Anda di halaman 1dari 17

PEMBERIAN CAIRAN DAN OBAT-OBATAN

PADA PASIEN KRITIS AKIBAT


GANGGUAN ENDOKRIN HIPOGLIKEMI

A. Pengertian
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m
mol/l, walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi (Price,
2006).
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa (true glucose)
adalah 60 mg %, dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah
60 mg% (Wiyono, 2008).
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi
ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan
sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi
baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang
dikonfirmasi dengan uji glukose darah (Kowalak, 2011).

B. Klasifikasi
Tipe hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni (Price, 2006):
1. Transisi dini neonatus (early transitional neonatal) : ukuran bayi yang besar ataupun
normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi
hiperinsulin.
2. Hipoglikemi klasik sementara (classic transient neonatal) : terjadi jika bayi
mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan
glikogen.
3. Sekunder (scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi
peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.

1
4. Berulang (recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau
metabolisme
Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai (Kowalak, 2011):

1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)


Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan
bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf
pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda
dan perasaan ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan
orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi,
serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

C. Etiologi
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh (Kowalak, 2011):
1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab lain hipoglikemia yaitu (Price, 2006):


1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang
anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien
tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang
disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila

2
menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula
darah sendiri.

2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit


Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat
dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam
darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda
konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin.
Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak
sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan
cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa
darah akan menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat.
Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja
cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah
lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada
lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan
menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan
Tiap-tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan.
Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik
atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan
glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah

3
dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan
kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon.
Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka
pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis
80mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa
dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum
menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

D. Faktor resiko (Sudoyo, 2006)


1. Bayi dari ibu dengan Diabetes Mellitus (IDM)
2. Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)
3. Bayi prematur dan lebih bulan
4. BBLR yang KMK/ bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan
lemak tubuh
5. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi
cadangan kalori
6. Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
7. Bayi dengan kelainan genetik/ gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen,
intoleransi glukosa)
8. Neonatus puasa
9. Neonatus dengan polisitemia
10. Neonatus dengan eritroblastosis
11. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker

4
E. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung
pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak
dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai
dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat
tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan
interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut
(Smeltzer, 2001).
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-
sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh
urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit.
Penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan
sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam
(Smeltzer, 2001).
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan
keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic (Smeltzer, 2001).

5
F. Pathway

G. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain (Sudoyo, 2006):
1. Fase pertama yaitu gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi,
keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg
%).
2. Fase kedua yaitu gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi
otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun,
hilangnya ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan
koma (glukosa darah 20 mg%).

Adapun gejala- gejala hipoglikemi menurut beratnya ringan hipoglikemi (Smeltzer,


2001):
1. Hipoglikemia ringan
Ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor,
takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemia sedang

6
Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh
cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada
sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo,
gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping
gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
3. Hipoglikemia berat
Fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat, sehingga
pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di
deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,
serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran
(Smeltzer. 2001).

H. Pemeriksaan penunjang hipoglikemia (Sudoyo, 2006)


1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa
75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70-110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam.
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula
darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam
waktu 2-3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada
orang normal antara 4-6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang
tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu.
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.

7
I. Penatalaksanaan Hipoglikemia (Kowalak, 2011)
1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, 25 gram (3 sendok teh) glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam
bentuk 3 tablet glukosa, 6 ons kola reguler, 6 ons jus jeruk, 4 ons dari 2% atau susu
skim, atau 6-8 permen livesaver.
Tepung yang terdapat pada kraker dan kue, dipecah menjadi glukosa bebas
setelah melalui lambung dan diabsorbsi dengan sangat cepat sehingga gula darah
meningkat secepat peninggkatan glukosa dan sukrosa. Sebaiknya coklat manis tidak
diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa.
Bila belum ada jadwal makan dalam 1-2 jam perlu diberikan tambahan 10-20
gram karbohidrat kompleks. Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan
tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat
mukosa rongga hidung dapat dicoba. Respon terhadap glukosa oral tentu saja
membutuhkan waktu 5 sampai 15 menit.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak
dalam 10 menit.
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati-hati. Pemberian glukosa
dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10-25 cc setiap 10-20 menit sampai pasien
sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.

J. Penanganan Kegawatdaruratan Hipoglikemia


Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah,
air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama
penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat
timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten.
Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti
dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau
biskuit).
Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk
memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk

8
mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami
episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon.
Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam
hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah
dalam waktu 5-15 menit.
Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan.Sebelum
pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya
diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat
menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

9
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
HIPOGLIKEMIA

I. Pengkajian Primer
1. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas, ataukah
ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan:
a. Chin lift/ Jaw thrust
b. Suction
c. Guedel Airway
d. Instubasi Trakea
2. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
a. Beri oksigen
b. Posisikan semi Flower
3. Circulation
Menilai sirkulasi/ peredaran darah
a. Cek capillary refill
b. Auskultasi adanya suara nafas tambahan
c. Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik
d. Cek Frekuensi Pernafasan
e. Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
f. Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
4. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien.
Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan
ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.
Pengkajian Sekunder
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
5. Keluhan utama :

10
Sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi
merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti
asfiksia, kejang, sepsis.
6. Riwayat :
a. ANC
b. Perinatal
c. Post natal
d. Imunisasi
e. Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
f. Pemakaian parenteral nutrition
g. Sepsis
h. Enteral feeding
i. Pemakaian Corticosteroid therapi
j. Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
k. Kanker
7. Data fokus
Data Subyektif:
a. Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
b. Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
c. Rasa lapar (bayi sering nangis)
d. Nyeri kepala
e. Sering menguap
f. Irritabel
Data obyektif:
a. Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
b. Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat
irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
c. Plasma glukosa < 50 gr/
8. Riwayat penyakit dahulu
9. Riwayat penyakit sekarang
10. Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori, infeksi atau
penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis
dan social, obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah,
penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral.

11
11. Pola pengkajian fungsional (Doengus, 2012)
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/ berjalan, kram otot, tonus ototmenurun,
gangguan istrahat/ tidur.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas, letargi/
disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/ tidak
ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan
kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/ terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/ berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi oliguria/
anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi),
abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
e. Nutrisi /Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/ muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan
masukan glukosa/ karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/
minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid).
Tanda : Kulit kering/ bersisik, turgor jelek, kekakuan/ distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula
darah), bau halisitosis/ manis, bau buah (napas aseton).

f. Neurosensori
Gejala : Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesi, gangguan penglihatan.

12
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/ koma (tahap lanjut), gangguan
memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam menurun (koma),
aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/ berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/ tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/ tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan
meningkat.
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ ulserasi, menurunnya kekuatan
umum/ rentang gerak, parestesia/ paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan
(jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita
k. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan
yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak
memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin
memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri,
pemantauan terhadap glukosa darah.

II. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Hipoglikemia adalah
sebagai berikut:
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral.
2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik
3. Perubahan sensori perseptual berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa

13
III. Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
masukan oral.
NO TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
1. Timbang Berat Badan setiap hari atau Mengkaji pemasukan makanan yang
sesuai dengan indikasi adekuat
2. Tentukan program diet dan pola makan Mengidentifikasi kekurangan dan
pasien penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
3. Libatkan keluarga pasien pada Meningkatkan rasa keterlibatannya,
perencanaan makan ini sesuai dengan memberikan informasi pada keluarga
indikasi untuk memahami kebutuhan nutrisi
pasien
4. Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti Secara potensial keadaan ini dapat
perubahan tingkat kesadaran, kulit mengancam kehidupn yang harus dikaji
lembab/dingin, denyut nadi cepat, dan ditangani secara cepat melalui
lapar,peka rangsang, cemas, sakit kepala, tindakan protokol yang direncanakan
pusing dan sempoyongan.
5. Pantau pmeriksaan laboratorium sperti Gula darah akan menurun perlahan
glukosa darah, aseton, pH dan HCO3 dengan penggantian cairan dan terapi
insulin terkontrol
6. Berikan pengobatan insulin secara teratur Mempermudah transisi pada
dengen metode IV secara intermiten. metabolisme karbohidrat dan
Seperti bolus IV diikuti dengan tetesan menurunkan insiden hipoglikemia
melalui alat pompa kira-kra 5-10 UI /
sampai glukosa darah mencapai 250 mg/dl
7. Berikan larutan glukosa, misalnya dektrosa Larutan glukosa ditambahkan setelah
dan setengah salin normal insulin dan cairan membawa gula darah
kira-kira 250 mg/dl. Dengan
metabolisme karbohidrat mendekati
normal, perawatan harus diberikan untuk
menghindari terjadinya hipoglikemia
8. Berikan diet kira-kira 60% karbohidrat, Kompleks karbohidrat dapat
20% lemak dalam penataan menurunkan glukosa/kebutuhan insulin,
makan/pemberian makanan tambahan menurnkan kadar kolesterol darah dan
meningkatkan rasa kenyang
9. Berikan obat metaklopramid (reglan) dan Dapat mengatasi gejala neuropati

14
tetrasiklin otonom yang mempengaruhi saluran
cerna yang selanjutnya meningkatkan
pemasukan melalui oral dan absorpsi zat
makanan

Dx 2 : Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik

NO TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL


1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan Pendidikan dapat memebrikan motivasi
aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan untuk meningkatkan tingkat aktivitas
pasien dan identifikasi aktivitas yang meskipun pasien mungkin sangat lemah
menimbulkan kelelahan
2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode Mencegah kelelahan yang berlebihan
istirahat yang cukup / tanpa diganggu
3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan Mengindikasi tingkat aktivitas yang dapt
tekanan darah sebelum/sesudah melakukan ditoleransi secara fisiologis
aktivitas
4. Diskusikan cara menghemat kalori selama Pasien akan dapat melakukan lebih
mandi, berpindah tempat banyak kegiatan dengan penurunan
kebutuhan akan energi pada setiap
kegiatan
5. Tingkatkan partisipasi dalam melakukan Meningkatkan kepercayaan diri/harga
aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang diri yang positif sesuai tingkat aktivitas
dapat ditoleransi yang dapat ditoleransi pasien

Dx : Perubahan sensori perseptual berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa


NO TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda-tanda vital dan status mental Sebagai dasar untuk membandingkan
temuan abnormal seperti suhu yang
meningkat dapat mempengaruhi mental
2. Evaluasi lapang pandang penglihatan Edema/lepasnya retina, hemoragis,

15
sesuai indikasi katarak atau paralisis otot ekstraokuler
sementara mengganggu penglihatan
yang memerlukan terapi korektif dan
perawatan penyokong
3. Berikan tempat tidur yang lembut Meningkatkan rasa nyaman dan
menurunkan kemungkinan kerusakan
kulit karena panas
4. Pantau nilai Laboratorium seperti glukosa Ketidakseimbangan nilai laboratorium
darah, osmolalitas darah,Hb/Ht, ureum dapat menurunkan fungsi mental
kreatinin
5. Bantu dengan memblok saraf setempat, Dapat memberikan rasa nyaman yang
mempertahankan unit TENS berhubungan dengan neuropati

IV. Implementasi Keperawatan


Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan.

V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi III. Jakarta: FKUI.

Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi: Konsep Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

16
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit
Mediaction.

Smeltzer, dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai