Bernike L. Sumbayak
1608010011
Sinyo D. K. Pandie
1608010020
Maria Ch. W. Bunganaen
1608010064
ANATOMI JANTUNG
FISIOLOGI JANTUNG
VENTRICULAR EXTRASYSTOLE
Defenisi
Ventrikular ekstrasistol merupakan suatu keadaan ini muncul
dari suatu lokasi diventrikel yang teriritasi. Mekanisme dasar
berupa peningkatan automaticity atau re-entry di ventrikel.
Ventrikular ekstrasistol adalah denyutan prematur yang
muncul lebih dini dari denyutan yang seharusnya.
Patofisiologi VES
Patofisiologi VES
Automaticity Reentry
Infark miokard akut, gangguan elektrolit,
Infark miokard lama atau dilated
gangguan keseimbangan asam basa dan
cardiomiopathy
tonus adrenergik yang tinggi
Fokus ektopik dari sel pacemaker di Area dari jalur yang terblok di serat
ventrikel yang memiliki potensi untuk purkinje dan area kedua dari konduksi
menimbulkan impuls lambat
VES VES
Klasifikasi berdasarkan Derajat Penyakit
Derajat VES
Bradikardia Operasi
Takikardia Infeksi
Faktor Risiko
• Demam
• Emosi
• Aktivitas fisik berlebihan
• Gagal jantung
(Schwartz, 2004)
Gejala dan Tanda
1. Terapi Farmakologis
Apabila pasien memiliki penyakit penyerta seperti hipertensi,
SKA, atau gagal jantung, maka obati penyakit tersebut. VES yang
timbul terlalu sering (10-30 kali/menit) dan multiform, memiliki
R-T phenomenon disertai gejala, pengobatan biasanya dimulai
dengan pemberian β- bloker. Apabila tidak berhasil barulah
diberikan obat antiaritmia. Antiaritmia golongan I dilaporkan
cukup efektif kecuali pada pasien SKA. Pemberian amiodarone
hanya dilakukan pada VES maligna dan dengan disertai
ventricular takikardi dikarenakan efek sampingnya yang banyak.
2. Terapi Non Farmakologis
Tidak adanya penyakit jantung struktural yang signifikan (misalnya,
fungsi ventrikel normal, tidak ada penyakit jantung koroner atau
katup) dan asimptomatik VES tidak memerlukan terapi. VES benign
yang timbul sesekali dan tidak menimbulkan gejala tidak perlu
diberikan obat antiaritmia, cukup menghindari faktor presipitasi
(stres, produk yang mengandung kafein, merokok, alcohol, obat
simpatomimetik, obat asma dan lain-lain. Apabila pasien memiliki
penyakit penyerta seperti hipertensi, SKA.
Sasaran Terapi Dan Strategi Terapi
Evaluasi
• Pada pasien tanpa gejala tanpa mendasari penyakit jantung, prognosis jangka
panjang adalah serupa dengan populasi umum. Pasien tanpa gejala dengan fraksi
ejeksi lebih dari 40% memiliki insiden 3,5% dari takikardia ventrikel berkelanjutan
atau serangan jantung. Oleh karena itu, pada pasien dengan tidak adanya
penyakit jantung pada pemeriksaan noninvasif, prognosis lebih baik. Dalam
keadaan iskemia / infark coroner akut, pasien dengan VES sederhana jarang yang
berkembang menjadi maligna. Namun, ektopi kompleks persisten setelah MI
dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian mendadak dan mungkin
merupakan indikasi untuk studi elektrofisiologi (EPS). Pada pasien yang menderita
infark miokard, kehadiran VES telah dikaitkan dengan peningkatan hingga 3 kali
risiko kematian mendadak.
• Prognosis tergantung pada frekuensi dan karakteristik VES dan pada jenis dan
tingkat keparahan penyakit jantung struktural terkait. Secara keseluruhan, VES
berhubungan dengan peningkatan risiko kematian, terutama ketika didiagnosis
CAD.
BUNDLE BRANCH BLOCK (BBB)
Defenisi
Bundel cabang bundel (BBB) adalah perubahan konduksi ventrikular yang
dapat menyebabkan gangguan ventrikel dan gagal jantung (HF). Terdapat
sekitar sepertiga pasien dengan komorbiditas HF memiliki BBB yang
diidentifikasi dengan kriteria kompleks QRS dan sebagian besar kasus
merupakan blok cabang bundel kiri (LBBB). LBBB pada umumnya berkisar
dari 0,1-0,8% dan Blok Bundel Cabang Kanan (RBBB) sekitar 1,9-24,3% per
seribu populasi. Pada populasi umum BBB terjadi pada usia di atas 52
tahun. Selain itu, tingkat prevalensi meningkat dan sangat terkait dengan
jenis kelamin dan kelompok usia (pria dan individu yang lebih tua).
Patofisiologi
Klasifikasi Berdasarkan Etiologi
Faktor Risiko
• Pusing
• Pingsan
• Nyeri dada
• Asimptomatik
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana Terapi
Terapi resinkronisasi jantung (CRT) merupakan pengobatan yang
sangat efektif untuk pasien dengan fungsi ventrikel kiri (LV)
tertekan, gagal jantung kongestif simtomatik (HF), dan lebar QRS
yang abnormal. Hal ini dapat menginduksi remodeling LV terbalik
dengan perbaikan fungsi LV dan pengurangan gejala gagal jantung,
yang meningkatkan tidak hanya kualitas hidup dan fungsi jantung,
tetapi juga sangat mengubah prognosis, mengurangi rawat inap
dan mortalitas terkait HF. Studi tentang individu dengan LBBB dan
mekanisme kelainan konduksi intraventrikularnya menyimpulkan
bahwa CRT sebagai terapi terbaik untuk pasien simptomatik.
Sasaran Terapi Dan Strategi Terapi
Defenisi
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi
dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
(Doenges, 1999). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas
denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi.
Aritmia jantung menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat,
atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan orang
sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat,
kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan
gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. Aritmia dan HR
abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dapat terjadi dengan HR yang
normal, atau dengan HR yang lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari 60 per
menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih
dari 100 per menit) (Hanafi, 2001).
Patofisiologi Aritmia
Patofisiologi
Peningkatan Perlambatan
automatisitas sel penghantaran impuls
pacemaker atau blokade
Perubahan dalam
Ectopic pacemaker
kecepatan konduksi
Perubahan masa
refrakter
Peradangan jantung
Gangguan sirkulasi
koroner
Karena obat
Gangguan keseimbangan
elektrolit
Gangguan pada
pengaturan susunan
saraf autonom
Klasifikasi berdasarkan etiologi
Ganggguan
psikoneurotik dan
susunan saraf pusat
Etiologi aritmia
Gangguan metabolik
Gangguan endokrin
• Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi
jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat;
edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
• Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
• Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
• Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan
(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal
jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
• Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial);
kehilangan tonus otot/kekuatan
• Palpitasi
• Pingsan
• Rasa tidak nyaman di dada
• Lemah atau keletihan (perasaan
• Detak jantung cepat (tachycardia)
• Detak jantung lambat (bradycardia)
Penegakan Diagnosis
Penatalaksanaan Medis
• Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
• Anti aritmia Kelas 1: sodium channel blocker
– Kelas 1 A
• Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah
berulangnya atrial fibrilasi atau flutter
• Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai
anestesi
• Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
– Kelas 1 B
• Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
• Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
– Kelas 1 C
• Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
• Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmia jantung, angina pectoris dan hipertensi
Rencana Keperawatan
– Untuk diagnosa 1: Risiko Tinggi Penurunan Kardiak Output yang berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
miokardium.
Kriteria Hasil:
• Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang
dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin
adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa.
• Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya aritmia.
• Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia
Intervensi :
• Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo
dan simetris.
• Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung
ekstra, penurunan nadi.
• Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
• Tentukan tipe disritmia dan catat irama.
• Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase
akut.
• Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi
nafas dalam, bimbingan imajinasi.
• Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah
mengkerut, menangis, perubahan TD.
• Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
Kolaborasi :
• Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit.
• Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
• Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi.
• Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator.
– Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
• Kriteria Hasil :
• Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan.
• Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping
obat.
Intervensi :
• Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal.
• Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada
pasien/keluarga.
• Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan,
perubahan mental, vertigo.
• Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan;
bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan.
• Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan.
• Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein.
• Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang.
• Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat.
• Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala
yang memerlukan intervensi medis.
Evaluasi
Semua tindakan keperawatan dievaluasi meliputi SOAP/SOAPIER
THANK YOU
Daftar Pustaka
• Imedpub, 2016, Journal Interventional Cardiology Bundle Branch Block: Right and Left
Prognosis Implications, (http://www.imedpub.com)
• Khairunisa Siregar, 2016, Laporan Kasus Ventrikular Ekstrasistol SMF Kardiologi dan K
edokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS SYIAH KUALA