A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah
(glukosa) yang rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula
darah antara 70-11- mg/dl ( Aina Abata, 2014).
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh
penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula
darah yang merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal,
yang dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan,
aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai
dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan
menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang
sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Hipoglikemia =Hipoglikemia murni=True hypoglicemy=gejala hipoglikemia
apabila gula darah < 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998).
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l,
walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter
Patresia A,1997).
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose)
adalah 60 mg %,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di
bawah 60 mg%. (Wiyono ,1999).
C. KLASIFIKASI
Menurut Setyohadi(2012) dan thompson (2011) Hipoglikemia dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh
bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada
sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala,
vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya
mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan
kehilangan kesadaran.
D. PATOFISIOLOGI
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa
terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit,
namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu
banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah
ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam
system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang
telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6
mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM),
sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis.
1. dehidrasi
2. kehilangan elektrolit
3. asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan
glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis
osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat
kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta
klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan
keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan
mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf
simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi,
sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta
lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang
tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala
ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang
sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami
disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan
kesadaran (Smeltzer. 2001).
E. MANIFESTASI KLINIK
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga
menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat
menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah
dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung
saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi
jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat,
kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar).
Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak
dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak
biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.
Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang
permanen.
Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi
secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang
yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor
pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman,
terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum
sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu,
tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa
palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual
(glukosa turun 50 mg%.)
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan
fungsi otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental
menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran,
kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).
Adapun gejala- gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain :
Adrenergik Neuroglikopenia
Pucat Bingung
Gemetar Lemah
Lapar Disorientasi
Gelisah Kejang
Sakit kepala
Mengantuk
F. Pathway Hipoglikemia
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA
I. PENATALAKSANAAN
1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk
tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah
segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam
coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam
perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami
kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian
madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10
menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di
dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan
gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan
pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus
diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan
dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan
biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang
singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12
hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada
keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian
glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi
glikogenolisis yang terjadi
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan
konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar
disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
1. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada
secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
Chin lift/ Jaw thrust
Suction
Guedel Airway
Instubasi Trakea
2. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
Beri oksigen
Posisikan semi Flower
3. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
Cek capillary refill
Auskultasi adanya suara nafas tambahan
Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
Cek Frekuensi Pernafasan
Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
4. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan
pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.
Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.
Pengkajian sekunder
1. Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi
merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti
asfiksia, kejang, sepsis.
2. Riwayat :
o ANC
o Perinatal
o Post natal
o Imunisasi
o Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
o Pemakaian parenteral nutrition
o Sepsis
o Enteral feeding
o Pemakaian Corticosteroid therapi
o Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
o Kanker
3. Data fokus
Data Subyektif:
o Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
o Keluarga mengeluh bayinya keluar banyak keringat dingin
o Rasa lapar (bayi sering nangis)
o Nyeri kepala
o Sering menguap
o Irritabel
Data obyektif:
o Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
o Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler,
keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
Plasma glukosa < 50 gr/
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak,
lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot
termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi) Masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang
lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital
(dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat
diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam
pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi, obstruksi jalan nafas
2. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d disfungsi system saraf pusat akibat
hipoglikemia
3. Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang b.d perubahan
metabolisme, dan kurang asupan makanan.
M. PERENCANAAN
DAFTAR PUSTAKA