Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penilaian Semester Empat

Disusun Oleh :

Alfi Aining Fauzi (P27220018131)

Ika Nur Rahmawati (P27220018139)

Lilis Anggraini (P27220018143)

Viera Restuani (P27220018168)

Wijiyani Kusumaningrum (P27220018172)

Yosti Dewi Fortuna (P27220018174)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat
atau terus-menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah
termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti
apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan
jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
penderita skizofrenia. Kesehatan jiwa atau mental didefinisikan sebagai
keadaan baik di mana setiap individu menyadari potensi dirinya sendiri, dapat
mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan
bermanfaat, serta dapat memberikan kontribusi untuk dirinya atau
masyarakatnya (WHO, 2014). Pada tahun 2012, hasil survey World Health
Organization (WHO) menunjukkan bahwa sekitar 450 jiwa penduduk di
seluruh dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa, hal ini berarti bahwa
jumlah penduduk dunia 10% nya mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Kenyataan serupa ditunjukkan dengan adanya laporan dari hasil riset bank
dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan bahwa penyakit
yang merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai angka 8,1 % yang
merupakan angka tertinggi dibanding presentasi penyakit lain (Anindita, 2012).
Data dari World Health Organization (WHO). Data dari World Health
Organization (WHO) menunjukkan bahwa Skizofrenia merupakan penyakit
mental berat yang mempengaruhi lebih dari 21 juta orang di dunia (WHO,
2016). Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang ditandai dengan
disorganisasi pola pikir yang signifikan dan dimanifestasikan dengan masalah
komunikasi dan kognisi; gangguan persepsi terhadap realitas yang
dimanifestasikan dengan halusinasi dan waham; dan terkadang penurunan
fungsi yang signifikan (O'Brien, Kennedy, & Ballard, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan waham?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi waham?
3. Bagaimana proses terjadinya waham?
4. Apa saja jenis-jenis waham?
5. Bagaimana pohon masalah waham?
6. Apa saja tanda dan gejala pasien yang mengalami waham?
7. Apa saja tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien waham.
8. Bagaimana penatalaksanaan medis pasien waham?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian waham.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi waham.
3. Untuk mengetahui proses terjadinya waham.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis waham.
5. Untuk mengetahui pohon masalah waham.
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala pasien yang mengalami waham.
7. Untuk mengetahui tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
waham.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pasien waham.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan
dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis.
Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati,
2010). Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan
berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan
menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan
psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada
isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi
kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam hidupnya.
Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan perasaan
bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan alasan atau
logika (Kusumawati, 2010). Pada kasus-kasus skizofrenia dengan prilaku
waham, individu mencoba berprilaku sesuai dengan jenis waham yang
diyakininya dengan mengaku bahwa dia memiliki kekuatan yang lebih,
terkenal, berkuasa dan klien cendrung membesar-besarkan dirinya. Apabila
waham tersebut tidak segera ditanggulangi, dapat menyebabkan individu
mengalami penarikan diri dari hubungan sosial (Pieter, Janiwarti & Saragih,
2011).
Keliat (2010) mendefinisikan waham sebagai suatu keyakinan yang salah
yang dipertahankan secara kuat/terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Waham adalah keyakinan palsu didasarkan kepada kesimpulan
yang salah tentang eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar
belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan.(Vita,2010)
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat
atau terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah
termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti
apa yang ada didalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan
jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik yang sering ditemukan
pada penderita skizofrenia.(Yusuf dkk,2015). Waham atau delusi merupakan
keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus luar yang cukup dan mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut: tidak realistik, tidak logis, menetap, egosentris,
diyakini kebenarannya oleh penderita, tidak dapat dikoreksi, dihayati oleh
penderita sebagai hal yang nyata, penderita hidup dalam wahamnya itu,
keadaan atau hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian sosiokultural
setempat. (Amanda, 2017)

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAHAM


1. Faktor Predisposisi
Menurut Direja (2011), faktor predisposisi dari gangguan isi pikir, yaitu:
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel
di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
e. Faktor genetic
2. Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir: waham,
yaitu :
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.

C. PROSES TERJADINYA WAHAM


1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu
terjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak
memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat
ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon
genggam.
2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita,
malu, dan tidak berharga.
3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia
yakini atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan,
dan tidak sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi
pasien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
dianggap penting, dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien tidak merugikan orang
lain.
4. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan
pasien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu
kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (superego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan
yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan
dengan kejadian traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
D. JENIS-JENIS WAHAM
Menurut Direja (2011) dan Azizah (2011), adapun jenis-jenis waham, yaitu :
a. Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus
atau berlebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
c. Waham Curiga
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
d. Waham Somatik
Keyakinan  seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
e. Waham Nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
f.  Waham Dosa
Keyakinan klien terhadap dirinya telah atau selalu salah atau berbuat dosa
atau perbuatannya tidak dapat diampuni lagi.
g.  Waham yang bizar terdiri dari:
1) Sisp pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain
disisipkan ke dalam pikiran dirinya.
2)  Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinya
dipakai oleh/disampaikan kepada orang lain mengetahui apa yang ia
pikirkan meskipun ia tidak pernah secara nyata mengatakan pada orang
tersebut.
3) Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa pikiran,
emosi dan perbuatannya selalu dikontrol/dipengaruhi oleh kekuatan di
luar dirinya yang aneh.

E. POHON MASALAH

F. TANDA DAN GEJALA WAHAM


Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi piker, bentuk dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
2. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi.
3. Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respon emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi
berlebihan, ambivalen.
4. Fungsi motorik
Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, strereotipik gerakan
yang diulang-ulang , tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas,
katatonia.
5. Fungsi sosial kesepian
Isolasi sosial, manarik diri dan harga diri rendah.
6. Dalam tatanan keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering muncul
adalah gangguan isi piker :waham dan PSS :halusinasi.

Tanda dan gejala pada pasien waham menurut Direja (2011), yaitu:

1. Terbiasa menolak makan.


2. Tidak ada perhatian pada perawatan diri.
3. Ekspresi wajah sedih dan ketakutan.
4. Gerakan tidak terkontrol.
5. Mudah tersinggung.
6. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan.
7. Menghindar dari orang lain.
8. Mendominasi pembicaraan.
9. Berbicara kasar.
10. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
Tanda dan gejala waham yaitu :
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Stereotipe
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

(Yusuf dkk, 2015)

G. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan tindakan:
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) Pasien menggunakan obat dengan teratur
b. Tindakan keperawatan:
1) Bina hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji
pasien dengan waham,Anda harus membina hubungan saling
percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman
saat berinteraksi dengan Anda. Tindakan yang harus Anda
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya
adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik, Berjabat tangan
b) Menjelaskan tujuan interaksi
c) Membuat kontrak topik,waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien

2) Bantu orientasi realita


a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d. Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan
tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien
berhenti membicarakannya.
e. Fokuskan pembicaraan pada realitas,(misalnya memanggil
nama pasien),menjelaskan hal yang sesuai relita
f. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai
dengan realita
3) Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan,rasa takut,dan marah
4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien
5) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
6) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7) Berdiskusi tentang obat yang diminum
8) Melatih minum obat yang benar

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga


a. Tujuan :
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi
kebutuhan yang dipenuhi oleh wahamnya
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien
secara optimal

b. Tindakan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat
pasien di rumah.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami
pasien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang :
a. Cara merawat pasien waham di rumah
b. Follow up dan keteraturan pengobatan
c. Lingkungan yang tepat untuk pasien
4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat,
dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
5) Diskusikan dengan keluarga tentang kondisi pasien yang
memerlukan konsultasi segera
6) Latih cara merawat
7) Latih keluarga perawatan lanjutan untuk pasien

(Kelliat,2014)

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Psikofarmakologi.
2. Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik low potensial.
3. Penarikan dii high potensial.
4. ECT tipe katatonik.
5. Psikoterapi.
6. Perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga dan terapi suportif.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
WAHAM

1. Pengkajian
a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1. Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal
pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak
barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri.
2. Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara
menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan
melempar barang-barang.
b. Kerusakan komunikasi : verbal
1. Data subjektif
  Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
2. Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang
didengar dan kontak mata kurang
c. Perubahan isi pikir : waham (..)
1. Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengkaji waham :
a. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang
diungkapkan dan menetap?
b. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau
apakah pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau
kesehatannya?
c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda
disekitarnya aneh dan tidak nyata?
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar
tubuhnya?
e. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh
orang lain?
f. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya
dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar?
g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik
atau kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat
membaca pikirannya?
2. Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat
waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah
klien tegang, mudah tersinggung
d. Gangguan harga diri rendah
1. Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri
2. Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

2. Diagnosa Keperawatan
a.    Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b.    Kerusakan komunikasi : verbal
c.    Perubahan isi pikir : waham

3. Intervensi
a. Diagnosa Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbal berhubungan
dengan waham
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
2. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
1. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik,
perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik,
waktu, tempat).
2. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan
perawat menerima keyakinan klien “saya menerima
keyakinan anda” disertai ekspresi menerima, katakan
perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan
empati, tidak membicarakan isi waham klien.
3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan
terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan
klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan
dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian
dan perawatan diri.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis.
2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat ini yang realistis.
3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan
untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas
sehari hari dan perawatan diri).
4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan
sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada
klien bahwa klien sangat penting.
c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak
terpenuhi
Tindakan :
1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik
selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit,
cemas, marah)
3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan
klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika
mungkin).
5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
d. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang
lain, tempat dan waktu).
2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi
realitas.
3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan
klien
e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
1. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis,
frekuensi, efek dan efek samping minum obat
2. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar
(nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
3. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat
yang dirasakan
4. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
f. Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
1. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga
tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan
keluarga dan follow up obat.
2. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.

b. Diagnosa Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan


lingkungan berhubungan dengan waham
1. Tujuan Umum:
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati,
sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
4. Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak
menjawab.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan
bermusuhan klien dengan sikap tenang.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan
dirasakan saat jengkel/kesal.
2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
3. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang
dialami klien.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Tindakan:
1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
3. Tanyakan “apakah dengan cara yang dilakukan
masalahnya selesai?”
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang
digunakan.
3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan.
Tindakan :
1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas
dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal /
kasur.
3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau
kesal / tersinggung
4. Secara spiritual : berdo’a, sembahyang, memohon kepada
Tuhan untuk diberi kesabaran.
g. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku
kekerasan.
Tindakan:
1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai
dalam simulasi.
5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat
jengkel / marah.
h. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
melalui pertemuan keluarga.
2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
i. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis,
frekuensi, efek dan efek samping)
2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar
(nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping
obat yang dirasakan.

c. Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham ( …….. )


berhubungan dengan harga diri rendah
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien
akan meningkat harga dirinya.
2. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,
perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu,
tempat dan topik pembicaraan)
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
4. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang
yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu
menolong dirinya sendiri
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Tindakan :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis
3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan
setelah pulang ke rumah
d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan
kemampuan
Tindakan :
1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
2. Beri pujian atas keberhasilan klien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Waham atau delusi merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus
luar yang cukup dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tidak realistik, tidak
logis, menetap, egosentris, diyakini kebenarannya oleh penderita, tidak dapat
dikoreksi, dihayati oleh penderita sebagai hal yang nyata, penderita hidup
dalam wahamnya itu, keadaan atau hal yang diyakini itu bukan merupakan
bagian sosiokultural setempat. (Amanda, 2017). Tanda dan gejala pada pasien
waham menurut Direja (2011), yaitu terbiasa menolak makan, tidak ada
perhatian pada perawatan diri, mudah tersinggung. menghindar dari orang
lain ,berbicara kasar.

B. Saran
Sebaiknya pasien yang mengalami waham itu harus di support keluarganya
agar keadaannya bisa membaik. Untuk itu sebagai orang awan kita harus
mengetahui tanda dan gejala orang yang mengalami waham.
DAFTAR PUSTAKA

Amanda,Neola.2017.“Pasien dengan Halusinasi dan Waham Bizarre”.


http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/viewFile/745/
pdf diakses pada tanggal 18 Februari 2019
Camellia,Vita.2010.Waham Secara Klinik.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/
123456789/3393/10E00570.pdf?sequence=1&isAllowed=y diakses pada
tanggal 18 februari 2019
Kelliat,Budi Anna.2014.Keperawatan Kesehatan Jiwa komunitas : CMHN (Basic
Course).Jakarta:EGC
Yusuf,AH dkk.2015.Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta:Penerbit
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai