Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASMA BRONKIAL

A. Pendahuluan Teoritis Penyakit


1. Definisi
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
trachea dan bronchus terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan
(Muttaqin, 2008)
Asma bronkial merupakan inflamasi kronik jalan napas yang
melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah
hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan napas,
dan gejala pernapasan (mengi dan sesak). Obstruksi jalan napas
umumnya bersifat reversibel tergantung berat dan lamanya penyakit.
(Kapita Selekta Kedokteran, 1999)

2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1) Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan (antibiotik dan aspirin) dan spora jamur. Asma
ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap alergi.
2) Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara
dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernapasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan
sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan.
3) Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
3. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala asma antara lain :
a. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa
stetoskop.
b. Batuk produktif, sering pada malam hari.
c. Napas atau dada seperti tertekan.
Gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari
dan memburuk pada malam hari. Penyebabnya tidak dimengerti
dengan jelas, tetapi mungkin berhubungan dengan variasi
sirkadian, yang mempengaruhi ambang reseptor jalan napas.
Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa
sesak dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat dan mengi.
Ekspirasi selalu lebih susah dan lebih panjang dari inspirasi, membuat
pasien untuk duduk tegak dan menggunakan otot-otot aksesori
pernapasan, jalan napas yang tersumbat menyebabkan dispnea. Batuk
semula ringan makin lama makin berat, sputum makin kental dan susah
dibatukkan, sianosis sekunder bila terjadi hipoxia berat dan gejala-
gejala retensi karbondioksida.
Serangan asma dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa
jam dan dapat hilang secara spontan, kadang terjadi reaksi kontinue yang
lebih berat yang disebut status asmatikus. Kondisi ini dapat mengancam
kehidupan.

4.
Pathway

Faktor instrinsik Faktor ekstrinsik

Infeksi kuman

Allergen faktor
Infeksi saluran pernapasan
`

Pengkajian respon
imun (sel mati)

Pengaktifan mediator
kimiawi, histamin

Bronchospasme Edema mukosa Sekresi Inflamasi

Penyempitan jalan napas

Pola Napas Tidak


Efektif

Serangan proksismal

Dispnea, wheezing, batuk,


sputum

Anoreksia Ancaman
Bersihan Jalan Napas kehidupan
Tidak Efektif
Risiko Ketidakseimbangan Ansietas
Cairan
5. Pemeriksaan Penunjang
Melakukan pemeriksaan laboratorium antara lain :
1) Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
1) Kristal-kristal charcot legden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinofil.
2) Terdapatnya spiral curshmann, yakni spiral yang merupakan silinder
sel-sel cabang-cabang bronkus
3) Terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari epithel bronkus
4) Terdapatnya neutrofil eosinofil
2) Pemeriksaan darah untuk melihat :
1) Analisa Gas Darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun peningkatan Ph menunjukkan kondensasi
prognosis yang buruk.
2) Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
3) Hiponatremia, kadang-kadang PMN meningkat di atas 15.000/mm3
menandakan terdapatnya infeksi
4) Pada pemeriksaan alergi terdapat IgE yang meningkat pada waktu
serangan dan menurun waktu bebas serangan
3) Foto rontgen untuk melihat keadaan paru-paru apakah terdapat komplikasi
atau tidak.
4) Pemeriksaan faal paru, untuk melihat adanya perubahan ventilasi perfusi,
difusi udara selama serangan asma.
5) Elektrokardiografi untuk melihat perubahan aksis jantung, melihat tanda-
tanda hipertrofi jantung, melihat adanya tanda-tanda hipoksemia.
6. Penatalaksanaan
a. Tujuan terapi asma yaitu :
1) Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
2) Mencegah kekambuhan
3) Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta
mempertahankannya
4) Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal, termasuk
melakukan exercise
5) Menghindari efek samping obat asma
6) Mencegah obstruksi jalan napas yang irreversibel

b. Penatalaksanaan terapi :
1) Oksigen 4 – 6 liter/menit
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau fereterol 2,5 mg atau terbutaline
10 mg) inhalasi nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20
menit sampai 1 jam. Pemberian agnosis B2 dapat secara subkutan atau
IV dengan dosis salbutamol 0,25 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam
larutan dekstrosa 5% dan diberikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5 – 6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat
ini dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan ½ dosis.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100 – 200 mg IV, jika tidak ada respon
segera atau pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam
serangan sangat berat.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pertukaran gas, kerusakan
Data :
- Dispnea, sianosis
- Takikardia
- Gelisah/perubahan mental
- Hipoksia
b. Bersihan jalan napas, tak efektif
Data :
- Perubahan frekuensi, kedalaman pernapasan
- Bunyi napas tidak normal, penggunaan otot aksesori
- Dispnea, sianosis
- Batuk efektif atau tak efektif, dengan/tanpa produksi
- Sputum
c. Kekurangan volume cairan, risiko tinggi terhadap
Data :
- Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala
membuat diagnosa aktual
d. Cemas/ ansietas/ ketakutan (uraikan tingkatan)
Data :
- Gelisah, peka rangsang
- Menolak atau perilaku menyerang
- Rangsangan simpatis, misal : eksitasi kardiovaskuler, dilatasi
pupil, berkeringat, muntah, diare
- Menangis, suara menggigit

2. Masalah Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif
b. Bersihan jalan napas tidak efektif
c. Risiko ketidakseimbangan cairan
d. Ansietas
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1 Pola Napas Tidak Efektif (D.0005) (L.01004) Pola napas membaik (inspirasi (I.01011) Manajemen jalan napas
dan/ekspirasi yang memberikan ventilasi Definisi : mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan
Definisi adekuat) napas
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang
tidak memberikan ventilasi adekuat Dengan kriteria hasil Tindakan
 Ventilasi semenit meningkat Observasi
Penyebab  Kapasitas vital meningkat  Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
 Depresi pusat pernapasan  Diameter thoraks anterior-posterior  Monitor bunyi napas tambahan (mis. gargling, mengi,
 Hambatan upaya napas (mis. nyeri meningkat wheezing, ronkhi kering)
saat bernapas, kelemahan otot  Tekanan ekspirasi meningkat  Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
pernapasan)  Tekanan inspirasi meningkat
 Deformitas dinding dada  Dispnea menurun Terapeutik
 Deformitas tulang dada  Penggunaan otot bantu napas  Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
 Gangguan neuromuskular menurun chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
 Penurunan energi  Pemanjangan fase ekspirasi menurun  Posisikan semi-Fowler atau Fowler
 Posisi tubuh yang menghambat  Ortopnea menurun  Berikan minum hangat
ekspansi paru  Pernapasan pursed-lip menurun  Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Sindrom hipoventilasi  Pernapasan cuping hidung menurun  Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Efek agen farmakologis  Frekuensi napas membaik  Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
 Kecemasan  Kedalaman napas membaik endotrakeal
 Ekskursi dada membaik  Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
Gejala dan tanda mayor  Berikan oksigen, jika perlu
Subjektif Edukasi
 Dispnea  Anjurkan asupan cairan 2000ml/ hari, jika tidak
kontra indikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
Objektif Kolaborasi
 Penggunaan otot bantu  Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
pernapasan mukolitik, jika perlu
 Fase ekspirasi memanjang
 Pola napas abnormal (mis.
takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul , cheyne-
stokes)

Gejala dan tanda minor


Subjektif
 Ortopnea
Objektif
 Pernapasan pursed-lip
 Pernapasan cuping hidung
 Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat
 Ventilasi semenit menurun
 Kapasitas vital menurun
 Tekanan ekspirasi menurun
 Tekanan inspirasi menurun
 Ekskursi dada berubah
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
2 Bersihan Jalan Napas Tidak (L.01001) Bersihan jalan napas meningkat (I.01006) Latihan batuk efektif
Efektif (D.0149) (kemampuan membersihkan secret atau
obstruksi jalan napas untuk Definisi : melatih klien yang tidak memiliki kemampuan
Definisi mempertahankan jalan napas tetap paten) batuk secara efektif untuk membersihkan laring, trakea dan
Ketidakmampuan membersihkan bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan napas
sekret atau obstruksi jalan napas Dengan kriteria hasil Tindakan
untuk mempertahankan ajlan napas  Batuk efektif meningkat Observasi
tetap paten  Produk sputum menurun  Identifikasi kemampuan batuk
 Mengi menurun  Monitor adanya retensi sputum
Penyebab
 Wheezing menurun  Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
 Fisiologis
 Mekonium (pada neonatus) menurun  Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan
o Spasme jalan napas
 Dispnea menurun karakteristik)
o Hipersekresi jalan napas
 Ortopnea menurun Terapeutik
o Disfungsi neuromuskuler
 Sulit bicara menurun  Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
o Benda asing dalam jalan napas
 Sianosis menurun  Pasang perlak dan bengkok di pangkuan klien
o Adanya jalan napas buatan
 Gelisah menurun  Buang sekret pada tempat sputum
o Sekresi yang tertahan
 Frekuensi napas membaik Edukasi
o Hiperplasia dinding jalan napas
 Pola napas membaik  Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
o Proses infeksi
 Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4
o Respon alergi
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
o Efek agen farmakologis (mis.
mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
anastesi)  Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
 Situasional
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
o Merokok aktif dalam yang ketiga
o Merokok pasif
o Terpajan polutan

No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


Gejala dan tanda mayor Kolaborasi
Subjektif  Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika
 - perlu
Objektif
 Batuk tidak efektif
 Tidak mampu batuk
 Sputum berlebih
 Mengi, wheezing, dan/atau ronkhi
kering
 Mekonium di jalan napas (pada
neonatus)
Gejala dan tanda minor
Subjektif
 Dispnea
 Sulit bicara
 Ortopnea
Objektif
 Gelisah
 Sianosis
 Bunyi napas menurun
 Frekuensi napas berubah
 Pola napas berubah
Kondisi klinis terkait
 Infeksi saluran napas

No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


3 (D.0036) Risiko Ketidakseimbangan (L.01001) Keseimbangan cairan a. (I.03098) Manajemen Cairan
Cairan meningkat (ekuilibrium antara volume
cairan di ruang intraseluler dan Definisi : mengidentifikasi dan mengelola keseimbangan
Definisi ekstraseluler tubuh) cairan dan mencegah komplikasi akibar ketidakseimbangan
Berisiko mengalami penurunan, cairan
peningkatan atau percepatan Kriteria Hasil : Tindakan
perpindahan cairan dari intravaskuler,  Asupan cairan meningkat Observasi
interstisial atau intraseluler  Haluaran urin meningkat  Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan
 Kelembaban membran mukosa nadi, akral, pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turgor
Faktor risiko : meningkat kulit, tekanan darah)
 Trauma/ perdarahan  Asupan makanan meningkat  Monitor berat badan harian
 Obstruksi intestinal  Edema menurun  Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
 Disfungsi intestinal  Dehidrasi menurun  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis.
 Asites menurun hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin, BUN)
 Konfusi menurun  Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP,
 Tekanan darah membaik PCWP, jika tersedia)
 Denyut nadi radial membaik Terapeutik
 Tekanan arteri rata-rata membaik  Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
 Membran mukosa membaik  Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
 Mata cekung membaik  Berikan cairan intravena, jika perlu
 Turgor kulit membaik Kolaborasi
 Berat badan membaik  Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
b. (I.03121) Pemantauan cairan
Definisi : mengumpulkan dan menganalisis data terkait
pengaturan keseimbangan cairan
Tindakan
Observasi
 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi napas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor elastisitas atau turgor kulit
 Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urin
 Monitor kadar albumin dan protein total
 Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. osmolaritas
serum, hematokrit, natrium, kalium, BUN)
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran
mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah, konsentrasi urin meningkat,
berat badan menurun dalam waktu singkat)
 Identifikasi tanda-tanda hipervolemia (mis. dispnea,
edema perifer, edema anasarka, JVP meningkat, CVP
meningkat, refleks hepatojugular positif, berat badan
meningkat dalam waktu singkat)

No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


 Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan (mis.
prosedur pembedahan mayor, trauma/ perdarahan, luka,
aferesis, obstruksi intestinal, peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
 Atur interval waktu pmantauan sesuai dengan kondisi
klien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

4 Ansietas (D.0080) (L.09093) Tingkat ansietas menurun a. (I.09314) Reduksi ansietas


(kondisi emosi dan pengalaman
Definisi subyektif terhadap objek yang tidak Definisi : meminimalkan kondisi individu dan pengalaman
Kondisi emosi dan pengalaman jelas dan spesifik akibat antisipasi subyektif terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
subyektif individu terhadap objek yang bahaya yang memungkinkan individu antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi melakukan tindakan untuk menghadapi tindakan untuk menghadapi ancaman
bahaya yang memungkinkan individu ancaman)
melakukan tindakan untuk menghadapi Tindakan
ancaman Dengan kriteria hasil Observasi
 Verbalisasi kebingungan menurun  Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi,
Penyebab  Verbalisasi khawatir akibat kondisi waktu, stresor)
 Krisis situasional yang dihadapi menurun  Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Kebutuhan tidak terpenuhi  Perilaku gelisah menurun  Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
 Krisis maturasional  Perilaku tegang menurun
 Ancaman terhadap konsep diri  Keluhan pusing menurun
 Anoreksia menurun
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
 Ancaman terhadap kematian  Palpitasi menurun Terapeutik
 Kekhawatiran mengalami  Frekuensi pernapasan menurun  Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kegagalan  Frekuensi nadi menurun kepercayaan
 Disfungsi sistem keluarga  Tekanan darah menurun  Temani klien untuk mengurangi kecemasan, jika
 Hubungan orang tua-anak tidak  Diaforesis menurun memungkinkan
memuaskan  Tremor menurun  Pahami situasi yang membuat ansietas
 Faktor keturunan (temperamen  Pucat menurun  Dengarkan dengan penuh perhatian
mudah teragitasi sejak lahir)  Konsentrasi membaik  Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Penyalahgunaan zat  Pola tidur membaik  Tempatkan barang pribadi yang memberikan
 Terpapar bahaya lingkungan (mis.  Perasaan keberdayaan membaik kenyamanan
toksin, polutan, dan lain-lain)  Kontak mata membaik  Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
 Kurang terpapar informasi  Pola berkemih membaik kecemasan
 Orientasi membaik  Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
Gejala dan tanda mayor akan datang
Subjektif Edukasi
 Merasa bingung  Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
 Merasa khawatir dengan akibat dialami
dari kondisi yang dihadapi  Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
 Sulit berkonsentrasi pengobatan dan prognosis
Objektif  Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, jika perlu
 Tampak gelisah  Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,
 Tampak tegang sesuai kebutuhan
 Sulit tidur  Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latihan kegiatan pengalihan untuk mengurangi
Gejala dan tanda minor ketegangan
Subjektif  Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Mengeluh pusing  Latih teknik relaksasi
 Anoreksia
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
 Palpitasi Kolaborasi
 Merasa tidak berdaya  Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

Objektif
 Frekuensi napas meningkat
 Frekuensi nadi meningkat
 Tekanan darah meningkat
 Diaforesis
 Tremor
 Muka tampak pucat
 Suara bergetar
 Kontak mata buruk
 Sering berkemih
 Berorientasi pada masa lalu

Kondisi klinis terkait


 Penyakit kronis progresif (mis.
kanker, penyakit autoimun)
 Penyakit akut
 Hospitalisasi
 Rencana operasi
 Kondisi diagnosis penyakit belum
jelas
 Penyakit neurologis
 Tahap tumbuh kembang
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
b. (I.09326) Terapi relaksasi
Definisi : menggunakan teknik peregangan untuk
mengurangi tanda dan gejala ketidaknyamanan seperti nyeri,
ketegangan otot, atau kecemasan

Tindakan
Observasi
 Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
 Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan
 Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
 Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah,
dan suhu sebelum dan sesudah latihan
 Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
 Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
 Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
berirama
 Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai

No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang
tersedia (mis. musik, meditasi, napas dalam, relaksasi
otot progresif)
 Jelaskan secraa rinci intervensi relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang
dipilih
 Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas
dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing)
DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engram. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.


Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta.

Marylin E doengoes. (2004). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk


Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Askep Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Mansjoer, Arif M (dkk). (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media


Aesculapius.

Rab. Tabrani. (2006). Prinsip Gawat Paru – ed. 2. Jakarta : EGC.

Soeparman, Sarwono Waspadji. (2004). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai