MAHASISWA
1490120021
TA 2020/2021
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Jantung merupakan sebuah organ dalam tubuh manusia yang termasuk dalam
sistem sirkulasi. Jantung bertindak sebagai pompa sentral yang memompa darah
untuk menghantarkan bahan-bahan metabolisme yang diperlukan ke seluruh jaringan
tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh (Andra &
Yessie, 2013).
Data WHO tahun 2015 menunjukkan bahwa 70% kematian di dunia disebabkan oleh
Penyakit Tidak Menular (39,5 juta dari 56,4 kematian). Dari seluruh kematian akibat
Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut, 45% nya disebabkan oleh Penyakit jantung dan
pembuluh darah, yaitu 17.7 juta dari 39,5 juta kematian.
Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit Jantung berdasarkan
diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5%, dengan peringkat prevalensi tertinggi
Provinsi Kalimantan Utara 2,2%, Provinsi DIY 2%, dan ketiga Provinsi Gorontalo
2%.
Acute coronary syndrome (ACS) atau Sindrom Koroner Akut (SKA)
merupakan penyebab kematian utama di dunia termasuk indonesia. Penanganan
yangg cepat dan tepat sangat di butuhkan terutama pada fase golden time atau waktu
emas (onset serangan ≤ 12 jam). Karena pada fase ini kondisi otot jantung masih
reversible (masih dapat dikembalikan fungsinya), sehingga dapat survive kembali.
B. Definisi
Acute coronary syndrome (ACS) atau Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan
istilah yang merujuk pada penyakit jantung yang diakibatkan oleh menurunnya suplai
darah ke otot jantung. (Black & Hawk, 2009). Penurunan suplai darah ke otot jantung
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Pada
akhirnya ketidakseimbangan ini akan menimbulkan gangguan pompa jantung dan
mempengaruhi tubuh secara sistemik (Rochmawati, 2011).
Sindrom koroner akut (ACS) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan sekelompok kondisi yang dihasilkan dari iskemia miokard akut (aliran
darah ke otot jantung) Kondisi yang terkait dengan berbagai tingkat penyempitan atau
penyumbatan arteri koroner satu atau beberapa yang menyediakan darah, oksigen, dan
nutrisi ke jantung (Torpy, et all 2008).
Acute coronary syndrome (ACS) atau sindrom koroner akut (SKA) merupakan
suatu istilah yang menggambarkan kumpulan gejala klinik yang ditandai dengan nyeri
dada dan gejala lain yang disebabkan oleh penurunan aliran darah ke jantung, biasanya
disebabkan oleh adanya plak aterosklerotik. Acute coronary syndrome adalah istilah
untuk tanda-tanda klinis dan gejala iskemia miokard: angina stabil, non-ST-segmen
elevasi miokard infark, dan elevasi ST-segmen infark miokard (Nurulita, Bahrun, & Arif,
2011).
C. Etiologi
Penyebabnya dapat karena penyempitan kritis arteri koroner akibat arterosklerosis
atau oklusi arteri komplet akibat embolus atau trombus. Penurunan aliran darah koroner
dapat juga disebabkan oleh syok dan hemoragi.
a. Faktor predisposisi
1) Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
a) Usia > 40 tahun
b) Jenis kelamin : insiden pada pria, sedang kan pada wanita meningka tsetelah
menopause
c) Hereditas
d) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
2) Faktor resiko yang dapat diubah
a) Mayor : hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet tinggi
lemak jenuh, kalori
b) Minor: inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius,
kompetitif)., stress psikologis berlebihan.
D. Patofisiologi (pathway)
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan ACS terbagi dua
a. Prehospital
1) Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis
2) Segera memanggil tim medis emergensi
3) Transportasi pasien ke Rumah Sakit
b. Hospital
1) Cek tanda vital, evaluasi saturasi oksigen
2) EKG 12 lead
3) Pasang Intravena
4) Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang singkat dan terarah.
5) Lengkapi cek list fibrinolitik, cek kontraindikasi
6) Lakukan pemeriksaan enzim jantung, elektrolit, dan pembekuan darah
7) Pemeriksaan sinar X, (≥30 menit setelah pasien sampai di IGD)
2. Terapi Awal di IGD
a. Segera berikan oksigen 4 LPM nasal kanul, terutama jika saturasi kurang dari
94%
b. Berikan aspirin 160-325mg dikunyah
c. Nitrogliserin sub lingual atau spray
d. Morpin IV jika nyeri dada tidak berkurang dengan nitrogliserin
3. Terapi Umum Pada ACS
a. Oksigen
Oksigen harus diberikan pada semua pasien dengan sesak nafas, tanda gagal
jantung, syok atau saturasi oksigen < 94%
b. Aspirin
Aspirin direkomendasikan pada pasien ACS kecuali terdapat kontraindikasi.
Diberikan 160-325mg dikunyah jika tidak ada alergi dan tidak ada perdarahan
lambung.
c. Nitrogliserin
Dapat diberikan tablet nitrogliserin sublingual sampai 3 kali dengan interval 3-5
menit jika tidak ada kontraindikasi.
d. Analgetik
Analgetik morpin diberikan pada kasus ACS, jika pemberian nitrogliserin
sublingual atau spray tidak reespon. Dosis bolus 2-4mg IV.
e. Clopidogrel
Clopidogrel (antiagregasi platelet). Dosis pertama 300mg dan dilanjutkan
dengan dosis harian 75mg. Pasien yang dipersiapkan untuk invasif therapi
diberikan 600mg.(PERKI, 2015).
F. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Apakah ada sumbatan atau tidak ? (Total/Parsial) Apakah terdapat suara nafas
tambahan atau tidak?
Pada airway biasanya tidak terdapat masalah.
2) Breathing
Cek pernafasan dengan look, listen, feel (respirasi biasanya akan meningkat
karena klien mengalami sesak)
3) Circulation
Hemodinamik (Tekanan darah, nadi, CRT < 3/>3, akral (hangat/dingin)
Biasanya TD meningkat, Nadi meningkat dan lemah, akral dingin dan
berkeringat
4) Dissability
GCS, Pain scale, pupil
Untuk nyeri dada, pain scale bisa di ukur dengan skala Numeric rating scale
(NRS) dan Visual analog scales (VAS score), sedangkan untuk pupil Biasanya
pupil isokor.
b. Pengkajian Sekunder
1) Wawancara
a) Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,
nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
b) Keluhan utama klien biasanya mengalami nyeri dada yang berlangsung
lebih dari 15 menit dan tidak membaik dengan istirahat dan sesak nafas
c) Riwayat penyakit sekarang, identifikasi faktor penyebab, kaji saat mulai
timbul. Bagaimana tanda dan gejala, biasanya klien merasakan nyeri dada
dan sesak nafas, klien juga biasanya tampak pucat, berkeringat, dan
gelisah akibat simpatis berlebihan.
d) Riwayat penyakit dahulu, klien biasanya mempunyai riwayat penyakit
dahulu seperti hipertensi, Diabetes militus, obesitas
e) Riwayat penyakit keluarga, biasanya ada riwayat keluarga yang menderita
penyakit jantung, stroke, hipertensi
f) Pola-pola fungsi kesehatan
- Pola kebiasaan : Biasanya riwayat perokok, akitifitas fisik yang
berlebihan, kebiasaan stres yang berlebihan
- Pola nutrisi dan metabolisme : Mual, kehilangan nafsu makan,
bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar
- Pola aktivitas : adanya kesukaran untuk beraktifitas karena kelemahan
yang di akibatkan oleh nyeri dada
- Pola tidur dan istirahat : biasanya klien mengalami kesusahan untuk
istirahat karena merasa nyeri
- Pola persepsi dan konsep diri : klien biasanya sering merasa marah
pada kondisinya dan stres
2) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : biasanya lemah, dan mengalami nyeri dada dan sesak
nafas. TTV : TD biasanya akan terjadi peningkatan tekanan darah,
respirasi biasanya akan meningkat karena klien mengalami sesak, dan
biasanya akral dingin.
b) Sistem pernafasan
Biasanya respirasi rate meningkat atau terjadi dispnea
c) Sistem kardiovaskuler
Biasanya terjadi palpitasi (Sensasi jantung berdenyut kencang, berdebar,
tidak teratur, atau melompat-lompat, dan sering mengganggu, namun
hampir tidak pernah ada tanda-tanda penyakit jantung), kulit, membran
mukosa pucat, dan suara jantung murmur.
d) Sistem muskuloskeletal
ROM terbatas, nyeri tulang dan sendi, perubahan tonus otot
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu (NANDA International, 2015):
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload, afterload, dan
kontraktilitas jantung
c. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen ke perifer
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi
Implementasi ialah tindakan pemberian asuhan keperawatan yang
dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana keperawatan yang telah
disusun. Dalam melakukan tindakan pada pasien dengan sindrom koroner akut yang
perlu diperhatikan adalah penanganan terhadap nyeri, resiko penurunan curah jantung,
ketidak efektifan pola nafas, gangguan perfusi jaringan dan gangguan pertukaran gas.
5. Evaluasi
Suatu penilaian terhadap pelaksanaan rencana keperawatan dan juga dilakukan
guna mengetahui tingkat kompentensi yang telah dicapai selama proses implementasi.
Yang mana seperti nyeri yang dirasakan pasien sudah berkurang, mual muntah yang
dialami pasien sudah berkurang, pernafasan sudah mulai normal (sesak nafas hilang),
kapillary refill, TTV sudah stabil, kecemasan sudah berkurang dan sebagian aktifitas
sudah mampu dilakukan sendiri.