Disusun oleh:
DAFFYA ISLAMATUZ ZAHRO’
P27220022213
A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang akan
ditandai dengan kenaikan glukosa dalam darah yang diakibatkan karena
penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau gangguan resistensi
insullin (International Diabetes Federation, 2015).
Hipoglikemia merupakan suatu keadaan penurunan konsentrasi glukosa
serum dengan atau tanpa adanya gejala sistem autonom dan neuroglikopenia.
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah <70 mg/dl
(<4,0mmol/L) dengan atau adanya whipple’s triad, yaitu terdapat gejala-
gejala hipoglikemia, seperti kadar glukosa darah yang rendah, gejala
berkurang dengan pengobatan. Hipoglikemia sering dialami oleh pasien DM
tipe 1, diikuti oleh pasien DM tipe 2 yang diterapi dengan insulin dan
sulfonilurea (Rusdi, 2020).
Hipoglikemia merupakan keadaan kegagalan di dalam darah untuk
mencapai batas normal glukosa dalam darah (Kedia, 2015). Hipoglikemia
merupakan keadaan dimana kadar glukosa dalam darah <70 mg/dl (American
Diabetes Association, 2016).
B. Klasifikasi
Menurut Yale, et all dan Paluchamy dalam Rusdi (2020) tingkat keparahan
penderita hipoglikemia dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Ringan
Rentang glukosa darah adalah 54 - 70 mg/dl. Terdapat gejala autonom,
yaitu tremor, palpitasi, gugup, takikardi, berkeringat, dan rasa lapar.
Pasien dapat mengobati sendiri.
2. Sedang
Rentang glukosa darah adalah 40 - 54 mg/dl.Terdapat gejala autonom dan
neuroglikopenia, seperti bingung, rasa marah, kesulitan konsenterasi, sakit
kepala, lupa, mati rasa pada bibir dan lidah, kesulitan bicara, mengantuk
dan pandangan kabur. Pasien dapat mengobati sendiri.
3. Berat
Glukosa darah kurang dari 40 mg/dl. Terjadi kerusakan sistem saraf pusat,
dengan gejala perubahan emosi, kejang, stupor, atau penurunan
kesadaran. Pasien membutuhkan bantuan orang lain untuk pemberian
karbohidrat, glukagon, atau resusitasi lainnya. Bisa terjadi ketidaksadaran
pasien.
C. Etiologi
Etiologi hipoglikemia menurut Purnamasari dan Arsana (2012),
hipoglikemia umum terjadi pada pasien DM yang sedang mengkonsumsi obat
anti diabetes (OAD) atau insulin. Selain itu, hipoglikemia juga disebabkan
oleh beberapa penyakit seperti insulinoma, penyakit kritis disertai gagal
organ, sepsis, defisiensi hormon , penyakit metabolik turunan dan operasi
prior gastric. Etiologi hipoglikemia dibagi berdasarkan penyebab
hipoglikemia puasa dan hipoglikemia reaktif.
1. Pengkajian
Musliha (2010) menjelaskan pengkajian awal keperawatan gawat
darurat merupakan tahap awal yang sangat penting dengan
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan pasien dan penyakit
pasien untuk menentukan rencana keperawatan selanjutnya. Umumnya
diawali dari identitas pasien, dilanjutkan pengkajian primer dan
pengkajian sekunder.
a. Pengkajian primer
Pengkajian primer dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain:
1) Pengkajian airway
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui gangguan kepatenan
saluran napas. Pengkajian ini umumnya dilakukan dengan
melihat adanya sumbatan saluran napas atau dengan
mendengarkan kejernihan suara napas. Adapun yang perlu
diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien adalah:
a) Kaji kepatenan jalan napas pasien. Apakah pasien dapat
berbicara atau bernapas dengan bebas.
b) Kaji adanya tanda-tanda obstruksi jalan napas pada pasien
seperti snoring atau gurgling, stridor, agitasi, penggunaan
otot bantu pernafasan, dan sianosis.
c) Kaji tenggorokan pasien, apakah terdapat kemerahan dan
bengkak yang mengindikasikan adanya infeksi atau
peradangan jalan napas.
2) Pengkajian breathing
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui status pernapasan
pasien baik keadekuatan pola napas maupun frekuensi pernapasan.
Adapun yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada
pasien antara lain:
a) Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah
ditemukan tanda-tanda berikut : sianosis, fail chest,
penggunaan otot bantu pernafasan, sucking chest wound.
b) Perkusi untuk menentukan apakah paru-paru dipenuhi
cairan, lendir dan darah.
c) Auskultasi untuk adanya suara abnormal saat pernapasan.
Pada pasien asma bronchial ditemukan suara whezzing saat
auskultasi yang menandakan penyempitan bronkus.
d) Look, listen, feel lakukan penilaian untuk ventilasi dan
oksigenasi pasien. Lihat pergerakan dada (look), dengar
napas pasien (listen), dan rasakan udara ekspirasi pasien
(feel). Bila pasien tidak dapat bernafas maka segera berikan
bantuan napas atau oksigen dengan alat bantu napas.
3) Pengkajian circulation
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui status sirkulasi pasien.
Pengkajian ini meliputi pemeriksaan denyut nadi, warna dan
temperatur kulit, capillary refill time, dan pengkajian terhadap
adanya tanda perdarahan internal maupun eksternal.
4) Pengkajian level of consiousness and disability
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala
Alert, Verbal, Pain, Unresponsive (AVPU). Pengkajian AVPU
meliputi:
a) Alert (A), jika pasien sadar dan berorientasi dengan baik.
b) Verbal (V), jika pasien memberikan respon terhadap
rangsangan suara
c) Pain (P), jika pasien memberikan respon terhadap
rangsangan nyeri
d) Unresponsive (U), jika pasien toidak memberikan respon
terhadap rangsangan apapun.
5) Expose, examine and evaluate
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasien terpapar
atau kontak dengan bahan berbahaya. Adapun untuk memperoleh
pemeriksaan yang lebih jelas maka seluruh pakaian harus
ditanggalkan dan diganti dengan pakaian yang disediakan IGD dan
pemeriksaan dilakukan secara sistematika dari kepala sampai kaki.
b. Pengkajian sekunder
Pengkajian berikutnya merupakan pengkajian Symptoms,
Allergies, Medications, Past Medical History, Last Oral Intake, Even
Prociding Incident (SAMPLE) yang merupakan pengkajian
mengenai riwayat singkat pasien dirawat di rumah sakit. Pengkajian
ini dapat dilanjutkan ketika pasien sudah dalam keadaan stabil.
Pengkajian SAMPLE ini meliputi:
1. Symptoms (S), yaitu gejala utama yang dirasakan pasien pada
saat itu.
2. Allergies (A), adakah riwayat alergi pada pasien, seperti makanan
danobat-obatan.
3. Medications (M), yaitu terapi terakhir yang sudah diberikan
kepada pasien dan apakah terapi tersebut mengurangi
permasalahan pasien atau tidak.
4. Past Medical History (P), riwayat medis sebelum pasien dirawat
saat ini.
5. Last Oral Intake (L), detail makanan dan minuman yang baru
saja dikonsumsi pasien.
6. Even Prociding Incident (E), peristiwa yang mengawali serangan
atau penyakit pasien saat ini.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan/perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasikan
dan memberi tindakan secara pasti untuk menjaga, membatasi, merubah
status kesehatan pasien. Diagnosa keperawatan gawat darurat yang
muncul pada pasien diabetes melitus hipoglikemia menurut NANDA
dalam Wilkinson (2014) dan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI, 2016) adalah sebagai berikut :
a) Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
perubahan status mental (penurunan kesadaran).
b) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan
dengan hiperinsulinemia.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan
tujuan mengubah atau memanipulasi stimulus fokal,kontekstual, dan
residual. Pelaksanaanya juga ditujukan kepada kemampuan klien
dalam mengubah koping secara luas.
Tujuan yang ditetapkan harus sesuai dengan SMART, yaitu
specific (khusus), measurable (dapat diukur), acceptable (dapat
diterima), real (nyata), time (kriteria tepat waktu). Kriteria hasil
merupakan tujuan ke arah mana perawatan kesehatan diarahkan dan
merupakan dasar untuk memberikan keperawatan komponen penyertaan
kriteria hasil.
Intervensi keperawatan:
Hafid, Abdul, dkk. 2006. Bab 2 : Luka, Trauma, Syok, Bencana., Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Krisanty, Paula, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans
Info Media