Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA

Nama : INTAN AYU


NIM : C1019025

A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa) yang
rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-11- mg/dl
( Aina Abata, 2014).
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes
mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak
seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan
terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Hipoglikemia =Hipoglikemia murni=True hypoglicemy=gejala hipoglikemia apabila gula darah
< 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998).
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l, walaupun
gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia A,1997).
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose) adalah 60 mg
%,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%.
(Wiyono ,1999).

Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:

1. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun

normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.

2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami

malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.

3.  Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi

peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.


4. Berulang (Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme

Menurut Setyohadi(2012) dan thompson (2011) Hipoglikemia dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)


Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan

adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan

dan rasa lapar.

Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)


Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar untuk

bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup

keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara

pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.

Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)


Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain

untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit

dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.


B. ETIOLOGI

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:

a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas

b.  Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita

diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya

c.  Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal

d.  Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :

1.    Dosis suntikan insulin terlalu banyak.

Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai

dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar

gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula

darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki

monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.

2.      Lupa makan atau makan terlalu sedikit.

Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan

obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan

makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini

terganggu dan terjadilah hipoglikemia.

3.      Aktifitas terlalu berat.

Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda berolah

raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan

menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa

darah tanpa menggunakan insulin.


4.      Minum alkohol tanpa disertai makan.

Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun.

5.      Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.

Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes

pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat

misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda

akan mengalami hipoglikemia.

6.      Penebalan di lokasi suntikan.

Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap

beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan

penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.

7.      Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.

Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus

mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga

kadar glukosa darah menjadi seimbang.

8.      Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.

Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal

ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang

kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru

menggantikannya.

9.      Gangguan hormonal.

Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna

untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah

menjadi terganggu.
10.   Pemakaian aspirin dosis tinggi.

Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.

11.   Riwayat hipoglikemia sebelumnya.

Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa

waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan

mengalami hipoglikemia lagi.

C. PATOFISIOLOGI

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa

untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh

glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja.

Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara

terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf

di dalam system saraf tersebut.

Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan

mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat

dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa

darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak

berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin

yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak,

ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis.

1. dehidrasi

2. kehilangan elektrolit

3. asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula,

di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan

menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam

tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan

kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan

menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat

dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida

selama periode waktu 24 jam.

Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-asam

lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada

keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari

kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton

bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan

asidosis metabolic.

Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan

terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor,

takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak

memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada

sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi,

penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak

terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan

perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi

pada hipoglikemia sedang.


Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat,

sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di

deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang,

sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).

 Pathway Hipoglikemia
D. MANIFESTASI KLINIK

Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan

rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala

hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.

Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan

melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin

merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang

menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung

berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan

berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,

perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.

Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala

yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun

secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat

hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada

pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan

olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-

waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:

1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus

sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat,

tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%.)

2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi otak,

gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan

motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).
Adapun gejala- gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain :

Adrenergik Neuroglikopenia
Pucat Bingung

Keringat dingin Bicara tidak jelas

Takikardi Perubahan sikap perilaku

Gemetar Lemah
Lapar Disorientasi

Cemas Penurunan kesadaran

Gelisah Kejang

Sakit kepala

Mengantuk
E. PENATALAKSANAAN

1.  Glukosa Oral 
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10-   20

gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml

minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat

manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada

jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila

pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat,

pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.             

2.  Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10

menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang

pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia

dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15

menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien

sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok

makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti

crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja    1 mg glucagon yang
singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27

menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang

panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif.

Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi

3.  Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi

40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10

% 6 kolf/jam.

PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN HIPOGLIKEMIA

Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi
gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas
susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya
selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula
yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti
dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).
Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula
melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang
serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu
membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu
5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan,
diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan
penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan
hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi dari pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat menyebabkan
gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut,
hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis
sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan
dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara abnormal (jevon,
2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.

G. PENGKAJIAN PADA HIPOGLIKEMIA

Pengkajian Primer

1. Airway

Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret yang

menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :

Chin lift/ Jaw thrust

Suction

Guedel Airway

  Instubasi Trakea

2. Breathing

Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :

Beri oksigen

Posisikan semi Flower

3. Circulation

Menilai sirkulasi / peredaran darah

Cek capillary refill

Auskultasi adanya suara nafas tambahan

Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.


Cek Frekuensi Pernafasan

Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan

Cek tekanan darah

Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil

4.  Disability

Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri atau

sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler,

esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan

kebutuhan, atau instruksi dokter.

Pengkajian sekunder
Data dasar yang perlu dikaji adalah :

1. Keluhan utama :

sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose
sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.

2. Riwayat :

o    ANC

o    Perinatal

o    Post natal

o    Imunisasi

o    Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga

o    Pemakaian parenteral nutrition


o    Sepsis

o    Enteral feeding

o    Pemakaian Corticosteroid therapi

o    Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika

o    Kanker

3.   Data fokus

Data Subyektif:

o  Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas

o  Keluarga mengeluh bayinya keluar banyak keringat dingin

o  Rasa lapar (bayi sering nangis)

o  Nyeri kepala

o  Sering menguap

o  Irritabel

Data obyektif:

o  Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,

o  Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat

dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma

o  Plasma glukosa < 50 gr/

Pengkajian head to toe


1. Data subyektif :

a. Riwayat penyakit dahulu

b. Riwayat penyakit sekarang


c. Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau penyakit-

penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-

obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat

antihiperglikemik oral.

2.  Data Obyektif

a. Aktivitas / Istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan

istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau

aktifitasLetargi/disorientasi, koma.

b. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada ekstremitas,

ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia.Tanda : Perubahan tekanan darah postural,

hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas,

kering, dan kemerahan, bola mata cekung

c. Integritas/ Ego

Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi

Tanda : Ansietas, peka rangsang

d. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih

(infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning,

poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut,

bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif

(diare)

e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan

glukosa/karbohidrat, penurunan berat badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan

diuretik (Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah,

pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau

halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)

f. Neurosensori

Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi,

gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap

lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam menurun (koma),

aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

g. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi,

tampak sangat berhati-hati

h. Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya

infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan

meningkat

i.  Keamana

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi,

menurunnyakekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot

pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)

j. Seksualitas

Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada

wanita

k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang lambat,

penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat

meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai

pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diit,

pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.


PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA

1. Gula darah puasa

Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan

nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.

2. Gula darah 2 jam post prandial

Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam

3. HBA1c

Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang

sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c

menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin

tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya

komplikasi.

4.  Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu.

5.  Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi, obstruksi jalan nafas
2. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d disfungsi system saraf pusat akibat hipoglikemia
3. Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang b.d perubahan metabolisme,
dan kurang asupan makanan.
I. PERENCANAAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN


N
KEPERAWATA KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
O
N HASIL

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Intervensi 1. Adanya bunyi

bersihan jalan tindakan mandiri: ronchi

nafas b.d keperawatan… 1. Auskultasi menandakan

inflamasi, X24 jam bunyi nafas terdapat

obstruksi jalan diharapkan jalan tambahan : penumpukan

nafas nafas normal ronchi, secret

dengan kriteria wheezing. berlebihan di

hasil : 2. Berikan jalan nafas.

1. Frekuensi dan posisi 2. Posisi

irama nafas nyaman memaksimalkan

dalam batas untuk ekspansi paru

normal (16- mengurangi dan

20x/mnt) dispnea. menurunkan

2. Tidak ada 3. Bersihkan upaya

sputum secret dari pernapasan.

3. Klien mampu mulut dan 3. Mencegah


mengeluarkan trakea : obtruksi atau

sputum secara lakukan aspirasi.

efektif penghisapan Penghisapan

sesuai dapat

keperluan. diperlukan bila

4. Anjurkan klien tak

asupan mampu

cairan mengeluarkan

adekuat sekret sendiri.

5. Ajarkan 4. Mengoptimalka

batuk efektif n keseimbangan

Intervensi cairan dan

kolaborasi : membantu

6 .kolaborasi mengencerkan

pemberian secret sehingga

oksigen mudah di

7. kolaborasi keluarkan.

pemberian 5. Fisioterapi

broncodilator dada/back

sesuai indikasi. massage dapat

membantu

menjatuhkan

secret yang ada

di jalan nafas.

6. Meringankan
kerja paru untuk

memenuhi

kebutuhan

oksigen serta

memenuhi

kebutuhan

oksigen dalam

tubuh.

7. Broncodilator

meningkatkan

ukuran lumen

percabangan

trakeobronkial

sehingga

menurunkan

tahanan

terhadap aliran

udara.
Gangguan 1.   Agar pasien lebih
2. perfusi jaringan Setelah dilakukan Intervensi
serebral b.d kooperatif
disfungsi system tindakan mandiri:
2.   Perubahan tekanan
saraf pusat 1.   Jelaskan kepada
keperawatan CSS merupakan potensi
akibat
pasien tentang
hipoglikemia resiko herniasi batang
selama…x24 jam
tindakan yang akan
otak
diharapkan dilakukan
3.   aktivitas seperti ini
2.  Pertahankan
gangguan perfusi akan meningkatkan
posisi tirah baring
intra thorak dan
jaringan cerebral
dengan posisi
kepala head up abdomen yang dapat
normal dengan
3.   Bantu pasien meningkatkan TIK
kriteria hasil :
untuk berkemih, 4.   Pengkajian
1.Tingkat
membatasi batuk, kecenderungan adanya
kesadaran
muntah, mengejan, perubahan tingkat
komposmentis
anjurkan pasien kesadaran dan potensial
2.   2 .Disorientasi
napas dalam selama peningkatan TIK sangat
tempat, waktu,
pergerakan berguna dalam
orang secara tepat
4.   Pantau status menentukan lokalisasi
3.   3. TTV dalam
neurologis dengan 5.   Perubahan pada
batas normal (suhu
teratur frekuensi jantung
35,5ºC – 37,5ºC,
5.   Pantau TTV mencerminkan
nadi 60-100
trauma/tekanan batang
x/menit, tekanan
otak
darah 120/80
mmHg)

3. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan Intervensi 1. Untuk mengetahui

kurang dari tindakan Mandiri: status nutrisi pasien

kebutuhan tubuh keperawatan 1. Kaji status saat ini

yang b.d selama…x24jam nutrisi pasien 2. Untuk memberikan

perubahan diharapkan 2. Jaga kebersihan rasa nyaman klien

metabolism, dan perubahan nutrisi mulut, anjurkan dan meningkatkan

kurang asupan kurang dari untukmelakuka nafsu makan.

makanan kebutuhan tubuh n oral hygiene 3. Untuk mengetahui

dapat teratasi 3. Kaji makanan makanan yang

dengan krireria kesukaan dan disukai klien agar

hasil : makanan yg klien mau makan

1. Intake nutrisi tidak disukai 4. Untuk mengetahui


tercukupi klien adanya penurunan

2. Makan habis 1 4. Monitor berat dan kenaikan berat

porsi badan klien badan klien.

3. BB normal secara rutin. 5. Nutrisi yang tepat

Intervensi sesuai anjuran ahli

kolaborasi : gizi dapat

5. Kolaborasi memenuhi

dengan ahli gizi kebutuhan asupan

untuk yang dibutuhkan

menentukan tubuh

jumlah kalori

dan nutrisi yang

dibutuhkan

pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Herdman,  Heather.  2010.  Nanda International  Diagnosis Keperawatan  Definisi 


dan Klasifikasi  2009-  2011.  Jakarta: EGC
Jevon,  Philip.  2010.  Basic  Guide  To Medical  Emergencies  In  The Dental 
Practice.  Inggris:  Wiley Blackwell
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic  Hypoglycemia  With Glucagon: 
an  Underutilized Therapeutic  Approach.  Dove Press Journal
McNaughton,  Candace  D.  2011. Diabetes  in  the  Emergency Department: 
Acute  Care  of Diabetes  Patients.  Clinical Diabetes
RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta : Aulia Publishing
Setyohadi,  Bambang.  2011. Kegawatdaruratan  Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Hadiatma, Mega. 2012. NURSING CARE IN HYPOGLYCEMIA IN PATIENTS
WITH DIABETES MELLITUS IN THE INSTALLATION EMERGENCY HOSPITAL. Naskah
publikasi UMS.pdf

Anda mungkin juga menyukai