengaruh yang baik untuk
pembaca.Kami menyadarai bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah

Penulis

Pekanbaru, 2 Maret 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................ 4

2.1 Definisi ........................................................................................................ 4

2.2 Tanda dan Gejala ........................................................................................ 5

2.3 Faktor Predisposisi ...................................................................................... 8

2.4 Faktor Presipitasi ......................................................................................... 9

2.5 Mekanisme Koping ..................................................................................... 9

2.6 Masalah Keperawatan dan data Fokus Pengkajian ..................................... 10

2.7 Analisa data ................................................................................................. 14

2.8 Pohon masalah ............................................................................................ 16

2.9 Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 16

2.10Rencana Tindakan keprawatan ................................................................... 18

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS .................................................... 20

3.1 Pengkajian .................................................................................................... 20

3.2 Analisa Data .................................................................................................29

3.3 Rencana Tindakan Keperawatan...................................................................32

3.4 Catatan Perkembangan..................................................................................36


BAB IV PENUTUP .................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tujuan Pembangunan Nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan

UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut

diselenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan,

terencana dan terarah.Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan

terpenting dalam pembangunan nasional.Tujuan diselenggarakannya

pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan

masyarakat yang optimal. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar

1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang yang berhak hidup sejahtera lahir

dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak

gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karekteristik yang bersifat

positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan professional didasarkan

pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus

kehidupan dengan respon psiko-sosial yang maladaptive yang disebabkan oleh

1
gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi

keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan

kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan,

mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien,

individu, keluarga, kelompok dan komunitas.

Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa

tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari

lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak

mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif

dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.

Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk

melindungi diri, klien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku (rigid).

Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru.Ia berusaha

mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan

menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia

mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari

penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.

Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu

sendiri terus berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari

keterlibatan secara emosional dengan lingkungannya yang menimbulkan

kesulitan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul

dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Menarik diri juga

disebabkan oleh perceraian, putus hubungan, peran keluarga yang tidak jelas,

2
orang tua pecandu alkohol dan penganiayaan anak.Resiko menarik diri adalah

terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi).

Dari semua itu perawat dituntut untuk memiliki kemampuan dan

pengetahuan tentang bagaimana keperawatan jiwa yang sebenarnya agar dalam

pelaksanaan keperawatan tidak dapat kesulitan yang besar dalam melaksanakan

tugasnya dan perawat juga harus memahami asuhan keerawatan kepada klien,

dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk untuk membuat makalah dengan

judul Asuhan Keperawatan jiwa pada klien Tn. W dengan Isolasi social di

Ruang Sebayang Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Setelah melakukan praktek di RSJ Tampan Pekanbaru diharapkan

Mahasiswa Program Profesi Ners Stikes Hangtuah Tanjungpinang mampu

memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn W dengan

isolasi social di ruang Sebayang RSJ Tampan Pekanbaru.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan isolasi sosial

b. Mampu merumuskan dignosa keperawatan pada klien dengan isolasi

social

c. Mampu menyusun tujuan dan tindakan keperawatan pada klien dengan

isolasi social.

d. Mampu menyusun tujuan dan tindakan keperawatan yang telah disusun

pada klien dengan isolasi social

3
e. Mampu mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan keperawatan pada

klien dengan isolasi social

f. Mampu melakukan pendekatan kepada klien

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI

Isolasi social adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

di sekitarnya (Damaiyanti, 2008).

Isolasi social adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang

karena orang lain menyatakan sikap yang negative dan mengancam (Farida,

2012).

B. TANDA DAN GEJALA

Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan (data objektif) :

1. Apatis, ekspresi, afek tumpul.

2. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri dari

orang lain.

3. Komunikasi kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap

dengan klien lain atau perawat.

4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.

5. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah – klien kurang mobilitasnya.

6. Menolak hubungan dengan orang lain – klien memutuskan percakapan atau

pergi jika diajak bercakap-cakap.

5
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan

rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.

8. Posisi janin pada saat tidur.

Data subjektif sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi, beberapa

data subjektif adalah menjawab dengan singkat kata-kata “tidak”, “ya”, “tidak

tahu” (Khaidir Muhaj, 2009).

Rentang Respon

Respon Adaptif Respon maladaptif

Solitut Kesepian Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme

Saling ketergantungan
Sumber : Gail W. Stuart, 2006

Menurut Gail W. Stuart (2006) menyatakan bahwa manusia makhluk

sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina

hubungan interpersonal yang positif.Hubungan intrpersonal terjadi jika hubungan

saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi tetap

dipertahankan.Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan

keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu

6
hubungan.Gail W. Stuart (2006) menyatakan tentang respon rentang sosial

individu berada dalam rentang respon maladaptif yaitu:

a. Respon adaptif adalah suatu respon individu dalam menyesuaikan masalah

yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya yang umum

berlaku,respon ini meliputi:

1) Menyendiri (solitude)

Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk menentukan apa

yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi

diri untuk menentukan langkah selanjutnya.

2) Kebebasan (Otonom)

Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide,

pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

3) Berkerja sama (mutualisme)

Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut

mampu untuk saling member dan menerima

4) Saling tergantung (interdependen)

Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain

dalam membina hubungan interpersonal.

b. Respon Antara Adaptif dan Maladaptif

1) Kesepian (Aloness)

Dimana individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan dan tersisihkan

dari lingkungan.

2) Manipulasi (Manipulation)

7
Hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu

cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan bukan pada orang

lain.

3) Ketergantungan (Dependence)

Individu mulai tergantung kepada individu yang lain dan mulai tidak

memperhatikan kemampuan yang dimilikinya.

c. Respon Maladaptif

Yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang

dari norma-norma sosial dan budaya lingkungannya.

1) Kesepian (Loneliness)

Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak

berhubungan dengan orang lain atau tanpa bersama orang lain untuk

mencari ketenangan waktu sementara.

2) Pemerasan (Exploitation)

Gangguan yang terjadi dimana seseorang selalu mementingkan

keinginannya tanpa memperhatikan orang lain untuk mencari ketenangan

pribadi.

3) Menarik Diri (Withdrawl)

Gangguan yang terjadi dimana seseorang menentukan kesulitan dalam

membina hubungan saling terbuka dengan orang lain, dimana individu

sengaja menghindari hubungan interpersonal ataupun dengan

lingkungannya.

4) Curiga (Paranoid)

8
Gangguan yang terjadi apabila seseorang gagal dalam mengembangkan

rasa percaya pada orang lain.

C. FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan

perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak

percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang

lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan

meresa tertekan (Khaidir Muhaj, 2009).

Sedangkan sumber lain menyebutkan faktor predisposisi terjadi karena

beberapa Faktor :

a. Faktor tumbang

Faktor tugas perkembangan pada fase tumbang tidak terselesaikan

komunikasi dalam keluarga: komunikasi yang tidak jelas (suatu keadaan

dimana seorang anggota keluarga menerimapesan yang saling bertentangan

dalam waktu yang bersamaan), ekpresi emosi yang tinggi dalam keluarga

yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.

b. Faktor sosial budaya

Isolasi sosial/ mengasingkan diri dari lingkungan sosial. Disebabkan

norma-norma yang salah dianut keluarga, seperti: anggota keluarga tidak

produktif (lansia, berpenyakit kronis).

c. Faktor biologis

9
Penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya gangguan

dalam otak, seperti pada skizofrenia terdapat struktur otak yang abnormal

(atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan daerah

kortikal) (bee_robby, 2011).

D. FAKTOR PRESIPITASIsssss

Faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya

stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti

berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk

bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien

berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen,

1995).

Sedangkan sumber lain menyebutkan faktor predisposisi terjadi karena

beberapa faktor :

a. Faktor eksternal: Faktor presipitasi stressor social budaya: stres yang

ditimbulkan oleh faktor sosial budaya (keluarga).

b. Faktor Internal: stresor psikologik: stres terjadi akibat ansietas

berkepanjangan disertai keterbatasan kemampuan mengatasinya{bee_robby,

2011}.

E.MEKANISME KOPING

Menurut Tim keperawatan Jiwa FIK-UI (2002), klien menarik diri

cenderung menggunakan mekanisme koping: Regresi, represi dan isolasi.

a. Regresi :

10
Menghindari stress kecemasan dan menampilkan perilaku kembali setelah

kembali pada perkembangan

b. Represi :

Menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan atau konflik atau

ingatan dari kesadaran yang cenderung memperkuat mekanisme ego lainnya.

c. Proyeksi :

Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada orang

lain karena kesalahan yang dilakukan sendiri.

F.MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA FOKUS PENGKAJIAN

b. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari

pengkajian adalah sebagai berikut :

 Isolasi sosial

 Harga diri rendah

 Resiko perubahan sensori persepsi

 Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada

orang lain.

 Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.

 Intoleransi aktifitas.

 Kekerasan resiko tinggi (Khaidir Muhaj, 2009).

11
c. Data Fokus Pengkajian

Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah klien.Data yang dikumpulkan meliputi,

data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (Stuart dan Sundeen, 1998).

Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor

predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan

kemampuan koping yang dimiliki klien (Budi Ana Keliat, 1999).

Isi pengkajian meliputi :

1. Identitas Klien

Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,

pendidikan, pekerjaan, dan dari penanggung jawab.

2. Keluhan utama dan alasan masuk

Keluhan utama atau alasan masuk ditanyakan pada keluarga/klien,

apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah sakit. Keluhan

biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi

kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar,menolak interaksi dengan

orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari, dependen.

3. Faktor predisposisi

Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua,harapan orang tua

yang tidak realistis,kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari kelompok

sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya

harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah,PHK, perasaan

malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh kkn, dipenjara

12
tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan

negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

4. Faktor presipitasi

Faktor internal dan eksternal : trauma dan ketegangan peran.

(transisi peran : perkembangan, situasi, dan sehat sakit).

5. Aspek fisik

Mengukur dan mengobservasi TTV, ukur TB dan BB, aktivitas

sehari-hari, pola tidur, pola istirahat, rekreasi dan kaji fungsi organ tubuh

bila ada keluhan.

6. Aspek psikososial

 Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi.

 Konsep diri :

- Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang

berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi

atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh,

persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh

yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan

ketakutan.

- Identitas diri: Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan

keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.

- Peran diri : Tugas yang diemban dalam keluarga, Berubah atau

berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua,

putus sekolah, PHK.

- Ideal diri : Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas dll.

13
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya:

mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.

- Harga diri : Hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan

penghargaan orang lain terhadap dirinya.

 Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam

kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat

 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.

7. Status mental

Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata,

kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang

mampu berhubungan denga orang lain, Adanya perasaan keputusasaan dan

kurang berharga dalam hidup.

8. Kebutuhan persiapan pulang

 Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan

membersihkan alat makan

 Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC

serta membersihkan dan merapikan pakaian

 Mandi klien dan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien

 Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah

 Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah

minum obat.

14
9. Mekanisme koping

Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau

menceritakannya pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping

menarik diri).

10. Masalah psikososial dan lingkungan

Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.

11. Pengetahuan

Dapat didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap

bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

12. Aspek medik

Terapi yang diterima klien bias berupa ECT, terapi lain seperti

terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual,

terapi okupasi, dan terapi lingkungan, TAK, serta rehabilitasi (Khaidir

Muhaj, 2009).

G. ANALISA DATA

Data yang diambil adalah data objektif dan data subjektif.

 Data Objektif adalah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapat

melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :

 Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.

 Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari

orang lain, misalnya pada saat makan.

 Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan

klien lain / perawat.

15
 Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.

 Berdiam diri di kamar/tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.

 Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan

atau pergi jika diajak bercakap-cakap.

 Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan

kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.

 Posisi janin pada saat tidur.

 Data Subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan

keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan

keluarga. Klien mengatakan: Sukar didapati jika klien menolak

berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab pertanyaan dengan

singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”.

Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung

merumuskan masalah keperawatan dan masalah kolaboratif.

Data objektif dan data subjektif yang mungkin muncul pada klien

penderita Menarik diri adalah:

Data Subjektif Data Objektif


 Pasien mengatakan tidak  Klien tampak tidak mau bercakap-

selevel dengan orang lain cakap/berinteraksi dengan orang

 Pasien mengatakan malas lain

berinteraksi  Klien tampak menyendiri

 Pasien mengatakanorang lain  Klien tampak tidak mau di ganggu

tidak ada yang mau menerima oleh orang lain

dirinya

16
 Klien tampak banyak tidur siang.

 Klien tampak kurang bergairah.

 Klien tampak tidak

memperdulikan lingkungan.

 Berbicara pelan

 Sering menunduk

H. POHON MASALAH

Resikoperilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori halusinasi

Isolasi social : menarik diri

Gangguan konsep diri : HDR

Koping individu inefektif

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul, yaitu :


1. Isolasi sosial .
2. Harga diri rendah kronik.
3. Resiko perubahan sensori persepsi.
4. Koping individu inefektif
5. Resiko perilaku Kekerasan.

17
18
a. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
Isolasi Sosial Pasien mampu : Setelah … kali pertemuan, pasien SP 1

 Menyebutkan, menyadari mampu :  Tanyakan keuntungan dan kerugian

penyebab isolasi sosial:  Menyebutkan, menyadari  Identifikasi penyebab

menarik diri, penyebab isolasi sosial: menarik - Siapa yang satu rumah dengn pasien

 Membina hubungan saling diri, - Siapa yang paling deat dengan pasien

percaya keuntungan dan  Membina hubungan saling - Siapa yang tidak deat dengan pasien

kerugian berinteraksi dgn org percaya keuntungan dan  Tanyakan keuntungan dan kerugian

lain kerugian berinteraksi dgn org berinteraksi dengan orang lain

lain - Tanyakan pendapat pasien tentang

kebiasaan berinteraksi dengan orang

lain

- Tanyakan apa yang menyebabkan

19
pasien tidak ingin berinteraksi dengan

orang lain.

- Diskusiakan keuntungan bila pasien

mempunyai bayak teman dn bergaul

akrab dengan mereka

- Diskusikan kerugian bila pasien

hanya mengurung diri dan tidak

bergaul dengan oang lain

- Jelaskan pengaruh isolai social

terhadap kesehatan fisik pasien

 Latih berkenalan

- Jelaskan kepada klien cara

berinteraksi dengan orang lain

- Berikan contoh berkenalan dengan

orang lain.

20
- Beri kesempatan klien cara

mempraktekkan cara berinteraksi

dengan orang lain yang dilakukan

dihadapan perawat.

- Mulailah bantu pasien berinteraksi

dengan satu orang perawat

- Bila pasien sudah menunjukkan

kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi

2,3,4 orang dst.

- Beri pujian untuk setiap

kemajuaniteraksi yang telah dilakukan

oleh pasien.

- Siap mendengarkan ekspresi perasaan

pasien setelah berinteraksi dengan

orang lain, mungkin pasien akan

21
mengungkapkan keberhasilan atau

menerus agar pasien tetap

semangatmeningkatkan interaksinya.

 Masukkan jadwal kegiatan pasien.


SP 2

 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)

 Latih berhubungan social secara bertahap


Keluarga mampu merawat pasien
 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
dengan Menarik diri di rumah.
SP 3

 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & SP

2)

 Latih cara berkenalan dengan dua orang

atau lebih

 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien


Setelah … kali pertemuan, SP 1

keluarga mampu menjelaskan  Identifikasi masalah yang dirasakan

22
tentang Masalah isolasi sosial dalam merawat pasien

 Masalah isolasi social dan  Jelaskan proses terjadinya isolasi sosial :

dampaknya pada paisen menarik diri

 Penyebab isolasi social  Cara merawat pasien isolasi sosial

 Sikap keluarga untuk membantu  Latih simulasi

pasien mengatasi isolasi  Susun RTL keluarga/jadwal keluarga

sosialnya untuk merawat pasien


SP 2
 Pengobtan yang berkelanjutan
 Evaluasi kemampuan SP 1
dan mencegah putus obat.
 Latih keluarga langsung ke pasien
 Tempat rujukan dan fasilitas
 Menyusun RTL keluarga/ jadwal
kesehatan bagi pasien
kegiatan untuk merawat pasien
SP 3

 Evaluasi kemampuan keluarga ((SP1 dan

SP 2)

23
 Latih langsung kepasien

 RTL keluarga

SP 4

 Evaluasi kemampun keluarga

 Evaluasi kemampuan pasien

 Rencana tindak lanjut keluarga

- Follow up

- rujukan

24
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

Ruang Perawatan : Sebayang RSJ Tampan Pekanbaru

Tanggal dirawat : 24 -02 - 2020

I. Identitas Klien

1. Nama klien : Tn. W

2. Umur : 31 tahun

3. Alamat : Talang Jeringing

4. Tanggal pengkajian  : 24 februari 2020

5. No rekam medik : 053233

II. Alasan Masuk

Klien diantar ke RSJ oleh Pihak keluarga pada tanggal 24 Februari

2020 dengan alasan masuk, klien sering keluyuran,menyendiri, tidak mau di

ganggu orang lain, riwayat kasus pernah di penjara +/- 18 bulan yang lalu,

karena pernah membacok tentangga tanpa sebab. Sejak itu klien mulai

memperlihatkan gejala gangguan jiwa pasien belum pernah berobat.

Mk :

 Isolasi Sosial 
III. Faktor Predisposisi

Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya namun

pengobatannya kurang berhasil karena pasien jarang minum obat ketika sudah

berada dirumah dengan alasan bosan

Mk: Isolasi Sosial , HDR

IV. Faktor presipitasi

Faktor eksternal : klien mengalami stres karena paradigma masyarakat

yang menganggap penyakit jiwa itu susah akan sembuh

Faktor internal : klien mengalami stres karena merasa cemas dan khawatir

yang berkepanjangan akan dirinya yang sulit di terima di lingkungannya

V. Pemeriksaan Fisik

Pada saat pengkajian tingkat kesadaran klien composmentis, klien tidak

mengalami gangguan kesadaran

Tanda-tanda vital

Tekanan darah: 110/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5 0C

Pernafasan : 24 x/ menit

TB: 162 cm

BB:56 Kg

Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakannya, dan

tidak terdapat luka di tubuh klien.

MK: tidak ada masalah


VI. Psikososial

1. Genogram

Laki- laki :

Perempuan :

Meninggal :

Klien :

Garis keturunan :

Tinggal serumah : -----------------------------

Klien mengatakan kalau dirinya adalah anak tunggal, klien tinggal

dengan saudaranya.

MK : isolasi sosial


2. Konsep diri

a. Citra tubuh :

Tn W mengatakan ia senang dengan bentuk tubuhnya dan tidak ada

bagian yang tidak disukainya.

b. Identitas :

Klien masih mengetahui namanya, ia seorang laki- laki dan ia

menamatkan sekolah sampai SMP. Klien mengatakan bahwa dirinya

belum mempunyai pekerjaan.

c. Peran :

Klien mengatakan ia belum mempunyai pekerjaan.

d. Ideal diri :

Klien sangat berharap dia bisa sembuh dan keluar dari sini sehingga ia

bisa berkumpul bersama keluarga lagi. Klien juga sangat mendambakan

ia mendapatkan suatu pekerjaan yang mempunyai baju seragam dan

memulai kehidupan barunya ditempat yang baru juga, karena ia merasa

tempat lamanya tidak bisa menerimanya lagi.

e. Harga diri :

Klien merasa dirinya kurang diterima dilingkungannya karena ia sering

dikucilkan, dan di ejek oleh teman-temannya karena klien tersebut tidak

mempunyai pekerjaan. hal ini yang menyebabkan klien menjadi pendiam

dan suka menyendiri.

MK: HDR dan ISOS


3. Hubungan Sosial

a. Orang terdekat

Klien mengatakan orang terdekat dalam dirinya adalah keluarganya tapi

dia mengatakan kalau ada masalah jarang bercerita dengan keluarganya

karena dia tidak mau menambah beban fikiran keluarganya

b. Peran serta dalam kelompok masyarakat

Klien mengatakan dirinya kurang mengikuti organisasi di dalam

masyarakat dia lebih senang menyendiri daripada kumpul-kumpul dengan

orang- orang, karena orang-orang di lingkungannya sering mengejek

klien yang tidak mempunyai pekerjaan.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien kurang bisa bergaul karena dia merasa dirinya tidak bisa diterima

oleh lingkungannya. Karena lingkungannya masih menganggap dia gila,

dan selain itu karena dia tidak mempunyai pekerjaan, sehingga ia menjadi

pendiam dan menarik diri dari lingkungannya.

MK: Isolasi Sosial

4. Spritual

a. Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan dirinya beragama islam

b. Kegiatan ibadah

Klien mengatakan ia jarang melaksanakan sholat karena ia malas untuk

sholat. Kalau tidak di suruh ia tidak akan melaksanakan sholat.

c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Klien mengatakan pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah

dialaminya adalah dia sering di ejek oleh teman- temannya karena tidak
punya pekerjaan.Sehingga dia malu untuk berinteraksi dengan orang lain

dan lebih senang menyendiri.

MK: koping individu inefektif

VII.Status Mental

1. Penampilan

Pada saat observasi dan wawancara klien tampak rapi, penggunaan

pakaian sesuai dan klien secara mandiri mengganti dan mencuci

pakaiannya, rambut klien terlihat rapi, kuku klien tampak bersih.

MK: tidak di temukan

2. Pembicaraan

Klien terlihat lebih banyak diam dan klien tidak mampu memulai

pembicaraan terhadap orang lain.Klien tidak memiliki teman dekat

didalam ruangan, klien tampak menutup dirinya ketika diajak

berkomunikasi, klien tampak sesekali menunduk ketika berinteraksi.

MK: isolasi social:menarik diri

3. Aktivitas motorik

Klien telihat lesu tidak ada gairah hidupnya, tampak gelisah dan tegang,

dan wajahnya tampak muram dan kusut. Klien terlihat jarang berkumpul

dengan teman-temannya karena klien merasa tidak sebanding dengan

teman-temannya dan tidak mempunyai pekerjaan sehingga ia lebih suka

menyendiri.

MK: isolasi sosial dan resiko PK


4. Alam perasaan

Klien mengatakan dia sedang sedih, karena dia khawatir dengan

keadaannya, seandainya ia keluar dari RSJ lingkungan/masyarakat sekitar

masih belum bisa menerima keadaannya.

MK: HDR

5. Afek

Afek klien datar klien lebih sering diam hanya beraksi jika ada stimulus

yang kuat Contohnya jika diajak berbicara dia lebih banyak diam

walaupun kadang sudah diajak bercanda klien masih diam saja.

MK: Hdr

6. Interaksi selama wawancara

Pada saat observasi dan wawancara klien tampak tidak kooperatif dan

sangat sulit untuk memulai pembicaraan, Klien terkadang menatap lawan

bicaranya dengan tatapan mata yang tajam, Klien lebih banyak diam saat

diajak bicara.

MK: isolasi social dan resiko perilaku kekerasan

7. Persepsi

Klien tidak ada gangguan dengan sensori persepsinya.

8. Proses fikir

Pada saat wawancara dan observasi klien tampak mengalami blocking

yaitu pembicaan yang terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal

kemudian dilanjutkan kembali.

MK:
9. Isi pikir

Klien terus kepikiran tentang keadaannya kalau ia sudah keluar nanti,

apakah masyarakat sekitar sudah bisa menerimanya apa tidak.

MK: harga diri rendah

10. Tingkat kesadaran

Pada saat observasi dan wawancara klien tampak bingung , tapi pada saat

ditanya waktu dan tempat klien mampu menjawab dengan benar.

Mk: tidak ada masalah

11. Memori

Klien tidak mengalami gangguan daya ingat, dibuktikan dengan klien

dapat mengingat siapa dirinya dan kejadian yang baru saja terjadi seperti

dapat menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukannya kemarin.

MK: tidak ada masalah

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien mampu berhitung secara sederhana seperti 1 sampai 10 dan hitungan

mundur dan mampu melakukan penambahan dan pengurangan angka-

angka.

MK: tidak ada masalah

13. Kemampuan penilaian

Klien mampu memutuskan suatu pilihan yang benar seperti makan dahulu

sebelum mandi atau mandi dahulu sebelum makan.

MK: tidak ada masalah


14. Daya tilik diri

Pada saat wawancara klien mengakui bahwa ia sekarang sedang terganggu

jiwanya, hal inilah yang membuat klien mau berobat di RSJ ini dengan

harapan sembuh.

VIII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan

Klien makan 3 x dalam sehari, klien mampu menghabiskan porsi makan

yang telah di sediakan

2. Defekasi/ berkemih

Klien mengatakan kalau ingin BAB atau BAK dia pergi ke kamar mandi

dan setelah membuang air atau BAB dia selalu menyiram WC. Klien

mengatakan tetap menggunakan pakaian pada saat ke kamar mandi dan

merapikan pakaiannya saat dari kamar mandi.

3. Mandi

Klien mengatakan dia mandi 2x sehari dan mandi menggunakan sabun

serta membilasnya dengan air selain itu klien menyikat gigi 2 x sehari.

4. Berpakaian/ berhias

Klien mengatakan mengganti pakaiannya setiap hari dan klien dapat

mengganti pakaiannya sendiri.

Mk: tidak ada masalah

5. Istirahat dan tidur

Klien mengatakan selalu tidur siang. Sedangkan kalau tidur malam Tn.W

pada pukul 21.00- 06.00 Wib


6. Penggunaan obat

Klien mengatakan obat yang diminumnya 3 jenis yaitu CPZ,

Haloperidol,Triheksepenidyl.

7. Pemeliharaan kesehatan

Klien mengatakan mengetahui tempat pelayanan kesehatan yang akan

digunakan jika dirinya ingin berobat dan klien mengatakanmempuyai

keluarga yang dapat membantu dirinya.

8. Aktifitas di dalam ruangan

Klien mampu menjaga kebersihan ruangan, menyapu, membersihkan

lantai, merapikan tempat tidur.

9. Aktifitas di luar ruangan

Klien mampu melakukan kebersihan lingkungan, seperti menyapu

halaman, senam pagi.

IX. MEKANISME KOPING

Perilaku maladaptif : Klien bereaksi terhadap stimulus dengan lambat,

Klien mengatakan tidak mau menceritakan masalahnya kepada orang lain,

kalau ada masalah biasanya di pendam sendiri.

Mk: Koping individu tidak efektif

X. Masalah Psikososial dan Lingkungan

1. Masalah dengan dukungan kelompok

Klien mengatakan tidak memiliki permasalahan dengan keluarganya,

tapi klien memiliki masalah dengan teman-temannya dia sering di ejek

oleh teman- temannya karena tidak punya pekerjaan.Sehingga dia malu

untuk berinteraksi dengan orang lain dan lebih senang menyendiri .


Mk: Isolasi Sosial: Menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

2. Masalah dengan pendidikan

Klien mengatakan dirinya sudah tamat STM, tetapi klien terlalu

menginginkan pekerjaan yang elit seperti kerja di kantor dan memakai

seragam.

3. Masalah dengan pekerjaan

Klien mengatakan ia tidak mempunyai pekerjaan

4. Masalah perumahan

Klien mengatakan tinggal bersama kelurganya yaitu kakaknya.

5. Masalah ekonomi

Klien mengatakan ekonomi dalam keluarga cukup tapi karena klien

belum bekerja jadi klien merasa minderdikelurga dan lingkungannya.

6. Masalah dengan pelayanan kesehatan

Klien mengatakan mengetahui kemana saja ia harus berobat, seperti di

rumah sakit atau puskesmas.

XI. Kurang Pengetahuan Tentang

Klien mempunyai kekurangan dalam pergaulan, karena ia malas

berinteraksi dengan orang sekitarnya.

MK: kerusakan komunikasi verbal

XII.ASPEK MEDIK

a. Diagnosa medik : Skizofrenia 20.5 (skizofrenia Residual)

b. Terapi medik diberikan :

CPZ 2x100 mg,

Haloperidol 2x1,5 mg,


Triheksepenidyl 3x2 mg

XIII. POHON MASALAH

Halusinasi

Core problem
Isolasi sosial

Harga Diri rendah kronik

Koping individu Inefektif

XIV. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Isolasi sosial

2. Harga diri rendah kronik

3. Koping individu inefektif

4. Resiko perilaku kekerasan

3.2 ANALISA DATA

No Data Masalah
1 Ds: Isolasi Sosial

 Klien mengatakan malas untuk

berbicara sama teman.

 Klien mengatakan lingkungannya

tidak mau menerima dirinya


 Klien mengatakan daripada

ngobrol lebih baik tidur.

 Klien mengatakan dirinya tidak

selevel dengan orang lain.

DO:

 Klien tampak tidak mau

berinteraksi dengan orang lain.

 Klien tampak menyendiri

 Klien tampak tidak memiliki

teman dekat didalam ruangan,

 Klien lebih banyak diam saat di

ajak bicara

 Klien tampak tidak kooperatif

dan sangat sulit untuk memulai

pembicaraan

 Saat diajak berbicara klien sering

menunduk
2 DS: Harga Diri Rendah

 Klien mengatakan dirinya merasa

minder karena dia tidak memiliki

pekerjaan dan tidak bisa

mendapatkan pekerjaan di kantor

 Klien mengatakan dia malu untuk

berinteraksi dengan orang lain

dan lebih senang menyendiri


 Klien mengatakan dia merasa

minder karena tidak sebanding

dengan orang lain

 Klien mengatakan lingkungannya

tidak mau menerima dirinya

DO:

 Klien terlihat sering berdiam

diri dan tidak mau bergaul

dengan teman- teman yang

lainnya.

 Dan pada saat di ajak

berbicara Tn.A banyak diam

dan sering menunduk.

 Klien juga tidak kooperatif,

 apatis

 afek tumpul.

4 DS: Koping individu tidak efektif

 Klien mengatakan tidak mau


menceritakan masalahnya kepada

orang lain, kalau ada masalah

biasanya di pendam sendiri.

 Klien mengatakan kalau ada

masalah berusaha

menyelesaikannya sendiri

DO:

 Klien tampak diam

 Klien tampak menyendiri

5 DS: Resiko perilaku kekerasan

 Klien mengatakan tidak mau

diganggu oleh orang lain

 Tn.A mengatakan lagi ingin

sendiri

DO:

 Pandangan mata klien terkadang

tajam

 Klien tampak gelisah dan tegang

saat berinteraksi

 Sering menjauh dari orang lain


3.4 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


KRITERIA
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
EVALUASI
Isolasi Sosial Pasien mampu : Setelah … kali SP 1

: Menarik  Menyebutkan, pertemuan,  Tanyakan keuntungan

Diri menyadari pasien mampu : dan kerugian

penyebab  Menyebutkan,  Identifikasi penyebab

isolasi sosial: menyadari - Siapa yang satu

menarik diri, penyebab rumah dengn pasien

 Membina isolasi sosial: - Siapa yang paling

hubungan menarik diri, deat dengan pasien

saling percaya  Membina - Siapa yang tidak deat

keuntungan hubungan dengan pasien

dan kerugian saling percaya  Tanyakan keuntungan

berinteraksi keuntungan dan kerugian berinteraksi

dgn org lain dan kerugian dengan orang lain

berinteraksi - Tanyakan pendapat

dgn org lain pasien tentang

kebiasaan berinteraksi

dengan orang lain

- Tanyakan apa yang

menyebabkan pasien

tidak ingin

berinteraksi dengan
orang lain.

- Diskusiakan

keuntungan bila

pasien mempunyai

bayak teman dn

bergaul akrab dengan

mereka

- Diskusikan kerugian

bila pasien hanya

mengurung diri dan

tidak bergaul dengan

oang lain

- Jelaskan pengaruh

isolai social terhadap

kesehatan fisik pasien

 Latih berkenalan

- Jelaskan kepada klien

cara berinteraksi

dengan orang lain

- Berikan contoh

berkenalan dengan

orang lain.

Keluarga mampu - Beri kesempatan klien

merawat pasien cara mempraktekkan


dengan Menarik cara berinteraksi

diri di rumah. dengan orang lain

yang dilakukan

dihadapan perawat.

- Mulailah bantu pasien

berinteraksi dengan

satu orang perawat

- Bila pasien sudah

menunjukkan

kemajuan, tingkatkan

jumlah interaksi 2,3,4

orang dst.

- Beri pujian untuk

setiap

kemajuaniteraksi yang

telah dilakukan oleh

pasien.

- Siap mendengarkan

ekspresi perasaan

pasien setelah

berinteraksi dengan

orang lain, mungkin

pasien akan

mengungkapkan

keberhasilan atau
menerus agar pasien

tetap

semangatmeningkatka

n interaksinya.

 Masukkan jadwal

kegiatan pasien.

SP 2

 Evaluasi kegiatan yang

lalu (SP 1)

 Latih berhubungan social

secara bertahap

 Masukkan dalam jadwal

kegiatan pasien

SP 3

 Evaluasi kegiatan yang

lalu (SP 1 & SP 2)

 Latih cara berkenalan

dengan dua orang atau

lebih

 Masukkan dalam jadwal

kegiatan pasien
Setelah … kali SP 1

pertemuan,  Identifikasi masalah yang


keluarga mampu dirasakan dalam

menjelaskan merawat pasien

tentang Masalah  Jelaskan proses

isolasi sosial terjadinya isolasi sosial :

 Masalah menarik diri

isolasi social  Cara merawat pasien

dan isolasi social

dampaknya  Latih simulasi

pada paisen  Susun RTL

 Penyebab keluarga/jadwal keluarga

isolasi social untuk merawat pasien


SP 2
 Sikap keluarga
 Evaluasi kemampuan SP
untuk
1
membantu
 Latih keluarga langsung
pasien
ke pasien
mengatasi
 Menyusun RTL
isolasi
keluarga/ jadwal kegiatan
sosialnya
untuk merawat pasien
 Pengobtan SP 3
yang  Evaluasi kemampuan
berkelanjutan keluarga ((SP1 dan SP 2)
dan mencegah
 Latih langsung kepasien
putus obat.
 RTL keluarga
 Tempat
SP 4
rujukan dan  Evaluasi kemampun

fasilitas keluarga

kesehatan bagi  Evaluasi kemampuan

pasien pasien

 Rencana tindak lanjut

keluarga

- Follow up

- rujukan

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Tn W

No register :

Ruang : Sebayang Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru

Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tanggal Keperawatan Keperawatan
24 Isolasi Sosial Ds: klien mengatakan S:

februari namanya Tn. W. -klien mengatakan sat

2020 -klien mengatakan ini suka sendiri dan

masuk ke RSJ karena malu-malu jika

Pusing , suka mondar- berkenalan terlalu lama

mandir. dengan oranglain.

-klien mengatakan O:

tinggal di rengat -muka klien tampak

-klien mengatakan datar

sudah 3 bulan di RSJ -klien tidak kooperatif

DO : klien tidak -kontak mata klien

kooperatif dengan perawat kurang.

-klien lebih suka A : BHSP belum

mengalihkan maksimal

mengalihkan -Pengkajian belum

pandangan tuntas.

- klien terlihat malu- P : mengidentifikasi

malu. kemampuan positif

yang dimiliki.
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Tn W

No register :

Ruang : Sebayang Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru


Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi

Tanggal Keperawatan Keperawatan


25 Isolasi Sosial DS : S:

februari -Klien mengatakan mau -Klien senang

2020 bercerita dengan bercerita dengan

perawat perawat

-klien sudah mualai -Klien masih bingung

mau terbuka terhadap untuk melakukan

perawat walaupun kegiatan apa.

bicara sekali-sekali. O:

DO : -Klien tampak

-klien sudah mulai tersenyum

kooperatif -klien gampang bosan.

-klien tampak -klien sudah mulai

tersenyum saat bercerita sedikit kooperatif

-kontak mata masih A : BHSP tercapai.

kurang, mudah bosan -SP 1 belum

maksimal.

P : Menganjurkan

pasien melakukan

kegiatan positif yang

dimiliki.

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Tn W
No register :

Ruang : Sebayang Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru

Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi

Tanggal Keperawatan Keperawatan


26 Isolasi Sosial DS : S : Klien mengatakan

februari -Klien mengatakan ingin akan rutin minum

2020 cepat pulang obat dari dokter karna

-klien mengatakan sakit klien sangat ingin

karena putus obat. cepat pulang.

DO : O : Klien masih

-Kontak mata klien terlihat bingung dan

masih kurang. mondar mandir

-klien masih terlihat -klien cepat merasa

bingung dalam bosan.

menjawab pertanyaan. A : masalah belum

-klien masih malu-malu teratasi.

- P : Melatih pasien

melakukan kegiatan

positif yang sesuai

dengan kemampuan

yang dimiliki.
BAN IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pengkajian yang dilakukan didapatkan data pada kasus sesuai dengan yang

ada diteoritis, walaupun banyak ditemukan kendala dalam melakukan

pengkajian pada klien. seperti Klien cendrung susah untuk diajak berbicara,

karena pasien dengan isolasi social cenderung menarik diri.

2. Dari data yang didapatkan penyebab masalah utama isolasi social : menarik

diri adalah gangguan konsep diri: harga diri rendah


3. Pada evaluasi tujuan umum untuk diagnosa pertama (isolasi social : menarik

diri) Klien sudah mampu menyadari penyebab isolasi sosial dan mampu

berinteraksi dengan orang lain

B. SARAN

1. Sebelum melaksanakan interaksi dengan klien sebaiknya perawat membekali

diri dengan kemampuan komunikasi terapeutik

2. Hubungan saling percaya dengan klien merupakan kunci utama demi

keberhasilan dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa.

3. Dalam memberikan perawatan pada pasien dengan gangguan jiwa kita

sebagai perawat harus menanamkan sikap empaty terhadap pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Bee_robby.2011. Askep Isolasi sosial.http://www.scribd.com

Depkes.2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Khaidir Muhaj, 2009. Askep menarik diri.http://khaidirmuhaj.blogspot.com.

Anna Budi Keliat, SKp. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial

Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3.Jakarta : EGC. 1998
Townsend. (1998). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for

Care Plan Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.

Yogyakarta : Momedia

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Stuart, Sudden, 1998.Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai