Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN SISTEM


RESPIRASI : ASMA BRONKHIAL

Disusun Oleh :
Lia Anis Syafa’ah
G3A020069

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2020
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan akibat
penyempitan saluran nafas yang sifatnya reversibel (penyempitan dapat
hilang dengan sendirinya) yang ditandai oleh episode obstruksi pernafasan
diantara dua interval asimtomatik (Djojodibroto, 2017).
Asma bronchial adalah penyakit radang/inflamasi kronik pada paru,
karena adanya penyumbatan saluran nafas (obstruksi) yang bersifat
reversible, peradangan pada jalan nafas, dan peningkatan respon jalan nafas
terhadap berbagai rangsangan hiperresponsivitas, obstruksi pada saluran
nafas bisa disebabkan oleh spasme/ kontraksi otot polos bronkus, oedema
mukosa bronkus dan sekresi kelenjar bronkus meningkat (Putri & Sumarno,
2014).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan asma
bronchial adalah penyakit saluran pernafasan yang terjadi karena adanya
penyempitan saluran nafas yang mengakibatkan sesak nafas dimana fase
inspirasi lebih pendek dari fase ekspirasi dan diikuti oleh bunyi mengi
(wheezing).

2. Etiologi
Faktor penyebab asma bronchial menurut Wijaya & Putri (2013)
adalah sebagai berikut :
a. Alergen
Bila tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi diperlukan jumlah alergen
yang sedikit untuk menimbulkan serangan asma.
b. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan biasanya disebabkan oleh virus respiratory
synchyhal virus (RSV) dan virus para influenza.
c. Iritasi
Iritasi dapat di sebabkan oleh hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau
asam dari cat dan polutan udara, air dingin dan udara dingin.
d. Refleks gastroesopagus
Iritasi trakeobronkheal karena isi lambung dapat memperberat penyakit
asma.
e. Psikologis
Hal ini dapat memicu stress yang akan menurunkan respon tubuh
sehingga mudah terjadi inflamasi pada bronkus yang akan
menimbulkan asma bronkiale (Muttaqin, 2008).
3. Tanda Gejala
Menurut Putri & Sumarno (2013) manifestasi klinik untuk asma
bronkial adalah sesak nafas mendadak disertai inspirasi yang lebih pendek
dibandingkan dengan fase ekspirasi dan diikuti oleh bunyi mengi
(wheezing), batuk yang disertai serangan sesak nafas yang kumat-kumatan.

4. Patofisiologi
Asma timbul karena seseorang yang atopik (alergik) akibat pemaparan
allergen. Alergen yang masuk tubuh akan ditangkap oleh makrofag dan
selanjutnya akan merangsang pembentukan IgE. IgE akan segera diikat
oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada dalam
sirkulasi. Ikatan tersebut akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan
terjadi perubahan dalam sel yang menurunkan kadar cAMP. Kadar cAMP
yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel berupa histamin dan
kinin. Akibat dari bronkospasme akan terjadi penyempitan bronkus dan
percabangannya sehingga akan menimbulkan rasa sesak ,nafas berbunyi
(wheezing) dan batuk yang produktif. Tanda gelaja tersebut merupakan
tanda dari asma bronkiale (Muttaqin, 2008).

5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mubarak, Chayatin, dan Susanto (2015) pemeriksaan
diagnostik pada pasein asma bronchial yaitu :
a. Pemeriksaan laboratorium dapat dilihat leukosit dengan netrofil yang
meningkat menunjukkan adanya infeksi, eosinofil darah meningkat >
250/mm3.
b. Pemeriksaan radiologi pada asma bronchial akan ditandai dengan
adanya hiperinflasi paru-paru diafragma mendatar (wijaya & putri,
2013)
c. Uji kulit dilakukan untuk menunjukan adanya antibody IgE
hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
6. Pathways

Pola napas tidak efektif


B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Primer (Primery Survey)
a. Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan
otot–otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot interkosta).
b. Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi,
dypsnea,takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara
tambahanronkhi, hiperresonan pada perkusi.
c. Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan
tingkatkesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm.
d. Disablity
Perlu dikaji mengenai kesadaran, respon neurologis

2. Pengkajian Sekunder
a. Demografi
Pengkajian dilakukan pada pasien asma bronkial menurut Wijaya
& Putri (2013) dan Priscilla, Karen, Gerene (2016) meliputi :
1) Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin ras dll
2) Informasi dan diagnosa medik yang penting
3) Data riwayat kesehatan
4) Riwayat kesehatan dahulu : pernah menderita penyakit asma
sebelumnya, menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosi
pada ujung jari.
5) Riwayat kesehatan sekarang
a) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah,
pucat tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas
b) Sesak setelah melakukan aktivitas / menhadapi suatu krisis
emosional
c) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
d) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
6) Riwayat kesehatan keluarga
a) Riwayat keluarga yang mengalami asma
b) Riwayat keluarga positif menderita penyakit alergi, seperti rinitis
alergi, sinustis, dermatitis, dan lain-lain
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian,
eliminasi,mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik
tangga.
2) Pola istirahat tidur
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur, kualitas dan
kuantitas jam tidur
3) Pola nutrisi – metabolic
a) Berapa kali makan sehari
b) Makanan kesukaan
c) Berat badan sebelum dan sesudah sakit
d) Frekuensi dan kuantitas minum sehari
4) Pola eliminasi
a) Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
b) Nyeri
c) Kuantitas
5) Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
6) Pola konsep diri
a) Gambaran diri
b) Identitas diri
c) Peran diri
d) Ideal diri
e) Harga diri
7) Pola seksual – reproduksi
Adakah gangguan pada alat kelaminya.
8) Pola peran hubungan
a) Hubungan dengan anggota keluarga
b) Dukungan keluarga
c) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
9) Pola nilai dan kepercayaan
a) Persepsi keyakinan
b) Tindakan berdasarkan keyakinan

c. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan diagnostik meliputi volume ekspirasi paksa, kecepatan
aliran ekspirasi puncak, gas darah.
3. Diagnosa Keperawatan Utama
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
napas
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

4. Intervensi dan Luaran


a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
napas

Luaran Intervensi
Luaran utama : bersihan jalan Manajemen Jalan Napas
napas (L.01001) Observasi
Ekspektasi meningkat dengan - Monitor pola napas
kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
- Wheezing menurun usahan napas)
- Dispnea menurun - Monitor bunyi napas
- Ortopnea menurun tambahan (mis. Wheezing)
- Sianosis menurun - Monitor sputum (jumlah,
- Frekuensi napas membaik warna, aroma)
- Pola napas membaik Terapeutik
- Posisikan semi fowler atau
Luaran tambahan : fowler
- Kontrol gejala - Berikan minum hangat
- Pertukaran gas - Lakukan fisioterapi dada,
- Respons alergi lokal jika perlu
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
Pemantauan Respirasi
Observasi
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya
napas
- Monitor pola napas
(bradipnea, takipnea)
- Monitor adanya sumbatan
jalan napas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskuktasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor AGD
Terapeutik
- Atur interveal pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan


ventilasi-perfusi

Luaran Intervensi
Luaran utama : pertukaran Pemantauan Respirasi
gas (L.01003) Observasi
Ekspektasi meningkat dengan - Monitor frekuensi, irama,
kriteria hasil : kedalaman, dan upaya
- Dispnea menurun napas
- Bunyi napas tambahan - Monitor pola napas
menurun (bradipnea, takipnea)
- Napas cuping hidung - Monitor adanya sumbatan
menurun jalan napas
- PCO2 membaik - Palpasi kesimetrisan
- PO2 membaik ekspansi paru
- Takikardia membaik - Auskuktasi bunyi napas
- pH arteri membaik - Monitor saturasi oksigen
- Sianosis membaik - Monitor AGD
- Pola napas membaik Terapeutik
Luaran tambahan : - Atur interveal pemantauan
- Keseimbangan asam basa respirasi sesuai kondisi
- Konservasi energi pasien
- Perfusi paru - Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Terapi Oksigen
Observasi
- Monitor kecepatan aliran
oksigen
- Monitor posisi alat terapi
oksigen
- Monitor aliran oksigen
secara periodik dan
pastikan fraksi yang
diberikan cukup
- Monitor efektifitas terapi
oksigen (mis. Oksimetri,
analisa gas darah), jika
perlu
- Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan
atelektasis
Terapeutik
- Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan trakea,
jika perlu
- Pertahankan kepatenan
jalan napas
- Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
- Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
Edukasi
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur

c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

Luaran Intervensi
Luaran utama : pola napas Manajemen Jalan Napas
(L.01001) Observasi
Ekspektasi meningkat dengan - Monitor pola napas
kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
- Kapasitas vital meningkat usahan napas)
- Dispnea menurun - Monitor bunyi napas
- Penggunaan otot bantu tambahan (mis.
napas menurun Wheezing)
- Pernapasan cuping - Monitor sputum (jumlah,
hidung menurun warna, aroma)
Terapeutik
Luaran tambahan : - Posisikan semi fowler
- Berat badan atau fowler
- Keseimbangan asam basa - Berikan minum hangat
- Konservasi energi - Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
- Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

Pemantauan Respirasi
Observasi
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya
napas
- Monitor pola napas
(bradipnea, takipnea)
- Monitor adanya sumbatan
jalan napas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskuktasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor AGD
Terapeutik
- Atur interveal pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
PENCATATAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ( Di Ruang IGD )

Nama Klien : An. W Tanggal Masuk :


Usia Klien : 10 tahun Diagnosa Medis : Asma Bronkhial
Jenis Kelamin : Laki-laki

Riwayat Kesehatan :
Mengeluh sesak nafas sejak 4 jam yang lalu. 3 tahun terakhir anak sering sesak.
Keluarga pasien mengatakan anaknya memiliki riwayat asma. Karena kondisi
lingkungan yang dingin, dalam 1 bulan ini sudah terjadi 4x serangan, namun
membaik dengan obat inhalasi di RS. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan nadi:
110x/menit, RR: 40x/menit, T:37 C, SpO2 : 89% retraksi dinding dada, ekspirasi
memanjang dan wheezing pada kedua lapang paru.

Pengkajian Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi dan Tindakan


Airways (jalan nafas) Bersihan jalan napas tidak 09.00 Manajemen Jalan Napas
Sumbatan: efektif berhubungan dengan Observasi
( ) Benda asing. spasme jalan napas - Monitor pola napas
( ) Darah
(frekuensi, kedalaman,
(V) Bronkospasme
( ) Sputum usahan napas)
( ) Lendir - Monitor bunyi napas
tambahan (mis.
Wheezing)
- Monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
- Posisikan semi fowler
atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
- Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

Breathing Pola napas tidak efektif 10.00 Terapi Oksigen


(Pernafasan) Sesak, berhubungan dengan Observasi
dengan: hambatan upaya napas - Monitor kecepatan
( ) aktifitas
aliran oksigen
( ) tanpa aktifitas
(V) menggunakan otot - Monitor posisi alat
tambahan terapi oksigen
- Monitor aliran oksigen
Frekuensi: 40x/menit secara periodik dan
Irama: pastikan fraksi yang
( ) teratur diberikan cukup
(V) tdk teratur
- Monitor efektifitas
SpO2 : 89% terapi oksigen (mis.
Oksimetri, analisa gas
Kedalaman: darah), jika perlu
( ) dalam - Monitor tanda dan
(V) dangkal gejala toksikasi oksigen
dan atelektasis
Batuk: (-)
Terapeutik
( ) Produktif
() Non produktif - Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan
Sputum: (-) trakea, jika perlu
- Warna: - Pertahankan kepatenan
- Konsistensi: jalan napas
- Siapkan dan atur
Bunyi nafas:
peralatan pemberian
( ) ronchi
( ) creakles oksigen
(V) wheezing - Berikan oksigen
( ) snoring tambahan, jika perlu
Edukasi
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
di rumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
Circulation (sirkulasi) (-) (-) (-)
Sirkulasi perifer:
Nadi: 110 x/menit
Irama:
(V) teratur
( ) tidak teratur

Denyut:
( ) lemah
( ) kuat
( ) tak kuat

TD:
Ektremitas:
( ) hangat
( ) dingin

Warna kulit:
( ) cyanosis
( ) pucat
( ) kemerahan

Pengisian kapiler: dtk


Edema:
( ) ya.
( ) tidak

Jika ya:
( ) muka
( ) tangan atas
( ) tungkai
( ) anasarka

Eliminasi dan Cairan


BAK: x/hari
Jumlah:
( ) sedikit
( ) banyak
( ) sedang

Warna:
( ) kuning jernih
( ) Kuning kental
( ) merah
( ) putih

Rasa sakit:
( ) ya
( ) tidak

Keluhan sakit
pinggang:
( ) ya
( ) tidak
BAB: x/hari.

Diare:
( ) ya
( ) tidak
( ) berdarah
( ) cair
( ) berlendir
Dissability: (-) (-) (-)
Tingkat kesadaran:
(V) cm
( ) apatis
( ) somnolen
( ) sopor
( ) soporocoma
( ) koma

Pupil:
( ) isokor
( ) unisokor
( ) moosis
( ) midriasis

Reaksi terhadap
cahaya:
Ka:
( ) positif
( ) Nigatif
Ki :
( ) positif
( ) Nigatif
GCS: E M V=
Terjadi
( ) kejang
( ) pelo
( ) kelumpuhan
/kelemahan
( ) mulut mencong
( ) afasia
( ) disathria
Nilai kekuatan otot:
Refleks Babinsky :
Patella :
Bisep/trisep:
Brudynsky :

1. Identitas klien
Nama : An. W
Umur : 10 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : Asma Bronkhial

2. Riwayat penyakit sekarang


Anak laki-laki usia 10 tahun dibawa ke IGD karena mengeluh sesak nafas
sejak 4 jam yang lalu. 3 tahun terakhir anak sering sesak. Keluarga pasien
mengatakan anaknya memiliki riwayat asma. Karena kondisi lingkungan
yang dingin, dalam 1 bulan ini sudah terjadi 4x serangan, namun membaik
dengan obat inhalasi di RS. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan nadi:
110x/menit, RR: 40x/menit, T:37 C, SpO2 : 89% retraksi dinding dada,
ekspirasi memanjang dan wheezing pada kedua lapang paru.

3. Pengkajian fokus
a. Airway :
( ) Benda asing.
( ) Darah
(V) Bronkospasme
( ) Sputum
( ) Lendir

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan


napas (D.0001)
b. Breathing:
- Menggunakan otot tambahan (retraksi dinding dada)
- RR : 40 x/menit
- SpO2 : 89 %
- Irama : tidak teratur
- Kedalaman : dangkal
- Bunyi nafas : wheezing
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
(D.0005)
c. Circulation:
- Nadi : 110 x/menit
- Irama : teratur

d. Dissability:
Kesadaran : composmentis

4. Rencana penatalaksanaan keperawatan:


Dx 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan napas (D.0001)
Luaran Intervensi
Luaran utama : bersihan jalan Manajemen Jalan Napas
napas (L.01001) Observasi
Ekspektasi meningkat dengan - Monitor pola napas
kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
- Wheezing menurun usahan napas)
- Dispnea menurun - Monitor bunyi napas
- Frekuensi napas membaik tambahan (mis. Wheezing)
- Pola napas membaik - Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Luaran tambahan : Terapeutik
- Kontrol gejala - Posisikan semi fowler atau
- Pertukaran gas fowler
- Respons alergi lokal - Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

Pemantauan Respirasi
Observasi
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya
napas
- Monitor pola napas
(bradipnea, takipnea)
- Monitor adanya sumbatan
jalan napas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskuktasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor AGD

Terapeutik
- Atur interveal pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Dx 2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya


napas (D.0005)
Luaran Intervensi
Luaran utama : pola napas Manajemen Jalan Napas
(L.01001) Observasi
Ekspektasi meningkat dengan - Monitor pola napas
kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
- Kapasitas vital meningkat usahan napas)
- Dispnea menurun - Monitor bunyi napas
- Penggunaan otot bantu tambahan (mis.
napas menurun Wheezing)
- Pernapasan cuping - Monitor sputum (jumlah,
hidung menurun warna, aroma)
Terapeutik
Luaran tambahan : - Posisikan semi fowler
- Berat badan atau fowler
- Keseimbangan asam basa - Berikan minum hangat
- Konservasi energi - Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
- Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

Pemantauan Respirasi
Observasi
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya
napas
- Monitor pola napas
(bradipnea, takipnea)
- Monitor adanya sumbatan
jalan napas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskuktasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor AGD
Terapeutik
- Atur interveal pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

5. Implementasi keperawatan

Waktu Tindakan Respon


11 November Memberikan nebulizer DS :
2020 bronkodilator
- Pasien mengatakan sesak
Jam 09.00
berkurang
- Pasien gelisah saat di
berikan terapi nebulizer,
namun gelisah hilang
setelah terapi nebulizer
selesai dilakukan
DO :
- Nafas cuping hidung (-)
- Wheezing  sinistra &
dekstra berkurang
- RR = 25 x/ menit
- SpO2 : 93%

6. Respon pasien

Waktu Evaluasi
11 November 2020 S:
Jam 12.00 - Pasien mengatakan sesak berkurang
- Pasien gelisah saat di berikan terapi
nebulizer, namun gelisah hilang setelah
terapi nebulizer selesai dilakukan
O:
- Nafas cuping hidung (-)
- Wheezing  sinistra & dekstra berkurang
- RR = 25 x/ menit
- SpO2 : 93%
- Kesadaran : composmentis
A:
Masalah bersihan jalan tidak efektif belum
teratasi

P:
- Ulangi intervensi pemberian nebulizer
bronkodilator per 8 jam
- Posisikan semi fowler
- Berikan terapi oksigen

7. Kesimpulan:
Pasien pindah ke ruang rawat inap karena masalah keperawatan belum
teratasi sehingga perlu dilakukan intervensi/tindakan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M.G.,Howard, K.B.,Joanne, M. D., & Wagner, M.C (2016). Nursing


intervention classification (NIC). United States of America: Elsevier
Mosby.
Djojodibroto, R.D. (2017). Respirologi (Respiratory Medicine) Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Doenges, M. E., Moorhouse, F., Murr, A. C. Dkk. 2015. Manual diagnosis
keperawatan : rencana, intervensi & dokumentasi asuhan keperawatan .
editor edisi bahasa indonesia, Karyuni, P. E. dkk edisi 3. Jakarta : EGC.
Herdman & Kamitsuru. (2015). Diagnosis keperawatan : definisi keperawatan &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Moorhead, S.,Johnson, M., & Mass, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
outcomes classification (NOC). United States of America: Elsevier
Mosby.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Priscilla, L., Karen, M. B., Gerene, B. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC.
Putri, H. & Soemarno, S. (2013). Perbedaan Postural Drainage Dan Latihan Batuk
Efektif Pada Intervensi Nabulizer Terhadap Penurunan Frekuensi Batuk
Pada Asma Bronchiale Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Fisioterapi Volume
13 Nomor 1, (online), (http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-
3896-soemarno.pdf , diakses tanggal 29 Januari 2018).
Wijaya, A. S., & Putri, Y. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : keperawatan
dewasa teori dan contoh askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai