Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KEPERAWATAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA

Disusun Oleh:
1. Agung Adi Nanjaya P17420213041
2. Daril Farahi Kurniawan P17420213046
3. Desty Dwi Ariyanti P17420213048
4. Retno Susilowati P17420213059
5. Rizal Nugroho P17420213061
6. Sumirat Agustina P17420213068
7. Tien Restu Puspitasari P17420213069
8. Ulukhatun Nisa P17420213073
9. Yunitta Muassas Sari P17420213077

Kelas III B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPOGLIKEMIA

A. DEFINISI
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana
kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan
yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain
penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap,
berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang
kesadaran (syok hipoglikemia) (Iswanto, J. 2012).
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m
mol/l, walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi
Suparman (1988).
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa (true
glucose) adalah 60 mg %, dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa
darah di bawah 60 mg% (Noer S, 1996).

B. KLASIFIKASI
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni :
1. Transisi dini neonatus (early transitional neonatal) : ukuran bayi yang besar
ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga
terjadi hiperinsulin.
2. Hipoglikemi klasik sementara (classic transient neonatal) : terjadi jika bayi
mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan
glikogen.
3. Sekunder (scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga
terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
4. Berulang (recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau
metabolisme
Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak
memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan
fungsi pada sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi,
sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup
disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

C. ETIOLOGI
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh :
1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati

Adapun penyebab lain hipoglikemia yaitu :


1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat
yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya,
terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik,
sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu.
Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki
monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja
lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar
insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika
makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan
terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan
insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang
banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga
merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa
menggunakan insulin.
5. Minum alkohol tanpa disertai makan
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar
glukosa darah akan menurun.
6. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara
lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat
insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami
hipoglikemia.
7. Penebalan di lokasi suntikan
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar
merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu
lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan
ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
8. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang
dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat
sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi
seimbang.
9. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan
glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah
dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan
menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru
menggantikannya.
10. Gangguan hormonal
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon
glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa
hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
11. Pemakaian aspirin dosis tinggi
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi
dosis 80 mg.
12. Riwayat hipoglikemia sebelumnya
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih
terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan
tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

D. FAKTOR RESIKO
1. Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)
2. Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)
3. Bayi prematur dan lebih bulan
4. BBLR yang KMK/ bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen
hati dan lemak tubuh
5. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi
cadangan kalori
6. Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
7. Bayi dengan kelainan genetik/ gangguan metabolik (penyakit cadangan
glikogen, intoleransi glukosa)
8. Neonatus puasa
9. Neonatus dengan polisitemia
10. Neonatus dengan eritroblastosis
11. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker

E. PATOFISIOLOGI
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah
glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di
astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang
begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus
dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di
dalam system saraf tersebut.
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan
glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis
osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat
kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta
klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan
keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan
mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolic.
F. PATHWAY

H
Sepsis Hipermetabolisme
I
P
Intra uterin O
Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga malnutrisi G
L
Pemakaian parenteral nutrition I
Kadar
glukaosa K
darah E
Enteral feeding kurang
M
I
A
Pemakaian Corticosteroid therapi

Disfungsi
Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika pankreas

Kanker pada keluarga

Gangguan Gangguan saraf Perubahan Daya tahan


metabolisme otonom sensori turun
muskuler perseptual

Banyak keringat Resiko


infeksi
Nutrisi Kelehan
kurang dari
kebutuhan
tubuh Kekurangan
volume
G. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa
palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual
(glukosa turun 50 mg%).
2. Fase kedua yaitu gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya      
gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman
mental menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang halus, penurunan
kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).

Adapun gejala-gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai berikut:


1. Perubahan tingkah laku
2. Serangan sinkop yang mendadak
3. Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi
4. Keringat berlebihan waktu tidur malam
5. Bangun malam untuk makan
6. Hemiplegi/ afasia sepintas
7.  Angina pectoris tanpa kelainan arteri koronaria

Adapun gejala-gejala hipoglikemi menurut ringan beratnya hipoglikemi


1. Hipoglikemia ringan
Ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemia sedang
Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan
berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di
daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan
emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin
pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi
pada hipoglikemia sedang.
3. Hipoglikemia berat
Fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat,
sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang
mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau
bahkan kehilangan kesadaran.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA


1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70-110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140
mg/dl/2 jam.
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh
kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol
hasil tes dalam waktu 2-3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin
terglikosilasi yang pada orang normal antara 4-6%. Semakin tinggi maka akan
menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya
komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu.
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.

I. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
1. Glukosa Oral 
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa
darah kapiler, 10-   20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya
dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung
glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak
diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum
ada jadwal makan dalam 1-2 jam perlu diberikan tambahan 10-20 gram
karbohidrat kompleks. Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan
tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat
mukosa rongga hidung dapat dicoba.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak
dalam 10 menit. 
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati-hati. Pemberian
glukosa dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10-25 cc setiap 10-20 menit
sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.

J. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN HIPOGLIKEMIA


Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah
penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun
minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami
hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet
glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang
konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula
diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama
(misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta
tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan
glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang
memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa
glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di
dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan
gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat
melalui pembedahan.Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat
pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang
sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan
sering makan dalam porsi kecil.

K. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,
ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan:
a. Chin lift/ Jaw thrust
b. Suction
c. Guedel Airway
d. Instubasi Trakea
2. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
a. Beri oksigen
b. Posisikan semi Flower
3. Circulation
Menilai sirkulasi/ peredaran darah
a. Cek capillary refill
b. Auskultasi adanya suara nafas tambahan
c. Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik
d. Cek Frekuensi Pernafasan
e. Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
f. Cek tekanan darah

Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil


4. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya
respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat
mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala,
untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan
kebutuhan, atau instruksi dokter.

L. PENGKAJIAN SEKUNDER
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1. Keluhan utama :
Sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi
merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti
asfiksia, kejang, sepsis.
2. Riwayat :
a. ANC
b. Perinatal
c. Post natal
d. Imunisasi
e. Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
f. Pemakaian parenteral nutrition
g. Sepsis
h. Enteral feeding
i. Pemakaian Corticosteroid therapi
j. Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
k. Kanker
3. Data fokus
Data Subyektif:
a. Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
b. Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
c. Rasa lapar (bayi sering nangis)
d. Nyeri kepala
e. Sering menguap
f. Irritabel
Data obyektif:
a. Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
b. Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat
irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
c. Plasma glukosa < 50 gr
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit sekarang
6. Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori, infeksi atau
penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor
psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa
darah, penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral.
7. Pola pengkajian fungsional
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/ berjalan, kram otot, tonus
ototmenurun, gangguan istrahat/ tidur.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas,
letargi/ disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama,
takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun/ tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas,
kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/ berulang, nyeri tekan
abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi
oliguria/ anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare).
e. Nutrisi / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/ muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatan masukan glukosa/ karbohidrat, penurunan berat badan lebih
dari beberapa hari/ minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid).
Tanda : Kulit kering/ bersisik, turgor jelek, kekakuan/ distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah), bau halisitosis/ manis, bau buah (napas aseton).
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot, parestesi, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/ koma (tahap lanjut),
gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam
menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/ berat).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/ tidak).
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/ tanpa sputum purulen, frekuensi
pernapasan meningkat.
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/ rentang gerak, parestesia/ paralisis otot termasuk otot-otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita
k. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik
(thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa
darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan
diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.

M. MASALAH ATAU DIAGNOSA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA


YANG MUNGKIN MUNCUL
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
Hipoglikemia adalah sebagai  berikut:
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gastric berlebihan, diare, muntah,
masukan di batasi, kacau mental, diuresis osmotic, intake yang kurang
2. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral,
anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran
3. Infeksi, resiko tinggi terhadap sepsis b.d kadar glukosa darah, penurunan fungsi
leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi pernafasan yang sebelumnya
4. Perubahan sensori perceptual b.d perubahan kimia endogen,
ketidakseimbangan insulin  glukosa dan atau eletrolit
5. Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolic, perubahan energi darah
defisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi: status hipermetabolik/ infeksi
N. INTERVENSI
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gastric berlebihan, diare, muntah,
masukan di batasi, kacau mental, diuresis osmotic, intake yang kurang
Kriteria Hasil : Tanda vital yang stabil, nadi perifer dapat di raba,
turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluran urine
tepat secara individu
Intervensi :
a. Dapatkan riwayat pasien/ orang terdekat sehubungan dengan lamanya/
intensitas gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang sangat berlebihan
b. Pantau tanda-tanda vital
c. Frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas dan
adanya periode apnoe dan munculnya sianosis
d. Pantau suhu, warna kulit/ kelembapannya
e. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa
f. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine
g. Ukur berat badan setiap hari
h. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang dapat di toleransi jantung
i. Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman
j. Catat hal-hal yang dapat di laporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah
dan distensi lambung
k. Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat edema, peningkatan
berat badan, nadi tidak teratur, dan adanya distensi pada vaskuler
l. Berikan therapy cairan sesuai indikasi (kolaborasi)
m. Kolaborasi untuk pemasangan DC
n. Berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui IV dan atau melalui oral
sesuai indikasi
2. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral,
anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran
Kriteria Hasil : Mencerna jumlah kalori /nutrient yang tepat, menunjukkan
tingkat energi seperti biasanya.
Intervensi :
a. Timbang BB setiap hari
b. Tentukan program diit dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat di hasilkan pasien
c. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdoment/perur kenbung, mual,
muntahan makanan yeng belum dapat di cerna
d. Beri diit TKTP/ diit DM
e. Identifikasi makanan yang dapt di sukai/di kehendaki termasuk kebutuhan
etnik/cultural
f. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan
indikasi
g. Observasi adanya tanda-tanda hiperglikemia
h. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “finger stiek”
i. Lakukan konsultasi dengan ahli diit
3. Infeksi, resiko tinggi terhadap sepsis b.d kadar glukosa darah, penurunan fungsi
leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi pernafasan yang sebelumnya
Kriteria Hasil : Mengidentivikasi intervensi untuk mencegah terjadinya
infeksi, mendemontrasikan teknik, atau gaya hidup untuk
mencegah infeksi
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik
pada semua orang yang berhubungan dengan pasien
c. Pertahankan teknik aseptic pada prosedur invasive
d. Pasang kateter/ lakukan perawatan perineal dengan baik
e. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh
f. Awasi bunyi napas
g. Berikan tindakan kenyamanan pada pasien
h. Bantu pasien untuk melakukan oral hygine
i. Anjurkan untuk makan dan minum yang adekuat
4. Perubahan sensori perceptual b.d perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan
insulin  glukosa dan atau eletrolit
Kriteria Hasil : Mempertahankan tingkat mental seperti biasanya, mengenali
dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital dan setatus mental
b. Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhan
c. Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak terganggu waktu istirahat
pasien
d. Pelihara aktivitas pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan
aktivitas sehari-hari sesuai kemampuanya
e. Lindungi pasien dari cidera (gunakan pengikat) ketika tingkat kesadaran
terganggu
f. Evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai dengan indikasi
g. Berika tempat tidur yang lembut
h. Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi.
5. Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolic, perubahan energi darah
defisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi: status hipermetabolik/ infeksi
Kriteria Hasil : Mengungkapkan peningkatan tingkat energi, menunjukkan
penigkatan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
yang di inginkan
Intervensi :
a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas
b. Berikan aktivitas alternative dengan periode istirahat yang cukup/tanpa
gangguan
c. Pantau nadi/pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan 
aktivitas
d. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan
sebagainya
e. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
dengan yang dapat di toleransi
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Askep Hipoglikemia. Dimuat dalam http://ilmukeperawatan.com/askep-


hipoglikemia.html
Diakses pada tanggal 19 Oktober 2015, Pukul 16.37 WIB
Iswanto, J. 2012. Hipoglikemi pada Bayi.
http://www.sumbarsehat.com/2012/07/hipoglikemi-pada-bayi_7154.html
Diakses pada tanggal 19 Oktober 2015, Pukul 16.25 WIB
Noer S., Waspadji S., Rahman AM., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi III,
Jakarta, FKUI, 1996.
Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia, Jakarta.

Wilkinson, M.Judith. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawtan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai