Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA

A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA

Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabkan oleh kadar gula darah (glukosa) yang
rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-11- mg/dl
( Aina Abata, 2014).
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes
mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak
seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan
terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Hipoglikemia =Hipoglikemia murni=True hypoglicemy=gejala hipoglikemia apabila gula darah
< 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998).
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l, walaupun
gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia A,1997).
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose) adalah 60 mg
%,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%.
(Wiyono ,1999).

Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:

1. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun

normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.

2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami

malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.

3.  Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi

peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.

4. Berulang (Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme


Menurut Setyohadi(2012) dan thompson (2011) Hipoglikemia dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)

Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan

adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan

dan rasa lapar.

Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)

Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar untuk

bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup

keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara

pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.

Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)

Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain

untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit

dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

A. ETIOLOGI

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:

a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas

b.  Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita

diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya

c.  Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal

d.  Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :


1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.

Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai

dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar

gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar

gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus

memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.

2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.

Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari

dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang

dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka

keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.

3. Aktifitas terlalu berat.

Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda

berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa

darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan

kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.

4. Minum alkohol tanpa disertai makan.

Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan

menurun.

5.  Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.

Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes

pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat

misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda

akan mengalami hipoglikemia.

6. Penebalan di lokasi suntikan.


Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan

setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan

menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin

menjadi lambat.

7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.

Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus

mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum

sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.

8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.

Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus.

Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa.

Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum

glukosa yang baru menggantikannya.

9. Gangguan hormonal.

Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini

berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar

gula darah menjadi terganggu.

10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.

Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.

11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.

Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa

waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan

mengalami hipoglikemia lagi.


B. PATOFISIOLOGI

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa

untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh

glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja.

Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara

terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf

di dalam system saraf tersebut.

Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan

mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat

dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa

darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak

berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin

yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak,

ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis.

1. dehidrasi

2. kehilangan elektrolit

3. asidosis

Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula,

di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan

menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam

tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan

kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan

menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat
dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida

selama periode waktu 24 jam.

Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-asam

lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada

keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari

kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton

bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan

asidosis metabolic.

Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan

terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor,

takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak

memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada

sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi,

penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak

terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan

perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi

pada hipoglikemia sedang.

Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat,

sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di

deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang,

sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).

 Pathway Hipoglikemia
C. MANIFESTASI KLINIK

Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan

rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala

hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.

Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan

melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin

merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang

menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung

berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan

berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,

perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.

Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala
yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun

secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat

hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada

pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan

olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-

waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:

1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus

sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat,

tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%.)

2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi otak,

gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan

motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).

Adapun gejala- gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain :


Adrenergik Neuroglikopenia

Pucat Bingung

Keringat dingin Bicara tidak jelas

Takikardi Perubahan sikap perilaku

Gemetar Lemah
Lapar Disorientasi

Cemas Penurunan kesadaran

Gelisah Kejang

Sakit kepala

Mengantuk

E. PENATALAKSANAAN

1.  Glukosa Oral 
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10-  

20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150-

200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola.

Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi

glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram

karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu

gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung

dapat dicoba.             

2.  Glukosa Intramuskular

Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10

menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang

pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon

tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15

menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila

pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram

(4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk

tepung seperti crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja    1 mg

glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama

12 hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan

puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin

tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.

3.  Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan

konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai

infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.

F. KOMPLIKASI

Komplikasi dari pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat menyebabkan
gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut,
hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis
sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan
dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara abnormal (jevon,
2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian :
Identitas

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama / nama panggilan
2. Tempat tgl lahir/usia
3. Jenis kelamin
4. Agama
5. Pendidikan
6. Alamat
7. Tgl masuk
8. Tgl pengkajian
9. Diagnosa medik
II. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Keluhan Utama
3. Keluhan pada saat pengkajian

a. AKTIVITAS / ISTIRAHAT
1) Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan. Kram otot, tonus otot menurun.
Gangguan tidur/ istirahat.
2) Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas.
Letargi/ disorientasi, koma. Penurunan kekuatan otot.
b. SIRKULASI
1) Gejala : Adanya riwayat hipertensi ; IM akut. Klaudikasi, kebas, dan kesemutan
pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
2) Tanda : Takikardia. Perubahan tekanan darah postural ; hipertensi. Nadi yang
menurun / tak ada. Distritmia. Krekels ; DVJ (GJK). Kulit panas, kering, dan
kemerahan ; bola mata cekung.
c. INTEGRITAS EGO
1) Gejala : Stres; tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
2) Tanda : Ansietas, peka rangsang.
d. ELIMINASI
1) Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri / terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru / berulang. Nyeri tekan abdomen. Diare.
2) Tanda : Urine encer, pucat, kuning ; poliuri (dapat berkembang menjadi oliguria /
anuria jika terjadi hipovolemia berat). Urine berkabut, bau busuk (infeksi).
Abdomen keras, adanya asites. Bising usus lemah dan menurun ; hiperaktif (diare).
e. MAKANAN / CAIRAN
1) Gejala : Hilang nafsu makan. Mual / muntah. Tidak mengikuti diet ;
peningkatan masukan glukosa / karbohidrat. Penurunan berat badan lebih dari
periode beberapa hari / minggu. Haus. Penggunaan diuretik (tiazid).
2) Tanda : Kulit kering / bersisik, tugor jelek. Kekakuan / distensi abdomen,
muntah. Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah). Bau halotosis / manis, bau buah (napas aseton).
f. NEUROSENSORI
1) Gejala : Pusing / pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas kelemhan pada
otot. Parestesia. Gangguan penglihatan.
2) Tanda : Disoreantasi; mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD)
menurun (koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. NYERI / KENYAMANAN
1) Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat).
2) Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi ; tampak sangat berhati-hati
h. PERNAPASAN
1) Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi / tidak).
2) Tanda : Lapar udara. Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi). Frekuensi
pernapasan.
i. KEAMANAN
1) Gejala : Kulit kering, gatal ; ulkus kulit.
2) Tanda:Demam, diaforesis. Kulit rusak, lesi / ulserasi. Menurunnya kekuatan
umum / rentang gerak. Parestesia /paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan
(jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dypsnea (D. 0005)
2. Ketidakstabilan kadar gula darah b.d disfusngsi pancreas d.d kadar glukosa darah tinggi dan
mulut kering (D. 0027)
3. Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d nafsu makan menurun dan nyeri
abdomen (D.0019)
I. PERENCANAAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan 1. Mengetahui
efektif b.d hambatan tindakan Nafas (I.01011) frekuensi
upaya napas d.d keperawatan…X24 1. Monitor pola pernafasan
dypsnea (D. 0005) jam diharapkan: nafas 2. Memberikan
pola nafas 2. Posisikan posisi nyaman
membaik (I. 1004) semi fowler 3. Melonggarkan
3. Beri jalan nafas
minuman 4. Mengeluarkan
hangat secret
4. Lakukan 5. Mengeluarkan
fisioterapi sekret
dada 6. Broncodilator
5. Edukasi meningkatkan
batuk efektif ukuran lumen
6. Kolaborasi percabangan
pemberian trakeobronkial
bronkodilator sehingga
menurunkan
tahanan
terhadap aliran
udara.

Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen 1. Mengetahui tanda


2. kadar gula darah b.d tindakan Hiperglikemia dan gejalan
disfusngsi pankreas keperawatan (I.03113) hiperglikemia
d.d kadar glukosa selama…x24 jam 1. Identifikasi 2. Mempertahankan
diharapkan: tanda dan cairan
darah tinggi dan
Kestabilan glukosa gejala 3. Mempertahankan
mulut kering (D. darah (L.03022) hiperglikemia kepatenan jalan
0027) 2. Monitor nafas
kadar glukosa 4. Memperbaiki status
darah gula darah
3. Pertahankan 5. Menunjang proses
akses iv penyembuhan
4. Pertahankan
kepatenan
jalan nafas
5. Edukasi
untuk
kepatuhan
diet dan
berolahraga
6. Kolaborasi
pemberian
insulin
Deficit nutrisi yang Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (I. 1. Mengetahui
3. b.d tindakan 03119) status nutrisi
ketidakmampuanm keperawatan 1. Identifikasi 2. Menjaga
engabsorbsi nutrien selama…x24jam status nutrisi kebersihan
diharapkan : 2. Lakukan oral oral
d.d nafsu makan
Status nutrisi hygine 3. Agar tidak
menurun dan nyeri membaik (L. sebelum tersedak
abdomen (D.0019) 03030) makan 4. Untuk
3. Anjurkan memenuhi
posisi duduk kebutuhan
jika mampu nutrisi
4. Ajarkan diet 5. Menunjang
yang proses
diprogramkan penyembuhan
5. Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian
terapi

DAFTAR PUSTAKA

Herdman,  Heather.  2010.  Nanda International  Diagnosis Keperawatan  Definisi  dan


Klasifikasi  2009-  2011.  Jakarta: EGC
Jevon,  Philip.  2010.  Basic  Guide  To Medical  Emergencies  In  The Dental  Practice. 
Inggris:  Wiley Blackwell
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic  Hypoglycemia  With Glucagon:  an 
Underutilized Therapeutic  Approach.  Dove Press Journal
McNaughton,  Candace  D.  2011. Diabetes  in  the  Emergency Department:  Acute  Care  of
Diabetes  Patients.  Clinical Diabetes
RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta : Aulia
Publishing
Setyohadi,  Bambang.  2011. Kegawatdaruratan  Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam
Hadiatma, Mega. 2012. NURSING CARE IN HYPOGLYCEMIA IN PATIENTS
WITH DIABETES MELLITUS IN THE INSTALLATION EMERGENCY HOSPITAL. Naskah
publikasi UMS.pdf

Anda mungkin juga menyukai