Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KB IMPLANT

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONGGEDUKU


KABUPATEN KONAWE
TAHUN 2018

Risma ¹)
²) Akbid Yayasan Pendidikan Konawe
Jl. DII Panjaitan No. 217 Kel. Tuoy Kec. Unaaha Kab. Konawe

ABSTRAK
Pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi pada tahun 2016 di Sulawesi
tenggara yaitu suntik 55,8%, peserta IUD 1,6%, peserta MOP 0,2 %, peserta MOW 0,9%,
peserta KB suntik 3 bulan 6,9%. Pencapaian tertinggi pada suntikan sebesar 55,8%, terendah
pertama adalah MOP 0,2% (Dinkes Sultra, 2016). Menurut BKKBN di Kabupaten konawe tahun
2014 pengguna KB aktif berjumlah 122.452 akseptor. Tahun 2018 di Puskesmas Wonggeduku
dari bulan Januari sampai juli mencapai 1.228 akseptor yaitu pil sebanyak 201 akseptor, Suntik 3
bulan 538 akseptor, Implant 473 akseptor, IUD 10 akseptor, kondom 6 akseptor.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan penggunaan KB implant di Wilayah Kerja Puskesmas Wonggeduku Kabupaten Konawe
Tahun 2018.
Hasil uji analisis chi-square diperoleh P-value lebih kecil dari nilai ɑ 0.05 yakni 0.025
yang berarti Ha diterima yang artinya terdapat hubungan antara pendidikan dengan penggunaan
KB implant. Hasil uji analisis P-value lebih kecil dari nilai ɑ 0.05 yakni 0.013 yang berarti Ha
diterima yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan KB implant.
Hasil uji analisis chi-square diperoleh P-value lebih kecil dari nilai ɑ 0.05 yakni 0.048 yang
berarti Ha diterima yang artinya terdapat hubungan antara umur dengan penggunaan KB implant
di Wilayah Kerja Puskesmas Wonggeduku Kabupaten Konawe Tahun 2018. Ada Hubungan
antara pendidikan, pengetahuan dan umur dengan dengan penggunaan KB implant di Wilayah
Kerja Puskesmas Wonggeduku Kabupaten Konawe Tahun 2018.

Kata Kunci : Akseptor KB, Pendidikan, Pengetahuan, Umur dan KB implant.

PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 penggunaan kontrasepsi
telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di
Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak
signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4%. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di
Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan Amerika latin dan Karibia naik
sedikit dari 66,7% menjadi 67,0% (WHO, 2014).
Menurut Kementrian kesehatan RI tahun 2015 di Indonesia peserta KB baru yang
merupakan PUS (Pasangan Usia Subur) ada 543.115 dan hampir separuhnya menggunakan
metode kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi KB suntik 3 bulan merupakan salah satu kontrasepsi
yang di minati oleh akseptor dari beberapa kontrasepsi hormonal lainnya yang berada di
peringkat ketiga sebesar 617.968 (9,63%) sebelumnya di peringkat pertama yaitu kontrasepsi
suntik sebanyak 3.202.924 (49,93%) dan yang berada di peringkat kedua adalah kontrasepsi Pil
sebanyak 1.690.710 (26,36%) (Kemenkes RI, 2015).
Pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi pada tahun 2016 di Sulawesi
tenggara yaitu suntik 55,8%, peserta IUD 1,6%, peserta MOP 0,2 %, peserta MOW 0,9%,
peserta KB suntik 3 bulan 6,9%. Pencapaian tertinggi pada suntikan sebesar 55,8%, terendah
pertama adalah MOP 0,2% (Dinkes Sultra, 2016).
Menurut BKKBN di Kabupaten konawe tahun 2014 pengguna KB aktif berjumlah
122.452 akseptor. Tahun 2015 mencapai 201.701 akseptor dan pada tahun 2016 berjumlah
228.821 akseptor.
Berdasarkan data yang diperoleh dari buku register keluarga berencana di Puskesmas
Wonggeduku tahun 2018 jumlah PUS sebanyak 2524 pasangan. Tahun 2018 bulan Januari
sampai juli mencapai 1.228 akseptor yaitu pil sebanyak 201 akseptor, KB suntik 3 Bulan
sebanyak 538 akseptor, Implant sebanyak 473 akseptor, IUD 10 akseptor, kondom sebanyak 6
akseptor (Puskesmas Wonggeduku, 2018).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan dengan wawancara langsung
pada 10 ibu Pus di puskesmas wonggeduku didapatkan data ada 3 diantaranya yang
menggunakan KB implant dan 6 ibu menggunakan KB suntik dan 1 orang ibu menggunakan
KB Pil. Dari data wawancara diatas kita bisa melihat bahwa masih banyak ibu yang memilih
menggunakan KB selain implant, hal ini dikarekan kurangnya pengetahuan ibu mengenai KB
implat.
Berdasarkan data diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “Faktor-
faktor yang berhubungan dengan penggunaan KB implant di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonggeduku Kabupaten Konawe Tahun 2018”.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN


Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik kuantitatif yaitu penelitian untuk
memperoleh data berupa angka. Pendekatan studi cross sectional adalah penelitian yang
dilakukan pada satu waktu dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen (Sugiyono, 2015). Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah 1.228 akseptor (data pada bulan Januari – Juli 2018) dengan jumlah sampel
yaitu 93 responden menggunakan teknik Simple Random Sampling.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Wonggeduku pada bulan Oktober
2018. Jumlah sampel pada penelitian ini ada 93 responden. Analisis data menggunakan
komputer dan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) dengan hasil
sebagai berikut :
a. Akseptor KB
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Akseptor KB di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonggeduku Tahun 2018
No Akseptor KB N %
1 Ya 67 72.0
2 Tidak 26 28.0
Jumlah 93 100
Sumber : Data Primer 2018
Tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi responden yang
menggunakan KB implant sebanyak 67 (72.0%) responden sedangkan yang tidak
menggunakan KB implant sebanyak 26 (28.0%) responden.
b. Pendidikan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonggeduku Tahun 2018
No Pendidikan Jumlah %
1 Pendidikan Tinggi 53 57.0
2 Pendidiakn Rendah 40 43.0
Jumlah 93 100
Sumber : Data Primer 2018
Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi responden yang memiliki
pendidikan tinggi sebanyak 53 (57.0%) responden sedangkan yang memiliki
pendidikan rendah sebanyak 40 (43.0%) responden.
c. Pengetahuan
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonggeduku Tahun 2018
No Pendidikan Jumlah %
1 Pengetahuan Baik 26 28.0
2 Pengetahuan Cukup 40 43.0
3 Pengetahuan Kurang 27 29.0
Jumlah 93 100
Sumber : Data Primer 2018
Tabel 4 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi responden yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 26 (28.0%) responden dan yang memiliki pengetahuan
cukup sebanyak 40 (43.0%) responden sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang
sebanyak 27 (29.0) responden.
d. Umur
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Umur di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonggeduku Tahun 2018
No Pendidikan n %
1 Umur Menunda 18 19.4
2 Umur Mengatur 62 66.7
3 Umur Mengakhiri 13 14.0
Jumlah 93 100
Sumber : Data Primer 2018
Tabel 5 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi responden yang memiliki
umur menunda sebanyak 18 (19.4%) responden dan yang memiliki umur mengatur
sebanyak 62 (66.7%) responden sedangkan yang memiliki pengeumur mengakhiri
sebanyak 13 (14.0) responden.
2. Analisa Bivariat
Uji analisis statistik yang digunakan adalah uji chi-square pada tingkat
kepercayaan (ɑ=0.05).
a. Hubungan pendidikan dengan penggunaan KB implant di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonggeduku Kabupaten Konawe Tahun 2018
Tabel 6 Hubungan pendidikan dengan penggunaan KB
implant di Wilayah Kerja Puskesmas Wonggeduku
Kabupaten Konawe Tahun 2018
Pendidikan
Jumlah Nilai
No Akseptor KB Tinggi Rendah P-Value
n % n % N %
1 Ya 43 46.24 24 25.81 67 67.0
2 Tidak 10 10.75 16 17.20 26 26.0 ρ=0.044
Jumlah 53 56.99 40 43.01 93 100
Sumber : Data Primer 2018
Hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 67 Akseptor KB
implant yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 43 (46.24%) responden dan 24
(25.81%) yang memiliki pendidikan rendah. Sedangkan dari 26 responden yang
bukan akseptor KB implant yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 10 (10.75%)
responden dan 16 (17.20%) yang memiliki pendidikan rendah.
Hasil uji analisis chi-square diperoleh P-value lebih kecil dari nilai ɑ 0.05
yakni 0.044 yang berarti Ha diterima yang artinya terdapat hubungan antara
pendidikan dengan penggunaan KB implant di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonggeduku Kabupaten Konawe Tahun 2018.
b. Hubungan pengetahuan dengan penggunaan KB implant di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonggeduku Kabupaten Konawe Tahun 2018
Tabel 7 Hubungan pengetahuan dengan penggunaan KB
implant di Wilayah Kerja Puskesmas Wonggeduku
Kabupaten Konawe Tahun 2018
Pengetahuan
Akseptor Jumlah Nilai
No Baik Cukup Kurang
KB P-Value
n % n % n % N %
1 Ya 15 16.13 27 29.03 25 26.88 67 72.04
2 Tidak 11 11.83 13 13.98 2 2.15 26 27.96 ρ=0.013
Jumlah 26 27.96 40 43.01 27 29.03 93 100
sumber : Data Primer 2018
Hasil penelitian pada tabel 7 menunjukkan bahwa dari 67 Akseptor KB
implant yang memiliki pengetahuan baik terdapat 15 (16.3%) responden dan 27
(29.03%) yang memiliki pengetahuan cukup dan 25 (26.88) responden yang memiliki
pengetahuan kurang. Sedangkan dari 26 responden yang bukan akseptor KB implant
yang memiliki pengetahuan baik terdapat 11 (11.83%) responden dan 13 (13.98%)
yang memiliki pengetahuan cukup dan 2 (2.15%) responden yang memiliki
pengetahuan kurang.
Hasil uji analisis chi-square diperoleh P-value lebih kecil dari nilai ɑ 0.05
yakni 0.013 yang berarti Ha diterima yang artinya terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan penggunaan KB implant di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonggeduku Kabupaten Konawe Tahun 2018.
c. Hubungan umur dengan penggunaan KB implant di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonggeduku Kabupaten Konawe Tahun 2018
Tabel 8 Hubungan umur dengan penggunaan KB implant di
Wilayah Kerja Puskesmas Wonggeduku Kabupaten
Konawe Tahun 2018
Umur
Akseptor Jumlah Nilai
No Menunda Mengatur Mengakhiri
KB P-Value
n % n % n % N %
1 Ya 12 12.90 49 52.69 6 6.45 67 72.04
2 Tidak 6 6.45 13 13.98 7 7.53 26 27.96 ρ=0.048
Jumlah 18 19.35 61 66.67 13 13.98 93 100
sumber : Data Primer 2018
Hasil penelitian pada tabel 8 menunjukkan bahwa dari 67 Akseptor KB
implant yang memiliki umur menunda terdapat 12 (162.90%) responden dan 49
(52.69%) yang memiliki umur mengatur dan 6 (6.45%) responden yang memiliki
umur mengakhiri. Sedangkan dari 26 responden yang bukan akseptor KB implant
yang memiliki umur menunda terdapat 6 (6.45%) responden dan 13 (13.98%) yang
memiliki umur mengatur dan 7 (7.53%) responden yang memiliki umur mengakhiri.
Hasil uji analisis chi-square diperoleh P-value lebih kecil dari nilai ɑ 0.05
yakni 0.048 yang berarti Ha diterima yang artinya terdapat hubungan antara umur
dengan penggunaan KB implant di Wilayah Kerja Puskesmas Wonggeduku
Kabupaten Konawe Tahun 2018.
B. Pembahasan
Setelah melakukan pengelolahan data sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan
di Wilayah Kerja Puskesmas Wonggeduku tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunakan KB implant di Wilayah Kerja Puskesmas Wonggeduku Kabupaten Konawe
Tahun 2018, yang berlangsung pada bulan Oktober tahun 2018 maka secara terperinci hasil
penelitian tersebut dapat dibahas berdasarkan variabel yang diteliti.
a. Hubungan pendidikan dengan penggunaan KB implant di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonggeduku Kabupaten Konawe Tahun 2018
Hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan bahwa dari 67 Akseptor KB implant
yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 43 (46.24%) responden dan 24 (25.81%) yang
memiliki pendidikan rendah. Sedangkan dari 26 responden yang bukan akseptor KB
implant yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 10 (10.75%) responden dan 16
(17.20%) yang memiliki pendidikan rendah.
Hasil uji analisis chi-square diperoleh P-value lebih kecil dari nilai ɑ 0.05 yakni
0.044 yang berarti Ha diterima yang artinya terdapat hubungan antara pendidikan dengan
penggunaan KB implant di Wilayah Kerja Puskesmas Wonggeduku Kabupaten Konawe
Tahun 2018.
Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat
kesehatan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima informasi yang
diterima. Konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Latar
belakang pendidikan seorang ibu sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu.
Semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah ibu mendapatkan informasi
(Notoatmodjo, 2013).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Beyna Handayani
dna Nur Indah Rahmawati (2014) dengan judul “Tingkat Pendidikan PUS Berhubungan
dengan Pemilihan Jenis Alat Kontrasepsi tetapi Tidak Berhubungan dengan
Keikutsertaan KB di Desa Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta” yang mana hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan seseorang
dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta
dengan nilai chi-square 0.021 yang mana lebih kecil dari pada nilai 0.05.
Menurut peneliti Seorang ibu dengan pendidikan yang tinggi memiliki informasi
cukup dalam pelaksanaan keluarga berencana yang berhasil sehingga dapat membatasi
jumlah anak dan dapat menunda kehamilan apabila menikah diusia muda. Pendidikan
banyak menentukan sikap dan tindakan dalam menghadapi masalah misalnya kesediaan
menjadi peserta keluarga, termasuk pengaturan makanan bagi ibu hamil. Anak-anak yang
mempunyai ibu berpendidikan tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta tumbuh
kembang yang baik.
b. Hubungan pengetahuan dengan penggunaan KB implant di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonggeduku Kabupaten Konawe Tahun 2018
Hasil penelitian pada tabel 7 menunjukkan bahwa dari 67 Akseptor KB implant
yang memiliki pengetahuan baik terdapat 15 (16.3%) responden dan 27 (29.03%) yang
memiliki pengetahuan cukup dan 25 (26.88) responden yang memiliki pengetahuan
kurang. Sedangkan dari 26 responden yang bukan akseptor KB implant yang memiliki
pengetahuan baik terdapat 11 (11.83%) responden dan 13 (13.98%) yang memiliki
pengetahuan cukup dan 2 (2.15%) responden yang memiliki pengetahuan kurang.
Hasil uji analisis chi-square diperoleh P-value lebih kecil dari nilai ɑ 0.05 yakni
0.013 yang berarti Ha diterima yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan penggunaan KB implant di Wilayah Kerja Puskesmas Wonggeduku Kabupaten
Konawe Tahun 2018.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Refy Rusiana (2017)
dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Pada Ibu Pasangan
Usia Subur Dengan Sikap Ibu Dalam Pemilihan Kontrasepsi di Donowarih Karangploso
MALANG” dengan hasil penelitian yaitu terdapat hubungan tingkat pengetahuan tentang
kontrasepsi pada ibu pasangan usia subur dengan sikap ibu dalam pemilihan kontrasepsi
di Donowarih Karangploso Malang” dengan keeratan nilai p value = 0,017 sehingga
dapat disimpulkan p value = 0,008< α (0,05).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap suatu objek dari indra yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2012).
Menurut peneliti tinggi rendahnya pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor, salah satunya adalah informasi. Informasi yang diterima baik dari media
masa maupun media cetak tentunya dapat membatu individu dalam mengetahui tentang
kontrasepsi. Tingkat pengetahuan yang baik dan cukup pada responden tentunya
memiliki banyak faktor penyebabnya. Misalnya faktor tingkat pendidikan, informasi,
dan lingkungan. Setiap individu memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda.
Sebelum individu mengetahui tentang kontrasepsi, individu hanya memiliki sikit
pengetahuan tentang hal tersebut. Dengan adanya televisi dan media cetak lainnya maka
Informasi yang didapatkan oleh responden smakin bertambah. Individu mengetahuai
secara umun saja, misalnya individu mengetahuai tentang pengertian kontrasepsi saja,
tetapi tidak mengetahui benar apa yang tujuan dan dampak setelah malakukan program
KB. Media masa tentunya berpengaruh pada tingkat pengetahuan responden. Jika
responden mendapat informasi dari televisi, radio dan media cetak lainnya seperti koran
dan majah tentang kesehatan maka dapat dikatakan tingkat pengetahuan bias menjadi
lebik baik untuk memahami tentang kontraspsi.
Pendapat diatas dibenatkan oleh Erfandi (2009), informasi yang diperoleh baik
dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(imediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Majunya teknologi akan tersedia bermacammacam media masa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,
dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa
pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi pengetahuan terhadap
hal tersebut.
c. Hubungan umur dengan penggunaan KB implant di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonggeduku Kabupaten Konawe Tahun 2018
Hasil penelitian pada tabel 8 menunjukkan bahwa dari 67 Akseptor KB implant
yang memiliki umur menunda terdapat 12 (162.90%) responden dan 49 (52.69%) yang
memiliki umur mengatur dan 6 (6.45%) responden yang memiliki umur mengakhiri.
Sedangkan dari 26 responden yang bukan akseptor KB implant yang memiliki umur
menunda terdapat 6 (6.45%) responden dan 13 (13.98%) yang memiliki umur mengatur
dan 7 (7.53%) responden yang memiliki umur mengakhiri.
Hasil uji analisis chi-square diperoleh P-value lebih kecil dari nilai ɑ 0.05 yakni
0.048 yang berarti Ha diterima yang artinya terdapat hubungan antara umur dengan
penggunaan KB implant di Wilayah Kerja Puskesmas Wonggeduku Kabupaten Konawe
Tahun 2018.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wa Ode Dita
Arliana dkk (2013) “Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi
Hormonal Pada Akseptor Kb Di Kelurahan Pasarwajo Kecamatan Pasarwajo Kabupaten
Buton Sulawesi Tenggara” Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara umur ibu
sekarang dengan penggunaan kontrasepsi hormonal. Adapun kekuatan hubungan antara
umur ibu sekarang dengan penggunaan kontrasepsi hormonal adalah lemah. Adanya
hubungan antara umur ibu sekarang dengan penggunaan metode kontrasepsi hormonal
pada akseptor KB diasumsikan bahwa akseptor KB telah mengetahui pola penggunaan
kontrasepsi yang rasional yaitu pemilihan kontrasepsi disesuaikan dengan fase umur.
Pada umur < 20 tahun atau > 30 tahun, peserta KB pada umumnya memilih kontrasepsi
yang memiliki efektivitas yang tinggi seperti AKDR, pil, suntik. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Tunnisa (2010) di Soppeng dan Zainuddin (2012)
di Pangkep yang menemukan adanya hubungan antara umur ibu dengan penggunaan
kontrasepsi.
Umur adalah lamanya seseorang hidup yang dihitung berdasarkan ulang tahun
terakhir. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja. Dengan bertambahnya umur seseorang maka
kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam
memeriksakan, juga mengetahui akan pentingnya Pengguna KB Suntik. Semakin muda
umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan payudara sendiri
(Notoatmodjo, 2013).
Menurut peneliti semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan
semakin membaik dan bertambah.

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara. Sulawesi
Tenggara: Dinkes Provinsi.
Profil Puskesmas Wonggeduku. 2018. Jumlah Pasangan Usia Subur dan KB Aktif. Konawe:
Puskesmas Wonggeduku.
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
.2013. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R &
D). Bandung: Penerbit CV. Alfabeta.
World Health Organization (WHO). 2014. Plannnig Family Or Contraseption.

Anda mungkin juga menyukai