0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan14 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Hipoglikemia adalah kondisi dimana kadar glukosa darah menurun di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan, aktivitas, dan obat-obatan. Gejala hipoglikemia bervariasi dari ringan hingga parah yang dapat menyebabkan koma. Penyebab hipoglikemia meliputi dosis insulin yang berlebihan, kurang makan, aktivitas berlebihan, dan gangguan hormonal.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Hipoglikemia adalah kondisi dimana kadar glukosa darah menurun di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan, aktivitas, dan obat-obatan. Gejala hipoglikemia bervariasi dari ringan hingga parah yang dapat menyebabkan koma. Penyebab hipoglikemia meliputi dosis insulin yang berlebihan, kurang makan, aktivitas berlebihan, dan gangguan hormonal.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Hipoglikemia adalah kondisi dimana kadar glukosa darah menurun di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan, aktivitas, dan obat-obatan. Gejala hipoglikemia bervariasi dari ringan hingga parah yang dapat menyebabkan koma. Penyebab hipoglikemia meliputi dosis insulin yang berlebihan, kurang makan, aktivitas berlebihan, dan gangguan hormonal.
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2022 LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA A. DEFINISI Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa) yang rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-11- mg/dl ( Aina Abata, 2014). Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009). B. ANATOMI FISIOLOGI Peristiwa glukoneogenesis berperan penting dalam penyediaan energi bagi kebutuhan tubuh, khususnya sistem saraf dan peredaran darah (eritrosit). Kegagalan glukoneogenesis berakibat fatal, yaitu terjadinya disfungsi otak yang berakibat koma dan kematian. Hal ini terjadi bilamana kadar glukosa darah berada di bawah nilai kritis. Nilai normal laboratoris dari glukosa dalam darah ialah : 65 – 110 ml/dL atau 3.6 – 6.1 mmol/L. Setelah penyerapan makanan kadar glukosa darah pada manusia berkisar antara 4.5 – 5.5 mmol/L. Jika orang tersebut makan karbohidrat kadarnya akan naik menjadi sekitar 6.5 – 7.2 mmol/L. Saat puasa kadar glukosa darah turun berkisar 3.3 – 3.9 mmol/L. Pengaturan kadar glukosa darah dilakukan melalui mekanisme metabolik dan hormonal. pengaturan tersebut termasuk bagian dari homeostatik. Aktivitas metabolik yang mengatur kadar glukosa darah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : 1) Mutu dan Jumlah Glikolisis dan glukoneogenesis 2) Aktivitas enzim-enzim, seperti glukokinase 3) Heksokinase Hormon penting yang memainkan peranan sentral dalam pengaturan kadar glukosa darah adalah insulin. insulin dihasilkan dari sel-sel b dari pulau-pulau langerhans pankreas dan disekresikan langsung ke dalam darah sebagai reaksi langsung bila keadaan hiperglikemia. Proses pelepasan insulin dari sel B pulau Langerhans Pankreas dijelaskan sebagi berikut : 1) Glukosa dengan bebas dapat memasuki sel-sel B Langerhans karena adanya Transporter glut 2. glukosa kemudian difosforilasi oleh enzim glukokinase yang kadarnya tinggi. Konsentrasi glukosa darah mempengaruhi kecepatan pembentukan ATP dari proses glikolisis, glukoneogenesis, siklus Kreb dan Electron Transport System di mitokondria. 2) Peningkatan produksi ATP akan menghambat pompa kalium ( K+ pump) sehingga membran sel-sel B mengalami depolarisasi sehingga ion-ion Kalsium ( Ca2+ ) masuk ke dalam membran dan mendorong terjadinya eksositosis insulin. Selanjutnya insulin dibawa darah dan mengubah glukosa yang kadarnya tinggi menjadi glikogen. 3) Enzim yang kerjanya berlawanan dengan insulin adalah glukagon. glukoagon dihasilkan oleh sel-sel a langerhans pankreas. sekresi hormon ini distimulasi oleh keadaan hipoglikemia. bila glukoagon yang dibawa darah sampai di hepar maka akan mengaktifkan kerja enzim fosforilase sehingga mendorong terjadinya glukoneogenesis. C. KLASIFIKASI Menurut Setyohadi (2012) dan thompson (2011) Hipoglikemia dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL) Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar. 2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL) Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. 3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL) Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran. D. ETIOLOGI Hipoglikemia bisa disebabkan oleh: a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas b.Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal d.Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati. Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu: a. Dosis suntikan insulin terlalu banyak. Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri. b. Lupa makan atau makan terlalu sedikit. Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia. c. Aktifitas terlalu berat. Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin. d. Minum alkohol tanpa disertai makan. Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun. e. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia. f. Penebalan di lokasi suntikan Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat. g. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang h. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya i. Gangguan hormonal Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu j. Pemakaian aspirin dosis tinggi Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg k. Riwayat hipoglikemia sebelumnya Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi. E. PATHWAY F. PATOFISIOLOGI Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut. Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma. Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis. 1.Dehidrasi 2.kehilangan elektrolit 3.Asidosis Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam. Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam- asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic. Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar. Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang. Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001). G. KOMPLIKASI Komplikasi dari pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut, hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara abnormal (jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian. H. PROGNOSIS Hipoglikemia spontan berkaitan dengan risiko kematian yang lebih tinggi. Sebuah kohort retrospektif pada pasien dengan dan tanpa diabetes yang menerima perawatan di ruang rawat dewasa menunjukkan bahwa angka mortalitas lebih tinggi pada pasien dengan hipoglikemia spontan. Manajemen glukosa intensif yang menargetkan konsentrasi HbA1C lebih rendah berkaitan dengan penurunan tingkat komplikasi mikrovaskuler pada diabetes, namun berkaitan dengan sejumlah komplikasi termasuk hipoglikemia. Risiko ini juga tampak lebih tinggi pada pasien dengan riwayat diabetes lama, gangguan kognitif, dan ketidaksadaran hipoglikemia. Konsekuensi dari hipoglikemia berat antara lain peningkatan risiko aritmia jantung, kejadian kardiovaskular mayor dan kematian akibat penyakit jantung. I. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Gula darah puasa Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl. 2. Gula darah 2 jam post prandia 3. Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam 4. HBA1c Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi 5. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu. 6. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi. J. PENATALAKSANAAN 1. Glukosa Oral Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler, 1020 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba. 2. Glukosa Intramuskular Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi 3. Glukosa Intravena Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam. K. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi, obstruksi jalan nafas 2. Perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d disfungsi system saraf pusat akibat hipoglikemia 3. Defisit nutrisi b.d perubahan metabolisme, dan kurang asupan makanan. L. INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN DAN NAMA/
NO INTERVENSI RASIONAL KEPERAWATAN KRITERIA HASIL TTD 1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Intervensi mandiri: 1. Adanya bunyi ronchi Nurul tidak efektif b.d tindakan keperawatan… 1. Auskultasi bunyi menandakan terdapat inflamasi, obstruksi X24 jam diharapkan jalan nafas tambahan : penumpukan secret jalan nafas nafas normal dengan ronchi, wheezing. berlebihan di jalan kriteria hasil : 2. Berikan posisi nafas. 1. Frekuensi dan irama nyaman untuk 2. Posisi nafas dalam batas mengurangi dispnea. memaksimalkan normal (16-20x/mnt) 3. Bersihkan secret dari ekspansi paru dan 2. Tidak ada sputum mulut dan trakea : menurunkan upaya 3. Klien mampu lakukan penghisapan pernapasan. mengeluarkan sputum sesuai keperluan. 3. Mencegah obtruksi secara efektif 4. Anjurkan asupan atau aspirasi. cairan adekuat Penghisapan dapat 5. Ajarkan batuk efektif diperlukan bila klien Intervensi kolaborasi : tak mampu 6 .kolaborasi pemberian mengeluarkan sekret oksigen sendiri. 7. kolaborasi pemberian 4. Mengoptimalkan broncodilator sesuai keseimbangan cairan indikasi. dan membantu mengencerkan secret sehingga mudah di keluarkan. 5. Fisioterapi dada/back massage dapat membantu menjatuhkan secret yang ada di jalan nafas. 6. Meringankan kerja paru untuk memenuhi kebutuhan oksigen serta memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh. 7. Broncodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara. 1. Perfusi serebral Setelah dilakukan Intervensi mandiri: 1. Agar pasien lebih Nurul tidak efektif b.d tindakan keperawatan 1. Jelaskan kepada pasien kooperatif disfungsi system selama…x24 jam tentang tindakan yang akan 2. Perubahan tekanan CSS saraf pusat akibat diharapkan gangguan dilakukan merupakan potensi resiko hipoglikemia perfusi jaringan cerebral 2. Pertahankan posisi tirah herniasi batang otak normal dengan kriteria baring dengan posisi kepala 3. aktivitas seperti ini akan hasil : head up meningkatkan intra thorak 1.Tingkat 3. Bantu pasien untuk dan abdomen yang dapat kesadaran berkemih, membatasi batuk, meningkatkan TIK komposmentis muntah, mengejan, anjurkan 4. Pengkajian 2. 2 .Disorientasi pasien napas dalam selama kecenderungan adanya tempat, waktu, pergerakan perubahan tingkat kesadaran orang secara tepat 4. Pantau status neurologis dan potensial peningkatan 3. 3. TTV dalam dengan teratur TIK sangat berguna dalam batas normal (suhu 5. Pantau TTV menentukan lokalisasi 35,5ºC – 37,5ºC, 5. Perubahan pada frekuensi nadi 60-100 jantung mencerminkan x/menit, tekanan trauma/tekanan batang otak darah 120/80 mmHg) 2. Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan Intervensi Mandiri: 1. Untuk mengetahui status Nurul perubahan tindakan keperawatan 1. Kaji status nutrisi nutrisi pasien saat ini metabolism, dan selama…x24jam pasien 2. Untuk memberikan rasa kurang asupan diharapkan perubahan 2. Jaga kebersihan mulut, nyaman klien dan makanan nutrisi kurang dari anjurkan meningkatkan nafsu kebutuhan tubuh dapat untukmelakukan oral makan. teratasi dengan krireria hygiene 3. Untuk mengetahui hasil : 3. Kaji makanan kesukaan makanan yang disukai 1. Intake nutrisi tercukupi dan makanan yg tidak klien agar klien mau 2. Makan habis 1 porsi disukai klien makan 3. BB normal 4. Monitor berat badan 4. Untuk mengetahui klien secara rutin. adanya penurunan dan Intervensi kolaborasi : kenaikan berat badan 5. Kolaborasi dengan ahli klien. gizi untuk menentukan 5. Nutrisi yang tepat sesuai jumlah kalori dan nutrisi anjuran ahli gizi dapat yang dibutuhkan pasien. memenuhi kebutuhan asupan yang dibutuhkan tubuh DAFTAR PUSTAKA Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental Practice. Inggris: Wiley Blackwell Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta : Aulia Publishing Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1
SIKI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1
SLKI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1