Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


DAN KRITIS PADA PASIEN DM HIPOGLIKEMI
DI RUANGAN MELATI RSUD MARDI WALUYO
KOTA BLITAR

Oleh :
YUNITA SARI
NIM. 40219024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : YUNITA SARI

NIM : 40219024

PRODI : PENDIDIKAN PROFESI NERS

PEMEBIMBING LAHAN (CI) PEMEBIMBING INSTITUSI

(…………………………………..….) (…………………………………..….)
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah

dibawah normal (<70 mg/DL). Hipoglikemia merupakan penyakit

kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan segera, karena hipoglikemia

yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen,

hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai dengan kematian. Jadi

kesimpulannya, Hipoglikemia didefinisikan sebagai keadaan di mana kadar

glukosa plasma lebih rendah dari 45 mg/dl– 50 mg/dl.

Pasien diabetes yang tidak terkontrol dapat mengalami gejala hipoglikemia

pada kadar gula darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal,

sedangkan pada pasien diabetes dengan pengendalian gula darah yang ketat

(sering mengalami hipoglikemia) dapat mentoleransi kadar gula darah yang

rendah tanpa mengalami gejala hipoglikemia ( Hadiatma, 2012 ).

B. ETIOLOGI

Dosis pemberian insulin yang kurang tepat, kurangnya asupan karbohidrat

karena menunda atau melewatkan makan, konsumsi alkohol, peningkatan

pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau penurunan berat badan. 

Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita Diabetes dan Non Diabetes dengan

etiologi sebagai berikut :

 1. Pada Diabetes

a. Dosis insulin atau yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita

diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya (Overdose insulin)

b. Asupan makan yang lebih dari kurang (tertunda atau lupa, terlalu sedikit,

output yang berlebihan seperti adanya gejala muntah dan diare, serta diet

yang berlebih).
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal (mis. Hipotiroid)

d. Aktivitas berlebih

      2. Pada Non Diabetes

a. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati

b. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas

c. Paska aktivitas

d. Konsumsi makanan yang sedikit kalori

e. Konsumsi alcohol

f. Paska melahirkan

g. Post gastrectomy

h. Penggunaan obat dalam jumlah yang berlebih (mis. Salisilat, sulfonamide)

( Jevon , 2010 )

C. PATOFISIOLOGI

Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative

ataupun absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma

glukosa. Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar

glukosa darah, baik pada penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes

tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada

untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat,

sistem pencernaan dan sistem peredaran darah.

 Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak.

Selain itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanyamenyimpan cadangan

glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena

itu, fungsi otak yang normal sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa

dan sirkulasi. Gangguan pasokan glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem

saraf pusat sehingga terjadi penurunan suplai glukosa ke otak. Karena terjadi
penurunan suplay glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan

suplay oksigen ke otak sehingga akan menyebabkan pusing,bingung, lemah.

Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70 – 110 mg/dL. Penurunan

kosentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi

insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya kosentrasi glukosa darah,

peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin

pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala

neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di

bawah batas normal .Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat

pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efekti.

Kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan

epineprin sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah

batas normal, dan timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan penurunan

kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal. Penurunan

kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan

mengakibatkan pola nafas tidak efektif . Batas kosentrasi glukosa darah berkaitan

erat dengan system hormonal, persyarafan dan pengaturan produksi glukosa

endogen serta penggunaan glukosa oleh organ perifer. Insulin memegang peranan

utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi glukosa

darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal, hormon-hormon

konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang diproduksi oleh

sel α pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap hipoglikemia.

Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan jugaberperan

meningkatkan produksi dan mengurangi penggunaan glukosa.Glukagon dan

epinefrin merupakan dua hormon yang disekresi pada kejadian hipoglikemia akut.

Glukagon hanya bekerja dalam hati. Glukagon mula-mula meningkatkan

glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan energi

akan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah.


Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan

perfusi jaringan perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan

lemak serta proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat,

gemetaran, akral dingin, klien pingsan dan lemah. Pelepasan epinefrin, yang

cenderung menyebabkan rasa lapar karena rendahnya kadar glukosa darah akan

menyebabkan suplai glukosa ke jaringan menurun sehingga masalah keperawatan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat muncul ( Kedia, 2011).

D. MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan tanda dari hipoglikemia merupakan akibat dari aktivasi sistem

saraf otonom dan neuroglikopenia. Pada pasien dengan usia lajut dan pasien yang

mengalami hipoglikemia berulang, respon sistem saraf otonom dapat berkurang

sehingga pasien yang mengalami hipoglikemia tidak menyadari kalau kadar gula

darahnya rendah (hypoglycemia unawareness). Kejadian ini dapat memperberat

akibat dari hipoglikemia karena penderita terlambat untuk mengkonsumsi glukosa

untuk meningkatkan kadar gula darahnya.


Gejala umum penderita Hipoglikemia :

1.      Keringat dingin

2.      Letih

3.      Sakit kepala

4.      Lapar

5.      Iritabilitas

6.      Tidak enak badan

7.      Denyut nadi cepat

8.      Menggigil

9.       Mual-muntah

10.   Hipotensi

11.   Pucat dan kulit dingin

12.   Pandangan kabur

13.   Keluar banyak keringat

14.   Tremor

( Hadiatma, 2012 )
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.         Gula darah puasa

Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa

75 oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.

2.         Gula darah 2 jam post pradial

Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2

3.       Pemeriksaan HBA1c

Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar

gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes

dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin

terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka

akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko

terjadinya komplikasi.

4.      Pemeriksaan elektrolit, Terjadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya

telah terganggu

5.       Pemeriksaan Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

( Jevon, 2010 )

F. KOMPLIKASI

Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang

berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Selain itu hipoglikemia

juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan

parah bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai

dengan gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan

dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara

yang abnormal, hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan

kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma

sampai kematian ( Kedia, 2011).


G. PENATALAKSANAAN

1. Hipoglikemi ringan:

a. Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6 -10 butir permen atau

2-3 sendok teh sirup atau madu.

b.    Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menitulangi pemberiannya

c. Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori coklat, kue

2. Hipoglikemi berat:

a. Tergantung pada tingkat kesadaran pasien.

b .  Bila klien dalam keadaan tidak sadar, Jangan memberikan makanan

minuman

( Jevon, 2010 ).
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian Keperawatan

1.      Pengkajian primer :  

a.       Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputumatau

benda asing yang menghalangi jalan nafas 

b.      Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan

otot bantu pernafasanc.

c.       Circulation : kaji nadi, capillary refill

2.      Pengkajian sekunder

Pengkajian head to toe

a.       Data subyektif :

1. Riwayat penyakit dahulu

2. Riwayat penyakit sekarang

3. Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi

atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-

faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lainyang

mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat

antihiperglikemik oral. 

b.      Data Obyektif

1)     Aktivitas / Istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot

menurun, gangguan istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea pada

keadaan istrahat atau aktifitasLetargi/disorientasi, koma

2)    Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas

dankesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama,

takikardia.Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi


yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis,

kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung

3)     Integritas/ Ego

Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial

yang berhubungan dengan kondisi 

Tanda : Ansietas, peka rangsang

4)   Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar,

kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen,

diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat

berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin

berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus

lemahdan menurun, hiperaktif (diare)

5)      Nutrisi/Cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi

diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat

badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik

(Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek,

kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan

kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau

halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)

6)      Neurosensori

Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada

otot, parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk,

alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu),

kacau mental, refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas kejang

(tahap lanjut dari DKA).

7)      Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah

meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati

8)      Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen

tergantung adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa

sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat 

9)      Keamana

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit

rusak, lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan umum/rentang gerak,

parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium

menurun dengan cukup tajam)

10)  Seksualitas

Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria,

kesulitan orgasme pada wanita

11)  Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan

yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan

fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak

memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin

memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri,

pemantauan terhadapglukosa darah.

b. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

2. Perfusi perifer tidak efektif

3. Resiko Syok

4. Defisit nutrisi

5. Gangguan integritas kulit / jaringan


6. Intoleransi aktivitas

c. Intervensi

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi

. Keperawatan

1. Resiko ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemi

kadar glukosa darah tindakan keperawatan Obsevasi

Faktor resiko : ...x... jam, diharapkan 1. Identifikasi kemingkinan

 Kurang terpapar kadar glukosa darah penyebab hiperglikemia

informasi tntang berada pada rentang 2. Identifikasi tanda gejala

menejemen diabetes normal hipoglikemia

 Ketidaktepatan Kriteria hasil : 3. Monitor kadar glukosa

pemantauan glukosa 1. Mengantuk menurun darah

darah 2. Pusing menurun 4. Monitor tanda dan gejala

 Kurang patuh pada 3. Lelah/lesu menurun hiperglikemia

rencana manajemen 4. Keluhan lapar Terapeutik

diabetes menurun 1. Konsulatsi dengan tim

 Manajemen 5. Gemetar menurun medis jika tanda dan

medikasi tidak 6. Berkeringat menurun gejala hiperglikemia tetap

terkontrol 7. Kadar glukosa dalam ada atau memburuk

 Kehamilan darah membaik 2. Berikan karbohidrat

kompleks dan protein


 Periode
sesuai diet
pertumbuhan cepat
Edukasi
 Stres berlebihan
1. Anjurkan monitor kadar
 Penambhan berat
glukosa darah secara
badan
mandiri
 Kurang dapat
2. Anjurkan kepatuhan
menerima diagnosis
terhadap diet dan

olahraga

3. Ajarkan pengelolaan

diabetes (penggunaan

insulin)

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian

insulin

2. Kolaborasi pemberian

kalium

2. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi

efektif tindakan keperawatan Observasi

Faktor resiko : ...x... jam, diharapkan 1. Periksa sirkulasi perifer

 Hiperglikemi keadekuatan aliran darah 2. Identifikasi faktor resiko

 Gaya hidup kurang pembuluh darah distal gangguan sirkulasi

gerak untuk mempertahankan 3. Monitor panas,

 Hipertensi jaringan meningkat kemerahan, nyeri atau

 Merokok Kriteria hasil : bengkak

1. Denyut nasi perifer Terapeutik


 Produser
meningkat 1. Hindari pemasangan infus
endovaskuler
2. Penyembuhan luka di area keterbatasan
 Trauma
meningkat perfusi
 Kurang terpapar
3. Warna kulit pucat 2. Lakukan pencegahan
informaasi tentang
menurun infeksi
faktor pemberat
4. Edema perifer 3. Lakukan hidrasi

menurun Edukasi

5. Kelemahan otot 1. Anjurkan melakukan

menurun perawatan kulit yang tepat


6. Nekrosis menuurn (melembabkan kulit kering

7. Pengisian kapiler pada kaki)

membaik 2. Informasika tanda dan

8. Akral memebaik gejala darurat yang harus

9. Turgor kuliat dilaporkan

membaik 3. Anjurkan diet untuk

10. TTV membaik memperbaiki sirkulasi

(rendah lemak jenuh,

minyak ikan omega

4. Minum obat pengontrol

tekanan darah secara

teratur

3. Resiko Syok Setelah dilakukan Pencegahan Syok Observasi

Faktor Resiko : tindakan keperawatan 1. Monitor nadi, napas, TD

 Hipoksemia ...x... jam, diharapkan 2. Monitor status oksigenasi

 Hipoksia tingkat syok menurun 3. Monitor status cairan

 Hipotensi Kriteria hasil: (intake-output, turgor, crt)

1. Kekuatan nadi 4. Monitor tingkat kesadaran


 Kekurangan volume
meningkat dan respon pupil
cairan
2. Tingkat kesadaran Terapeutik
 Sepsis
meningkat 1. Berikan oksigen untuk

3. Saturasi oksigen mempertahankan sturasi

meningkat oksigen >94%

4. Akral dingin menurun 2. Pasang jalutr IV

5. Tekanan darah sistol 3. Pasang kateter urine

diastol membaik Edukasi

6. Frekuensi nadi 1. Jelaskan penyebab/faktor

membaik
7. Frekuensi napas resiko syok

membaik 2. Anjurkan melapor jika

menemukan / merasakan

tanda dan gejala awal syok

3. Anjurkan memperbanyak

asupan cairan oral

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian IV

2. Kolaborasi pemberian

transfusi darah

3. Kolaborasi pemberian

antiinflamasi

4. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi

Penyebab : tindakan keperawatan Observasi

 Ketidakmampuan selama….x…jam, status 1. Identifikasi status nutrisi.

menelan makanan nutrisi membaik 2. Identifikasi alergi dan

 Ketidakmampuan Kriteria hasil : intoleransi makanan.

mencerna makanan 1. Porsi makanan yang 3. Identifikasi mkanan ang

 Ketidakmampuan dihabiskan meningkat. disukai.

mengabsorbsi 2. Berat badan membaik. 4. Monitor asupan makanan,

nutrien 3. Indeks masa tubuh 5. Monitor berat badan.

 Peningkatan (IMT) membaik. 6. Identifikasi perluna

kebutuhan penggunaan selang

metabolisme nasogastrik.

 Faktor ekonomi 7. Identifikasi kebutuhan

(mis. finansial tidak kalori dan jenis nutrien

mencukupi) Terapeutik

 Faktor psikologis 1. Berikan makanan tinggi


(mis. stres, serat untuk mencegah

keengganan untuk konstipasi.

makan) 2. Berikan mkanan tinggi

Ditandai dengan : kalori dan tinggi protein.

Gejala dan Tanda 3. Berikan suplemen, jika

Mayor perlu

Objektif : 4. Hentikan pemberian

1. Berat badan makan melalui nasogatrik

menurun jik asupan oral dapat

2. minimal 10% di ditoleransi.

bawah 5. Fasilitasi menentukan

3. rentang ideal. pedoman diet.

Gejala dan Tanda Edukasi

Minor 1. Anjurkan posisi duduk,

Subjektif : jika mampu

1. Cepat kenyang 2. Ajarkan diet yang

setelah makan diprogramkan.

2. Kram/nyeri abdomen Kolaborasi

3. Nafsu makan 1. Kolaborasi pemberian

menurun medikasi sebelum makan

Objektif : 2. Kolaborasi dengan ahli

1. Bising usus gizi untuk menentukan

hiperaktif jumlah kalori dan jenis

2. Otot pengunyah nutrien yang dibutuhkan.

lemah

3. Otot menelan

makanan lemah

4. Membran mukosa
pucat

5. Sariawan

6. Serum albumin turun

7. Rambut rontok

berlebihan

8. Diare

5. Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan Luka

kulit/jaringan tindakan asuhan Observasi :

Penyebab : keperawatan ...x... jam 1. Monitor karakteristik

 Perubahan sirkulasi integritas kulit dan luka (mis. drainase,

 Perubahan status jaringan meningkat wama, ukuran, bau)

nutrisi (kelebihan Kriteria Hasil : 2. Monitor tanda-tanda

atau kekurangan) 1. Elastisitas meningkat infeksi

 Kekurangan/ 2. Hidrasi meningkat Terapeutik :

kelebihan volume 3. Perfusi jaringan 1. Lepaskan balutan dan

cairan meningkat plester secara perlahan

 Penurunan mobilitas 4. Kerusakan jaringan 2. Cukur rambut di sekitar

menurun daerah luka, jika perlu


 Bahan kimia iritatif
5. Kerusakan lapisan 3. Bersihkan dengan cairan
 Suhu lingkungan
kulit menurun NaCI atau pembersih
yang ekstrem
6. Nyeri menurun nontoksik, sesuai
 Faktor mekanis (mis.
7. Perdarahan menurun kebutuhan
penekanan pada
8. Kemerahan menurun 4. Bersihkan jaringan
tonjolan tulang,
9. Hematoma menurun nekrotik
gesekan) atau faktor
10.Pigmentasi abnormal 5. Berikan salep yang
elektris
menurun sesuai ke kulit/lesi, jika
(elektrodiatermi,
11.Jaringan parut pertu
energi listrik
menurun 6. Pasang balutan sesuai
bertegangan tinggi) 12.Nekrosis menurun jenis luka

 Efek samping terapi 13.Abrasi kornea 7. Pertahankan teknik steril

radiasi menurun saat melakukan

 Kelembaban 14.Suhu kulit membaik perawatan luka

 Proses penuaan 15.Sensasi membaik 8. Ganti balutan sesuai

 Neuropati perifer 16.Tekstur membaik jumiah eksudat dan

17.Pertumbuhan rambut drainase


 Perubahan
membaik 9. Jadwalkan perubahan
pigmentasi
posisi setiap 2 jam atau
 Perubahan hormonal
sesuai kondisi pasien
 Kurang terpapar
10. Berikan diet dengan
informasi tentang
kalori 30-35
upaya
kkalkgBB/hari dan
mempertahankan/me
protein 1,25-1,5
lindung integritas
g/kgBB/hari
jaringan
11. Berikan suplemen
Ditandai dengan :
vitamin dan minerai
Gejala dan Tanda
(mis. vitamin A, vitamin
Mayor
C, Zinc, asam amino),
Objektif :
sesuai indikasi
1. Kerusakan jaringan
12. Berikan terapi TENS
dan/atau lapisan
(stimulasi saraf
kulit
transkutaneous), jika
Gejala dan Tanda
perlu
Minor
Edukasi :
Objektif :
1. Jelaskan tanda dan gejala
1. Nyeri
infeksi
2. Perdarahan
2. Anjurkan mengkonsumsi
3. Kemerahan makanan tinggi kalori dan

4. Hematoma protein

3. Ajarkan prosedur

perawatan luka secara

mandiri

Kolaborasi :

1. Kolaborasi prosedur

debridement (mis.

enzimatik, biologis,

mekanis, autolitik), jika

perlu

2. Kolaborasi pemberian

antibiotik, jika perlu

6 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Observasi :

Penyebab : tindakan keperawatan 2 x 1. Identifikasi gangguan

1. Ketidakseimbangan 24 jam di harapkan fung tubuh yang

antara suplai dan respon fisiologis mengakibatkan kelelahan

kebutuhan oksigen terhadap aktivitas 2. Monitor kelelahan fisik

2. Tirah baring meningkat. dan emosional

3. Kelemahan Kriteria hasil : 3. Monitor pola dan jam

4. Imobilitas 1. Keluhan lelah tidur

5. Gaya hidup menurun 4. Monitor lokasi dan

monoton 2. Kecepatan berjalan ketidaknyamanan selama

Ditandai dengan : meningkat melakukan aktivitas

3. Jarak berjalan
Gejala mayor obyektif meningkat Terapeutik :

1. Frekuensi jantung 4. Kemudahan dalam 1. Sediakan lingkungan

meningkat dari melakukan aktivitas nyaman dan rendah stimulus

kondisi istirahat meningkat 2. Lakukamn latihan rentang

Gejala minor obyektif gerak pasif dan aktif

1. Tekanan darah 3. Berikan aktivitas aktif

berubah dari kondisi distaksi yang menenangkan

istirahat 4. Fasilitasi duduk disisi

2. Gambaran Ekg tempat tidur

menunjukkan aritmia Edukasi :

3. Sianosis 1. Anjurkan melakukan

aktivitas secara bertahap

2. Anjurkan tirah baring

3. Ajarkan strategi koping

untuk mengurangi kelelahan

DAFTAR PUSTAKA

Hadiatma, Mega. 2012. Nursing Care In Hypoglycemia In Patients


Jevon,  Philip.  2010.  Basic  Guide  To Medical  Emergencies  In  The Dental 
Practice.  Inggris:  Wiley Blackwell
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic  Hypoglycemia  With Glucagon: 
an  Underutilized Therapeutic  Approach.  Dove Press Journal

Anda mungkin juga menyukai