KATA-KATA KUNCI
1. Perempuan, 68 tahun
2. “Menurut yang membawanya”, ia tiba-tiba jatuh terpeleset di dekat tempat
tidurnya tadi pagi karena ‘menginjak air seninya sendiri’.
3. Beberapa hari ini, penderita sebentar-sebentar ke toilet untuk buang air kecil.
4. Sejak seminggu, penderita terdengar batuk-batuk dan agak sesak napas, serta
nafsu makannya sangat berkurang, tetapi tidak demam.
5. Penderita selama ini mengidap kencing manis dan tekanan darah tinggi.
6. Riwayat konsumsi obat anti-DM dan anti-hipertensi.
7. Setahun yang lalu pasien mendapat serangan stroke.
PERTANYAAN
1. Apa definisi ‘Inkontinensia Urine’(IU)?
2. Bagaimana klasifikasi dari tipe-tipe ‘IU’?
3. Bagaimana jenis kelamin dan faktor usia lanjut dapat mempengaruhi ‘mixed IU’?
4. Adakah hubungan ‘Hipertensi’ dengan ‘ mixed IU’ yang diderita pasien tersebut?
Jika ada, apa dan bagaimana hubungannya?
1
5. Adakah korelasi bermakna antara minum obat anti-hipertensi dengan ‘IU’ yang
diderita pasien tersebut? Jika ada, bagaimana korelasinya?
6. Bagaimana epidemiologi dan prevalensi ‘IU’ pada usia lanjut (usila)?
7. Apa etiologi ‘IU’ pada usila?
8. Bagaimana gambaran klinis ‘ mixed IU’ pada pasien geriatri?
9. Bagaimana mendiagnosis ‘mixed IU’ pada usila?
10. Bagaimana penatalaksanaan ‘mixed IU’ pada pasien geriatri?
11. Apa komplikasi ‘mixed IU’ yang dapat memperberat keadaan umum pasien?
12. Bagaimana prognosis ‘ mixed IU’ pada pasien usila?
ANALISA MASALAH
1. Perempuan 68 tahun, dan menderita lebih dari satu macam penyakit, maka sudah
dapat dipastikan bahwa ia adalah “pasien geriatri” dan telah menopause.
2. “Menurut yang membawanya”, ia tiba-tiba jatuh terpeleset di dekat tempat
tidurnya tadi pagi karena ‘menginjak air seninya sendiri’.
“Menurut yang membawanya”, memiliki dua makna. Pertama, mungkin saja
pasien dalam keadaan tak sadar, hingga ia tak mampu lagi berbicara. Kedua,
bisa saja pasien masih sadar, tapi karena ‘kaget’ akibat jatuhnya yang sangat
tiba-tiba, hingga ia ‘shock’ dan tidak bisa berbicara. Apalagi didukung fakta
bahwa usia lanjut kadang-kadang menyebabkan seseorang menjadi lebih
‘cengeng’ dan ‘manja’.
“Jatuh terpeleset karena air kencingnya sendiri, di dekat tempat tidurnya”,
menunjukkan pasien masih sadar bahwa ia akan berkemih, atau secara tak
sadar sedang berkemih di tempat tidurnya, kemudian dengan cepat bergegas
menuju toilet, akan tetapi, ia tidak mampu menahan hasratnya untuk
berkemih, sehingga urinenya keluar terus tanpa disadari. ‘Mungkin’ juga
pasien selama ini telah mengurangi aktivitasnya, sehingga ia lebih banyak di
tempat tidur (immobilisasi), karena di pagi hari semestinya ia bisa melakukan
aktivitas yang lain tanpa berdiam diri di tempat tidur.
3. Beberapa hari ini, penderita sebentar-sebentar ke toilet untuk buang air kecil,
artinya, pasien mengalami ‘frekuensi’ atau ‘polakisuri’, yaitu frekuensi buang
2
air kecil (BAK) yang lebih dari normal, atau dengan kata lain, pasien sering
berkemih.
4. Sejak seminggu, penderita terdengar batuk-batuk dan agak sesak napas, serta
nafsu makannya sangat berkurang, tetapi tidak demam.
Gambaran di atas tadi menunjukkan pasien lebih sering berbaring di tempat tidur
(immobilisasi), dan karena pengaruh usianya, telah terjadi perubahan-perubahan
fisiologis yang dapat meningkatkan resiko menderita ‘Pneumoni ortostatik’.
Bagan di bawah ini dapat menjelaskannya :
Sel-sel kelenjar
Pasien sering beraring pernapasan lisis & Jumlah & aktivitas
(telentang) keluarkan >>mukus cilia alat pernapasan↓↓
(lendir)
Refleks batuk ↓↓
Penumpukan lendir↑↑
di daerah thoraks
Memudahkan terjadinya
infeksi bakteri/virus pd
saluran napas
3
Berikut penjelasannya :
Infeksi bakteri/virus
↑↑ Point set suhu pusat (mis.39°C, maka suhu ini yg dianggap normal oleh otak)
↓↓↓NAFSU MAKAN
Depresi
Depresi krnMalu & takut krn penyakit yg diderita
membebani org lain
5
Degenerasi epitel Aktivitas & Elastisitas alveoli↓↓ Daya recoil elastin↓↓
& kelenjar bronchi jumlah cilia↓↓
↓↓ventilasi, ↓↓perfusi
Refleks batuk↓↓
↓↓Efisiensi Respirasi
SESAK NAPAS
BATUK sbg refleks (hiperventilasi) sbg refleks
untuk mengeluarkan untuk menghirup >>O2 &
lendir yg menumpuk mengeluarkan >>CO2
Kifosis
(perubahan bentuk dada)
6
5. Penyakit kencing manis (DM) yang diderita oleh pasien ini sangat berhubungan
erat dengan “hipertensi”nya. Begitupun dengan serangan stroke yang pernah
didapatnya. Berikut bagan yang menjelaskannnya :
Resistensi insulin
↑↑ Lipolisis
Kadar glukosa darah ↑↑
IDL
LDL
“foam cell”
Aterosklerosis
Stroke
7
6. Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan “jatuh” terpeleset karena menginjak
air seninya sendiri. Namun, untuk pasien geriatri, dibutuhkan skala prioritas
dalam penatalaksanaannya.
Sebelum kita menangani penyebab jatuhnya, hal pertama yang harus dilakukan
adalah memeriksa kesadaran, keadaan umum, dan fungsi vital pasien, yang
terdiri dari tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.
- Jika kesadaran dan fungsi vitalnya tidak stabil, maka harus segera
diperbaiki. Bila ia tidak sadar, kemungkinan besar disebabkan oleh trauma
kapitis akibat mambentur sesuatu saat jatuh, dan malah akan memperparah
‘IU’nya.
- Jika kesadaran dan fungsi vitalnya masih stabil, barulah kita melihat
akibat dari “jatuh” itu sendiri. Apakah ada fraktur atau dislokasi pada
tulang. Kita bisa melakukan anamnesa pada pasien atau orang yang
mengantarnya. Apakah terdapat nyeri, kelumpuhan motorik, atau “mati
rasa” (kelumpuhan sensoris). Jika terdapat kelainan-kelainan tersebut,
segera tangani. Bila tidak ada, atau kelainan-kelainan itu sudah ditangani,
barulah kita segera mengelola ‘penyebab jatuhnya’.
7. ‘Keluhan utama’ yang menyebabkan jatuhnya pasien adalah “Inkontinensia
Urine (IU)”. Agar pasien tidak jatuh lagi di kemudian hari, maka penanganan
terhadap ‘IU’nya harus segera dilakukan. Ada banyak penyakit yang dapat
menyebabkan pasien menderita ‘IU’, salah satunya, adalah “Hipertensi”.
JAWABAN PERTANYAAN
Definisi
“Inkontinensia Urine” atau IU adalah ketidakmampuan seseorang untuk menahan
urine yang keluar dari buli-buli, baik disadari ataupun tidak disadari.
Klasifikasi ‘IU’
Sebelum menangani pasien geriatri dengan IU, diperlukan ketepatan dalam
menentukan tipe yang diderita oleh pasien tersebut. Untuk itu, ada baiknya sedikit
dibahas tentang tipe-tipe IU yang ada pada usia lanjut, antara lain :
8
A. Inkontinensia Urine Akut (sementara/transient)
Umumnya bersifat reversibel. IU jenis ini akan menghilang jika faktor penyebab
bisa diatasi dengan baik. Penyebabnya, yaitu :
- Infeksi Saluran Kemih (ISK) bagian bawah, baik urethritis maupun cystitis
- Obat-obatan
- Penyakit Endokrin, misalnya DM
- Skibala ( adanya sisa-sisa feces yang tertinggal di usus, sehingga untuk
mengeluarkannnya diperlukan usaha mengedan yang kuat)
- Gangguan emosional dan psikis
B. Inkontinensia Urine Kronik (persisten/menetap)
Tidak berkaitan dengan penyakit-penyakit akut ataupun obat-obatan. Klasifikasi
IU kronik adalah sebagai berikut :
1. Stres Inkontinensia Urine (Sphincter Inkontinensia/Inkontinensia Pasif)
Timbul karena kelemahan otot-otot dasar panggul, sehingga jika terjadi
peningkatan tekanan intraabdominal (saat batuk, bersin, mengedan atau
mengangkat barang-barang berat), maka urine akan keluar tanpa disadari.
2. Urge Inkontinensia Urine (Detrusor Inkontinensia/Inkontinensia Aktif)
Terjadi karena hiperaktivitas otot-otot detrusor pada vesica urinaria (VU) yang
sangat tiba-tiba dan kuat, sehingga hasrat atau keinginan berkemih tidak dapat
ditahan lagi dan akhirnya urine keluar tanpa disadari.
3. Mixed Inkontinensia (Inkontinensia tipe Campuran)
Inkontinensia tipe ini memiliki gejala-gejala baik “Stres” maupun “Urge”
inkontinensia.
4. Overflow Inkontinensia Urine
Terjadi karena kelemahan otot buli-buli. Jika buli-buli sudah penuh melebihi
kapasitasnya, maka urine akan mengalir sendiri. Dapat terjadi :
- Inkontinensia Paradoks. Tipe ini sebenarnya bukanlah inkontinensia
sejati. Karena adanya obstruksi kronik pada uretra, maka terjadi retensi
urine. Buli-buli berkontraksi dengan kuat untuk mengeluarkan urine yang
ada, namun urine sisa terus saja menumpuk. Buli-buli yang tadinya
mampu berkontraksi akan lelah dan tidak mampu berkontraksi lagi.
Akibatnya, jika buli-buli sudah penuh, keluarlah urine diluar kehendak.
9
- Inkontinensia akibat Hipotoni bladder. Pada dasarnya buli-buli
memang lemah, sehingga tidak mampu berkontraksi. Hal ini dapat
dikaitkan dengan DM, multiple sclerosis, obat narcose, delirium, koma,
atau over relaksasi buli-buli.
5. Inkontinensia Fungsional
Inkontinensia yang disebabkan oleh faktor-faktor di luar neurologik dan
urologik, seperti kelainan fisik, faktor lingkungan, atau fungsi kognitif.
Atrophic Vaginitis
Perempuan
Uretritis
Regenerasi sel-sel Urge Inkontinensia
epitel vagina &
uretra↓↓
Cystitis
Estrogen↓↓ Mixed IU
Kelemahan otot
dasar panggul ↑↑tek. Intra
abdominal
Stres Inkontinensia
Instabilitas VU↑↑
Residual Volume↑↑
Mengingat pasien adalah seorang wanita yang usianya sudah lanjut, dan mungkin
saja ia multipara, maka dalam hal ini “mixed IU” yang ada, akan lebih dominan
menunjukkan gejala “stres IU” daripada “urge IU”nya. Apalagi pada kasus disebutkan
bahwa pasien ini juga sering batuk-batuk.
10
Hubungan ‘Hipertensi’ dengan ‘Mixed IU’
↓↓elastisitas ↑↑resistensi
pembuluh pembuluh drh Hipertensi Aterosklerosis
darah
↑↑Tek.darah Kerusakan
sistemik pembuluh drh
(khususnya otak)
↑↑Beban jantung
Stroke
↑↑pompa ventrikel
Kerusakan Cortex Cerebri
(micturition Centre)
Hipertrofi ventrikel
Kehilangan inhibisi
Jantung tidak tonus otot detrusor
mampu kompensasi
Hiperaktivitas
Payah Jantung Bladder
Urge Inkontinensia
Decompensasio cordis (ggl jantung)
11
Hubungan ‘Minum obat anti-hipertensi dengan ‘IU’
Ada beberapa jenis obat anti-hipertensi yang dapat menyebabkan Mixed IU pada
pasien ini, antara lain :
1. Diuretik, yang menyebabkan poliuri, frekuensi (polakisuri), dan urgensi
2. α-adrenergic blocker, menyebabkan relaksasi uretra, sehingga memudahkan
‘stres IU’
3. ACE-inhibitor, menyebabkan Batuk, yang dapat memicu ‘stres IU’
4. β-adrenergic blocker, menyebabkan relaksasi (hipotoni) buli-buli, menyebabkan
‘Overflow IU’
5. Ca channel-blocker, menyebabkan retensi urine, yang pada akhirnya jatuh pada
‘Overflow IU’
Pada usila, obat hipertensi yang menjadi pilihan utama adalah diuretik dan Ca
channel-blocker karena penggunaannya yang cukup aman. Sedangkan β-adrenergic
blocker menjadi pilihan terakhir, mengingat akibat yang dapat disebabkannya, antara lain
menurunkan ‘Cardiac Output’, menghambat produksi renin di ginjal, dan bahkan
menurunkan kontraktilitas myokard yang pada dasarnya pada usila sudah lemah.
12
- 26,7% : Inkontinensia Stres (SUI)
- 9% : Inkontinensia Urge (UUI)
- 8,8% : Inkontinensia tipe lain
13
Diagnosis ‘IU’ pada pasien Geriatri
IU merupakan salah satu keluhan utama pada pasien geriatri. Seperti halnya
dengan keluhan pada suatu penyakit, IU bukan merupakan diagnosis, sehingga perlu
dicari penyebab aslinya.
Diagnosa yang tepat terhadap penyebab IU, akan sangat membantu dalam
menentukan tipe IU yang diderita oleh pasien, sehingga dapat menjamin penatalaksanaan
IU dengan benar.
14
a. Hesitansi (sulit dan lama untuk memulai BAK sehingga perlu mengejan)
b. Pancaran miksi lemah (jatuh di dekat kaki)
c. Intermittensi (ditengah BAK, miksi terputus, kemudian miksi lagi, begitu
terus secara berulang-ulang)
d. Miksi tidak puas, sehingga terdapat ‘terminal dribbling’ (urine menetes-
netes diakhir BAK)
- Gejala Iritatif :
a. Frekuensi (polakisuri)
b. Nokturi (polakisuri pada malam hari)
c. Urgensi (rasa nyeri ketika manahan BAK)
d. Disuri (rasa nyeri ketika sedang berkemih)
4. Apakah ada riwayat penyakit (misalnya : DM, hipertensi, ISK, atau hematuri)?
5. Apakah pernah operasi sebelumnya?
6. Berapa kali pernah hamil atau melahirkan?
7. Obat-obat apa saja yang sering dikonsumsi selama ini?
8. Bagaimana kebiasaan hidupnya (makanan dan minuman : kopi, teh, alkohol)?
9. Bagaimana kehidupan seksual (ada infeksi kelamin atau tidak)?
10. Bagaimana ‘bowel habit’nya (apakah sering mengedan atau konstipasi)?
15
Pemeriksaan Penunjang ‘IU’
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam mendiagnosa
penyebab ‘IU’, yaitu :
1. Laboratorium
- Urinalisis : Hematuri, pyuri, kutur bakteri
- Darah : Gula darah, fungsi ginjal, PSA (♂)
2. Pencitraan
- USG abdomen
- BNO-IVP
- Urethro-cystoscopy
16
2. Medikamentosa
Pada “Mixed IU” harus ditanyakan pada pasien, keluhan mana yang lebih
dominan, apakah gejala “stres IU” atau “urge IU”, setelah jelas, baru dapat diberi
pengobatan medikamentosa sebagai berikut :
-Pada “stres IU” yang lebih dominan, dapat diberikan :
- α1 adrenoceptor agonist
- Estrogen
- Serotonin
- Pada “urge IU” yang lebih dominan, diberikan :
- parasympatolitic (anti-muscarinic agents)
3. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan konservatif dan medikamentosa gagal.
17