STATUS ASMATIKUS
S T I K E S
OLEH :
PROFESI-NERS
2015
A. Pengertian
Status Asmatikus adalah suatu keadaan dimana penyakit asma yang tidak dapat ditangani
dengan pengobatan biasa, melainkan harus dengan menggunakan alat, seperti Bronkodilator.
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode
bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif (bersifat menghambat, menyumbat) intermiten
(terjadi berkala setelah interval tertentu), reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara
hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan
jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas.
B. Etiologi
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukkan dasar gejala asma yaitu inflamasi dan respons saluran
napas yang berlebih ditandai dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi), tumor (esudasi plasma
dan edema), dolor (rasa sakit karena ransangan sensori), dan fuction laesa (fungsi yang terganggu).
Dan raang harus disertai dengan infiltrasi sel-sel radang. (Sudoyo Aru dkk).
Sebagai pemicu timbulnya serangan, serangan dapat berupa infeksi (infeksi virus RSV), iklim
(perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu, kapuk, tungau, sisa-sisa serangga mati,
bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat), makanan (putih telor, susu sapi, kacang tanah, coklat,
biji-bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olah raga berat, kevapaian, tertawa terbahak-bahak)
dan emosi.
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
1. Objektif :
Sesak napas yang berat dengan ekspirasi disertai wheesing
Dapat disertai batuk dengan sputum kental, sukar dikeluarkan
Bernapas dengan menggunakan otot-otot tambahan
Sianosis, takikardi, gelisah, pulsus paradoksus
Fase ekspirium memanjang disertai wheesing (di apeks dan hilus)
2. Subyektif :
Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan anoreksia
Psikososial : Klien cemas, takut, dan mudah tersinggung
Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnya
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Sputum :
Adanya eosinofil
Kristal charcot Leyden
Spiral Churschmann
Miselium Asoergilus Fumigulus
D. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar
bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di
udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang
yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam
jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
(Tanjung, 2003) Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi
yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor - faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding
bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. (Tanjung,
2003) Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi
karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus.
Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya
dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini
menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat
selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest. (Tanjung, 2003)
F. Penatalaksanaan
Perinsif penatalaksaan asmatikus
a. Diagnose status asmatikus
Factor yang harus diperhatikan
Beratnya serangan
Obat-obat yang telah diberikan ( obat dan dosis )
b. Pemberian obat bronkodilator
c. Penilaian terhadap serangan
d. Pertimbangan terhadap pemberian kartokasteroid
e. Setelah serangan mereda :
Cari faktor penyebab
Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya.
G. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.
3. Riwayat keluarga: riwayat keturunan
4. Status mental : lemas, takut, gelisah
5. Pernapasan
Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan
hidung.
Adanya bunyi napas mengi.
Adanya batuk berulang.
6. Gastro intestinal : adanya mual, muntah.
7. Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah
Pemeriksaan fisik
1. Dada:
Contour, Confek, tidak ada defresi sternum
Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal
Keabnormalan struktur Thorax
Contour dada simetris
Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata
RR dan ritme selama satu menit.
2. Palpasi :
Temperatur kulit
Premitus : fibrasi dada
Pengembangan dada
Krepitasi (bunyi seperti gesekan rambut dengan jari)
Massa
Edema (penimbunan cairan yang berlebih didalam jaringan).
3. Auskultasi:
Vesikuler
Broncho vesikuler
Hyper ventilasi
Rochi
Wheezing
Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.
H. Analisa Data
1. DS : klien mengatakan sesak pada Sputum dalam jumlah Bersihan jalan napas tidak
saat ia bernapas, batuk dan nyeri berlebih efektif
pada dada dan abdomen. adanya Batuk yang tidak
alergi pada debu. efektif
Perubahan irama
DO : klien tampak susah bernapas
nafas
dan ketika ekspirasi terdengar
bunyi wheezing. Dari hasil
pemeriksaan fisik klien didapatkan
TD : 120/80, RR : 29 x/mnt , Nadi :
113x/mnt
2. Ds: Klien mengatakan sesak pada Pernafasan abnormal ( Gangguan pertukaran gas
saat bernafas,nyeri pada dada dan kecepatan, irama,
abdomen. kedalaman )
Nafas cuping hidung
Do: Klien tampak lemah,letih, dan
Ventelasi - perfusi
wajah tampak pucat.
Hasil pemeriksaan Radiologi
menunjukan terjadi Hiperinflasi
pada parunya .
Menggunakan otot bantu
pernapasan, tampak adanya
pernapasan cuping hidung
Pada TTV klien menunjukkan :
TD : 120/80.
RR : 29x/menit.
Nadi : 113x/menit.
TD : 120 /80
RR : 29 x/menit
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sputum dalam jumlah berlebih
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pernafasan abnormal (kecepatan, irama,
kedalaman)
3. Ansietas berhubungan dengan kesulitan bernafas
J. NPC
Airway Suction
patency memaksimalkan
ventelasi identifikasi
Indikator IR ER
pasein perlunya
Status mental pemasangan alat jalan
dalam rentang nafas bantuan
yang diharapkan Pasang mayo bila perlu
Kemudahan dalam Lakukan fisioterapi
bernafas dada jika perlu
Dispnea saat Keluarkan secret
istirahat tidak ada dengan batuk atau
Dispnea saat section
aktivitas tidak ada Auskultasi suara nafas,
Tidak terdapat catat adanya suara
kelemahan tambahan
Sianosis tidak ada Lakukan suction pada
Somnolen tidak mayo berikan
ada bronkodilator bila perlu
PaO2 dalam batas Berikan pelembab udara
normal Atur intake untuk
PaCO2 dalam mengoptimalkan
batas normal keseimbangan cairan
Ph arteri dalam Monitor respirasi dan
batas normal status O2
Saturasi oksigen
Respiratory Monitoring
dalam batas
Monitor rata-rata
normal
kedalaman, irama dan
ET (end tidal)
usaha respirasi
CO2 dalam
Catat pergerakan dada,
rentang yang
diharapkan amati kesimetrisan,
Foto toraks dalam penggunaan otot
rentang yang tambahan, reaksi otot
diharapkan supraclavicular dan
Perfusi-ventelasi intercostal
seimbang Monitor suara nafas,
seperti dengkur
Ket :
Monitor pola nafas :
1. Keluhan ekstrim
bradipena, takipnea,
2. Keluhan berat
kussmaul,
3. Keluhan sedang
hiperventelasi, cheyne
4. Keluhan ringan
stokes, biot
5. Tidak ada keluhan
Palpasi kesalmaan
epansi paru
Perkuso torak anterior
dan posterior dari apeks
dampai basisi bilteral
Catat lokasi trakea
Monitor kelebihan otor
diagfarhma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara nafas,
catar area penunmait/
tidak adanya ventelasi
dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan rokhi pada jalan
nafas utama
Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
Monitor nilai PFT
terutama kapasitas vital,
kekuatan inspirasi
maksimal, volume
ekspirasi paksa
Monitor hasil ventelasi
mekanik, catat
peningkatan tekanan
inspirasi dan penurunan
volume tidal
Monitor peningkatan
kelelahan, cemas, dan
lapar udara
Catat perubahan SaO2,
SvO2, end tidal CO2,
perubahan nilai ABG
Monitor kemampuan
pasien untuk batuk
efektif
Monitor secret
respiratori pasien’catat
onset, karakteritik dan
durasi batuk, D monitor
dispnea dan kejadian
yang meningkatkan atau
memperburuk
Monitor crepitus
Monitor foto toraks
Buka jalan nafas dengan
chin lift atai jauw trust
Posisikan pasien pada
satu sisi untuk
mencegah aspirasi
Lakukan resuistasi
Lakukan tindakan terapi
respiratori
Ket :
1. Tidak pernah
menunjukkan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang -kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
Coping
Indikator IR ER
Monitor
intensitas
kecemasan
Mengenal koping
efektif
Mengenak
koping tak efektif
Memverbalkan
kemampuan
kontrol
Melaporkan
menurunnya
stress
Memverbalkan
penerimaan
terhadap situasi
Mencari
informasi
berkaitan dengan
penyait dan
pengobatannya
Modifikasi gaya
hidup sesuai
kebutuhan
Beradaptasi
dengan
perubahan
perkembangan
Menggunakan
support sosial
yang
memungkinkan
Mengerjakan
sesuatu yang
menurunkan
stress
Mengenal strategi
koping multiple
Menggunakan
strategi koping
efektif
Menghindari
situuasi penuh
stress
Mencari
pertolongan
profesional yang
sesuai
Memverbalkan
kebutuhan akan
bantuan
Melaporkan
menurunnya
keluhan fisik
Mnelaporkan
menurunnya
perasaan negatif
Melaporkan
kenyamanan
psikologi yang
meningkat
Ket :
1. Tidak pernah
menunjukkan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang -kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan