Haura Nafisa Rifqah Kinasih Sartika Zalendari Yasirli Amrina Putra Hidayatullah
213310726 213310739 213310742 213310749 213310734
Poin Pembahasan
0 Asma 0
Pneumonia
1 Bronkial 2
Microplasm
sehat
Protozoa
a
Pneumonia yang Pneumonia yang
dihasilkan biasanya disebabkan oleh protozoa
berderajat ringan dan sering disebut pneumonia
tersebar luas. pneumosistis.
Anatomi Fisiologi Sistem
Pernafasan
• Hidung
• Faring
• Laring
• Trakea
• Bronchus
• Alveolus
• Membran pernafasan
• Paru-paru
Manifestasi Klinis Komplikasi
1.infeksi saluran pernafasan bagian atas. suhu naik secara mendadak
(38-40 DC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi), batuk, ● Otitis media akut (OMA)
mula-mula kering (non produktif) sampai produktif.
2.Nafas: sesak, pernafasan cepat dangkal, frekuensi napas meningkat ●Mar
Efusi pleura.
pada anak umur 1-5 tahun (40 x/mnt atau lebih), umur 2 bulan-1 ● Emfisema.
tahun (50 x/rnnt atau lebih), dan umur < 2 bulan (60 x/rnnt atau s
● Meningitis.
lebih).
3.Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, napas ● Abses otak.
cuping hidung kadang-kadang terdapat nasal discharge (ingus). ● Endokarditis.
4.Suara nafas lemah, mendengkur, rales (ronki), dan wheezing Ven ● Osteomielitis Jupit
5.Nadi cepat dan bersambung,
6.Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan us ● Atelektasis er
batuk, ● Perikarditis superinfeksi
7.Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen disertai muntah ● Abses paru
dan diare.
8.anoreksia dan perut kembung ● Edema fulmoner
9.tampak sianosis pada mulut, hidung dan kuku Satu
● Gagal pernafasan
10.sering merasa malaise
11.gelisah
rn
12.cepat lelah.
Patofisiologi
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan
juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Setelah mencapai
parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di
alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli
menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis.
Woc
Pneumonia
Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang
Menderita Pneumonia
1. Pengkajian
• Identitas
• Kondisi: Anak-anak cenderung mengalami pneumonia akibat infeksi virus
• Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : sesak nafas
RKS : infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari, kemudian mendadak panas tinggi, sakit kepala, dada (anak besar) sesak
nafas, cyanosis atau batuk-batuk
RKD : Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelumnya
RKK : kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami infeksi saluran pernapasan
• Pemeriksaan Fisik
Status penampilan kesehatan tampak lemah
Tingkat kesadaran normal, letragi, strupor, kama, apatis tergantung tingkat penyebaran penyakit.
Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan dan kulit tampak pucat dan sianosis.
Terjadi perubahan TTV: takikardia, hipertensi, takipnea, dispnea progesif, pernafasan dangkal, penggunaan otot bantu pernafasan,
pelebaran nasal atau napas cuping hidung, suhu tubung meningkat bahkan terjadi hipertermi akibat penyebaran toksik
mikroorganisme yang direspon oleh hipotalamus.
Thorax dan paru-paru
I : takipnea, dispnea progesif, pernafasan dangkal, pektus ekskavatum (dada corong), paktus karinatum (dada burung), barrel
chest.
P : adanya nyeri tekan, massa, peningkatan vokal fremitus pada daerah yang terkena.
P : pekak, normalnya timpani (terisi udara) resonansi.
A : Suara bronkovesikuler atau bronkial pada daerah yang terkena. ronkhi inspiratoir pada sepertiga akhir inspirasi.
Pemeriksaan integumen
Kulit
Warna : pucat sampai sianosis
Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas, setelah hipertermi kulit anak akan teraba dingin.
Turgor : menurun ketika dehidrasi
Kepala dan mata: Perhatikan bentuk dan kesimetrisan; Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang nyata;
Periksa higine kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut, perubahan warna.
Sistem Pulmonal
I : Adanya PCH - sesak napas, dyspnea, sianosis sirkumoral, distensi abdomen. Batuk : Non produktif Sampai produktif dan
nyeri dada.
P : Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati kemungkin membesar.
P : Suara redup pada paru yang sakit.
A : Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia.
Sistem Cardiovaskuler; Sbj : sakit kepala.; Obj : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun.
Sistem Neurosensori; S : gelisah, penurunan kesadaran, kejang.; O : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi.
Sistem Genitourinaria; S : mual, kadang muntah.; O : konsistensi feses normal/diare.
Sistem Musculoskeletal; S : lemah, cepat lelah.; O : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot
aksesoris pernafasan.
• Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan Diagnostic Dan Laboratorium
• Pemeriksaan sputum gram dan kultur sputum dengan sampel adekuat.
• Pemeriksaan darah, leukositosis, LED, kultur darah.
• Radiologi, abnormalitas yang disebabkan adanya radang atau cairan ditandai dengan konsolidasi dan kelainan bisa
satu lobus atau lebih dan atau sebagian dari lobus.
2. Diagnosis Keperawatan
• Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret
• Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane kapiler alveolus.
• Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral
tidak adekuat, demam, takipnea.
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSIS INTERVENSI TUJUAN
1. bersihan jalan nafas tidak efektif Latihan Batuk Efektif Jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada
berhubungan dengan peningkatan Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status pernafasan dan penumpukan secret.
produksi sekret bunyi nafas abnormal.
Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage setiap 4 – 6 jam,
Beri therapy oksigen sesuai program.
Bantu membatukkan sekresi/pengisapan lender.
Beri posisi yang nyaman yang memudahkan pasien bernafas.
Ciptakan lingkungan yang nyaman sehingga pasien dapat tidur tenang.
Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernafasan.
Beri minum yang cukup.
Sediakan sputum untuk kultur/test sensitifitas.
Kelola pemberian antibiotic dan obat lain sesuai program.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan Manajemen Jalan Nafas Pasien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran
dengan perubahan membrane kapiler Beri posisi fowler/semi fowler. gas secara optimal dan oksigenasi jaringan secara
alveolus. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda sianosis setiap 2 jam. adekuat.
Beri oksigen sesuai program.
Monitor analisa gas darah.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan kenyamanan pasien.
Cegah terjadinya kelelahan pada pasien.
3. Hipovolemia berhubungan dengan intake Manajemen Hipovolemia Pasien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal.
oral tidak adekuat, demam, takipnea. Catat intake dan out put cairan. Anjurkan ibu untuk tetaap memberi cairan peroral serta
hindari susu yang kental/minum yang dingin agar merangsang batuk.
Monitor keseimbangan cairan membrane mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran
menurun, tanda-tyanda vital.
Pertahankan keakuratan tetesan infuse sesuai program.
Lakukan oral hygiene.
Analisis Jurnal
Judul Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Perbaikan Klinis Pada Anak Dengan Pneumonia
Faktor- faktor yang mempengaruhi serangan asma, kejadian asma, serta keparahan asma :
a.Faktor pejamu. : Faktor dari pasien
b.Faktor lingkungan.
1.Alergan.
Alergen dalam rumah : tungau debu rumah, alergen hewan piaraan, alergen kecoa, jamur.
Alergen luar : serbuk sari, jamur.
2.Infeksi.
3. Iritan.; Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, dan polutan udara lainya dapat memacu
serangan asma. Iritasi hidung dan batuk sendiri dapat menimbulkan refleks bronkokonstriksi.
4. Cuaca : Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara berhubungan dengan percepatan
5. Faktor psikis : Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persoalan yang berhubungan dengan asma oleh anak
sendiri/keluarganya .
6. Kegiatan jasmani : Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda
7. Obat-obatan : Beberapa klien dengan asma bronkial sensitive terhadap obat tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker,
kodein dll.
Anatomi Fisiologi Sistem
Pernafasan
• Hidung
• Faring
• Trakea
• Paru-paru
Manifestasi Klinis
1.Objektif.
Terdapat sesak napas yang berat dengan ekspirasi disertai wheezing, dapat disertai batuk dengan sputum kental,
sukar dikeluarkan, bernapas dengan menggunakan otot-otot tambahan, sianosis, takikardi, gelisah, pulsus
paradoksus,dan terdapat fase ekspirium memanjang disertai wheesing (di apeksdan hilus).
2.Subjektif
Klien merasa sukar bernapas,sesak, dan anoreksia.
3.Psikososial.
Gejala psikososial yang sering dialami anak dengan asma ialah perasaan cemas, takut, dan mudah tersinggung, yang
disebabkan karena kurangnya pengetahuan klien terhadap penyakit.
ASM
2.Atelektasis.
3.Gagal napas.
4.Bronkhitis atau radang paru-
A
paru
BRO
NKIA
L
Asuhan Keperawatan Pada Asma
1. Pengkajian
• Identitas
Bronkial
• Riwayat kesehatan
Keluhan utama : dispnea (jngka waktu lama), batuk, dan mengi (pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
RKD : riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis, utikaria, dan eskrim).
RKK : kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami asma
• Pemeriksaan fisik
a)Inspeksi.
1)Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posisi duduk.
2)Dada diobservasi.
3)Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah.
4)Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa, dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis, skoliosis, dan
lordosis.
5)Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakkan dada.
6)Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung pernapasan diafragma, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
7)Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase.
8)Kelainan pada bentuk dada
9)Observasi kesimetrisan pergerakkan dada.
10)Observasi trakea abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
b)Palpasi
1)Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan keadaan kulit, dan
mengetahui vocal/ tactile premitus (vibrasi)
2)Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
3)Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara.
c)Perkusi
Suara perkusi normal :
1)Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal.
2)Dullnes : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas bagian jantung, mamae, dan hati
3)Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
4)Hipersonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang berisi darah.
5)Flatness : sangat dullnes. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi. Dapat terdengar pada perkusi daerah hati, di mana areanya
seluruhnya berisi jaringan.
d)Auskultrasi
1)Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan (abnormal).
2)Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
3)Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan vesicular.
4)Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural friction rub, dan crackles.
2. Diagnosis Keperawatan
• Uji Darah
1. Kadar albumin serum akan menurun, dengan hasil kurang dari 2 gr/dl (normalnya 3,5-5,5 gr/dl).
2. Kadar kolesterol serum akan meningkat, dapat mencapai 450-1000 mg/dl (normalnya <200 mg/dl).
3. Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau mengalami hemokonsentrasi ( normalnya Ht pada laki-laki
44-52% dan pada Perempuan 39-47%).
4. Kadar trombosit akan meningkat, mencapai 500.000- 1.000.000/ µl (normalnya 150.000-400.000/µl).
5. Kadar elektrolit serum bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit perorangan (normalnya K+ 3,5-5,0 mEq/L, Na+
135-145 mEq/L, Kalsium 4-5,5 mEq/L, Klorida 98-106 mEq/L)
• Uji Diagnostik
1. Biopsi ginjal dapat dilakukan hanya untuk mengindikasikan status glomerular, jenis sindrom nefrotik, respon
terhadap penatalaksanaan medis dan melihat proses perjalanan penyakit (Betz & Sowden, 2009).
2. Diagnosis Keperawatan
Kemungkinan diagnosis:
1) Hipervolemia yang disebabkan oleh gangguan mekanisme regulasi
2) Gangguan citra tubuh disebabkan oleh perubahan fungsi tubuh (proses
penyakit)
3) Gangguan integritas kulit/jaringan disebabkan oleh kekurangan/kelebihan
volume cairan
4) Diare yang disebabkan oleh malabsorbsi
5) Pola nafas tidak efektif disebabkan oleh adanya hambatan upaya nafas
misalnya kelemahan otot pernapasan
6) Penurunan curah jantung disebabkan adanya perubahan kontraktilitas
7) Gangguan eliminasi urin yang disebabkan oleh penurunan kapasitas
kandung kemih.
8) Defisit nutrisi yang disebabkan oleh faktor pikologis yaitu keengganan
untuk makan.
3. Luaran dan Intervensi Keperawatan
Tahun 2022
Nomor 3
Volume 13
Tujuan Tujuan lirerature review ini adalah untuk mengetahui apakah suplemen
formula ikan gabus dapat meningkatkan albumin serum secara
signifikan pada pasien nephrotic syndrome.
Kesimpulan Hasil telaah review dari 6 artikel menunjukkan bahwa suplemen formula
ikan gabus dapat meningkatkan albumin serum secara signifikan pada
pasien nephrotic syndrome dengan waktu pemberian berbeda beda.
Kandungan protein dalam ikan gabus dapat meningkatkan albumin
serum pada pasien nephrotic syndrome.
0
3
Gagal Ginjal
Akut
Pengertian
Gagal ginjal akut atau acute kidney injury
adalah kondisi ketika ginjal berhenti
berfungsi secara mendadak atau tiba-tiba.
Kondisi ini bisa terjadi akibat gangguan
aliran darah ke ginjal, gangguan di ginjal,
atau penyumbatan di saluran urine.
(Radityo et al., 2016), Gagal Ginjal Akut
(GGA) adalah penurunan mendadak
Kecepatan Filtrasi Glomerulus (KFG)
dengan ketidakmampuan mengeluarkan
bahan terlarut dan air, yang mengakibatkan
penimbunan bahan terlarut dan air.
Etiologi
1. Gagal Ginjal Pre-Renal 2. Gagal Ginjal Renal
Merupakan berkurangnya aliran darah ke ginjal. Biasanya Penyebab gagal ginjal renal ini, dimana ada
penyebab gagal ginjal pre renal yaitu : kerusakan yang terjadi pada ginjal.
• Hipovolemia (volume darah yang kurang), • Sepsis,
• Dehidrasi karena kehilangan cairan, • Obat-obatan yang toksik terhadap ginjal.
• Dehidrasi karena kurangnya asupan cairan. • Rhabdomyolysis,
• Obat-obatan, • Multiple myeloma.
• Gangguan aliran darah ke ginjal yang disebabkan • Peradangan akut pada glomerulus,
sumbatan pada pembuluh darah ginjal.