Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan masyarakat saat ini, yang banyak

mengalami perubahan dalam segala aspek kehidupan sehari-hari, sebagai

manusia tentu saja tidak terlepas dari masalah. Setiap individu mempunyai

cara tersendiri untuk mengatasi masalah tersebut. Besar kecilnya suatu

masalah dalam kehidupan memang harus dihadapi, tetapi tidak sedikit pula

individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Hal

inilah yang dapat mempengaruhi seseorang mengalami masalah psikologi

atau gangguan kesehatan jiwa. (Sulistyowatidkk, 2006)

Menurut World Health Organitation (WHO, 2007), prevalensi

masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia

pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan

jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi,

setiap saat 450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak permasalahan

jiwa, saraf maupun perilaku. Ronosulistyo (2008) menyebutkan,

prevalensinya sekitar 11% dari total penduduk dewasa di Indonesia.

Persentase gangguan kesehatan jiwa itu akan terus bertambah seiring dengan

meningkatnya beban hidup masyarakat Indonesia. Dari hasilLaporan Rekam

Medik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan(2009).

1
Diketahui jumlah pasien penderita gangguan jiwa yang dirawat di Rumah

sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 berkisar 14.306

jiwa, dari jumlah tersebut 1929 pasien dirawat inap, 12.377 pasien dirawat

jalan, dan 1581 pasien yang dirawat inap mengalami halusinasi.

Salah satu gejala psikosis yang dialami penderita gangguan jiwa

adalah yang merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi (Maramis, 2005). Halusinasi dapat

didefenisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak

terdapat stimulus (Varcarolis dalam Yosep, 2009). Halusinasi dibedakan dari

distorsi atau ilusi yang merupakan tanggapan salah dari rangsang yang nyata

ada. Menurut Stuart dan Sundden (1995), 70% pasien mengalami jenis

halusinasi audiotorik, 20% halusinasi visual, 10% halusinai pengecapan, taktil

dan penciuman. Pasien merasakan halusinasi sebagai sesuatu yang amat

nyata, paling tidak untuk suatu saat tertentu (Kaplan, 2002). Menurut Thomas

(2003), halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada

pasien dengan gangguan jiwa, dimana halusinasi sering diidentikkan dengan

skizofrenia.

Terkait dengan tingginya prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini

cukup tinggi maka sangat dibutuhkan pemberian standar asuhan keperawatan

yang tepat dan benar serta maksimal kepada masing-masing pasien gangguan

persepsi: halusinasi untuk menghadapi masalahnya dan meminimalkan resiko

yang terjadi (Purba, Eka, Mahnum, Hardiyah, 2009).

2
Menurut Carpenito (2002) dikutip oleh Keliat (2006), pemberian

asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan

kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk

mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Asuhan keperawatan juga

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian

menentukan masalah atau diagnosa, menyusun rencana tindakan keperawatan,

implementasi dan evaluasi.

Sebagaimana telah diketahui bahwa kebanyakan pasien gangguan jiwa

mengalami halusinasi yang merupakan manifestasi dari ketidakmampuan

pasien beradaptasi dalam kehidupan dan lingkungan, diakibatkan oleh

terjadinya gangguan pada kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam

mengontrol halusinasinya. Sehingga timbul keinginan penulis untuk

mengangkatkasus yang berjudul“Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan

gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran dan cara mengontrol

halusinasi di Ruang Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera

Utara”.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

Ny.A dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di

Rumah Sakit Jiwa, serta dapat memperoleh pengalaman dan gambaran

secara nyata pada pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan.

3
1.2.2 Tujuan Khusus

Penulismampu :

a. Melakukan Pengkajian pada Ny.A dengan keperawatan gangguan

persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran.

b. Merumuskan Diagnosa keperawatan pada Ny.A dengan gangguan

persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.

c. Menyusun Perencanaan (intervensi) pada Ny.A dengan gangguan

persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.

d. Melaksanakan Implementasi pada Ny.Adengan gangguan persepsi

sensori : Halusinasi Pendengaran.

e. Mengevaluasikeperawatan pada Ny.A gangguan persepsi sensori :

Halusinasi Pendengaran.

1.3 Ruang Lingkup

Dalam penulisan laporan ini penulis mengambil satu kasus yaitu

”Asuhan Keperawatan Ny.A dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi

Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Medan”, selama 1 minggu mulai tanggal

21 – 26 april 2014.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menggunakan Metode

Deskriptif dengan pendekatan study kasus dan teknik pengumpulan data

yaitu:

a. Wawancara yaitu melakukan tanya jawab pada pasien, dan tim pelayanan

kesehatan.

4
b. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap pasien

bekerjasama dengan dokter dan perawat ruangan.

c. Study kasus yaitu mempelajari satu kasus yang sesuai dengan judul

laporan kasus.

d. Study kepustakaan yaitu mempelajari buku-buku yang berhubungan

dengan kasus persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.

e. Dokumentasi yaitu mempelajari catatan hasil pemeriksaan serta

pengamatan.

1.5 Sistematika Penulisan

Laporan kasus ini disusun secara sistematika 5 bab yaitu :

BAB I PENDAHUUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

1.2.2. Tujuan Khusus

1.3. Ruang Lingkup

1.4. Metode Penulisan

1.5. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep dasar Medis

2.2. Landasan Keperawatan

5
BAB III LAPORAN KASUS

3.1. Pengkajian

3.2. Analisa Data

3.3. Pohon masalah

3.4. Diagnosa Keperawata

3.5. Intervensi

3.6. Implementasi

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Tahap Pengkajian

4.2. Tahap Diagnosa Keperawatan

4.3. Tahap Perencanaan

4.4. Tahap Pelaksanaan

4.5. Tahap Evaluasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Medis

2.1.1 Defenisi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien

mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan dan penghidu. Klien merasakan stimulus yang

betulnya tidak ada (Damaiyanti, 2008)

Halusinasi adalah persepsi yang tanpa di jumpai adanya rangsangan dari

luar, walaupun tampak sebagai suatu yang “khayal”, halusinasi sebenarnya

merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang “terasepsi” (Yosep,2010)

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang

nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata, artinya

menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar.

Halusnasi merupakan distorsi persepsi yang muncul dari berbagai indera. (Stuart

& Laraia, 2005).

Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah / pola stimulus yang datang

disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus

tersebut (Nanda-1,2012).

7
2.1.2 Tahapan Proses Terjadinya Halusinasi

a. Tahap I

Fase awal individu sebelum muncul halusinasi.

Karakteristiknya :

Individu merasa banyak masalah, ingin menghindari dari orang

lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya

banyak masalah

Masalah makin terasa sulit, karena berbagai stressor tarakumulasi (misal,

putus cinta, di hianati kekasih, di PHK, bercerai,dll)

Sulit tidur terus menerus sehingga terbiasa menghayal

Klien menganggap lamunan-lamunan awal tersebut seabgai

pemecahan masalah

b. Tahap II

Halusinasi bersifat menyenangkan dan secara umum individu terima sebagai

suatu yang alami.

Karakteristik :

Adanya rasa cemas kesepian, perasaan berdosa dan ketakutan

8
Individu beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensori yang di

alami dapat di kontrol atau dikendalikan jika kecemasan (dalam

tahap ini ada kecenderungan individu merasa nyaman dengan

halusinasi dan halusinasi bias bersifat sementara).

Perilaku yang muncul adalah menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai,

mengerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara, gerakan mata cepat.

Respon verbal lamban, diam dan di penuhi oleh sesuatu

yang mengasyikkan.

c. Tahap III

Halusinasi bersifat menyalahkan, sering mendatangkan individu dan secara

umum halusinasi menjijikkan.

Karakteristiknya :

Pengalaman sensori individu menjadi sering datang dan mengalami bias.

Pengalaman sensori mulai bersifat menjijikkan dan menakutkan mulai

merasakan kehilangan kendali dan merasa tidak mampu

lagi mengontrolnya.

Individu merasa malu karena pengalaman sensorinya tersebut dan

menarik diri dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama.

9
Perilaku yang muncul adalah terjadi peningkatan sistem saraf otorium

yang menunjukkan ansientas atau kecemasan, seperti : pernapasan

meningkat, tekanan darah dan denyut nadi meningkat.

d. Tahap IV

Halusinasi bersifat mengendalikan, fungsi sensori menjadi tidak relevan

dengan kenyataan dan pengalaman sensori tersebut menjadi penguasa.

Karakteristiknya :

Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol individu

Klien mencoba melawan suara – suara atau sensori abnormal yang datang

Klien menjadi tidak berdaya dan menyerah untuk melawan halusinasi,

sehingga membiarkan halusinasi menguasai dirinya

2.1.3 Rentang Respon Halusinasi

Menurut Marlindawani, dkk, 2010, rentang respons halusinasi dari

perilaku adaptif sampai perilaku maladaptif. Berikut uraian penjelasannya :

Halusinasi merupakan salah sat respons maladaptive individu yang berada

dalam rentang respons neurobiologist (Stuart & Taraia,2010). Ini merupakan

respons persepsi paling maladaptive. Jika individu yang sehat persepsinya akurat.

10
Mampu mengidentifikasi dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan

informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan,

penghidup, pengecapan dan perabaan). Pasien dengan halusinasi mempersepsitan

suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.

Diantara kedua respons tersebut adalah respons individu yang karena

sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah satu mempersepsikan

stimulus yang diterimannya yang disebut sebagai ilusi. Pasien mengalami ilusi

jika interpretasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai

stimulus yang diterima.

Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Kadang pikiran Gangguan proses pikir /
terganggu delusi
Persepsi akurat Ilusi halusinasi
Emosi konsisten dengan Emosi berlebihan / Tidak mampu mengalami
pengalaman kurang emosi
Perilaku sesuai hubungan Perilaku yang tidak Perilaku tidak terorganisir
social bisa menarik diri Isolasi Sosial
Positif

(Marlindawati, 2009)

11
2.1.4 Jenis – Jenis Halusinasi

Jenis-Jenis Halusinasi Data Subjektif Data Objektif


Halusinasi Pendengaran a. Mendengar suara menyuruh a. Mengarahkan telinga
b. Melakukan sesuatu yang pada sumber telinga
berbahaya b. Bicara atau tertawa
c. Mendengar suara atau bunyi sendiri
d. Mendengar suara yang c. Marah-marah tanpa
mengajak bercakap – cakap sebab
e. Mendengar suara yang d. Menutup telinga
mengancam diri klien atau e. Mulut komat – kamit
orang lain atau suara yang lain f. Ada gerakan telinga
membahayakan
f. Mendengar seseorang yang
sudah meninggal
Halusinasi Penglihatan  Melihat seseorang yang sudah  Tatapann mata pada
meninggal, melihat makhluk tempat tertentu
tertentu, melihat bayangan  Menunjuk ke arah
hantu / sesuatu yang tertentu
menakutkan, cahaya. Monster  Ketakutan pada objek
yang memasuki perawat yang dilihat
Halusinasi Penghidu  Mencium sesuatu bau mayat,  Ekspresi wajah seperti
darah bayi, feses atau bau mencium sesuatu
masakan, parfum yang dengan gerakan cuping
menyenangkan hidung, mengarahkan
 Tipe halusinasi ini sering hidung pada tempat
menyertai klien demensia, tertentu
kejang atau penyakit
serabrovaskuler
 Klien sering menyatakan

12
mencium bau sesuatu
Halusinasi Perabaan  Klien mengatakan ada sesuatu  Mengusap mengaruk-
yang menggerayagi tubuh garuk merabab-raba
seperti tangan, binatang kecil, permukaan kulit,
makhluk halus terlihat menggerak-
 Merasakan sesuatu di gerakan badan seperti
permukaan kulit, merasakan merasakan sesuatu
sangat panas atau dingin, perabaan.
merasakan tersengat aliran
listrik
Halusinasi Pengecapan  Klien seperti sedang  Seperti mengecap
merasakan makanan tertentu, sesuatu gerakan
rasa tertentu atau menguyah menguyah atau
sesuatu meludah

Halusinasi Sinestenik  Klien melaporkan bahwa  Klien melihat, menatap


fungsi tubuhnya tidak dapat tubunya sendiri dan
terdeteksi misalnya tidak terlihat merasakan
adanya denyutan di otang atau sesuatu yang aneh
sensasi pembentukan urine tentang tubuhnya.
dalam tubunya, perasaan
tubuhnya melayang di atas
bumi.

2.1.5 Faktor Penyebab Predisposisi

a. Faktor Predisposisi

i. Faktor Perkembangan

Rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan individu yang

mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih

rentang terhadap stress adalah merupakan salah satu tugas perkembangan

yang terganggu

ii. Faktor Sosiokultural

13
Individu yang merasa tidak diterima lingkungannya akan merasa

disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya

iii. Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress

yang berlebihan dialami individu maka dalam tubuh akan dihasilkan suatu

zat yang dapat bersifat halusnogenik neurokimia seperti Biffprfenom dan

Dimetytransferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan

teraktivasinya neurotransmiter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan

Acetylcholin dan Dopamin.

iv. Faktor Psikologis

Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Selain itu ibu yang pencemas,

overprotektif, dingin, tidak sensitif, pola asuh tidak adekuat, konflik

perkawinan, koping tidak adekuat juga berpengaruh pada ketidakmampuan

individu dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.

Individu lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju

alam nyata.

v. Faktor Genetik

Penelitian menunjukan bahwa anak yang diasuh oleh orangtua skizofrenta

cenderung akan mengalami skizofrenta juga.

b. Faktor Presipitasi

1. Biologis

14
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon Neurobiologik yang

maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang

mengatur proses informasi dan ada abnormalitas pada mekanisme pintu

masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk selektif

menanggapi masalah.

2. Pemicu Gejala

Pemicu atau stimulus yang sering menimbulkan episode baru suatu

penyakit yang biasanya terdapat Respons Neurobilogis yang maladaptif

berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan prilaku individu.

i. Kesehatan ; seperti gizi buruk, kurang tidur, keletihan, infeksi, obat

system saraf pusat, gangguan proses informasi, kurang olahraga, alam

perasaan abnormal dan cemas

ii. Lingkungan ; seperti lingkungan penuh kritik, gangguan dalam

hubungan, interpersonal, masalah perumahan stresss kemiskinan,

tekanan terhadap penampilan paru bahan dalam kehidupan dan pola

aktivitas sehari-hari, kesepian (kurang dukungan dan tekanan kerja).

iii. Perilaku ; seperti konsep diri rendah, keputusan, kehilangan motivasi,

tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual, bertindak beda dengan

orang lain, kurang ketrampirlan social, perilaku agresif dan amuk.

Menurut Rawlins dan Heacokck (dalam Yosep,2010), penyebab

halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi berikut :

a) Dimensi Fisik

15
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik, seperti

kelelahan yang luar bias, penggunaan obat-obatan, demam hingga

delirium, intoksikasi alcohol dan kesulitan untuk tidur dalam

waktu yang lama.

Afek yang maladaptif adalah :

- Afek tumpul, yaitu kurang respon emosional terhadap pikiran

/ pengalaman orang lain.

- Afek datar, yaitu tidak tampak ekspresi, suara menonton,

tidak ada keterlibatan emosi terhadap stimulus

menyenangkan atau menyedihkan

- Afek tidak sesuai, yaitu emosi yang tidak sesuai /

bertantangan dengan stimulus yang ada

- Afek labil, yaitu emosi yang cepat berubah – ubah

- Reaksi berlebihan, yaitu reaksi emosi yang berlebihan

terhadap suatu kejadian.

- Ambivalensi, yaitu timbulnya dua perasaan yang

bertantangan pada waktu bersamaan

b) Fungsi Motorik

- Agitasi adalah gerakan motorik yang menunjukan

kegelisahan

- Tik adalah gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak

terkontrol

16
- Grimansen adalah gerakan otot muka yang berubah – ubah

yang tidak dikontrol klien

- Tremor adalah jari-jari yang tampak gemetar ketika klien

menjulurkan tangan dan merentangkan jari-jari

- Kompulsif adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang

seperti berulang-ulang mencuci tangan, mencuci muka,

mandi, mengeringkan tangan dan sebagainya.

c) Fungsi Sosial

- Kesepian : seperti perasaan terisolasi, terasing, kosong dan

merasa putus asa, sehingga individu terpisah dengan orang

lain.

- Isolasi sosial : terjadi ketika klien menarik diri secara fisik

dan emosional dari lingkungan. Isolasi klien tergantung pada

tingkat kesedihan dan kecemasan yang berkaitan dalam

berhubungan dengan orang lain. Pengalaman hubungan yang

tidak menyenangkan menyebabkan klien menganggap

hubungan saat ini membahayakan. Individu merasa terancam

setiap ditemani orang lain karena mengganggap orang lain

akan mengontrolnya, mengancam atau menuntutnya. Oleh

sebab itu, individu memilih tetap mengisolasi dari pada

pengalaman yang menyedihkan terulang kembali.

17
- Harga diri rendah : individu mempunyai perasaan tidak

berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan

sehingga akan mempengaruhi hubungan interperonal.

2.1.6 Tanda Dan Gejala

Menurut Stuart & Sundeen (1998) dari Carpento (1997), data subjektif dan

objektif klien halusinasi adalah sebagai berikut :

- Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai

- Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

- Gerakan mata cepat

- Respon verbal lamban atau diam

- Diam dan dipenuhi oleh suatu yang mengasyikan

- Terlihat bicara sendiri

- Menggerakkan bola mata dengan cepat

- Bergerak sendiri membuang atau mengambil sesuatu

- Duduk terpaku memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke ruangan lain.

- Disorientasi (waktu, tempat, orang)

- Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah

- Perubahan perilaku dan pola komunikasi

- Gelisah, ketakutan, anasietas

- Peka rangsang

- Melaporkan adanya halusinasi

2.1.7 Penatalaksanaan Medis Pada Halusinasi

18
Penatalaksanaan klien Skizofrenia adalah dengan pemberian

obat-obatan dan tindakan lain, yaitu :

a. Psiko Farmakologis

Obat – obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi

pendengaran yang merupakan gejala psikos pada klien skizofrenia

adalah obat-obatan anti psikosis.

Adapun kelompok umum yang digunakan adalah :

No Kelas Kimia Nama Generik (Dagang) Dosis Harian

1. Fenotiazin Asetofenozim (Tidal) 60 – 120 mg

Klopromazin (Thorazine) 30 – 800 mg

Flufenozine (Prolixine – permiti) 1 – 40 mg

Mesoridazin (Serentil) 30 – 400 mg

Perfenozim (Trilafon) 12 – 64 mg

ProklorPerazin 15 – 150 mg

(Compazine) 40 – 1200 mg

Promazim (Sparine) 150 – 800 mg

Tiodazin (Mellaril) 2 – 40 mg

TrifluoPerazin (Stelazine) 60 – 150 mg

19
TrifluoPromazine (Vespirin)

2. Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75 – 600 mg

Tiotiksen (Navance) 8 – 300 mg

3. Butirofenon Halopendol (Haldol) 1 – 100 mg

4. Dibenzomdiazepin Klozapin (Clorazil) 300 – 900 mg

5. Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitance) 20 – 150 mg

6. Dihidroindolon Molin done (Moban) 15 – 225 mg

b. TerapiKejangListrik / Elektro Compulsive Therapy (ECT)

c. TerapiAktivitasKelompok (TAK).

(Marlindawangi, 2010)

2.2. TinjauanTeoritisKeperawatan

2.2.1 Pengkajian

A. Faktor Predisposisi

1) FaktorPerkembanganTerlambat

- Usiabayi, tidakterpenuhikebutuhanmakanan, minum, dan rasa

aman

- Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan ekonomi

- Usia sekolah, mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.

2) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga

- Komunikasi peran ganda

- Tidak ada komunikasi

20
- Tidak ada kehangatan

- Komunikasi dengan emosi berlebihan

- Komunikasi tertutup

- Orang tua yang membandingkan anak-anaknya, orang tua yang

otoritas dan konflik orang tua.

3) Faktor Sosial Budaya

Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan

orientasi realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya

(peperangan atau kerusuhan) dan kehidupan yang terisolasi disertai

stres. Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis,

tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.

4) Faktor Psikologis

Keluarga pengaruh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi

respons psikologis klien sikap atau keadaan yang dapat

mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau

kekerasan dalam kehidupan klien.

Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri,

ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis

peran, gambaran diri negatif, dan koping destruktif.

5) Faktor Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak susunan syaraf pusat

dapat menimbulkan gangguan realitas. Gejala yang mungkin

21
muncul adalah hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan

muncul prilaku menarik diri.

6) Faktor Genetik

Adanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga

terdahulu yang mengalami skizofrenia dan kembar monozigot.

(Marlindawani, dkk, 2010).

B. Membina hubungan saling percaya dengan klien

Tindakan pertama dalam melakukan pengkajian klien

dengan halusinasi adalah ; membina hubungan saling percaya dengan

klien untuk membina hubungan saling percaya dapat dilakukan hal –

hal berikut ini, yang merupakan bagian dari perkenalan / orientasi dari

komunikasi teraupetik.

a. Awali pertemuan dengan mengucapkan salam kepada klien

b. Berkenalan dengan klien.

c. Buat kontrak asuhan, jelaskan kepada klien tujuan saudara

merawat klienaktifitas apa yang akan di jelaskan untuk mencapai

tujuan itu, kepada aktifitas akan dilaksanankan, dan beberapa

lama akan dilaksanakan aktifitas terersebut .

d. Bersikap empati adalah : sikap yang menunjukan bahwa saudara

bisa merasakan apa yang dirasakan oleh klien untuk klien

halusinasi rasa empati dapat ditunjukan dengan

i. Mendengarkan keluhan klien dengan penuh perhatian

ii. Tidak membantah dan tidak menyokong halusinasi klien

22
iii. Segera menolong klien jika klien membutuhkan perawat.

(yosep, 2011)

C. Pengkajian jenis halusinasi

Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasiitu

muncul, perawat dapat menanyakan kepada pasien tentang perasaan

atau tindakan pasien saat halusinasi terjadi. Perawat dapat juga

menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien atau

dengan mengobservasi perikaku pasien saat halusinasi muncul.

Berikut ini, jenis – jenis halusinasi data objektif dan

subjektif.Dapat perawat kaji dengan cara mengobservasi perilaku

klien,sedangkan data subjektif dapat perawat kaji dengan melakukan

wawancara dengan klien melalui data ini perawat dapat mengetahui

isi halusinasi klien.

Jenis halusinasi Data objektif Data subjektif


Halusinasi - Bicara atau tertawa - Mendengarkan
dengar suara sendiri suara-suara atau
- Marah-marah tanpa kegaduhan
sebab - Mendengarkan suara
- menyedengkan yang mengajak
telinga ke arah bercakap-cakap
tertentu - Mendengarkan suara
- Menutup telinga menyuruh
melakukan sesuatu
yang berbahaya.

Halusinasi - Menunjuk –nunjukan - Melihat bayangan


penglihatan kearah tertentu sinar, bentuk sinar
- Ketakutan dengar sinar,bentuk
sesuatu yang tidak geomentris,bentuk
jelas kartoon, melihat

23
hantu atau menster
Halusinasi - Mencium seperti - Membaui bau-bauan
penghidu sedang membaui bau- seperti bau
bauan tertentu darah,urine, feses,
- Menutup hidung kadang-kadang bau
itu menyenangkan
Halusinasi - Sering meludah - Merasakan rasa
pengecapan - Muntah seperti darah ,urin
atau feses.
Halusinasi - Mengaruk–ngaruk - Mengatakan ada
perabaan permukaan kulit serangga di
permukaan kulit
- Merasakan seperti
tersengat listrik
(Budi, dkk, 2009)

D. Mengkaji waktu,frekuensi dan situasi munculnya halusinasi

Perawat perlu mengaji waktu, frekuensi dan situasi

munculnya halusinasi yang dialami oleh klien hal ini dilakukan untuk

merumuskan intervensi khusus pada waktu terjadi halusinasi,

menghindari situasi yang menyebabkan munculnya

halusinasi.Sehingga klien tidak turut dengan halusinasinya. Dengan

mengetahui frekuensi yang halusinasi dapat direncanakan frekuensi

tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.

(Poedji 2005 ).

E. Menghaji respons terhadap halusinasi

Untuk mengetahui dampak halusinasi dampak halusinasi klien

dapat apa respons klien ketika halusinasi itu muncul perawat dapat

menanyakan kepada klien hal yang dirasakan atau dilakukan saat

24
halusinasi itu, perawat dapat juga menanyakan kepada keluargaatau

orang dekat dengan klien.Selain itu, dapat juga dengan mengobservasi

dampak halusinasi pada klien jika halusinasi timbul

(Poedji2005 ).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

a. Resiko tinggi perilaku kekerasan

b. Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran

c. Isolasi sosial

d. Harga diri rendah

(Yosep, 2011)

2.2.3 Perencanaan

a. Tindakan keperawatan untuk pasien

1) Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :

- Pasien mengalami halusinasi yang dialaminya

- Pasien dapat mengontrol halusinasinya

- Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

2) Tindakan Keperawatan

a) Membantu pasien mengenal halusinasinya

Untuk membantu pasien mengenali halusinasinya, saudara

dapat melakukannya cara berdiskusi dengan pasien tentang

isi halusinasi (apa yang di dengar / dilihat), waktu terjadinya

halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang

25
menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat

halusinasi muncul.

b) Melatih pasien mengontrol halusinasi.

Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi

saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah

terbukti dapat mengendalikan halusinasi keempat cara

tersebut meliputi:

- Menghardik halusinasi
- Bercakap-cakap dengan orang lain
- Melakukan aktivitas yang terjadwal
- Menggunakan obat secara teratur
(Jenny, dkk, 2010).

2.2.4 Evaluasi

Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah saudara

lakukan untuk pasien halusinasi adalah sebagai berikut :

a. Pasien mempercayai saudara sebagai terapis, ditandai dengan:

- Pasien mau menerima saudara sebagai perawatnya

- Pasien mau menceritakan masalah yang ia hadapi kepada

saudara,bahkan hal-hal yang selama ini dianggap rahasia

- Pasien mau bekerja sama dengan saudara, setiap program yang

saudara tawarkan di taati oleh pasien.

b. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan

merupakan masalah yang harus diatasi, ditandai dengan :

26
- Pasien mengungkapkan isi halusinasinya yang dialaminya

- Pasien menjelaskan waktu, dan frekwensi halusinasi yang

dialaminya

- Pasien menjelaskan situasi yang mencetus halusinasi

- Pasien menjelaskan perasaannya ketika mengalami

halusinasinya

- Pasien menjelaskan bahwa ia akan berusaha mengatasi

halusinasi yang dialaminya.

c. Pasien dapat mengontrol halusinasi ditandai dengan :

1) Pasien mampu memperagakan 4 cara mengontrol halusinasi

2) Pasien menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi

- Menghardik halusinasi

- Bercakap dengan orang lain di sekitarnya bila timbul

halusinasi

- Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari

sampai mau tidur pada malam hari selama 7 hari dalam

seminggu dan melaksanakan jadwal tersebut secara mandiri

- Mematuhi program pengobatan.

d. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, di tandai dengan :

1) Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang di alami

oleh pasien

2) Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah

3) Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien

27
4) Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat

digunakan untuk mengatasi masalah pasien.

(Jenny, dkk, 2010)

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian

3.1.1. Identitas Pasien

Nama : Ny. A

Umur : 35 tahun

Jenis Kelamin : perempuan

Pendidikan : SMP

28
Status Perkawinan : Menikah

Suku/Bangsa : Batak/Indonesia

Agama : Muslim

Alamat : Jln,Labuhan Lilin

Ruang Rawat : Kamboja

Tgl dirawat : 16 februari 2012

No. Register : 03.18.89

Diagnosa medis : harga diri rendah

Diagnosa keperawatan : Halusinasi Pendengaran

Tanggal Pengkajian : 21 april 2014

3.1.2. Penanggungjawab

Nama : Tn. B

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jln,Labuhan Lilin

Hubungan dengan pasien : Orangtua

3.1.3. Alasan Masuk

29
Sering melamun, bicara dan tertawa sendiri, marah-marah, keluyuran

dan susah tidur, 4 hari yang lalu sebelum dibawah ke RSJ sumut pasien

sudah mengalami gangguan seperti diatas.

3.1.4. Faktor Predisposisi

a. Pasien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu, telah

dilakukan pengobatan namun kurang berhasil.

±2 tahun yang lalu klien pernah mengalami gagguan jiwa, pernah

rawat jalan dan dirawat inap di RSJ sumut kemudian pasien

pulang, setelah pasien pulang, tidak rutin kontrol dan pasien

mengonsumsi minuman keras sehingga kambuh kembali.

Masalah keperwatan: Regimen Terapeutik tidak Efektif

Koping keluarga tidak efektif

b. Didalam anggota keluarga pasien tidak ada yang mengalami

gangguan jiwa

c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: pasien sering

dipukulin orang karena mencuri uang dan pasien merasa malu yang

sedih dan pasien duduk dengan raut wajah.

Masalah keperawatan: Harga diri rendah.

3.1.5. Fisik

a. Tanda vital

TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/i

HR : 80 x/i T : 370C

30
b. Ukuran TB : 158 cm

c. Keluhan fisik : tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

3.1.6. Psikososial

a. Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Laki-Laki/Perempuan yang sudah meninggal

: Pasien

: Tinggal dalam satu rumah

31
Klien merupakan anak ketiga dari 12 bersaudara, klien

selama ini tinggal bersama orang tua.

b. Konsep Diri

1) Gambaran Diri : Pasien menyukai pastur tubuhnya.

2) Identitas : Pasien lulusan SMP, belum

menikah dan pasien menyatakan dia

puas dengan pendidikanya dan

senang dengan status yang masih

lajang.

3) Peran : Pasien berperan sebagai seorang

anak dan pasien merasa kurang

mampu melakukan tugas sebagai

anak.

4) Ideal Diri : Klien yakin akan sembuh agar

bisa berkumpul dengan teman-

temannya dan keluarga.

5) Harga Diri : Klien merasa tidak berharga,

merasa dijauhi keluarga sejak

dirawat di RSJ

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

c. Hubungan Sosial

32
1) Orang yang berarti : Pasien hanya diam ketika perawat

menanyakan siap orang yang berarti dalam hidup pasien.

2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : tidak

ada peran dalam masyarakat.

3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien

sukar berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di

lingkungan sekitar dan klien suka menyendiri.

Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial Menarik Diri

d. Spiritual

a. Nilai-nilai keyakinan klien : pasien beragama Islam dan

pasien meyakini adanya Tuhan.

b. Kegiatan ibadah : sejak pasien masuk kerumah, pasien

tidak pernah melakukan kegiatan ibadah karena pasien

lebih suka sendiri dan tidak ingin bergabung dengan orang

lain.

Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial

3.1.7. Status mental

a. Penampilan Pasien

Penampilan pasien rapi, pasien pake baju dan pake celana

seprti orang sehat dan pasien rajin mandi

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

33
b. Pembicaraan

Pasien berbicara lambat namun jelas dan pasien mengatakan

malu untuk bergabung lagi dengan keluarga.

Masalah Keperawatan: harga diri rendah

c. Aktivitas Motorik

Pasien tampak lesu, lemah dan tidak mau melakukan aktifitas

dalam ruangan layaknya seperti kawan-kawanya.

Masalah Keperawatan: Intolerasi Aktivitas

d. Alam Perasaan

Klien merasa sedih dirawat di RSJ karena merasa diasingkan

oleh keluarganya, wajah klien selalu tampak sedih jika

termenung.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

e. Afek

Klien dapat berespon dengan baik sesuai dengan stimulus yang

diberikan oleh perawat.

Masalah Keperawatan: Tidak ada Masalah

f. Interaksi Selama wawancara

Selama pasien diajak wawancara pasien tampak kurang

kooperatif, kontak mata kurang dan suka menunduk, kurang

mau menatap lawan berbicara.

Masalah Keperawatan: harga diri rendah

g. Persepsi

34
Klien mengatakan, mendengar suara-suara atau bisik-bisikan

yang menyuruh pasien untuk memukul dan mencuri uang

sebanyak-banyaknya. Pasien tampak bicara sendiri, kadang

teriak-teriakn sambil tutup kuping dan kadang-kadang tertawa

sendiri.

Masalah Keperawatan : Resiko mencederai diri sendiri,

orang lain dan lingkungan

Halusinasi Pendengaran

h. Proses Pikir

Pembicaraan kadang terputus tapi dapat dilanjutkan dan

diarahkan oleh perawat dan sesuai dengan topik awal.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

i. Tingkat Kesadaran

Klien dapat membedakan waktu, tempat, dan orang sekitar

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

j. Memori

Klien mampu menceritakan kejadian yang dialaminya pada saat

ini maupun kejadian masa lalu.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

k. Tingkat Konsentrasi berhitung

Klien masih dapat berhitung tanpa bantuan orang lain.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

l. Kemampuan Penilaian

35
Klien mampu membedakan mana yang baik dan mana yang

buruk.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

m. Daya Tilik Diri

Klien menerima keadaan dan kenyataan bahwa dirinya sedang

sakit dan sedang dirawat di RSJ.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

3.1.8. Kebutuhan persiapan pulang

a. Pasien tidak mampu untuk memenuhi atau menyediakan

kebutuhan seperti makanan keamanan.

b. Kegiatan sehari-hari: Pasien membutuhkan bantuan minimal

untuk membutuhkan bantuan minimal dalam kegiatan sehari-

hari seperti perawatan diri, mandi, makan, kebersihan,

BAK/BAB, dan ganti pakaian.

Masalah Keperawatan : Intoleransi aktifitas

c. Aspek medis

 Diagnosa medis: Skizoprenia Paranoid

 Terapy medis : - CPZ(chlorpromazine) 100 mg 2 x 1

- THp 2 mg 2x 1

- Haloperidol 1,5 mg 2x 1

3.2. DAFTAR MASALAH

a. Regimen Terapeutik tidak Efektif.

b. Koping keluarga tidak efektif.

36
c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

d. Harga diri rendah.

e. Isolasi Sosial Menarik Diri.

f. Intolerasi Aktivitas.

g. Halusinasi Pendengaran.

3.3. ANALISA DATA

No Analisa Data Masalah


1 DS : Pasien mengatakan sering mendengar
suara-suara untuk memukul yang
menyuruh pasien untuk mencuri uang
sebanyak-banyaknya. Halusinsi
DO : Pasien tampak gelisah, bicara sendiri, pendengaran
kadang teriak-teriakn sambil tutup kuping
dan kadang-kadang tertawa sendiri.

2 Ds : Pasien mengatakan tidak mampu melakukan


tugas sebagai anak dan merasa tidak
dipedulikan oleh keluarga.
Do : Pasien duduk dengan raut wajah sedih,
Harga diri rendah
Selama pasien diajak wawancara pasien
tampak kurang kooperatif, kontak mata
kurang dan suka menunduk, kurang mau
menatap lawan berbicara.
3 Ds:Pasien mengatakan malas berbicara dengan
teman dan tidak mau bergabung dengan Isolasi sosial
keluarga k orang lain dan tidak ingin pulang menarik diri
kerumah keluarga.

37
Do: Pasien sukar berkomunikasi dengan orang-
orang yang ada di lingkungan sekitar dan
klien suka menyendiri. Selama Pasien
diajak wawancara suka menunduk, kurang
mau menatap lawan berbicara dan tidak ada
kontak mata.

3.4. Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Gangguan sensori/persepsi : Regimen Terapeutik tidak


halusinasi pendengaran Efektif
Masalah utama

Intolerasi Aktivitas
Isolasi Sosial : Menarik Diri

38
Koping keluarga tidak efektif

Ganguan Konsep Diri: Harga


Diri Rendah

3.5. Diagnosa keperawatan

a. Perubahan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran b/d menarik diri d/d

Pasien tampak gelisah, bicara sendiri, kadang teriak-teriakn sambil tutup

kuping dan kadang-kadang tertawa sendiri.

b. Isolasi sosial : Menarik diri b/d harga diri rendah d/d Pasien sukar

berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di lingkungan sekitar dan

klien suka menyendiri. Selama Pasien diajak wawancara suka menunduk,

kurang mau menatap lawan berbicara dan tidak ada kontak mata

c. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah b/d koping individu tidak

efektif d/d Pasien duduk dengan raut wajah sedih, Selama pasien diajak

wawancara pasien tampak kurang kooperatif, kontak mata kurang dan

suka menunduk, kurang mau menatap lawan berbicara

39
3.6. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnose Perencanaan
No Tujuan Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1 Gangguan Tujuan umum 1. Ekspresi wajah 1.Bina hubungan saling 1. Bina Hubunagan
sensori/persepsi Tidak terjadi perubahan bersahabat, percaya: saling percaya
:halisinasi sensori halusinasi menunjukkanrasa senang, - Salam theraupetik sebagai dasar
pendengaran pendengaran ada kontak, mau berjabat - Perkenalkan diri interaksi dalam
Tujuan khusus 1 tangan, mau menyebutkan - Jelaskan tujuan perawatan diri
Klien dapat membina nama, mau menjawab - Ciptakan lingkunagan 2. Ungkapan perasaan
hubungan salaing percaya salam, pasien mau duduk yang tenang interaksi klien kepada
berdapingan dengan - Buat kontrak yang perawat sebagai bukti
perawat, mau jelas bahwa klien mulai
mengutarakan masalah mempercayai
yang dihadapinya. perawat.
Tujuan khusus 2 - Klien dapat menyebut - Dorong dan - Mengurangi waktu
Klien dapat mengenali waktu, isi, dan berikesampatan klien kosong bagi klien
halusinasinya frekuensi timbulnya untuk mengungkapkan untuk menyendiri
halusinasi perasaan - Memperkenalkan hal

40
- klien dapat - Dengarkan ungkapan yang merupakan
mengungkapkan klien realita pendengaran
bagaimana perasaannya klien.
tehadap halusinasi
tersebut.
Tujuan khusus 3 - Klien dapat melakukan - Observasi tingkah laku - Halusinasi harus
Klien dapat mengontrol tindakan yang biasanya verbal dan non verbal dikenal lebih dulu
halusinasinya - Klien dapat berhubu dengan halusinasinya oleh perawat agar
ngan dengan realitas ( identifikasi bersama interprestasi efektif
klien cara tindakan mampu untuk
yang dilakukan) mengungkapkan
persepsinya.
Tujuan khusus 4 Klien dapat menyebutkan Klien dapat minim obat - Member informasi
Klien dapat menggunakan jenis, dosis, waktu untuk dapat membedakan dan meningkatkan
obat untuk mengendalikan pemberian, manfaat serta hal nyata dan tidak nyata pengetahuan klien
halusinasinya efek samping obat. tentang efek obat
terhadap
halusinasinya
- Memastikan klien

41
minum obat secara
teretur
- Memastikan efek
obat-obat yang tidak
diharapkan terhadap
klien

2 Isolasi sosial Tujuan Umum Ekspresi wajah bersahabat, Bina hubungan saling Kejujuran, kesedihan,
(menarik diri) Klien dapat berhubungan menunjukkan rasa senang, perjaya, sikap terbuka dan danpenerimaan
dengan orang lain dan ada kontak, mau berjabat empati serta mampu meningkatkan
lingkungan sehingga tangan, mau menyebutkan menerima klien apa keperjyaan hubungan
halusinasinya dapat di cegah. nama, mau menjawab adanya dengan perawat.
Tujuan khusus 1 salam, pasien mau duduk Lakukan pendekatan
Klien dapat membina berdapingan dengan kepada klien dengan
hubungan saling perjaya perawat, mau menunjukkan sifat empati.
mengutarakan masalah
yang dihadapinya.

42
Tujuan khusus 2 Klien dapat menyebutkan - kaji pengetahuan klien Percayakan diri klien
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri tentang perilaku terhadap perawat yang
penyebab Menarik diri yang berasal dari : menarik diri dapat klien membuat
- diri sendiri - beri kesempatan kepada klien terbuka dan
- orang lain klien untuk memberi informasi
- lingkungan mengungkapkan sesuai dengan yang
perasaan yang dibutuhkan
menyebabkan klien
tidak mau bergaul .
- berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengukapkan
perasaannya.
3 Harga Diri Rendah Tujuan umum Ekspresi wajah dapat Bina hubungan saling Hubungan saling
Klien dapat berhubungan menunjukkan rasa senang, pecaya merupakan dasar percaya merupakan
dengan orang lain ada kontak mata, mau untuk kelancaran dasar untuk kelancaran
Tujuan khusus 1 berjabat tangan dan hubungan interaksi hubungan interksi
Klien dapat membina menjawab salam. terapeutik. selanjutnya.
hubungan saling percaya

43
Tujuan khusus 2 Klien menilai kemampuan Tunjukan sikap empati, Keterbukaan dan
Klien dapat menilai yang dapat digunakan diskusikan dengan klien pengertian yang
kemampuanya tentang kemampuan yang memiliki adalah
masih dapat digunakan prasarat untuk berubah
Tujuan khusus 3 Kelian membuat rencana Rencanakan bersama klien Klien adalah individu
Klien dapat rencanakan kegiatan harian aktifitas yang dapat yang bertanggug jawab
kegiatan dengan kemampuan dilakukan setiap hari terhadap dirinya sendiri.
yang dimilikinya sesuai dengan
kemampuannya

44
3.7. Implementasi

No. Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan

1. Gangguan persepsi SP 1
sensori: Halusinasi
1. Membina hubungan saling percaya, membantu
Pendengaran
pasien mengenali halusinasi, isi, waktu,
frekwensi, situasi yang menimbulkan
halusinasi.
2. Mengidentifikasi respon pasien terhadap
halusinasi
3. Mengajarkan pasien cara mengontrol halusinasi
dengan cara : Menghardik halusinasi
SP 2

1. Mengevaluasi kegiatan pasien


 Mengajarkan cara mengontrol halusinasi
dengan cara :
- Bercakap-cakap dengan orang lain

2. Menganjurkan pasien memasukkan dalam


jadwal kegiatan pasien
SP 3

1. Mengevaluasi kegiatan pasien


 Melatih pasien cara mengontrol halusinasi
dengan cara :
- Bercakap-cakap dengan orang lain

2. Menganjurkan pasien memasukkan dalam


jadwal kegiatan pasien

45
SP 4

1. Mengevaluasi kegiatan pasien


 Melatih pasien cara mengontrol halusinasi
dengan cara
- Melakukan aktifitas yang bisa dilakukan
di RSJ
2. Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

46
STRATEGI PERTEMUAN DENGAN PASIEN

HALUSINASI PENDENGARAN

Gangguan Persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

Tgl : 21 april 2014

SP 1.1 Membina Hubungan Saling Percaya

ORIENTASI

Selamat sore ibu , saya perawat yang akan merawat ibu, nama saya Rizolven

Halawa senang di panggil Rizol, setiap hari selama seminggu ini saya akan

kemari. Nama ibu siapa? Attika nasution? Senang dipanggil apa ? Tika pak

mantri!

Bagaimana perasaan ibu hari ini ? Baik. Apa keluhan ibu hari ini ? saya mau

cepat pulang dari sini pak mantri? Yang ngantar ibu kemari siapa ? orang tua

saya!

Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini

ibu dengar tapi tidak tampak wujudnya? Dimana kita duduk ? Diruang

perawat? Berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit ?

KERJA

Apakah ibu mendengar suara tanpa wujudnya? Jarang pak mantri!

Apakah terus – menerus terdengar atau sewaktu-waktu ? kapan yang paling

sering ibu dengar suara? Malam hari? Pada keadaan apa suara itu terdengar ?

47
pada waktu sendiri? Apa yang kakak rasakan pada saat mendengar suara itu?

Saya takut. Dan apa yang ibu lakukan ? saya lempar dengan barang-barang!

Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Ia. Bagaimana kalau kita

belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?

TERMINASI

Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap ? enakan!

Jadi suara-suara itu menyuruh ibu untuk mencuri, suara itu terus-menerus

terjadi dan terutama kalau sendiri.

ibu sebelum kita ketemu besok, coba perhatikan apakah suara-suara itu masih

terjadi?

Besok kita akan memulai latihan cara-cara mencegah suara-suara yang muncul

itu. Jam berapa ? bagaimana kalau seperti saat ini,

jam 15.00 sore ?

sampai jumpa ....

selamat sore...

SP 1.2 Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi

ORIENTASI

Selamat sore ibu. Bagaimana perasaan ibu sore ini? Baik.

Apakah ibu masih mendengar suara-suara itu? Jarang

KERJA

48
Begini ibu, hari ini saya ingin mengamati tindakan ibu saja ya?

Bagaimana ibu ? ia

TERMINASI

Besok kita akan mulai latihan cara-cara mencegah suara-suara yang muncul itu.

Jam berapa ? Bagaimana kalau seperti saat ini jam 15.00 sore ? sampai jumpa

SP 1.3 Mengajarkan pasien cara mengontrol halusinasi dengan cara

(Menghardik halusinasi)

ORIENTASI

Selamat sore ibu. Bagaimana perasaan ibu sore ini? Baik! Apakah ibu masih

mendengar suara-suara seperti yang kemaren kita diskusikan ? dah jarang! Sesuai

janji saya sebelumnya, hari ini kita akan belajar salah satu cara untuk

mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu dengan menghardik. Kita akan

berlatih selama 20 menit. Setuju ibu ? ia.

KERJA

Begini ibu, untuk menghardik suara itu ibu bisa lakukan begini, saat suara itu

muncul, ibu katakan ”pergi! Saya tidak mau mendengar. Kamu suara palsu, kamu

tidak nyata!” begitu di ulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu

peragakan. Nah, bagus sekali.

TERMINASI

49
Bagaimana perasaan ibu setelah latihan tadi ? enakkan

Kalau suara-suara itu muncul lagi langsung ibu praktekkan saja yang sudah kita

pelajari tadi. Bagaimana kalau kakak masukkan ke jadwal harian ibu? Supaya ibu

lebih ingat. Besok sore saya akan datang lagi, kita akan latihan cara kedua untuk

mencegah suara-suara itu sampai jumpa besok. Selamat sore.

SP 2.1 Mengevaluasi kegiatan pasien

Mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara

(Bercakap-cakap dengan orang lain)

ORIENTASI

Selama sore, Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah suara-suaranya masih

muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih ? Bagus, sesuai janji

hari ini kita akan latihan cara kedua untuk mengusir. Suara-suara itu, 15 menit

saja ya ibu. Disini saja.

KERJA

Cara kedua untuk mengusir suara itu adalah bercakap-cakap dengan orang lain.

Makanya ibu harus kompak sama teman-teman seruangan ibu. Kalau bisa sama

semua pasien disini, perawat juga, supaya ibu gampang mengajak ngobrol siapa

saja. Contohnya begini : ”tolong saya mulai mendengar suara-suara, ayo ngobrol

dengan saya”. Begitu ibu, coba ibu praktekkan, bagus sekali ibu.

TERMINASI

50
Bagaimana perasaan ibu setelah latihan ini ? Jadi, sudah ada beberapa cara yang

kita latih? Coba sebutkan ibu. Tepat sekali ibu. Jangan lupa masukkan ke jadwal

kegiatan ya ibu. Besok sore kita latih cara yang ketiga yaitu menyusun jadwal

kegiatan yang masih bisa ibu lakukan disini. Jam 3 sore ya ibu. Disini saja ya.

Sampai jumpa besok ibu. Selamat sore.

SP 2.2 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien

ORIENTASI

Selamat sore ibu, bagaimana keadaannya hari ini ? apakah suara-suaranya masih

muncul? Apakah ibu masih ingat cara apa saja yang sudah kita latih? Apa saja

kak? Benar ibu. Nah, sesuai janji kita semalam, kita latihan cara yang ke tiga,

yaitu membaut jadwal kegiatan ibu dari bangun pagi sampai tidur malam? 15

menit juga ya ibu. Disini saja ya ibu.

KERJA

Apa saja kegiatan ibu mulai dari bangun tidur ? Terus? Sampai malam ya ibu? ibu

gak bisa berdiam diri saja ibu. Supaya suara – suaranya juga tidak gampang

mempengaruhi kok. Disini banyak kegiatan yang bisa ibu lakukan, seperti

merapikan temapt tidur, membersihkan ruangan, merapikan bangku setelah

makan. Kegiatan ini bisa membantu ibu supaya tidak gampang berhalusinasi

kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.

TERMINASI

51
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap? Syukurlah. Coba ibu

sebutkan seluruh cara-cara yang sudah kita latih. Bagus sekali ibu. Jangan lupa

masukkan ke jadwal kegiatan ya ibu. Besok kita akan latihan aktifitas yang bisa

dilakukan di RSJ. Disini saja ya. Sampai jumpa besok.

SP. 3.1 Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan cara

Melakukan aktifitas yang bisa dilakukan di RSJ

ORIENTASI

Selamat sore ibu. Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah suara-suaranya masih

muncul ? apakah ibu masih ingat cara apa saja yang sudah kita latih? Ia. Nah,

sesuai janji kita semalam, kita akan latihan aktifitas yang bisa dilakukan di RSJ ?

sudah siap ? sudah 15 menit juga ya.

KERJA

ibu, di rumah sakit ini kan banyak yang dapat ibu kerjakan misalnya kayak yang

kita bicarakan semalam. Seperti merapikan tempat tidur, mencuci piring, lakukan

aja ibu kegiatan ini tiap hari ?

TERMINASI

Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap? Baik. Nah, besok kita akan

latihan menggunakan obat secara teratur. Disini juga ya ibu? Sampai jumpa besok

? Selamat sore.

SP. 3.2 Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

52
ORIENTASI

Selamat sore ibu, bagaimana perasaan ibu hari ini? Baik. Apakah suara-suaranya

masih muncul ? sudah jarang! Apa sudah dilakukan cara yang telah kita latih?

Sudah! Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan? Sudah. Apakah sore ini

sudah minum obat? Belum baik, hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-

obatan yang ibu minum, kita akan diskusikan selama 20 menit. Disini aja ya ibu?

KERJA

Ibu adakah bedanya setelah minum obat secara teratur ? Ada! Apakah suara-suara

berkurang/hilang? Ia. Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang ibu

dengar dan menganggu selama ini tidak muncul lagi. Biasanya ada berapa jenis

obat yang di kasih sama ibu? Ada 3! Ini saya ada bawakan contoh obat yang

sering ibu minum, yang orange namanya CPZ, gunanya untuk menghilangkan

suara-suara. THP yang putih gunanya supaya ibu merasa rileks dan tidak kaku,

yang pink haloperidol untuk pikiran ibu supaya tenang. Sudah tau kan ibu?

Biasanya jadwal minum obat berapa kali? 2 kali! Nah, ibu minum obatnya secara

teratur supaya suara-suara itu tidak muncul. Selain itu, tidurnya juga nyenyak,

tidak kaku lagi, dan lebih tenang, sudah tau kan ibu ?

TERMINASI

Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap ? Lumayan enak. Syukurlah.

Coba saya, sebutkan lagi macamnya dan warna obat tadi? Bagus sekali ibu.

Jangan lupa masukkan ke jadwal kegiatan ya. Saya akan terus melihat

53
perkembangan kesehatan ibu ? besok kita ketemu lagi? Sampai jumpa.... selamat

sore.

No. Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan

2. Isolasi sosial : Menarik SP 1


diri
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
dan berdiskusi dengan pasien tentang
keuntungan berinteraksi dengan orang
lain.
2. Mengajarkan pasien cara berkenalan
dengan satu orang
3. Menganjurkan pasien memasukkan
kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.
SP 2

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien


 Memberikan kesempatan kepada
pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang
2. Membantu pasien memasukkan kegiatan
berkenalan pasien sebagai salah satu
kegiatan harian.
SP 3

1. Memberikan kesempatan kepada pasien


untuk berkenalan dengan dua orang atau
lebih

STRATEGI PERTEMUAN DENGAN PASIEN

54
ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

Isolasi Sosial Menarik Diri

Tgl : 22 april 2014

SP 1.1 Mengindentifikasi Penyebab Isolasi Sosial dan Berdiskusi dengan

Pasien tentang Keuntungan berinteraksi dengan orang lain.

ORIENTASI

Selamat sore ibu. Bagaimana perasaan ibu hari ini? Baik pak mantri? Masih ada

hal-hal yang membuat ibu tidak ingin bercakap-cakap? Saya malas pak mantri,

lebih enak sendiri! Hari ini kita akan diskusi tentang apa yang menyebabkan ibu

tidak mau bergaul dengan pasien lain di ruangan ini, keuntungan mempunyai

teman dan kerugian bila tidak mempunyai teman. Mau berapa lama? 15menit aja

ya ibu, dimana? Disini aja ya.

KERJA

Menurut ibu apa saja keuntungan kalau kita mempunyai teman? Ada teman

bercakap-cakap. Wah benar, nah kerugiannya tidak mempunyai teman apa ibu?

Tidak mempunyai teman, gak ada teman untuk cakap-cakap! Kalau begitu ibu

mau gak belajar bergaul dengan orang lain ?

TERMINASI

55
Bagaimana perasaan ibu setelah kita tahu untungnya bergaul dan ruginya tidak

bergaul? Enak juga suster! Coba nanti di ingat-ingat lagi apa untungnya bergaul

dan ruginya tidak bergaul. Baiklah bagaimana kalau besok sore kita ketemu dan

akan bicarakan cara bergaul dengan orang lain. Jam berapa pak mantri? Jam 03.00

sore ya ibu?

SP. 1.2 Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang

ORIENTASI

Selamat sore ibu. Bagaimana perasaan ibu? baik pak mantri! Sesuai dengan janji

saya semalam sore? Hari ini kita akan belajar tentang bagaimana memulai

hubungan dengan orang lain. Kita akan belajar berapa lama ? 15 menit aja ibu.

Disini aja ya?

KERJA

Begini ibu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dahulu nama kita

dan nama panggilan yang kita suka. Contohnya : nama saya Attika, senang di

panggil Tika. Selanjutnya ibu menanyakan nama yang di ajak berkenalan.

Contohnya begini : nama kamu siapa ? senang di panggil apa? Setelah ibu

berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal

yang menyenangkan ibu bicarakan. Misalnya tentang hobi, tentang kelaurga,

pekerjaan dan sebagainya.

TERMINASI

56
Bagaimana perasaan ibu setelah latihan berkenalan? Agak enakan pak mantri.

Coba ibu peragakan lagi cara berkenalan dengan orang lain. Besok kita akan

memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam

kegiatan harian. Sampai besok ya ibu!

SP. 1.3 Mengajurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-

bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.

ORIENTASI

Selamat sore ibu ? bagaimana perasaan ibu hari ini? Agak enakan pak mantri.

Sesuai dengan janji kita semalam sore kita akan latihan berbincang-binang dengan

orang lain dalam kegiatan harian? Berpa lama? 20 menit aja ibu. Disini aja ya ibu?

KERJA

Begini ibu, setiap hari ibu harus bercakap-cakap dengan teman ibu. Apapun yang

ibu lakukan ibu harus bercakap-cakap dengan teman ibu. Supaya teman ibu lebih

banyak. Kalaupun ibu mengerjakan tugas ibu harus mengajak teman ibu, supaya

bersama-sama melakukannya.

TERMINASI

57
Bagaimana perasaan ibu setelah latihan ini? Enakkan pak mantri. Ibu harus sering

ya cakap-cakap sama teman ibu? Ya pak mantri. Besok kita akan mempraktekkan

cara berkenalan dengan orang lain. Sampai besok ya ibu.

SP. 2.1 Mengevaluasi kegiatan pasien dan memberikan kesempatan kepada

pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang

ORIENTASI

Selamat sore. Bagaimana perasaan ibu hari ini? Baik. Sesuai dengan janji kita

semalam sore. Kita akan mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang.

Berapa lama? 15 menit aja.

KERJA

Coba ibu tanya nama teman ibu yang ada disana ? Nama kamu siapa ? popo,

senang di panggil apa popo: Bagus sekali ibu, ibu harus sering-sering begini ya

ibu?

TERMINASI

Bagaimana perasaan ibu, setelah latihan berkenalan ini? Senang suster. ibu harus

terus semangat ya. Besok kita akan buat kegiatan berkenalan sebagai salah satu

kegiatan harian. Sampai jumpa ibu. Selamat sore.

SP. 2.2 Membantu pasien memasukkan kegiatan berkenalan pasien sebagai

salah satu kegiatan harian.

58
ORIENTASI

Selamat sore ibu, bagaimana perasaan ibu ? lebih enak pak mantri. Sesuai dengan

janji semalam sore kita akan memasukkan kegiatan berkenalan sebagai salah satu

kegiatan harian. Dimana ? disini aja ya. 15 menit aja.

KERJA

Begini pak, kalau ada teman ibu yang baru masuk keruangan ini, langsung ibu

ajak kenalan! Trus kalau ibu jumpa sama orang yang gak ibu kenal sapa aja ibu,

kalau gak ajak kenalan juga. Jadikan ini kegiatan harian ibu ya.

TERMINASI

Bagaimana perasaan ibu ? setelah kita latihan ini? Cukup enak. Besok saya akan

beri kesempatan kepada ibu untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih. Besok

kita jumpa lagi ibu. Sampai jumpa.

59
SP. 3.1 Memberi kesempatan kepada pasien untuk berkenalan dengan dua

orang atau lebih.

ORIENTASI

Selamat sore pak. Gimana hari ini? Apakah bapak sudah siap untuk latihan lagi?

Sudah pak mantri, sesuai dengan janji kita semalam kita akan latihan berkenalan

dengan dua orang atau lebih ya pak. Berapa lama? 20 menit aja pak.

KERJA

Coba ibu ajak kenalan teman ibu yang disana, yang ada 3 orang disana? Banyak

kali suster? Kenapa ibu? Saya takut? Kenapa takut? Gak apa-apa pak, biar ibu

banyak temannya? Kalau ibu gak mau gimana bapak mau punya teman? Ah besok

ajalah pak mantri? Ya udalah kalau ibu sekarang gak mau.

TERMINASI

Bagaimana perasaan ibu ? baik. Kenapa ibu tidak mau tadi ? Saya masih takut pak

mantri Ooo.... ya udah gak apa-apa pak, tapi nanti ibu coba. Coba ya? Ya pak

mantri. Selamat sore pak. Sampai jumpa besok

60
No. Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan

3. Harga diri rendah SP 1

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek


positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang
masih dapat digunakan saat ini.
SP 2

1. Melatih pasien sesuai dengan kemampuan


yang dipilih
SP 3

1. Mengevaluasi kegiatan pasien dan melatih


kemampuan kedua

61
STRATEGI PERTEMUAN DENGAN PASIEN

HARGA DIRI RENDAH

Harga Diri Rendah

Tgl : 24 april 2014

SP 1.1 Mengidentifikasi Kemampuan Dan Aspek Positif Yang Dimiliki


Pasien

ORIENTASI

Selamat sore, bagaimana keadaan ibu hari ini? Ibu terlihat segar. Bagaimana kalau
kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang ibu lakukan? Dimana
kita duduk? Disini aja ya ibu? Berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit.

KERJA

Ibu, apa saja kemampuan yang dapat ibu lakukan ? membersihkan temapt tidur.
Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ! Ibu bisa melakukan merapikan tempat
tidur? Menyapu? Mencuci piring, berarti ada 3 kemampuan dan kegiatan yang ibu
miliki.

TERMINASI

Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap ? senang ? yah, ibu masih
bisa memiliki kemampuan. Nah, coba nanti di ingat-ingat lagi kemampuan
ibuyang belum dibicarakan. Besok sore saya akan datang lagi untuk membahas
kemampuan ibu yang lain? Sampai jumpa ya. Selamat sore.

SP 1.2 Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan

saat ini

ORIENTASI

62
Selamat sore ibu, bagaimana keadaannya ibu hari ini? Baik? Kakak terlihat segar.

Bagaimana, apakah ada lagi kemampuan ibu yang belum kita bicarakan?

Menyapu ruangan? Bagus sekali. Jadi sudah ada 4 ya? Baiklah kita akan menilai

kegiatan yang masih bisa bapak lakukan. Mau duduk dimana ? bagaimana kalau

di ruangan perawat? Mau berapa lama? 20 menit aja ya ibu?

KERJA

Ibu, dari ke empat kegiatan / kemampuan yang mana yang masih bisa dapat

dikerjakan di rumah sakit ini? Membersihkan tempat tidur? Yang kedua pak?

Bisa? Bagus sekali ada 2 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit.

TERMINASI

Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap ? senang pak mantri? jadi

ada 2 kegiatan yang dapat ibu lakukan. Coba ibu pikirkan kegiatan yang akan

dipilih untuk di latih. Bagaimana kalau besok sore kita memilih kegiatan yang

paling di sukai sampai jumpa, selamat sore.

SP. 2.1 Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang di pilih

ORIENTASI

Selamat sore ibu, bagaimana keadaan ibu hari ini? Lumayan enak? Wah, tampak

segar. Masih ingat apa yang akan kita bicarakan hari ini? Memilih kegiatan yang

dapat di kerjakan? Betul sekali, memilih kegiatan yang dapat ibu kerjakan dari 4

kegiatan yang pernah ibu lakukan. Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di

tempat biasa? Berapa lama? 20 menit seperti biasa.

63
KERJA

Marilah kita lihat daftar kegiatan yang sudah kita buat dua hari yang lalu. Coba

ibu pilih yang mana yang masih bisa dikerjakan di rumah, yang nomor satu,

merapikan tempat tidur, bagaimana ibu ? sudah bisa pak mantri? Wah, ibu sudah

bisa melakukannya. Bagus sekali, yang nomor dua mencuci piring, bisa ya? Wah

saat ini belum bisa dilakukan. Gak papa kok, pasti nanti ibu juga bisa.

TERMINASI

Bagaimana perasaan ibu setelah memilih kegiatan yang dapat dikerjakan selama

di rumah sakit? Enakan pak mantri? Bagus sekali! Ada 4 kegiatan yang bisa ibu

lakukan. Coba, dipikirkan kegiatan yang mana yang akan dilatih terlebih dahulu.

Besok sore, saya akan datang untuk melatih ibu. Jam berapa ? bagaimana kalau

jam 16.00 sore. Sampai jumpa.

SP 3.1 Mengevaluasi kegiatan pasien dan melatih kemampuan kedua

ORIENTASI

Selamat sore ibu, bagaimana perasaan ibu sore ini? Baik? Wah, tampak cerah!

Sudah siap untuk latihan melakukan kegiatan yang telah ditetapkan kemarin?

Sudah? Mau pilih yang mana dulu? Membersihkan tempat tidur? Baik, mari kita

latihan merapikan tempat tidur.

Dimana tempat tidurnya ibu?

KERJA

64
Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan

selimutnya. Bagus ! sekarang kita angkat sepreinya, dan kasurnya kita balik. Nah,

sekarang kita pasang lagi sepreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus! Sekarang

sebelah kaki tarik, dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil

bantal, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus!

TERMINASI

Bagaimana perasaan ibu setelah latihan ? senang pak mantri? Bagus sekali ! Ibu

sudah dapat mengikuti langkah-langkahnya. Sekarang, mari kita masukkan pada

jadwal harian ibu. Mau berapa kali merapikan tempat tidur? 1 kali aja pak mantri.

Bagus, habis bangun tidur pagi-pagi ya ibu? Sampai besok ya ibu. Selamat sore.

3.8. Evaluasi

NO DIAGNOSA EVALUASI
1. Gangguan persepsi S : Pasien mengatakan sering mendengar
sensori : halusinasi suara-suara untuk memukul yang
pendengaran menyuruh pasien untuk mencuri uang
berhubungan dengan sebanyak-banyaknya.
isolasi sosial. O : Pasien tampak gelisah, bicara sendiri,
kadang teriak-teriakn sambil tutup
kuping dan kadang-kadang tertawa
sendiri.
A: masalah sebagian teratasi
P: Intervensi tetap dilanjutkan
2. Isolasi sosial S : Pasien mengatakan tidak mampu
berhubungan dengan melakukan tugas sebagai anak dan
harga diri rendah. merasa tidak dipedulikan oleh

65
keluarga.
O: Pasien duduk dengan raut wajah sedih,
Selama pasien diajak wawancara pasien
tampak kurang kooperatif, kontak mata
kurang dan suka menunduk, kurang
mau menatap lawan berbicara.

A: Masalah sebagian teratasi


P: Intervensi tetap dilanjutkan
3. Harga diri rendah S:Pasien mengatakan malas berbicara
berhubungan dengan dengan teman dan tidak mau
koping individu tidak bergabung dengan keluarga k orang
efektif. lain dan tidak ingin pulang kerumah
keluarga.
O: Pasien sukar berkomunikasi dengan
orang-orang yang ada di lingkungan
sekitar dan klien suka menyendiri.
Selama Pasien diajak wawancara suka
menunduk, kurang mau menatap
lawan berbicara dan tidak ada kontak
mata.
A: Masalah sebagian belum teratasi
P: Intervensi tetap dilanjutkan.

66
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pengumpulan data sewaktu pengkajian penulis menemukan masalah yaitu

khusus pada saat membina hubungan saling percaya dimana pada tahap awal klien

belum mau terbuka diri. Hal ini terlihat dari klien lebih banyak berbicara tanpa

ada wujudnya dalam menerapkan Asuhan keperawatan ini pada Ny.A dengan

masalah utama,Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran terhadap

kasus yang di temuiantara lain:

4.1. Pengkajian

Tahap pengkajian adalah tahap awal yang dilakukan terhadap pasien

dengan gangguan halusinasi pendengaran dalam asuhan keperawatan jiwa.

Pada tahap pengkajian ini yang menjadi sumber informasi dalam

pengumpulan data adalah pasien, dan status keperawatan pasien.

Factor prediposisipadafaktor genetik, terdapat kesenjangan pada

tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan teoritis keperawatan

adalah: adanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga

terdahulu yang mengalami skizofrenia dan kembar monozigot, hal tersebut

tidak ditemukan oleh penulis, karena pada tinjauan kasus penulis mendapat

data bahwa didalam anggota keluargatidak ada yang mengalami gangguan

jiwa.

67
Pasien tinggal dalam keluarga dan lingkungan yang cukup ramai dan

ribut, koping individu dalam keadaan seperti ini tidak efektif dan kurangnya

perhatian dari keluarga serta tidak terbentuknya komunikasi yang baik,

sehingga pasien mula-mulanya merasa tidak berharga bagi orang lain sampai

pasien mengisolasikan dirinya dan selanjutnya mengalami gangguan persepsi

sensori halusinari pendengaran.

Pada pengkajian status mental pasien, penulis menemukan pasien

pasien mengalami harga diri rendah hal ini dapat dibuktikan ketika pasien

diajak ngobrol pembicaraan pasien lambat dan pasien mengatakan malu untuk

bergabunga lagi dengan keleuarga. Intoleransi aktifitas didtemukan pada

pasien dapat dibuktikan dengan keadaan pasien Pasien tampak lesu, lemah dan

tidak mau melakukan aktifitas dalam ruangan layaknya seperti kawan-

kawannya.

4.2. Diagnosa

Adapun kesenjangan dari teori dan kasus, pada kasus terdapat

3diagnosa, antara lain;Perubahan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran

berhubungan dengan menarik diri ditandai dengan Pasien tampak gelisah,

bicara sendiri, kadang teriak-teriak sambil tutup kuping dan kadang-kadang

tertawa sendiri.

Diagnose ke 2 Isolasi sosial :Menarik diri b/d harga diri rendah

ditandai dengan Pasien sukar berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di

lingkungan sekitar dan klien suka menyendiri. Selama Pasien di ajak

68
wawancara suka menunduk, kurang mau menatap lawan berbicara dan tidak

ada kontak mata.

Diagnosa ke 3 Gangguan konsepdiri :Hargadiri rendah berhubungan

dengan koping individu tidak efektif ditandai dengan Pasien duduk dengan

raut wajah sedih, Selama pasien di ajak wawancara pasien tampak kurang

kooperatif, kontak mata kurang dan suka menunduk, kurang mau menatap

lawan berbicara.

Sedangkan pada teori ada 4 diagnosa, antara lain: Resiko tinggi

perilaku kekerasan, Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran,

Isolasi sosial, Harga diri rendah.

4.3. Interevensi

Pada tahap perencanaan asuhan keperawatan kepada pasien dengan

diagnosa yang pertama antara lain; adalah Perubahan persepsi sensori:

Halusinasi Pendengaran berhubungan dengan menarik diri ditandai dengan

Pasien tampak gelisah, bicara sendiri, kadang teriak-teriak sambil tutup

kuping dan kadang-kadang tertawa sendiri. Pengobatan dan therapy

dilakukan oleh kolaborasi dokter dan perawat,membina hubungan saling

percaya antara perawat dengan klien, dengan menerapkan komunikasi verbal

terhadap klien dengan tujuan tidakmerugikan orang lain, tidak merusak

barang-barang, terbebas dari bahaya akibat perbuatan sendiri, mengurangi

kebiasaan-kebiasaan halusinasi, penurunan kegelisahan, mampu

69
mengendalikan diri, bebas dari perilaku yang menyimpang, mengungkapkan

perasaan cemasnya, mengungkapkan pemahamannya tentang halusinasi

pendengaran, berpartisipasi dalam therapy dan pengobatannya yang

berhubungan dengan masalah kejiwaan, mampu mengendalikan diri jika

dalam masyarakat dihadapkan dengan masalah/stress.

Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

Isolasi sosial: menarik diri penulis merencakan tindakan sebagai berikut:

Membina hubungan saling percaya, berdiskusi dengan pasien tentang

keuntungan berinteraksi, berhubunga ndengan orang lain, Memberikan

kesempatan pada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan satu orang,

Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien

dan siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan

orang lain. Dengan tujuan Membina hubungan saling percaya, Klien

mengenal penyebab isolasi social, Klien mengenal keuntungan berhungan

dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, Klien berinteraksi secara

bertahap.

Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

gangguan konsep diri; harga diri rendah adalah membina hubungan saling

percaya antara klien dan perawat, memberikan kesempatan kepada klien

untuk mengungkapkan perasaannya, mengatakan kepada klien bahwa klien

orang yang berharga, bertanggung jawab dan bisa menolong dirinya sendiri,

memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam melakukan tindakan yang

sesuai dengan anjuran perawat dengan tujuan klien dapat mengungkapkan

70
perasaannya terhadap penyakit yang diderita, klien menyebutkan aspek

positif dan kemampuan dirinya ( fisik, internal), klien berperan serta dalam

pengobatan dan perawatan penyakit klien, percaya diri klien meningkat

dengan menerap kan keinginan dan tujuan yang realistis.

Dalam hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara tinjaun

teoritis dan tinjauan kasus.

4.4. Implementasi

Pada tahap implementasi penulis melaksanakan tindakan antara lain:

Membina hubungan saling percaya, Memperkenalkan diri perawat dan

sebaliknya, Menyebutkan tujuan, Membuat kontrak dan Mendengarkan

ungkapan klien, Membantu pasien mengenal penyebab sosial, Membantu

pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain dan membantu

pasien cara berkenalan.

4.5. Evaluasi

Berdasarkan teori yang telah penulis susun, evaluasi yang dilakukan pada

pasien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

berdasarkan diagnosa yaitu :

Pada tahap evaluasi ini, perawat dapat membuat evaluasi pada

diagnosa Perubahan Persepsisensori: Halusinasi pendengaran adalah pasien

mengatakan mulai bisa menghardik halusinasinya, pasien tampak tenang,

masalah pasien sebagian teratasi, tetapi intervensi tetap dilanjutkan dengan

71
cara kolaborasi untuk pengobatan antara dokter dan perawat, membina

hubungan saling percaya dengan klien, menyadari factor penyebab halusinasi

pasien.

Evaluasi yang di dapatkan pasien pada diagnose Isolasi social: menarik

diri adalah: pasien mengatakan pasien mampu berinteraksi dengan

lingkungannya, dan mengetahui keuntungan berhubungan dan kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain.

Evaluasi yang di dapatkan pasien pada diagnose gangguan konsep diri;

harga diri rendah adalah: pasien mengatakan dapat menerima keadaannya saat

ini, pasien tampak semangat, masalah pasien sebagian teratasi, intervensi tetap

dilanjutkan dengan cara membina hubungan saling percaya dengan klien,

meningkatkan harga diri klien dengan member pujian.

Penulis melakukan evaluasi berdasarkan teori yang telah ada. Setelah

penulis melakukan evaluasi, maka penulis menyimpulkan bahwa semua

masalah yang penulis temukan pada studi kasus hanya sebagian yang teratasi

dan intervensi tetap dilanjutkan.

72
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan Asuhan keperawatan sejak tanggal 21 – 24 april 2014

dapat disimpulkan: Halusinasi pendengaran: mendengarkan suara atau

kebisingan yang kurang jelas ataupun yang jelas, di mana terkadang suara-

suara tersebut seperti mengajak bicara klien kadang-kadang memerintah

untuk melakukan sesuatu.

Pengkajian yang dilakukan penulis sejak tanggal 21 -24 april 2014

pada Ny.A dengan diagnose keperawatan Halusinasi Pendengaran,

diperoleh data subjektif: pasien mengatakan sering mendengar suara-suara

untuk memukul yang menyuruh pasien untuk mencuri uang sebanyak-

banyaknya.

Diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada Ny.A adalah :

a. Gangguan persepsi sisensori : halusinasi pendengaran

b. Isolasi social : menarik diri

c. Gangguankonsepdiri : hargadirirendah

Rencan tindakan keperawatan yang dapat penulis lakukan untuk

mengatasi diagnose pada Ny.A dengan halusinasi pendengaran

adalah membina hubungan saling percaya, mampu menyebutkan isi

73
halusinasinya, mampu mengahardik halusinasinya dengan menetup

telingan, mengambil kegiatan dengan spiritual (berdoa) dan minum

obat secara teratur.

Implementasi yang dapat penulis lakukan pada Ny.A dengan

halusinasi pendengaran adalah Membina hubungan saling percaya,

membantu pasien mengenali halusinasi, isi, waktu, frekwensi,

situasi yang menimbulkan halusinasi.Mengidentifikasi respon

pasien terhadap halusinasi, mengajarkan pasien cara mengontrol

halusinasi dengan cara : menghardik halusinasi.

Evaluasi yang dapatpenulisperoleh pada Ny.A dengan halusinasi

pendengaran adalah masalah teratasi sesuai dengan tujuan dan

kriteria hasil di tandai dengan pasien mampu membina hubungan

saling percaya, pasien mengenali halusinasinya, dan dapat

mengontrol halusinasi dengan cara : Menghardik halusinasi, dan

meminum obat secara teratur.

5.2. Saran

1. Bagi perawat, perlumenyampaikan dan member informasi tentang

masalah keperawatan dengan halusinasi pendengaran sebab di rumah.

2. Bagisaranan rumah sakit untuk menunjang keberhasilan perawatan

pasien dengan halusinasi pendengaran perlu di tingkatkan hubungan

kerja sama antara pihak rumah sakit dan keluarga dalam perawatan

baik di rumah sakit maupun sesudah pasien pulang di rumah.

74
3. Bagi keluarga, berperan penting bagi peristiwa terjadinya gangguan

jiwa dan proses penyesuaian kembali setiap klien, oleh karena itu

peran serta keluarga dalam proses pemulihan dan pencegahan pada

klien gangguan jiwa sangat di perlukan.

4. Bagi klien,harus mengingat apa yang telah diajarkan selama di rumah

sakit dan harus bisa mempraktekkan apabila klien sedang marah dan

serta tidak boleh lupa minum obat secarateratur agar cepat sembuh.

5. Bagi masyarakat/lingkungan, berperan penting dalam kesembuhan

klien karena masyarakat yang utama dalam kehidupan sehari-hari klien

di rumah agar tidak terjadi kekambuhan kembali setelah pulang dari

rumah sakit.oleh karena itu ikut berpartisipasi dalam kesembuhan

klien

75

Anda mungkin juga menyukai