Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) adalah suntikan vaksin tetanus untuk

meningkatkan kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.

Berdasarkan laporan Analisis Uji Coba di Indonesia pada tahun 2005-2006

yang disusun oleh World Health Organization (WHO) yang bekerja sama

dengan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, tetanus masih merupakan

penyebab utama kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Kematian

akibat tetanus di negara berkembang 135 kali lebih tinggi dibanding negara

maju. Di Indonesia sekitar 9,8% (18.032 bayi) dari 184 ribu kelahiran bayi

menghadapi kematian karena cakupan imunisasi Tetanus Toksoid yang rendah

(WHO, 2006).

Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu

(AKI) masih cukup tinggi jika dibanding dengan negara Association Of South

East Asia Nation (ASEAN) lainnya. Menurut Survey Demografi Kesehatan

Nasional (SDKI), AKI merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

kesehatan perempuan (Kemenkes RI, 2013).

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah pendarahan,

hipertensi saat kehamilan dan infeksi. Penyebab tidak langsung kematian ibu di

Indonesia adalah usia yang terlalu muda, usia terlalu tua saat melahirkan,

terlalu sering melahirkan, serta terlalu banyak anak yang dilahirkan (BKKBN,

2012). Penyebab kematian neonatal antara lain karena BBLR (Bayi Berat Lahir

1
2

Rendah) 29%, asfiksia 27%, masalah pemberian minum 10%, tetanus 10%,

gangguan hematologi 6%, infeksi 5% dan lain-lain 13% (Kemenkes RI, 2014).

Guna mempercepat penurunan AKI dan AKB, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia telah melaksanakan berbagai program yang berhubungan

dengan kesehatan ibu dan anak dan salah satunya pencegahan tetanus

neonatorum (Depkes RI, 2006).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013, hasil cakupan

imunisasi Tetanus Toksoid ibu hamil sebesar 64,8% (Kemenkes RI, 2014). Di

Sulawesi Tenggara cakupan imunisasi Tetanus Toksoid tahun 2014 hanya

sebesar 51,2%, sedangkan di Kabupaten Konawe tahun 2015, jumlah ibu hamil

yang mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid pada tahun 2015 untuk TT1

sebanyak 290 orang dan TT2 sebanyak 165 orang (Dinkes Konawe, 2016).

Proporsi infeksi tetanus neonatorum (TN) akan semakin besar bila bayi

tidak memiliki kekebalan alamiah terhadap tetanus yang diturunkan melalui

ibunya. Kekebalan alamiah diperoleh melalui imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

dengan dosis dan waktu interval minimal tertentu (Kasmawati, 2013).

Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang pemberian imunisasi Tetanus

Toksoid saat kunjungan antenatal care dapat berdampak pada status

kelengkapan imunisasi Tetanus Toksoid yang didapat saat kehamilan.

Rendahnya hasil cakupan imunisasi Tetanus Toksoid lengkap pada ibu hamil

berarti akan mengurangi daya guna imunisasi ini dalam menimbulkan

kekebalan dan melindungi bayi dan ibu hamil dari penyakit tetanus. Keadaan
3

ini dengan sendirinya akan mengurangi keberhasilan program imunisasi secara

keseluruhan (Ranuh, 2011).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas

Tongauna, jumlah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT1–TT2 periode

Januari-Agustus tahun 2017 tercatat hanya mencapai 292 orang dari 312 ibu

hamil.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi Tetanus

Toksoid pada ibu hamil adalah pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya

imunisasi Tetanus Toksoid. Pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya

imunisasi Tetanus Toksoid merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Sosialisasi imunisasi

Tetanus Toksoid perlu dilakukan mengingat masih ada sebagian masyarakat

yang beranggapan bahwa perempuan yang akan menikah mendapat imunisasi

Tetanus Toksoid, maka setelah menikah dia akan terlambat hamil, sehingga ibu

hamil menjadi tidak subur lagi setelah melahirkan. Setiap ibu hamil harus

mengetahui, memahami manfaat dan jarak waktu pemberian Tetanus Toksoid

(Achmadi, 2006).

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti sangat tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu

Hamil terhadap Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid di UPTD Puskesmas

Tongauna Kabupaten Konawe Tahun 2017”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimanakah gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap

kelengkapan imunisasi Tetanus Toksoid di UPTD Puskesmas Tongauna

Kabupaten Konawe tahun 2017?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil

terhadap kelengkapan imunisasi Tetanus Toksoid di UPTD Puskesmas

Tongauna Kabupaten Konawe tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil terhadap

kelengkapan imunisasi Tetanus Toksoid di UPTD Puskesmas Tongauna

Kabupaten Konawe.

b. Mengetahui gambaran sikap ibu hamil terhadap kelengkapan

imunisasi Tetanus Toksoid di UPTD Puskesmas Tongauna Kabupaten

Konawe.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan bahan pustaka untuk menambah wawasan

pengetahuan tentang imunisasi Tetanus Toksoid.


5

2. Manfaat Praktisi

Dapat menambah pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah, serta menambah pengalaman

dalam melaksanakan penelitian tentang imunisasi Tetanus Toksoid.

3. Manfaat Ilmiah

a. Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa

kesehatan khususnya mahasiswa kebidanan dalam hal pengembangan

dan pemahaman ilmu pengetahuan tentang kebidanan, khususnya

imunisasi Tetanus Toksoid.

b. Forum Kesehatan Desa

Memberi masukan atau informasi untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya dalam pemberian

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang imunisasi Tetanus

Toksoid.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran perpustakaan yang telah penulis telusuri di

dapatkan beberapa hasil penelitian yang mirip dengan penelitian penulis, yaitu:

1. Neni Hendriani (2012), dengan judul “Karakteristik Ibu Hamil yang

Mendapat Imunisasi Tetanus Toksoid di Puskesmas Ngaglik Sleman

Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional

dengan metode deskriptif dengan mengambil sampel 90 orang ibu hamil.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil


6

mengenai manfaat imunisasi sebanyak 24,6% dapat digolongkan baik,

54,2% dapat di golongkan cukup, dan 21,2 % dapat digolongkan kurang.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah, terletak

pada subjek, lokasi, dan tempat penelitian.

2. Alifah Goniyah (2008), dengan judul “Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Rendahnya Cakupan Imunisasi Tetanus Toksoid

pada Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Bonorowo”. Metode

Penelitian ini menggunakan rancangan Case control. Jumlah responden

38 orang. Hasil penelitian menunjukkan faktor pengetahuan mempunyai

koefisien regresi sebesar 0,410 yang berarti bahwa faktor pengetahuan

mempunyai hubungan bermakna dengan cakupan imunisasi Tetanus

Toksoid (r tabel 0,279). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya adalah, terletak pada subjek, lokasi, dan tempat penelitian.

3. Diah Windiasari (2011), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu

Hamil tentang Imunisasi Tetanus Toksoid di Bidan Praktek Swasta

Djamini Damun Surabaya”. Jenis penelitian ini adalah penelitian

deskriptif, populasi dalam penelitian ini 166 orang dengan besar sampel

70 orang. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah

probability sampling dengan teknik simple random sampling. Hasil

penelitian ini adalah 20% ibu hamil memiliki pengetahuan baik, 24,3%

ibu hamil memiliki pengetahuan cukup, dan 55,7% ibu hamil memiliki

pengetahuan kurang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya adalah, terletak pada subjek, lokasi, dan tempat penelitian.


7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

1. Definisi Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila

kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan

(Depkes RI, 2005). Imunisasi TT adalah suntikan vaksin tetanus untuk

meningkatkan kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus

(Rukna Idanati, 2005).

Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan

kemudian dimurnikan. Kemasan vaksin dalam vial. 1 vial vaksin TT berisi

10 dosis dan setiap 1 box vaksin terdiri dari 10 vial. Vaksin TT adalah

vaksin yang berbentuk cairan (Depkes RI, 2005).

2. Manfaat Imunisasi TT

Manfaat imunisasi TT ibu hamil (Depkes RI, 2005), yaitu :

a. Melindungi bayinya yang

baru lahir dari tetanus neonatorum.

b. Melindungi ibu terhadap

kemungkinan tetanus apabila terluka.


8

Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan

dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan

tetanus neonatorum (Depkes RI, 2002).

Pada saat pemeriksaan kehamilan, ibu hamil diberikan suntikan TT.

Pemberian vaksin TT melalui suntikan, diperlukan untuk melindungi ibu

hamil saat bersama bayinya terhadap


7 tetanus neonatorum. Sosialisasi
imunisasi TT perlu dilakukan mengingat masih ada sebagian masyarakat

yang beranggapan bahwa perempuan yang akan menikah mendapat

imunisasi TT maka setelah menikah dia akan terlambat hamil. Sehingga ibu

hamil menjadi tidak subur lagi setelah melahirkan. Setiap ibu hamil harus

mengetahui, memahami manfaat dan jarak waktu pemberian TT (Achmadi,

2006).

Menurut Depkes RI (2005), manfaat imunisasi TT yaitu :

a. Mencegah tetanus pada bayi baru lahir

(diberikan pada wanita usia subur atau ibu hamil).

b. Mencegah tetanus pada ibu bayi.

c. Dapat digunakan oleh siapa saja yang

terluka seperti terkena benda berkarat, jatuh di jalan raya.

3. Waktu Pemberian Imunisasi TT

Menurut Proverawati, A & Dwi Andini, C.S (2010), bila ibu belum

pernah mendapatkan TT atau meragukan, perlu diberikan sejak kunjungan

antenatal yang pertama sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 1 bulan.

Menurut Ranuh (2011), pemberian imunisasi TT pada ibu hamil tidak

membahayakan walaupun diberikan pada kehamilan muda. Imunisasi TT


9

diberikan pada ibu hamil dengan jumlah pemberian sebanyak 2 kali pada

trimester ke II, interval waktu 4-6 minggu. Sehingga diharapkan dapat

memberikan kekebalan selama 3 tahun.

Menurut Depkes RI (2005), jadwal pemberian imunisasi TT pada

Wanita Usia Subur (WUS) sebagai berikut :

a. TT1, diberikan dengan dosis 0,5 cc.

b. TT2, jarak pemberian 4 minggu setelah TT 1, dapat memberikan

perlindungan selama 3 tahun, dosis pemberian 0,5cc.

c. TT3, jarak pemberian 6 bulan setelah TT 2, masa perlindungan 5 tahun,

dosis pemberian 0,5 cc.

d. TT4, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 3, masa perlindungan 10 tahun,

dosis pemberian 0,5 cc.

e. TT5, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 4, masa perlindungan 25 tahun,

dosis pemberian 0,5 cc.

4. Cara pemberian dan dosis Imunisasi TT

Menurut Depkes RI (2005), imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2

kali, dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler / subkutan dalam. Cara

pemberian imunisasi TT yaitu :

a. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi

menjadi homogen.

b. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang

disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis

pemberian 0,5 ml.


10

c. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh

digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :

1) Vaksin belum kadaluarsa.

2) Vaksin disimpan dalam suhu +2º - +8ºC.

3) Tidak pernah terendam air.

4) Sterilitasnya terjaga.

5) VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.

6) Di Posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi

untuk hari berikutnya.

5. Efek Samping Imunisasi TT

Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti

lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan

kadang-kadang gejala demam (Depkes RI, 2005).

6. Tempat pelayanan untuk mendapatkan

Imunisasi TT

Menurut Depkes RI. (2005), tempat pelayanan untuk mendapatkan

imunisasi TT antara lain :

a. Puskesmas.

b. Puskesmas pembantu.

c. Rumah sakit.

d. Rumah bersalin.

e. Polindes.

f. Posyandu.
11

g. Rumah sakit swasta.

h. Dokter praktik.

i. Bidan praktik.

B. Tinjauan Tentang Tetanus Neonatorum

Tetanus adalah salah satu penyakit yang paling beresiko menyebabkan

kematian bayi baru lahir. Tetanus yang menyerang bayi usia di bawah satu

bulan, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum yang disebabkan oleh basil

Clostridium Tetani. Penyakit ini menular dan menyebabkan resiko kematian

sangat tinggi. Bisa dikatakan, seratus persen bayi yang lahir terkena tetanus

akan mengalami kematian (Kemenkes RI., 2013).

Tetanus menyerang bayi baru lahir karena dilahirkan di tempat yang

tidak steril, terutama jika tali pusat terinfeksi. Gambaran klinis tetanus

neonatorum adalah masa inkubasi biasanya 3 sampai 10 hari. Gejala permulaan

ialah kesulitan minum karena terjadinya trismus, mulut mencucu seperti mulut

ikan (karpermond), kemudian dapat terjadi spasme otot yang luas dan kejang

umum, leher menjadi kaku dan dapat terjadi opistotonus, dinding abdomen

kaku, mengeras, dan jika terdapat kejang otot pernafasan dapat terjadi sianosis

(IDAI, 2009).

Pencegahan yang paling baik ialah pemotongan dan perawatan tali pusat

yang steril, dan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil pada triwulan terakhir

dapat memberi proteksi pada bayi (Prawirohardjo, 2007).


12

C. Tinjauan Tentang Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil “tahu”

pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran,

penciuman, perasa dan peraba melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (over behavior).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), tingkat pengetahuan yang dicakup

dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan sebagai berikut :

a. Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari,

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan

mengatakan.

b. Memahami (Comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)
13

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan

sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan

sebagainya.

d. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam

suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk

keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi

atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

(Notoatmodjo, 2007), antara lain :

a. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Namun

perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti

mutlak berpengetahuan rendah pula.


14

b. Informasi / Media Massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial yang berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya.


15

g. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek

penelitian atau respon. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui

atau diukur disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan.

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1) Baik, jika skor yang dicapai 76-100%

2) Cukup, jika skor yang dicapai 56-75%

3) Kurang, jika skor yang dicapai < 56%

E. Tinjauan Tentang Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Sikap

meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati atau menghindari situasi,

benda, orang, kelompok, dan aspek lingkungan yang dapat dikenal lainnya

termasuk gagasan abstrak dan kebijakan sosial. Selanjutnya, dikatakan

bahwa keyakinan mencerminkan komponen kognitif sikap merupakan

afektif dan tindakan mencerminkan perilaku.

Sikap (attitudes) berbeda dengan keyakinan (beliefs) karena

keyakinan lebih bersifat evaluatif. Sikap dihubungkan dengan keyakinan

dan mengarahkan seseorang untuk menentukan cara-cara tertentu terhadap


16

objek sikap. Sikap positif umum yang mengarah pada tindakan yang

mematikan akan terdiri dari sikap-sikap lainnya, seperti misalnya;

kehidupan, kematian, hak-hak individu dan sebagainya.

Sikap dapat diartikan dengan sikap terhadap objek tertentu yang dapat

berupa sikap pandangan atau sikap perasaan tetapi sikap disertai dengan

kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek itu (Gerungan,

2004). Dengan demikian sikap terhadap sebuah objek adalah sama dengan

jumlah masing-masing keyakinan mengenai objek dikalikan dengan

evaluasinya. Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap, keyakinan dan

perilaku dapat diukur. Sikap dan keyakinan itu dapat diukur atau diamati

secara langsung. Cara umum untuk mengetahui sikap atau keyakinan adalah

dengan cara menanyakan terhadap orang tersebut. Untuk menanyakan sikap

dan keyakinan kadang-kadang digunakan pertanyaan-pertanyaan skala.

Beberapa macam skala adalah self rating, Likert dan semantic differential

technique.

Skala sikap (attitude scales) berupa kumpulan pernyataanpernyataan

mengenai suatu objek sikap. Pernyataan sikap (attitude expression) yang

diperoleh dari suatu skala sikap merupakan indikator sikap yang paling

dapat diandalkan namun tidaklah berarti bahwa skalaskala itu selalu dapat

dipercaya sepenuhnya dan selalu dapat dengan jitu mencerminkan sikap

yang sesungguhnya. Hal itu disebabkan adanya berbagai faktor yang

menghambat penerjemahan sikap individu yang sebenarnya ke dalam


17

pernyataan-pernyataan yang terdiri atas kalimatkalimat yang maknanya

terbatas (Azwar, 2005).

Proses perilaku, termasuk didalamnya keterampilan yang

menunjukkan bahwa proses kognisi dimulai dengan sikap seseorang

terhadap rangsangan yang datang dari luar. Apa yang diterima olehnya

memperoleh arti melalui proses belajar (pelatihan), yaitu membandingkan

pengalaman masa lampau dengan apa yang sedang diamatinya. Melalui

proses belajar, individu membandingkan beberapa kemungkinan pilihan

cara pemecahannya, untuk kemudian sampai kepada pilihan tertentu. Pilihan

tersebut itulah yang nantinya akan tercermin pada perilaku dan tindakan

yang nyata. Tindakan ini selanjutnya menjadi dasar pengetahuannya dalam

melakukan proses sikap selanjutnya. (Azwar, 2005).

2. Penilaian Sikap

Penilaian sikap mempunyai sejarah panjang dan kompleks dalam

psikologi-sosial, serta tidak dapat diuraikan secara jelas melalui teori. Dapat

dikatakan bahwa untuk tujuan pengukuran secara lisan, banyak peneliti

sepakat bahwa sikap adalah pernyataan kesiapan atau kemampuan yang

timbul ketika bertemunya gaya tertentu dengan rangsangan tertentu.

Sikap ditegaskan dengan keyakinan (komponen kognitif) dan sering

ditampilkan melalui perasaan yang kuat (komponen emosional) dimana juga

merupakan perilaku yang sangat khusus. Banyak aspek khusus dari sikap

dapat dimasukkan dalam penilaian, lebih menarik lagi bahwa nilai yang

akan didapat mempunyai arti sesuatu dari sikap tersebut.


18

Diantara metode-metode penilaian sikap, yang paling sering dilakukan

menurut Azwar (2005) adalah method of summated ratings (metode rating

yang dijumlahkan) yang lebih popular dikenal dengan skala likert. Metode

ini merupakan metode penskala pernyataan sikap yang menggunakan

distribusi respons sebagai dasar penentuan sikap (Achmadi, 2006).

3. Terbentuknya Sikap

Menurut Walgito (2003) terbentuknya sikap tidak dibawa sejak

dilahirkan, tetapi sibentuk sepanjang perkembangan individu yang

bersangkutan, sikap yang ada pada diri seseorang dipengaruhi oleh faktor

internal yaitu faktor fisiologis dan psikologis sedangkan faktor eksternal

dapat berujud situasi yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada

dalam masyarakat, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong.

Semuanya ini akan berpengaruh pada sikap yang ada pada diri seseorang.

Azwar (2005) sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh

individu. Interaksi sosial dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan,

orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga

pendidikan dan lembaga agama serta emosi dalam diri individu.

Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan

sembarangan saja tetapi pembentukan sikap senantiasa berlangsung dalam

interaksi manusia dan berkaitan dengan objek tertentu. Interaksi di dalam

kelompok maupun di luar kelompok dapat mengubah sikap atau membentuk

sikap yang baru (Garungan, 2004). Interaksi di luar kelompok adalah

interaksi dengan hasil buah kebudayaan manusia yang sampai kepadanya


19

melalui media komunikasi seperti surat kabar, radio, telivisi, buku dan

risalah sedangkan interaksi di dalam kelompok yaitu faktor yang ada di

dalam diri pribadinya sendiri yaitu selektivitasnya sendiri, daya pilihannya

sendiri atau minat perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-

pegaruh yang datang dari luar dirinya.

4. Ciri-Ciri Sikap

Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat

mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Sikap mempunyai segisegi

perbedaan dengan pendorong-pendorong lain yang ada dalam diri manusia,

untuk membedakan sikap dengan pendorong-pendorong yang lain,

Ada beberapa ciri atau sifat dari sikap tersebut (Walgito, 2003), yaitu :

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir. Berarti bahwa manusia pada waktu

dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu terhadap sesuatu objek.

b. Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap. Sikap selalu dibentuk

atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek-objek tertentu melalui

proses terhadap objek tersebut.

c. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju pada

sekumpulan objek-objek.

d. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

e. Sikap itu mengandung faktorfaktor perasaan dan motivasi.

Sedangkan Garungan (2004) ciri-ciri sikap meliputi :

a. Tidak dibawa sejak lahir.

b. Dapat berubah-ubah.
20

c. Tidak berdiri sendiri.

d. Dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat berupa kumpulan dari

beberapa hal tertentu.

e. Mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.


21

F. Kerangka Konsep

Dari beberapa pustaka yang ada, maka kerangka konsep penelitian dapat

digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Error:Pengetahuan
Reference source not foundGambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :
Variabel Dependen (Terikat) : Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid
Variabel Independen (Bebas) : Pengetahuan dan Sikap

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Deskriptif

yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

menggambarkan secara sistimatis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau

bidang tertentu (Sastroasmoro & Ismael, 2008). Penelitian ini untuk mengetahui
22

gambaran pengetahuan sikap ibu hamil terhadap kelengkapan imunisasi tetanus

toksoid.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di UPTD Puskesmas Tongauna

Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan 30 oktober tahun 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan di

teliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu

hamil yang berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tongauna Kecamatan

Tongauna Kabupaten Konawe pada bulan Januari-Agustus tahun 2017 yang

berjumlah 312 orang.

21
2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan cara

tertentu hingga dianggap mewakili populasinya (Notoatmodjo, 2010). Pada

penelitian ini sampel diambil dari sebagian ibu hamil yang bertempat

tinggal di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tongauna. Dengan teknik

pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Pengambilan sampel

secara purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan-


23

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau

sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

3. Besar Sampel

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel.

Untuk menentukan jumlah sampel pada penelitian ini diambil 20-25%

karena subjeknya lebih besar atau lebih dari 100 responden (Arikunto,

2010).

Keterangan :
n = 20% x N
n = besaran sampel
N = besaran populasi
Perhitungan besar sampel :

n = 20% x N

= 20% x 312

= 62,4

= 63

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 63 orang.

4. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu hamil yang datang berkunjung pada saat penelitian sedang

berlangsung

2) Bisa baca tulis

b. Kriteria Ekslusi

1) Primigravida trimester 1

2) Ibu hamil yang tidak hadir pada saat penelitian


24

3) Tidak bisa baca tulis

D. Variabel Penelitian

Jenis variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

1. Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Dalam penelitian ini variabel terikat adalah kelengkapan imunisasi TT

ibu hamil.

2. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas pada penelitian ini adalah variabel yang digunakan

sebagai faktor penyebab kelengkapan imunisasi TT ibu hamil, diantaranya

adalah pengetahuan dan sikap ibu.

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif


Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Alat Skala
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Kriteria Ojektif
ukur Ukur
1 2 3 4 5 6
Variabel
Dependen:
Kelengkapan Adalah kelengkapan Wawancara Kuesioner 1. L Nominal
imunisasi status imunisasi engkap: jika
tetanus toksoid tetanus toksoid (TT) selama hamil
yang telah di dapatkan telah mendapat
(TT)
oleh ibu hamil yang imunisasi TT
diperoleh melalui sebanyak 2 kali
wawancara langsung (TT1 dan TT2)
kepada responden. 2. T
idak Lengkap:
jika selama hamil
tidak/ belum
mendapat
25

imunisasi TT
sebanyak 2 kali
(TT1 dan TT2)
(Depkes RI, 2005)
Variabel
Independent:
1. Pengetahuan Kemampuan Wawancara Kuesioner 1. Baik : jika skor Ordinal
responden untuk jawaban76-
menjawab pertanyaan 100%
tentang berbagai 2. Cukup : jika
pengetahuan tentang skor jawaban
imunisasi tetanus 56 - 75%
toksoid (Notoatmodjo, 3. Kurang : jika
2007). skor < 56 %
(Arikunto, 2006)

2. Sikap Adalah reaksi atau Wawancara Kuesioner 1. P Ordinal


respon yang masih ositif : jika skor
tertutup dari jawaban > 50%
seseorang terhadap 2. N
suatu stimulus atau egatif: jika skor
objek. Dalam hal ini jawaban ≤ 50%
respon terhadap (Arikunto, 2006)
imunisasi tetanus
toksoid
(Notoatmodjo,
2007).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dan laporan tentang pribadinya atau hal-

hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner yang diajukan secara tertulis kepada responden

untuk mengumpulkan data yang diperlukan oleh peneliti. Kuesioner yang di

gunakan untuk memperoleh data secara kuantitatif pada penelitian ini adalah

kuesioner tertutup yang terdiri dari: pertanyaan mengenai pengetahuan

responden tentang kelengkapan imunisasi tetanis toksoid (22 pertanyaan), dan

pertanyaan untuk mengukur sikap (10 pertanyaan).


26

G. Tehnik Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari responden dengan wawancara

langsung menggunakan kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti yang

mengacu pada kerangka konsep.


2. Data Sekunder
Merupakan data yang sudah diolah, yang diperoleh peneliti dari

pihak lain dan tempat penelitian dari hasil hasil pencatatan dan pelaporan di

UPTD Puskesmas Tongauna.


Pengumpulan data dilakukan setelah sebelumnya mendapat izin dari

pihak kepala Puskesmas Tongauna untuk mengadakan penelitian. Langkah

pertama pengumpulan data adalah menyeleksi calon responden dengan

berpedoman pada kriteri inklusi dan eksklusi. Setelah mendapatkan

responden yang dikehendaki maka langkah selanjutnya peneliti meminta

persetujuan dari responden dengan memberikan surat persetujuan dan

meminta tanda tangan responden apabila bersedia untuk diteliti. Setelah

mendapat persetujuan kemudian responden diberikan kuesioner dan

menjelaskan cara pengisiannya.


Selama pengisian kuesioner peneliti mendampingi responden dan

juga membantu dalam pengisian kuesioner apabila responden kurang

memahaminya sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dengan

lengkap dan akurat. Peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban dari

kuesioner yang telah diisi responden. Penyebaran kuesioner kepada

responden dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh beberapa orang

yang telah dilatih.


H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data
27

Sebelum dilakukan pengolahan data, variabel penelitian diberikan

skor dengan bobot jawaban pada tiap pilihan jawaban dari pernyataan yang

disediakan. Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan

komputer program SPSS (Statistical Package for Sosial Science) Versi 17.0.

Pengolahan dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

a. Editing

Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan jawaban

kuesioner dan penyesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan

penelitian, hal ini dilakukan di lapangan sehingga apabila terdapat data

yang meragukan ataupun salah maka akan dijelaskan lagi ke responden.

b. Coding

Mengkode data merupakan kegiatan mengklasifikasikan data memberi

kode untuk masing-masing kelas terhadap data yang diperoleh dan

sumber data yang telah diperiksa kelengkapannya.

c. Skoring

Pada tahap ini meliputi nilai untuk masing-masing pertanyaan dan

penjumlahan hasil skoring dari semua pertanyaan Benar skor 1,salah skor

0.

d. Entry

Data yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam komputer.

e. Cleaning
28

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang dimasukan dilakukan

bila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan melihat

distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti.

2. Analisis Data

Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis

kuantitatif yang dimaksudkan untuk menggambarkan karakteristik

responden yang meliputi pendidikan terakhir dan pekerjaan dan lain-lain.

Selain itu, analisis juga digunakan untuk memperoleh gambaran tingkat

pengetahuan dan sikap ibu, serta gambaran status kelengkapan imunisasi TT

ibu hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tongauna Kabupaten

Konawe.

I. Penyajian Data

Penyajian data pada penelitian ini disajikan secara deskriptif dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi. Untuk mendeskripsikan variabel bebas

(pengetahuan dan sikap) dan variabel terikat (kelengkapan imunisasi TT ibu

hamil) dalam bentuk tabel distribusi frekuensi 2 x 3 dan narasi. Analisis

deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui sebaran (distribusi) dari frekuensi

jawaban responden terhadap kuesioner yang telah diisi dan kecenderungannya.

Selanjutnya untuk setiap item yang dijawab diberi nilai sesuai dengan

katagori yang telah ditentukan. Adapun untuk pengolahan data pengetahuan

menggunakan presentase dengan rumus:


29

a
P = X 100 %
b

Keterangan :

P : Persentase

a : Jumlah pertanyaan yang dijawab benar.

b : Jumlah semua pertanyaan.

J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya

rekomendasi dari institusinya atas pihak lain dengan mengajukan permohonan

izin kepda institusi/lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan

barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang

meliputi:

1. Informed Consent
Setiap responden yang ikut dalam penelitian ini diberikan informasi

tentang tujuan penelitian dan diberikan lembar persetujuan agar responden

dapat mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti

selama proses penelitian ini berlangsung. Jika responden bersedia ikut

dalam penelitian ini maka harus menandatangani lembar persetujuan dan

jika responden menolak untuk diwawancara maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati hak responden.


2. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti dan hanya kelompok data tertentu dan sesuai kebutuhan penelitian

yang akan dilaporkan oleh peneliti.


3. Asas Manfaat
30

Pada penelitian ini peneliti akan selalu berusaha memaksimalkan

manfaat dari penelitian yang dilakukan dan meminimalkan kerugian akibat

penelitian ini.
4. Asas Keadilan

Semua responden yang ikut dalam penelitian ini diperlakukan secara

adil dan diberikan hak yang sama.


31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Letak Geografis
Puskesmas Tongauna secara geografis terletak di Kecamatan

Tongauna Kabupaten Konawe dengan luas wilayah Puskesmas Tongauna

yaitu : 139 Km2 , dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :


a. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan anggaberi
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan uepai
c. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan unaaha
d. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan abuki
Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna mempunyai 20 desa atau

Kelurahan. Kondisi Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna sebagian besar

berada di daerah perumahan warga dengan jalur transportasi yang cukup

lancar dari Kota Unaaha Ke kecamatan abuki. Keadaan alam 100%

daratan sedang dan rendah prasarana transportasi : 70% jalan Aspal, 30%

jalan tanah. Mata pencaharian pada umumnya petani 70% , PNS 25 %

,Pedagang 5%. Luas Wilayah Desa sangat beragam.


2. Demografi
a. Jumlah penduduk : 7.010 jiwa
b. Jumlah KK : 1.865 jiwa
c. Jumlah Puskesmas : 1 buah
d. Jumlah Poskesdes : 5 buah
e. Jumlah Desa : 20 buah
f. Jumlah Kelurahan : 1 Kelurahan
3. Data Sarana dan prasarana kesehatan
a. Sarana
Sarana yang tersedia di Puskesmas
30 Tongauna yang dapat di

manfaatkan adalah :
1) Poli Umum : 1 buah
2) Poli KIA : 1 buah
3) Poli Gigi : 1 buah
4) Laboratorium : 1 buah
5) Apotik : 1 buah
32

6) Ruang Imunisasi : 1 buah


7) Ruang Gizi : 1 buah
8) Ruang Kartu : 1 buah
9) Ruang MTBS : 1 buah
10) Ruang Tata Usaha : 1 buah
11) Ruang Kepala Puskesmas : 1 buah
b. Prasarana
Prasarana maupun fasilitas lainnya yang terdapat di Wilayah Kerja

Puskesmas Tongauna antara lain yaitu :


1) Posyandu : 20 buah
2) Poskesdes : 5 buah

c. Tenaga Kesehatan
Yang tenaga kesehatan pada puskesmas tongauna berjumlah 58

orang terdiri dari :


1) Dokter Umum : 2 orang
2) Bidan : 20 orang
3) Perawat : 30 orang
4) Kesling : 3 orang
5) Tenaga Gizi : 2 orang
6) Sanitasi : 1 orang

B. Hasil Penelitian

Berikut ini dipaparkan data yang telah dikumpulkan dalam bentuk

tabel berdasarkan variabel yang diteliti.

1. Kelengkapan imunisasi tetanus toksoid

Tabel. 1
Distribusi Frekuensi Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid Di
Puskesmas Tongauna Tahun 2017
Kelengkapan imunisasi TT N %
Lengkap 55 87,3
Tidak Lengkap 8 12,7
Jumlah 63 100
Sumber : Data Primer, diolah Juli 2017
33

Berdasarkan tabel 1 diatas dari 63 orang responden, terdapat 55

orang (87,3%) yang lengkap imunisasi tetanus toksoid, dan 8 orang

(12,7%) yang tidak lengkap imun isasi tetanus toksoid.

2. Pengetahuan

Tabel. 2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Di Puskesmas Tongauna
Tahun 2017

Pengetahuan N %
Baik 36 57,1
Cukup 16 25,4
Kurang 11 17,5
Jumlah 63 100

sumber : Data Primer, diolah Juli 2017

Berdasarkan tabel 2 diatas dari 63 orang responden, yang

mempunyai pengetahuan baik terdapat 36 orang (57,1%), pengetahuan

cukup 16 orang (25,4%) dan pengetahuan kurang 11 orang (17,5%).

3. Sikap ibu

Tabel. 3
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Di Puskesmas Tongauna Tahun 2017

Sikap N %
Positif 45 71,4
Negatif 18 28,6
Jumlah 63 100
34

Sumber : Data Primer, diolah Juli 2017

Berdasarkan tabel 3 diatas dari 63 orang responden, yang

mempunyai sikap positif terdapat 45 orang (71,4%), dan yang mempunyai

sikap negatif terdapat 18 orang (28,6%).

4. Distribusi Frekuensi Gambaran Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid


Berdasarkan Pengetahuan Ibu Di Puskesmas Tongauna Pada Tahun
2017.
Tabel. 4
Distribusi Frekuensi Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid
Berdasarkan Pengetahuan Ibu Di Puskesmas Tongauna Pada
Tahun 2017
Kelengkapan imunisasi TT
Pengetahuan Tidak Total
Lengkap
Lengkap
N % N % N %
Baik 36 57,1 0 0 36 57,1
Cukup 16 25,4 0 0 16 25,4
Kurang 3 4,8 8 12,7 11 17,5
Total 55 87,3 8 12,7 63 100

Sumber : Data Primer, diolah Juli 2017

Berdasarkan tabel 4 diatas, menunjukan bahwa dari 63 responden, yang

lengkap imunisasi TT yaitu 55 orang (87,3%), dimana 36 orang (57,1%)

mempunyai pengetahuan baik, 16 orang (25,4%) mempunyai pengetahuan

cukup dan sisanya 3 orang (4,8%) mempunyai pengetahuan kurang. Sedangkan

yang tidak lengkap melakukan imunisasi TT yaitu 8 orang (12,7%) yang

mempunyai pengetahuan baik dan pengetahuan cukup tidak ada yang tidak

melakukan imunisasi TT dan yang 8 orang (12,7%) mempunyai pengetahuan

kurang tidak melakukan imunisasi TT.


35

Tabel. 5
Distribusi Frekuensi Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid
Berdasarkan Sikap Ibu Di Puskesmas Tongauna Pada tahun 2017

Imunisasi TT
Total
Sikap Lengkap Tidak Lengkap
N % N % N %
Positif 45 71,4 0 0 45 71,4
Negatif 10 15,9 8 12,7 18 28,6
Total 55 87,3 8 12,7 63 100

Sumber : Data Primer, diolah Juli 2017

Berdasarkan tabel 5 diatas, menunjukan bahwa dari 63 responden,

yang mempunyai sikap positif yaitu 45 orang (71,4%), dimana 45 orang

(71,4%) melalukan imunisasi TT lengkap. Sedangkan sikap negatif yaitu

18 orang (28,6%) yang imunisasi TT lengkap yaitu 10 (15,9%) dan sisanya

8 orang (12,7%) yang imunisasi TT tidak lengkap.

C. Pembahasan
Setelah melakukan pengolahan data sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan di puskesmas tongauna sejak januari 2017, maka secara

terperinci hasil penelitian tersebut dapat dibahas berdasarkan variabel

berikut:

1. Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid


36

Imunisasi TT adalah suntikan vaksin tetanus untuk meningkatkan

kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Rukna

Idanati, 2005).

Berdasarkan tabel 1 diatas dari 63 orang terdapat 55 orang (87,3%)

yang lengkap imunisasi tetanus toksoid, dan 8 orang (12,7%) yang tidak

lengkap imun isasi tetanus toksoid.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan teori yang dijelaskan

diatas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan, hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Alifah Gonoyah

(2008) di Puskesmas Bonorowo menunjukkan faktor pengetahuan

mempunyai koefisien regresi sebesar 0,410 yang berarti bahwa faktor

pengetahuan mempunyai hubungan bermakna dengan cakupan imunisasi

Tetanus Toksoid (r tabel 0,279).

Dan hasil penilitian dapat di simpulkan bahwa ibu hamil di

Puskesmas Tongauna dengan lebih banyakyang melakukan imunisasi

TT.

2. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil “tahu”

pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengelihatan,

pendengaran, penciuman, perasa dan peraba melalui kulit. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (over behavior).


37

Berdasarkan tabel 3 diatas dari 63 orang yang mempunyai sikap

positif terdapat 45 orang (71,4%), dan yang mempunyai sikap negatif

terdapat 18 orang (28,6%).

Berdasarkan tabel 4 diatas, menunjukan bahwa dari 63 responden,

yang lengkap imunisasi TT yaitu 55 orang (87,3%), dimana 36 orang

(57,1%) mempunyai pengetahuan baik, 16 orang (25,4%) mempunyai

pengetahuan cukup dan sisanya 3 orang (4,8%) mempunyai pengetahuan

kurang. Sedangkan yang tidak lengkap melakukan imunisasi TT yaitu 8

orang (12,7%) yang mempunyai pengetahuan baik dan pengetahuan cukup

tidak ada yang tidak melakukan imunisasi TT dan yang 8 orang (12,7%)

mempunyai pengetahuan kurang tidak melakukan imunisasi TT.

Hasil penelitian ini tidak sama dengan yang di lakukan oleh

Neni Hendriani (2012), yang menyebutkan bahwa dari 90 orang yang

mengalami tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai manfaat imunisasi

sebanyak 24,6% dapat digolongkan baik, 54,2% dapat di golongkan

cukup, dan 21,2 % dapat digolongkan kurang.

Dan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa ibu yang

imunisasi TT lengkap yaitu ibu yang memiliki pengetahuan baik

sedangan yang pengetahuannya kurang imunisasi TT tidak lengkap.

3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007).


38

Berdasarkan tabel 3 diatas dari 63 orang yang mempunyai sikap

positif terdapat 45 orang (71,4%), dan yang mempunyai sikap negatif

terdapat 18 orang (28,6%).

Berdasarkan tabel 5 diatas, menunjukan bahwa dari 63 responden,

yang mempunyai sikap positif yaitu 45 orang (71,4%), dimana 45 orang

(71,4%) melalukan imunisasi TT lengkap. Sedangkan sikap negatif yaitu

18 orang (12,7%) yang imunisasi TT lengkap yaitu 10 (15,9%) dan sisanya

8 orang (12,7%) yang imunisasi TT tidak lengkap.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan teori yang

dijelaskan diatas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan, hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

Diah Windiasari (2011), Hasil penelitian ini adalah 20% ibu hamil

memiliki pengetahuan baik, 24,3% ibu hamil memiliki pengetahuan

cukup, dan 55,7% ibu hamil memiliki pengetahuan kurang.

Dan hasil penilitian dapat di simpulkan bahwa ibu yang

memiliki sikap positif lebih banyak melakukan imunisasi TT lengkap

di bandingan ibu yang sikapnya negatif imunisasi TT tidak lengkap.


39

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ibu hamil primigravidarum dari 63 orang terdapat 55 orang (87,3%) yang

lengkap imunisasi tetanus toksoid, dan 8 orang (12,7%) yang tidak

lengkap imun isasi tetanus toksoid.


2. Ibu hamil primigravidarum dari 63 responden, yang lengkap imunisasi TT

yaitu 55 orang (87,3%), dimana 36 orang (57,1%) mempunyai

pengetahuan baik, 16 orang (25,4%) mempunyai pengetahuan cukup dan

sisanya 3 orang (4,8%) mempunyai pengetahuan kurang. Sedangkan yang

tidak lengkap melakukan imunisasi TT yaitu 8 orang (12,7%) yang

mempunyai pengetahuan baik dan pengetahuan cukup tidak ada yang tidak

melakukan imunisasi TT dan yang 8 orang (12,7%) mempunyai

pengetahuan kurang tidak melakukan imunisasi TT.


3. Ibu hamil primigravidarum dari 63 responden, yang mempunyai sikap

positif yaitu 45 orang (71,4%), dimana 45 orang (71,4%) melalukan

imunisasi TT lengkap. Sedangkan sikap negatif yaitu 18 orang (28,6%)

yang imunisasi TT lengkap yaitu 10 (15,9%) dan sisanya 8 orang (12,7%)

yang imunisasi TT tidak lengkap.

B. Saran
40

1. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi TT

perlu adanya kerja sama lintas sektoral antara petugas kesehatan

masyarakat dalam memberikan informasi-informasi dan penyuluhan

tentang kelengkapan imunisasi TT


2. Diharapkan bagi ibu agar bersikap lebih memperhatikan tentang
39
pentingnya kelengkapan imunisasi TT
3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar meningkatkan penelitian dimasa

yang akan datang.


41

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. (2006). Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: PT Kompas Media


Nusantara

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

Azwar, S. (2005). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

BKKBN. (2012). evaluasi program kependudukan dan KB. Jakarta: Direktorat


Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak

BPS, BKKBN, Kemenkes, ORC Marco. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2012. Jakarta.

Depkes RI. (2002). Pedoman operasional program imunisasi di Indonesia, Ditjen


PPM & PLP. Jakarta : Depkes RI

. (2005). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas.


www.lusa.web.id/vaksin-tttetanus-toksoid/. Ditjen PPM & PLP.
Jakarta. Diakses 18 Juni 2015.

. (2011). Buku KIA. http://www.depkes.go.idI/downloads/jica/


cover.pdf. Diakses 20 Juni 2015.

Dinkes Sultra. (2015). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi


Tenggara Tahun 2014. Kendari.

Dinkes Konawe. (2015). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe


Tahun 2014. Konawe.

Garungan, W.A., (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama,

Hartono. (2005). Analisis & Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur


Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis: Yogyakarta.

IDAI. (2009). Kontraindikasi Imunisasi. http://www.idai.or.id/imunisasi/


artikel.asp. Diakses tanggal 19 Juni 2015.

Idanati, R. (2005). TT Pregnancy. http://adln.lib.unair.ac.id. Diakses 20 Juni 2015.

Kasmawati. (2013). Hubungan tingkat pengetahuan, pendidikan, dan informasi


wanita usia subur dengan imunisasi tetanus toksoid di wilayah kerja
puskesmas ule kareng desa doy banda
aceh.http//www.simatkp.uii.ac.id
42

Kemenkes RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta.

. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI

. (2014). Riset Kesehatan Dasar 2013. Kementrian Kesehatan RI,


Jakarta. Diunduh dari: http://www.litbang.depkes.go.id/sites. Diakses
18 Juni 2015.

Kusmiyati, dkk. (2009). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: Rineka


Cipta

. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Prawirohardjo, S. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Proverawati A & Dwi Andini, C.S. (2010). Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta:
Nuha Offset

Ranuh. (2011). Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan


Dokter Anak Indonesia

Sastroasmoro, S & Ismael, S. (2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinik.


Jakarta: Binarupa Aksara

Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: CV. Andi


Offset,

WHO. (2006). Rencana Strategi Penanggulangan Kematian Ibu dan Anak


Departemen Kesehata. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai