Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang
melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan
nyeri dan kekakuan pada sendi (CDC, 2014). Osteoarthritis adalah suatu kelainan
pada sendi yang bersifat kronik dan progresif biasanya didapati pada usia
pertengahan hingga usia lanjut ditandai dengan adanya kerusakan kartilago yang
terletak di persendian tulang. Kerusakan kartilago ini bisa disebabkan oleh stress
mekanik atau perubahan biokimia pada tubuh (American College of
Rheumatology, 2015).
Osteoarthritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan
yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia,
penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering
dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan
adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
Sjamsuhidajat, dkk (2011) mendefinisikan OA sebagai kelainan sendi
kronik yang disebabkan karena ketidakseimbangan sintesis dan degradasi pada
sendi, matriks ekstraseluler, kondrosit serta tulang subkondral pada usia tua
(Sjamsuhidajat et.al, 2011). Di Amerika, di laporkan bahwa terdapat lebih dari
60.000.000 penderita osteoarthritis, sampai penyakit ini disebut sebagai penyakit
pasca pensiun. Sebagian besar penderita osteoarthritis kelihatannya menderita
obesitas.
Perempuan lebih banyak menderita Osteoarthritis daripada lelaki dan
terutama pada usia lanjut. Sendi yang sering dikenai Osteoarthritis adalah sendi
lutut, panggul dan beberapa sendi kecil di tangan dan kaki (Yatim, 2006). Dari
aspek fisioterapi, Osteoarthritis genue dapat menimbulkan berbagai tingkatan
berbagai gangguan yaitu impairment seperti menurunnya kekuatan otot,
keterbatasan lingkup gerak sendi, adanya nyeri, spasme otot, dan disability
seperti ketidakmampuan melakukan kegiatan tertentu contohnya bangkit dari

1
duduk, jongkok, berlutut, berdiri lama. Akibat dari menurunnya kemampuan
gerak. Bahkan tingkat functional limitation seperti gangguan berjalan, berlari, dan
naik turun tangga (Fukuda, 2011).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membahas dan
memperdalam pengetahuan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada
Ny. N Dengan Gangguan Muskuluskletal: Osteoarthritis Di Puskesmas Gunung
Tinggi Kec. Pancur Batu Kab. Deli Serdang Tahun 2019”.

1.2. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang diharapkan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini
adalah:
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan tentang pasien dengan gangguan
system muskuloskletal: Osteoarthritis di Puskesmas Gunung Tinggi Kec. Pancur
Batu Kab. Deli Serdang.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan pengkajian keperawatan Gerontik dengan gangguan sistem
muskuloskletal: Osteoathritis di Puskesmas Gunung Tinggi.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan Gerontik dengan gangguan sistem
muskuloskletal: Osteoathritis di Puskesmas Gunung Tinggi.
3. Membuat perencanaan keperawatan Gerontik dengan gangguan sistem
muskuloskletal: Osteoathritis di Puskesmas Gunung Tinggi.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan Gerontik dengan gangguan sistem
muskuloskletal: Osteoathritis di Puskesmas Gunung Tinggi.
5. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan Gerontik dengan gangguan sistem
muskuloskletal: Osteoathritis di Puskesmas Gunung Tinggi.

1.3. Metode Penulisan


Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode
deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1.3.1. Studi Kepustakaan

2
Mempelajari buku-buku dan majalah-majalah kesehatan yang bersifat
ilmiah dan berkaitan dengan judul karya tulis.
1.3.2. Wawancara
Mengadakan wawancara langsung pada Ny. N dan keluarga yang
berkaitan dengan kasus.

1.3.3. Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung Ny. N dengan Osteoarthritis.
1.3.4. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data yang melalui catatan atau arsip di Puskesmas Gunung
Tinggi Kec. Pancur Batu Kab. Deli Serdang yang berhubungan dengan
kesehatan klien yang di peroleh melalui petugas kesehatan.

1.4. Ruang Lingkup Penulisan


Melihat luasnya masalah tersebut maka dalam melaksanakan askep ini,
penulis mengangkat kasus ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik pada
Ny. N dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal “Osteoarthritis” di Puskesmas
Gunung Tinggi Kec. Pancur Batu Kab. Deli Serdang Tahun 2019”.

1.5. Sistematika Penulisan


Dalam Karya Tulis Ilmiah ini digunakan sistematika penulisan:
Bab I : Pendahuluan
Pendahuluan teori ini menguraikan tentang latar belakang
penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Teoritis
Landasan teori menguraikan tentang konsep dasar keperawatan
yang meliputi:
a. Konsep Dasar Medis

3
Konsep Dasar Medis menjelaskan tentang defenisi, anatomi
fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
diagnosis, komplikasi dan penatalaksanaan.
b. Konsep Dasar Keperawatan
Asuhan Keperawatan menguraikan pelaksanaan asuhan
keperawatan dari pengkajian keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Bab III : Tinjauan Kasus Ny. N dengan masalah utama Osteoartritis yang
terdiri dari: pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

Bab IV : Pembahasan
Pembahasan kasus ini menguraikan tentang pembahasan dan
perbandingan antara landasan teori dan kasus langsung di lapangan,
uraian pembahasan dimulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Bab V : Kesimpulan dan Saran

4
TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Dasar
a) Definisi
Osteoarthritis adalah suatu kelainan pada sendi yang bersifat kronik dan
progresif biasanya didapati pada usia pertengahan hingga usia lanjut ditandai
dengan adanya kerusakan kartilago yang terletak di persendian tulang. Kerusakan
kartilago ini bisa disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan biokimia pada
tubuh (American College of Rheumatology, 2015).
Dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia Osteoarthritis secara
sederhana didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi
karena proses inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi
tersebut (Hamijoyo, 2007).
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang
melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan
nyeri dan kekakuan pada sendi (CDC, 2014). Fungsi dari kartilago adalah untuk
melindungi ujung tulang agar tidak saling bergesekan ketika bergerak. Pada
Osteoarthritis, kartilago mengalami kerusakan bahkan bisa sampai terkelupas
sehingga akan menyebabkan tulang dibawahnya saling bergesekan,
menyebabkan nyeri, bengkak, dan terjadi kekakuan sendi. Semakin lama hal ini
akan menyebabkan struktur sendi berubah menjadi abnormal hingga dapat
muncul pertumbuhan tulang baru yang dinamakan Ostheophytes yang akan
semakin memperbesar gesekan dan memperparah nyeri (National Institute of
Arthritis and Muskuloskeletal and Skin Disease, 2015).

2. Etiologi
Hampir pada setiap aktivitas sehari-hari terjadi penekanan pada sendi,
terutama sendi yang menjadi tumpuan beban tubuh seperti pergelangan kaki, lutut,
dan panggul. Hal tersebut memiliki peranan yang penting dalam terjadinya
OA. Banyak peneliti percaya bahwa perubahan degeneratif merupakan hal
yang mengawali terjadinya OA primer (Carlos J Lozada et al, 2015). Sedangkan

5
obesitas, trauma, dan penyebab lain merupakan faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya OA sekunder. Berikut beberapa penyebab dan faktor predisposisi:
1) Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk
pigmen yang berwarna kuning.
2) Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan
yang harus dikandungnya.
3) Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh Osteoarthritis
mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah
kegemukan.
4) Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan Osteoarthritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.
5) Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk Osteoarthritis yang biasanya
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena Osteoarthritis,
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (Arthritis Rheumatoid; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan
reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh
membran sinovial dan sel-sel radang.
7) Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi
akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.

6
8) Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik
rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.
Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan
menurun.
9) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

2.1.3. Patofisiologi
Osteoarthritis selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses
penuaan yang tidak dapat dihindari. Namun, penelitian para pakar terbaru
menyatakan bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis
dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang
penyebabnya belum diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan
faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk
degradasi kartilago di dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi
inflamasi sendi, kerusakan kondrosit, dan nyeri. Jejas mekanik dan kimiawi
pada sinovial sendi yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor umur,
humoral, genetik, obesitas, stress mekanik atau penggunaan sendi yang
berlebihan, dan defek anatomik (Maya Yanuarti, 2014).
Kartilago sendi merupakan target utama perubahan degeneratif pada OA.
Kartilago sendi ini secara umum berfungsi untuk membuat gerakan sendi bebas
gesekan karena terendam dalam cairan synovial dan sebagai “shock absorber”,
penahan beban dari tulang. Pada OA, terjadi gangguan homeostasis dari
metabolisme kartilago sehingga terjadi kerusakan struktur proteoglikan

7
kartilago, erosi tulang rawan, dan penurunan cairan sendi (Maya Yanuarti,
2014). Tulang rawan (kartilago) sendi dibentuk oleh sel kondrosit dan
matriks ekstraseluler, yang terutama terdiri dari air (65%-80%), proteoglikan,
dan jaringan kolagen. Kondrosit berfungsi mensintesis jaringan lunak kolagen tipe
II untuk penguat sendi dan proteoglikan untuk membuat jaringan tersebut
elastis, serta memelihara matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan
sendi tetap terjaga dengan baik. Kartilago tidak memiliki pembuluh darah
sehingga proses perbaikan pada kartilago berbeda dengan jaringan-jaringan
lain. Di kartilago, tahap perbaikannya sangat terbatas mengingat kurangnya
vaskularisasi dan respon inflamasi sebelumnya (Maya Yanuarti, 2014).
Etiopatogenesis Osteoarthritis (OA) dibagi menjadi 3 stage (tahap),
yaitu stage 1, stage 2, dan stage 3. Pada stage 1 terjadi kerusakan proteolitik pada
matrix cartilago. Stage 2 melibatkan fibrilasi dan erosi pada permukaan
kartilago dan pada stage 3 produk-produk yang dihasilkan oleh kerusakan
kartilago menyebabkan suatu respon inflamasi kronis. Setelah melalui tahap-tahap
tersebut, maka akan terjadi progressifitas lebih jauh dimana kejadian tersebut
akan menyebabkan tubuh melakukan kompensasi dengan cara terjadinya
pertumbuhan tulang baru dengan tujuan menstabilkan persendian, namun hal ini
akan merubah struktur persendian. Beberapa kelainan juga biasa dikategorikan
sebagai subsets of primary Osteoarthritis yang terdiri dari primary
generalized Osteoarthritis, erosive Osteoarthritis, dan condromalacia patellae.
Tingkat keparahan Osteoarthritis dapat diklasifikasikan berdasarkan gambaran
radiologi yang didapat. Metode pengklasifikasian yang digunakan secara
universal saat ini adalah Sistem Kellgren-Lawrence yang terdiri dari grade I,
II, III, dan IV (Carlos J Lozada et al, 2015).

2.1.4. Tanda dan Gejala


OA dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. Distribusi OA dapat
mengenai sendi leher, bahu, tangan, kaki, pinggul, lutut.

8
1) Nyeri: Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada
sumsum tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf akibat osteofit,
distensi, instabilnya kapsul sendi, serta spasme pada otot atau ligamen. Nyeri
terjadi ketika melakukan aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya
dengan aktifitas minimal sudah dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa
berkurang dengan istirahat.
2) Kekakuan sendi: kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari
ketika setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi.
3) Krepitasi: sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi
rawan.
4) Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan sebagai
nodus Heberden (karena adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal
(DIP)) atau nodus Bouchard (karena adanya keterlibatan sendi Proximal
Phalangeal (PIP)). Pembengkakan pada tulang dapat menyebabkan penurunan
kemampuan pergerakan sendi yang progresif.
5) Deformitas sendi: pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-lahan
mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut (Davey,
2006).

2.1.5. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan gejala OA,
meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kebebasan dalam pergerakan sendi,
serta memperlambat progresi Osteoarthritis. Spektrum terapi yang diberikan
meliputi fisioterapi, pertolongan ortopedi, farmakoterapi, pembedahan,
rehabilitasi.
a) Terapi konservatif
Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien,
pengaturan gaya hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus mengurangi
berat badan, jika memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga yang
ringan seperti bersepeda, berenang).
b) Fisioterapi

9
Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi, stretching, akupuntur, transverse
friction (tehnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan stimulasi otot,
elektroterapi.
c) Pertolongan ortopedi
Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan seperti sepatu yang
bagian dalam dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga digunakan
untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi sendi (Michael et. al,
2010).
d) Farmakoterapi
Analgesik/anti-inflammatory agents. 17 COX-2 memiliki efek anti inflamasi
spesifik. Keamanan dan kemanjuran dari obat anti inflamasi harus selalu
dievaluasi agar tidak menyebabkan toksisitas. Contoh: Ibuprofen: untuk efek
anti inflamasi dibutuhkan dosis 1200-2400 mg sehari. Naproksen: dosis untuk
terapi penyakit sendi adalah 2x250-375 mg sehari. Bila perlu diberikan 2x500
mg sehari. Glucocorticoids injeksi, glukokortikoid intra artikular dapat
menghilangkan efusi sendi akibat inflamasi. Contoh: Injeksi triamsinolon
asetonid 40mg/ml suspensi hexacetonide 10 mg atau 40 mg. Asam hialuronat,
Kondroitin sulfa-Injeksi steroid seharusnya digunakan pada pasien dengan
diabetes yang telah hiperglikemia. Setelah injeksi kortikosteroid
dibandingkan dengan plasebo, asam hialuronat, lavage (pencucian sendi),
injeksi kortikosteroid dipercaya secara signifikan dapat menurunkan nyeri
sekitar 2-3 minggu setelah penyuntikan (Nafrialdi dan Setawati, 2007).
e) Pembedahan
Artroskopi merupakan prosedur minimal operasi dan menyebabkan rata
infeksi yang rendah (dibawah 0,1%). Pasien dimasukkan ke dalam kelompok
1 debridemen artroskopi, kelompok 2 lavage artroskopi, kelompok 3
merupakan kelompok plasebo hanya dengan incisi kulit. Setelah 24 bulan
melakukan prosedur tersebut didapatkan hasil yang signifikan pada kelompok
3 dari pada kelompok 1 dan 2.
1) Khondroplasti: menghilangkan fragmen kartilago. Prosedur ini
digunakan untuk mengurangi gejala osteofit pada kerusakan meniskus.

10
2) Autologous chondrocyte transplatation (ACT)
3) Autologous osteochondral transplantation (OCT) (Michael et. al, 2010).

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris
limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan, malaise. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit:
kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.

b. Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.

c. Integritas Ego
1) Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya financial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
2) Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
3) Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya
ketergantungan pada orang lain.

d. Makanan/Cairan
1) Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada
membran mukosa.
2) Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau
cairan adekuat, mual, anoreksia.

e. Hygiene

11
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri,
ketergantungan pada orang lain.

f. Neurosensori
1) Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
2) Nyeri/kenyamanan
Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan
jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama
pagi hari).

g. Keamanan
1) Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
2) Lesi kulit, ulkus kaki
3) Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
4) Demam ringan menetap
5) Kekeringan pada mata dan membran mukosa
h. Interaksi Sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran
isolasi.

i. Penyuluhan/Pembelajaran
1) Riwayat rematik pada keluarga
2) Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit
tanpa pengujian
3) Riwayat perikarditis, lesi tepi katup, Fibrosis pulmonal, pleuritis.

j. Pemeriksaan Diagnostik
1) Reaksi aglutinasi: positif
2) LED meningkat pesat
3) Protein C reaktif: positif pada masa inkubasi.

12
4) SDP: meningkat pada proses inflamasi
5) JDL: Menunjukkan ancaman sedang
6) Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
7) RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi,
osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang,
penyempitan ruang sendi.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal, Nyeri,
ketidaknyamanan, Penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran berhubungan dengan:
Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal:
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan lingkungan berhubungan
dengan: Proses penyakit degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak
adekuat.
2.2.3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan I
Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, distruksi sendi
Intervensi:
1) Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 6). Catat faktor-
faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal
2) Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di
kursi. Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
3) Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.

13
4) Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa
kali sehari.
5) Berikan masase yang lembut.
6) Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi progresif
sentuhan terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri
dan pengendalian nafas.
7) Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
8) Bantu klien dengan terapi fisik.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi


1) Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol
2) Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
3) Mengikuti program terapi.
4) Menggunakan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.

Diagnosa Keperawatan II
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal, Nyeri,
ketidaknyamanan, Penurunan kekuatan otot.
Intervensi:
1) Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi
2) Pertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan
3) Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-menerus dan
tidur malam hari tidak terganggu.
4) Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan isometrik
jika memungkinkan
5) Dorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri,
dan berjalan.

14
6) Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset,
menggunakan pegangan tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat bantu
mobilitas/kursi roda penyelamat
7) Kolaborasi ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi


1) Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor
2) Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari
kompensasi bagian tubuh
3) Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas.

Diagnosa Keperawatan III


Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran berhubungan dengan:
Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan
energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Intervensi:
1) Dorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit,
harapan masa depan.
2) Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang, memastikan
bagaimana pandangan pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-
hari termasuk aspek-aspek seksual
3) Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
4) Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan tubuh/perubahan.
5) Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu koping.
6) Bantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.
7) Ikut sertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal aktivitas.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:

15
1) Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan
keterbatasan.
2) Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang.

Diagnosa Keperawatan IV
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal:
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Intervensi:
1) Diskusikan tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi penyakit dan
potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
2) Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
3) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi rencana
untuk memodifikasi lingkungan.
4) Kolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:


1) Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada
kemampuan klien.
2) Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
3) Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan.

Diagnosa Keperawatan V
Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan lingkungan berhubungan
dengan: Proses penyakit degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak
adekuat.
Intervensi:
1) Kaji tingkat fungsi fisik

16
2) Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri
sendiri.
3) Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi
individual.
4) Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan misal alat bantu mobilisasi.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:


1) Mempertahankan keamanan lingkungan yang meningkatkan perkembangan.
2) Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.

2.2.4. Implementasi
Diagnosa Keperawatan I
Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, distruksi sendi
Implementasi:
1) Mengkaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 6). Catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal
2) Membantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk
di kursi. Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
3) Membantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.
4) Membantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari.
5) Memberikan masase yang lembut.
6) Mendorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi progresif
sentuhan terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri
dan pengendalian nafas.
7) Memberi obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
8) Membantu klien dengan terapi fisik.

Diagnosa Keperawatan II

17
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal, Nyeri,
ketidaknyamanan, Penurunan kekuatan otot.
Implementasi:
1) Memantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi
2) Mempertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan
3) Menjadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-menerus
dan tidur malam hari tidak terganggu.
4) Membantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan
isometrik jika memungkinkan
5) Mendorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri,
dan berjalan.
6) Memberikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset,
menggunakan pegangan tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat bantu
mobilitas/kursi roda penyelamat
7) Berkolaborasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.

Diagnosa Keperawatan III


Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran berhubungan dengan:
Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan
energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Implementasi:
1) Mendorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses
penyakit, harapan masa depan.
2) Mendiskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang, memastikan
bagaimana pandangan pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-
hari termasuk aspek-aspek seksual
3) Mengakui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
4) Memperhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan tubuh/perubahan.
5) Menyusun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.

18
6) Membantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.
7) Mengikutsertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal aktivitas.

Diagnosa Keperawatan IV
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal:
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Implementasi:
1) Mendiskusikan tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi penyakit
dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
2) Mempertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
3) Mengkaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi
rencana untuk memodifikasi lingkungan.
4) Berkolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.

Diagnosa Keperawatan V
Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan lingkungan berhubungan
dengan: Proses penyakit degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak
adekuat.
Implementasi:
1) Mengkaji tingkat fungsi fisik
2) Mengevaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan
untuk diri sendiri.
3) Menentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi
individual.
4) Mengidentifikasi untuk peralatan yang diperlukan misal alat bantu mobilisasi.

2.2.5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis dalam
mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan membandingkan status
kesehatan pasien dengan kriteria hasil yang diinginkan. Evaluasi adalah aktivitas

19
yang terus-menerus, berkelanjutan, dan terencana yang melibatkan pasien,
keluarga, perawat dan anggota tim kesehatan lain (Christensen & Kenney, 2009).
Evaluasi memiliki beberapa tujuan. Tujuan utamanya adalah menentukan
kemajuan pasien dalam mencapai kriteria hasil yang sudah dirancang. Tujuan
penting lainnya adalah menilai efektivitas komponen proses keperawatan dalam
membantu pasien mencapai kriteria hasil (Christensen & Kenney, 2009).
Evaluasi melibatkan perbandingan respons pasien saat ini dengan perilaku
dasar untuk menentukan kemajuan pasien dalam mencapai tujuan jangka pendek
dan jangka panjang. Penilaian mengenai kemajuan pasien dibuat dengan
menganalisis dan menilai data objektif dan subjektif oleh perawat, pasien,
keluarga, dan anggota tim. Jika kemajuan tidak cukup dalam mencapai kriteria
hasil, maka pasien dan perawat memperbaiki rencana asuhan (Christensen &
Kenney, 2009).

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas pasien
Nama : Ny. N
Umur : 72 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pendidikan : SD
Pekerjaan : -
Alamat : Dusun V Desa Suka Raya
Diagnosa medis : Osteoarthritis

3.1.2. Anamnesa
a. Keluhan utama
Klien mengeluh terasa sakit dan nyeri di daerah pinggang dan sendinya
dengan skala nyeri 6 jika beraktivitas banyak. Klien mengatakan ototnya
terasa lemas, klien susah untuk beraktivitas. Klien mengatakan tidak tau apa
penyakitnya.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Sebelumnya klien tidak pernah menderita penyakit yang parah. Hanya pusing
dan mudah lelah.
c. Riwayat penyakit sekarang

21
Klien merasa sakit dan nyeri pada sendinya, klien tidak dapat beraktivitas.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti penyakit
klien sekarang ini.

Genogram

Keterangan:
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Klien

: Garis keturunan

22
: Garis perkawinan

: Tinggal serumah

3.1.3. Pemeriksaan Fisik


1. Pemeriksaan Fisik
a. Temperatur: 370 C
b. Pulse: 82 x/menit
c. Respirasi (pernafasan): 21 x/menit
d. Tekanan darah: 130/90 mmHg
e. BB sekarang: 50 kg
f. Tingkat orientasi: baik, klien dengan lingkungan sekitar dapat
berorientasi
g. Memory (ingatan): pasien masih dapat mengingat masa yang lalu sampai
sekarang (jangka panjang)
h. Pola tidur: cukup, 8 jam/hari, siang: 1 jam dan malam: 7 jam
i. Penyesuaian psikososial: emosi klien terkendali
2. Sistem Persyarafan: tidak ada masalah
3. Sistem Kardiovaskuler: tidak ada masalah
4. Sistem Gastrointestinal
Klien menghabiskan setiap diet yang diberi, mual dan muntah tidak ada.
Sebagian gigi sudah ada yang tanggal, rahang masih kuat, rongga mulut kotor
5. Sistem Genitourinaria
a. BAK: kuning, bau khas amoniak, frekuensi 4-5x/hari, BAB: kuning, bau
khas, frekuensi 1x /hari
6. Sistem Integumen
a. Kulit: lembab
b. Turgor kulit baik, bila diberi tekanan kembali dalam 2 detik
7. Sistem Muskuloskletal
a. Kontraktur: gerakan sendi tidak kuat lagi
b. Tingkat mobilisasi: pergerakan kaki terbatas karena terasa nyeri atau
sakit sehingga klien susah jalan.

23
3.1.4. Psikososial
1. Klien tidak mengenal masalah kesehatannya.
2. Klien mengatasi stres dengan beribadah dan berdoa.
3. Klien tidak pernah mengalami kegagalan khususnya dalam berumah tangga.
4. Harapan klien sekarang dan masa yang akan datang bahwa klien berharap
agar klien cepat sembuh sehingga klien dapat menjalankan dan melakukan
aktifitas sehari-hari.
5. Klien merasa tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah sendiri seperti
dalam melakukan tindakan atau aktifitas apapun klien dibantu oleh keluarga
dan teman klien.
6. Perasaan klien saat ini biasa saja yang mana klien menjalani kehidupan ini
berjalan apa adanya.

3.1.5. Sosial – ekonomi


Sumber keuangan klien berasal dari anak klien ± 500.000/bulan namun
terkadang tidak menentu juga. Klien tidak mengikuti kegiatan organisasi sosial
ataupun keagamaan karena klien merasa tidak mampu untuk berjalan ke tempat
perkumpulan yang ada. Dalam hal mencuci pakaian dan piring klien, menyapu
rumah klien tergantung dengan keluarga dan anak klien. Klien tidak aktif dalam
mengikuti kegiatan keagamaan. Klien masih semangat hidup, ini dibuktikan dari
keinginan klien untuk cepat sembuh. Klien tidak pernah rekreasi, hanya menonton
tv di rumah.

3.1.6. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1 DS: Cairan kondrosit Nyeri akut
Klien mengeluh terasa sakit tulang rawan
dan nyeri di daerah pinggang menurun
dan sendinya. ↓
Kelenturan dan

24
DO: kekenyalan tulang
TD klien: 130/90 mmHg rawan menurun
Wajah klien tampak meringis, ↓
Skala nyeri: 6 Kaku tipis
Asam urat: 8,4 ↓
Robek

Nyeri

2 DS: Penurunan Kerusakan


Klien mengatakan ototnya kekuatan otot mobilitas fisik
terasa lemas, klien susah untuk
beraktivitas. Dalam hal
mencuci pakaian, piring,
menyapu rumah klien
tergantung dengan orang lain.

DO:
TD klien: 130/90 mmHg
Klien tampak lemah
Klien tampak dibantu keluarga
klien saat berjalan
Skala kekuatan otot 2-3
3 DS: Sumber informasi Kurang
Klien mengatakan tidak tau apa kurang pengetahuan
penyakitnya.

DO:
Tampak bingung dan sering
menanyakan tentang
penyakitnya.

25
3.2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi cairan proses inflamasi, distruksi
sendi ditandai dengan sakit dan nyeri daerah pinggang dan sendi, TD: 130/90
mmHg, wajah klien tampak meringis, skala nyeri 6, asam urat: 8,4.
2. Kerusakan mobiltas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
ditandai dengan klien tampak lemah, klien tampak dibantu keluarga saat
berjalan, TD: 130/90 mmHg, skala kekuatan otot 2-3.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan sumber informasi kurang ditandai
dengan klien tampak bingung dan sering menanyakan tentang penyakitnya.

26
3.3. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan
1 Nyeri akut Nyeri dapat teratasi - Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan - Membantu
berhubungan dengan Kriteria hasil: intensitas nyeri (skala 6), catat dalam menentukan kebutuhan
akumulasi cairan - Menunjukkan nyeri faktor-faktor yang mempercepat manajemen nyeri dan
proses inflamasi, hilang/terkontrol dan tanda-tanda rasa nyeri. keefektifan program
distruksi sendi - Klien terlihat rileks
ditandai dengan sakit dapat tidur/beristirahat - Bantu klien mengambil posisi yang
dan nyeri daerah dan berpartisipasi nyaman pada waktu tidur atau - Memberika
pinggang dan sendi, dalam aktivitas duduk di kursi, tinggikan istirahat n rasa nyaman
TD: 130/90 mmHg, - Mengikuti program di tempat tidur sesuai indikasi.
wajah klien tampak terapi - Bantu klien untuk mengompres
meringis, skala nyeri - Menggabungkan hangat pada sendi-sendi yang sakit
6, asam urat: 8,4 keterampilan relaksasi beberapa kali sehari. - Panas
dan aktivitas hiburan meningkatkan relaksasi otot
ke dalam program dan mobilitas, menurunkan
kontrol nyeri - Dorong rasa sakit dan melepaskan
penggunaan teknik manajemen kekakuan dipagi hari.

27
stress misalnya relaksasi progresif - Meningkat
sentuhan terapeutik bio feedback, kan relaksasi, memberikan rasa
visualisasi, pedoman imajinasi kontrol dan mungkin
hipnotis diri dan pengendalian meningkatkan kemampuan
nafas. koping
- Pantau
tingkat inflamasi/rasa sakit pada
sendi
- Tingkat
aktivitas/latihan tergantung
dari perkembangan/resolusi
dari proses inflamasi
2 Kerusakan mobiltas Kerusakan mobilitas fisik - Bantu klien dengan rentang gerak - Mempertah
fisik berhubungan tidak terjadi aktif/pasif dan latihan resistif dan ankan/meningkat kan fungsi
dengan penurunan Kriteria Hasil: isometrik jika memungkinkan. sendi, kekuatan otot dan
kekuatan otot - Mempertahankan - Anjurkan klien melakukan stamina umum.
ditandai dengan klien fungsi posisi dengan aktivitas yang ringan. - Untuk
tampak lemah, klien tidak hadirnya - Dorong klien untuk mengurangi kontraktur
tampak dibantu kontraktor. mempertahankan posisi tegak dan

28
keluarga saat - Mempertahankan atau duduk tinggi, berdiri dan berjalan. - Memaksim
berjalan, TD: 130/90 meningkatkan kekuatan - Berikan lingkungan yang aman. alkan fungsi sendi,
mmHg, skala dan fungsi komponen mempertahankan mobilitas
kekuatan otot 2-3 bagian tubuh.
- Mendemonstrasikan - Menghinda
teknik/perilaku yang ri cidera akibat
memungkinkan kecelakaan/jatuh
melakukan aktivitas.
3 Kurang pengetahuan Klien mengerti tentang - Berikan informasi tentang penyakit - Memberika
berhubungan dengan penyakitnya klien. Beri konseling sesuai n pengetahuan dimana pasien
sumber informasi Kriteria Hasil: prioritas kebutuhan klien. dapat membuat pilihan
kurang ditandai - Menunjukkan berdasarkan informasi
dengan klien tampak pemahaman tentang - Lakukan pendidikan kesehatan - Membantu
bingung dan sering kondisi/prognosis dan kepada klien tentang pengertian, pasien dalam mengenali
menanyakan tentang perawatan penyebab, tanda gejala penyakitnya
penyakitnya Osteoarthritis, pencegahan,
penatalaksanaan

29
3.4. Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
20/05/2019 Nyeri akut Mengkaji keluhan nyeri klien dan skala nyeri klien S:
berhubungan dengan Kien mengatakan merasakan nyeri
akumulasi cairan Membantu klien mengambil posisi yang nyaman pada di daerah pinggang dan sendi
proses inflamasi, waktu tidur atau duduk dikursi
distruksi sendi ditandai O:
dengan sakit dan nyeri Menganjurkan dan membantu keluarga untuk Wajah klien tampak meringis, skala
daerah pinggang dan mengompres hangat pada sendi-sendi klien yang nyeri 6
sendi, TD: 130/90 sakit beberapa kali sehari
mmHg, wajah klien A:
tampak meringis, skala Mengajarkan klien teknik manajemen stress relaksasi Masalah belum teratasi
nyeri 6, asam urat: 8,4

30
P:
Intervensi dilanjutkan
Kerusakan mobiltas Memantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi. S:
fisik berhubungan - Klien menyatakan lemas bila
dengan penurunan Membantu klien memberikan posisi yang nyaman beraktifitas (berjalan jauh dan
kekuatan otot ditandai berdiri lama)
dengan klien tampak Menganjurkan klien melakukan aktivitas yang ringan - Klien mengatakan apabila
lemah, klien tampak dan menganjurkan keluarga untuk membantu klien beraktivitas klien cepat lelah
dibantu keluarga saat melaksanakan aktivitas.
berjalan, TD: 130/90 O:
mmHg, skala kekuatan Mendorong klien untuk mempertahankan posisi tegak - Klien tampak lemas
otot 2-3 dan duduk tinggi, berdiri dan berjalan. - Klien tampak dibantu oleh
keluarga apabila berjalan
Menganjurkan keluarga klien memberikan lingkungan
yang aman (lantai tidak licin, penerangan lampu baik) A:
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
Kurang pengetahuan Memberikan informasi tentang penyakit klien. Beri S:

31
berhubungan dengan konseling sesuai prioritas kebutuhan klien. Klien mengatakan belum paham
sumber informasi tentang penyakitnya (pencegahan)
kurang ditandai dengan Lakukan pendidikan kesehatan kepada klien tentang
klien tampak bingung pengertian, penyebab, tanda gejala Osteoarthritis, O:
dan sering menanyakan pencegahan, penatalaksanaan Klien tampak bingung, klien masih
tentang penyakitnya sering menanyakan tentang
penyakitnya.

A:
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
22/05/2019 Nyeri akut Mengkaji keluhan nyeri klien dan skala nyeri klien. S:
berhubungan dengan Kien mengatakan masih merasakan
akumulasi cairan Membantu klien mengambil posisi yang nyaman pada nyeri di daerah pinggang dan sendi,
proses inflamasi, waktu tidur atau duduk di kursi. dengan skala nyeri 6
distruksi sendi ditandai
dengan sakit dan nyeri Menganjurkan dan membantu keluarga untuk O:

32
daerah pinggang dan mengompres hangat pada sendi-sendi klien yang Wajah klien tampak meringis
sendi, TD: 130/90 sakit beberapa kali sehari
mmHg, wajah klien A:
tampak meringis, skala Mengajarkan klien teknik manajemen stress relaksasi Masalah belum teratasi
nyeri 6, asam urat: 8,4

P:
Intervensi dilanjutkan
Kerusakan mobiltas Memantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi. S:
fisik berhubungan Klien menyatakan lemas bila
dengan penurunan Membantu klien memberikan posisi yang nyaman beraktifitas (berjalan jauh dan
kekuatan otot ditandai berdiri lama).
dengan klien tampak Menganjurkan klien melakukan aktivitas yang ringan
lemah, klien tampak dan menganjurkan keluarga untuk membantu klien O:
dibantu keluarga saat melaksanakan aktivitas. - Klien tampak lemas
berjalan, TD: 130/90 - Klien tampak dibantu oleh
mmHg, skala kekuatan Mendorong klien untuk mempertahankan posisi tegak keluarga klien saat berjalan
otot 2-3 dan duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
A:

33
Menganjurkan keluarga klien memberikan lingkungan Masalah belum teratasi
yang aman (lantai tidak licin, penerangan lampu
baik). P:
Intervensi dilanjutkan
Membantu klien medekatkan barang yang dibutuhkan
klien

Kurang pengetahuan Memberikan informasi tentang penyakit klien. S:


berhubungan dengan Memberikan penyuluhan kepada klien tentang Klien mengatakan sudah paham
sumber informasi penyakitnya. tentang penyakitnya
kurang ditandai dengan
klien tampak bingung Melakukan pendidikan kesehatan kepada klien O:
dan sering menanyakan tentang pencegahan penyakitnya Klien tampak kooperatif
tentang penyakitnya mendengarkan perawat. Jika
ditanya klien dapat menjawab
dengan baik.

A:
Masalah teratasi

34
P:
Intervensi dipertahankan
24/05/2019 Nyeri akut Mengkaji keluhan nyeri klien dan skala nyeri klien. S:
berhubungan dengan Kien mengatakan masih merasakan
akumulasi cairan Membantu klien mengambil posisi yang nyaman pada nyeri di daerah pinggang dan
proses inflamasi, waktu tidur atau duduk di kursi. sendinya, dengan skala nyeri 6
distruksi sendi ditandai O:
dengan sakit dan nyeri Menganjurkan dan membantu keluarga untuk Wajah klien tampak meringis
daerah pinggang dan mengompres hangat pada sendi-sendi klien yang
sendi, TD: 130/90 sakit beberapa kali sehari A:
mmHg, wajah klien Masalah belum teratasi
tampak meringis, skala Mengajarkan klien teknik manajemen stress relaksasi
nyeri 6, asam urat: 8,4 P:
Intervensi dilanjutkan
Kerusakan mobiltas Memantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi. S:
fisik berhubungan Klien menyatakan lemas bila
dengan penurunan Membantu klien memberikan posisi yang nyaman beraktifitas (berjalan jauh dan
kekuatan otot ditandai berdiri lama).
dengan klien tampak Menganjurkan klien melakukan aktivitas yang ringan

35
lemah, klien tampak dan menganjurkan keluarga untuk membantu klien O:
dibantu keluarga saat melaksanakan aktivitas. Klien tampak lemas
berjalan, TD: 130/90
mmHg, skala kekuatan Mendorong klien untuk mempertahankan posisi tegak A:
otot 2-3 dan duduk tinggi, berdiri dan berjalan. Masalah belum teratasi

Menganjurkan keluarga klien memberikan lingkungan


yang aman (lantai tidak licin, penerangan lampu P:
baik). Intervensi dilanjutkan

Membantu klien medekatkan barang yang dibutuhkan


klien

36
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Pengkajian
Dalam melaksanakan pengkajian untuk memperoleh data, penulis
melakukan wawancara langsung ke klien, observasi, dan pemeriksaan langsung ke
klien. Selain itu penulis juga mendapatkan data dari perawat di Puskesmas yang
merawat klien dan dari catatan perkembangan klien.
Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, menurut landasan teori dan
gejala utama klien yang sering di jumpai pada klien Osteoarthritis adalah nyeri,
kekakuan sendi, krepitasi, pembengakakan pada tulang, dan deformitas sendi.
Berdasarkan pengkajian pada tanggal 20 Mei 2019, klien mengeluh terasa
sakit dan nyeri di daerah pinggang dan sendinya dengan skala nyeri 6 jika
beraktivitas banyak. Klien mengatakan ototnya terasa lemas, klien susah untuk
beraktivitas. Klien mengatakan tidak tau apa penyakitnya.

4.2. Diagnosa Keperawatan


Secara teoritis diagnosa keperawatan ada 5 yaitu:
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal, Nyeri,
ketidaknyamanan, Penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran berhubungan dengan:
Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal:
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan lingkungan berhubungan
dengan: Proses penyakit degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak
adekuat.

37
Dari keluhan-keluhan klien saat pengkajian, maka penulis dapat membuat
diagnosa keperawatan yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi cairan proses inflamasi, distruksi
sendi ditandai dengan sakit dan nyeri daerah pinggang dan sendi, TD: 130/90
mmHg, wajah klien tampak meringis, skala nyeri 6, asam urat: 8,4.
2. Kerusakan mobiltas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
ditandai dengan klien tampak lemah, klien tampak dibantu keluarga saat
berjalan, TD: 130/90 mmHg, skala kekuatan otot 2-3.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan sumber informasi kurang ditandai
dengan klien tampak bingung dan sering menanyakan tentang penyakitnya.
Adapun diagnosa keperawatan yang tidak terdapat pada teori dan terdapat
pada kasus adalah:
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan sumber informasi kurang ditandai
dengan klien tampak bingung dan sering menanyakan tentang penyakitnya.

4.3. Perencanaan
Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah yang ada disesuaikan
dengan kondisi klien saat itu. Tujuan ditetapkan dengan mengacu pada masalah
yang akan diatasi/diminimalkan dan yang mencapai alat ukur, tercapainaya tujuan.
Rencana/intervensi adalah bagian akhir dari perencanaan dimana perawat
memutuskan strategi dan tindakan yang akan dilakukan, diarahkan langsung pada
etiologi atau faktor pendukung diagnosa keperawatan.
Tujuan dari diagnosa keperawatan yang penulis susun antara lain setelah
dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi terpenuhi, produksi energi
metabolik stabil, dan penularan infeksi tidak terjadi.
.
4.4. Implementasi
Pada bagian implementasi penulis melakukan kegiatan berupa pelaksanaan
dari perencanaan yang telah dibuat serta mengkaji respon klien, serta dilakukan
tindakan-tindakan seperti: memantau skala nyeri klien, memberikan posisi yang
nyaman, mengajarkan teknik relaksasi, menganjurkan klien melaksanakan

38
aktivitas ringan yang dapat ditoleransi dan menganjurkan keluarga untuk
membantu klien dalam beraktivitas serta mendekatkan barang yang diperlukan
klien di samping klien, memberikan informasi ataupun penyuluhan tentang
penyakit yang di alami klien.
Saat dilakukan tindakan keperawatan pada Ny. N implementasi dari
diagnosa keperawatan pertama sampai yang ketiga tidak ditemukan hambatan
yang berarti. Hal ini didukung keterlibatan klien dalam membantu penulis
memberikan asuhan keperawatan kepada klien selain itu adanya semangat yang
klien miliki dalam melaksanakan tindakan yang diberikan.

4.5. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Evaluasi yang dilakukan penulis adalah melihat
apakah masalah yang ada sudah teratasi/diminimalkan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Diagnosa yang pertama, kedua, dan ketiga setelah dievaluasi dari
hari pertama masalah belum teratasi dikarenakan klien masih tampak lemah,
pasien masih merasakan nyeri pada sendi dan punggungnya, klien masih tidak
paham tentang masalah kesehatannya. Pada hari kedua diagnosa I dan II belum
dapat diatasi sedangkan diagnosa III dapat teratasi. Pada hari ketiga, diagnosa I
dan II masih belum dapat teratasi.

39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan kasus penulis dapat menyimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1) Dari tahap pengkajian pada Ny. N yang dilakukan penulis adalah melakukan
pengumpulan data, pemeriksaan fisik, anamnese, fisiologi dan sosial dan
secara komprehensif dan menyeluruh.
2) Pada rumusan diagnosa keperawatan yang ada pada teori ditemukan 2
diagnosa keperawatan yang sama.
3) Pada perencanaan atau intervensi semua diagnosa keperawatan telah dibuat
perencanaannya sesuai dengan kebutuhan Ny. N
4) Pada pelaksanaan tindakan keperawatan seluruh intervensi dapat
dilaksanakan dengan baik, dengan kerja sama klien dan perawat.
5) Pada tahap evaluasi hasil, pada prinsipnya ketiga (3) diagnosa keperawatan
yang telah dilaksanakan sesuai dengan tindakan keperawatan, dimana 2
diagnosa keperawatan masalahnya belum teratasi dan 1 teratasi.

5.2. Saran
Setelah penulis mempelajari dan mengamati pada kasus Osteoarthritis
maka penulis menyarankan:
a) Bagi Klien
1) Disarankan agar klien dapat meningkatkan pengetahuan tentang masalah
kesehatan Osteoarthritis.

40
2) Disarankan agar keluarga klien dapat membantu klien dalam mencukupi
kebutuhan klien, dan membantu klien agar mulai membiasakan diri
melaksanakan aktivitas ringan yang dapat ditoleransi sendiri.
b) Bagi Perawat
Disarankan agar lebih memberikan pelayanan yang maksimal serta
memberikan informasi yang berkelanjutan tentang penyakit Osteoarthritis
serta menyediakan sarana informasi buku atau majalah tentang Osteoarthritis.

41
DAFTAR PUSTAKA

A. Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit
FKUI.

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi


NANDA, NIC, dan NOC jilid 1. Jakarta: TRANS INFO MEDIA.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen


Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8-Buku 3. Singapore: Elseiver.

Brunner, S. &. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Chabib, L. (2016). Review Reumatoid Arthritis: Terapi Farmakologi, Potensi


Kurkumin Analognya, serta Pengembangan Sistem Nonopartikel. Jurnal
Pharmascience vol 3 , 11-12.

Chintyawati, C. (2014). Hubungan Antara Nyeri Reumatoid Artritis dengan


Tingkat Kemandirian dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari pada Lansia
di Posbindu Karang Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
Tangerang Selatan Tingkat . Jakarta: UIN.

Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan


Gangguan Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.

Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I
Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.

Evalina S, H., & Bagus R, C. (2015). Pengaruh Kompres Hangat terhadap


Nyeri Sendi pada Lansia (60-74 tahun). Proceeding Seminar Ilmiah
Nasional Keperawatan 2015 3rd Adult Nursing Practice: Using
Evidence in Care.

Free, F. (2017, Januari 24). Rheumatoid Artritis Bagian II. Musculosceletal


Rehabilitation Clinic.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi


& Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses


Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran,
Bandung, 1996

42
Smeltzer C. Suzannne, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih
Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.

43

Anda mungkin juga menyukai