Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KASUS KELOLAAN KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR TIBIA


FIBULA (PADA sdr. G) DI RUANG BOUGENVILE RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :
1. ESTER BAWO
203203089
2. ARBIN DASTARI
203203104

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KELOLAAN KELOMPOK
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR TIBIA
FIBULA (sdr. G)DI RUANG BOUGENVILE RSUD PANEMBAHAN
SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

Telah disetujui pada


Pada :
Tanggal :
Disusun oleh :
1. Ester Bawo (203203089)
2. Arbin Dastari (203203104)
Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik (CI)

(...................................................) (...................................................)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Fraktur tibia fibula merupakan fraktur yang paling sering ditemukan dalam

bidang kegawatdaruratan ortopedik yang melibatkan ekstermitas bawah.

Fraktur ini juga dapat teradi disetiap kalangan usia mulai dari anak-anak,

remaja hingga lansia. Kalangan usia yang beresiko tinggi untuk mengalami

fraktur tibia fibula adalah dewasa muda dan orang tua. Fraktur disebabkan oleh

trauma akibat energi tinggi yang berhubungan dengan kegiatan olahraga.

Sedangkan pada orang tua, fraktur lebih banyak disebabkan oleh trauma akibat

energi rendah atau osteoporosis. Penyebab dari fraktur tibia fibula disebabkan

oleh berbagai macam faktor usia,pola hidup, pola makan dan aktivitas sehari-

hari (Irene Natalia Tantri. 2017).

Dari penelitian Irene Natalia Tantri dkk 2017 menyatakan bahwa Fraktur

tibia fibula sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas (sebagai

pengendara) yaitu sebanyak 322 kasus (47.6%), diikuti oleh jatuh dari tempat

tinggi dengan 52 kasus (7.7%), jatuh dari ketinggian yang sama 116 kasus

(51%), terpeleset dan tersandung 51 kasus (7.1%), loncat atau didorong dari

tempat tinggi 42 kasus (6.2%), kecelakaan lalu lintas (sebagai penumpang) 38

kasus (5.6%), kecelakaan akibat berkendara dengan sepeda dan kontak dengan

benda tumpul masing-masing 13 kasus (1.9%). Penyebab yang paling sedikit

adalah terjepit diantara dua benda sebanyak satu kasus (0.1%) (Irene Natalia

Tantri. 2017).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah ini

adalah “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Fraktur Tibia fibula”

C. Tujuan

Tujuan ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:

1. Tujuan umum

Memahami asuhan keperawatan pada klien dengan Fraktur Tibia

fibula.

2. Tujuan Khusus

a. Memahami pengertian dari Fraktur tibia fibula

b. Memahami tanda dan gejala Fraktur tibia fibula

c. Memahami etiologi Fraktur tibia fibula

d. Memahami pemeriksaan diagnostik Fraktur tibia fibula

e. Memahami komplikasi Fraktur tibia fibula

f. Memahami penatalaksanaan Fraktur tibia fibula

g. Memahami pathway Fraktur tibia fibula


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Fraktur atau patah tulang adalah ganguan dari kontinuitas yang normal

dari suatu tulang (Black 2014). Fraktur atau patah tulang adalah kondisi

dimana kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan terputus secara

sempurna atau sebagian yang disebabkan oleh rudapaksa atau osteoporosis

(Smeltzer & Bare, 2013). Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang rawan

baik bersifat total maupun sebagian, penyebab utama dapat disebabkan oleh

trauma atau tenaga fisik tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitarnya

(Helmi, 2012).

Fraktur dapat terjadi di bagian ekstremitas atau anggota gerak tubuh yang

disebut dengan fraktur ekstremitas. Fraktur ekstremitas merupakan fraktur

yang terjadi pada tulang yang membentuk lokasi ekstremitas atas (tangan,

lengan, siku, bahu, pergelangan tangan, dan bawah (pinggul, paha, kaki bagian

bawah, pergelangan kaki). Fraktur dapat menimbulkan pembengkakan,

hilangnya fungsi normal, deformitas, kemerahan, krepitasi, dan rasa nyeri

(Ghassani, 2016).

Fraktur tibia fibula merupakan fraktur yang paling sering ditemukan

dalam bidang kegawatdaruratan yang terjadi pada ekstermitas bawah atau pada

kaki kanan. Fraktur ini juga dapat teradi disetiap kalangan usia mulai dari

anak-anak, remaja hingga lansia (Irene Natalia Tantri. 2017).


Fraktur tibia fibula adalah fraktur yang sering terjadi di ektermitas bawah

merupakan 1 dari 6 kejadian fraktur yang sering ditangani di unit gawat darurat

(UGD), umumnya fraktur tibia fibula sering terjadi pada bagian ekstermitas

bagian bawah atau pada kaki.(Ahmad Fathan, 2018).

B. Klasifikasi

Klasifikasi fraktur ada empat yang utama adalah : (Irene Natalia Tantri, 2017).

1. Incomplit

Fraktur yang hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang

2. Complit

Garis fraktur yang melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan

fragmen tulang biasanya berubah tempat atau bergeser atau bersgeser dari

posisi normal.

3. Tertutup (simple)

Fraktur tidak meluas dan tidak menyebabkan robekan pada kulit.

4. Terbuka (compound )

Fragmen tulang meluas melewati otot dan adanya perlukaan di kulit yang

terbagi menjadi 3 derajat :

Derajar 1 : luka kurang dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak

ada tanda remuk, fraktur sederhan atau kominutif ringan dan kontaminasi

minimal.

Derajat 2 : laserasi lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak luas,

fraktur kominutif sedang dan kontaminasi sedang.


Derajat 3 : terjadi kerusakan jaringan luank yang luas (struktur kulit, otot,

dan neurovaskuler) serta kontaminasi derajat tinggi.

C. Etiologi

Menurut helmi (2012), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya

fraktur adalah:

a. Fraktur traumatik, diseb abkan karena adanya trauma ringan atau berat

yang mengenai tulang baik secara langsung maupun tidak.

b. Fraktur stress, disebabkan karena tulang sering mengalami penekanan.

c. Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti kondisi

patologis penyakit yang akan menimbulkan fraktur.

D. Tanda dan Gejala

Menurut Irene Natalia Tantri dkk (2017) gejala yang sering terjadi pada pasien

dengan Fraktur tibia fibula sebagai berikut :

1. Rasa nyeri
2. Memar
3. Bengkak
4. Tidak dapat bergerak maksimal
5. Mati rasa
6. Tidak mampu mengerakkan kaki
7. Krepitasi diakibatkan karena adanya gesekan antara fragmen yang satu
dengan fragmen yang lainnya.
8. Penurunan fungsi
E. Komplikasi

1. Syok, yang bisa berakibat fatal setelah beberapa jam setelah ciderah.
2. Emboli lemak atau kerusakan jaringan dan menginduksi respon inflamasi

sistemik dan menyebabkan gejala paru,saraf, kulit, dan retina.

3. Kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak segerah ditangani.

(Nampira, dkk 2014).

F. Patofisiologi

Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan


adanya gaya dalam tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turn, baik yang terbuka ataupun
tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka
volume darah menurun.COP menurun maka terjadi perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukkan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai
serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu
dapat mengenai tulang dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan
mengakibatkan kerusakan jaringan kulit.fraktur adalah biasanya patah tulang
biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolic, patologik yang terjadi
maupun terbuka atau tertutup.
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak
seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan tertutup. Fraktur
tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament
dan pembuluh darah. Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan
menderita komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan,
hilangnya kekuatan otot, kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubu
di imobilisasi, mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri.
Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen-fragmen tulang di
pertahankan dengan pen, sekrup, plat, paku. Namum pembedahan
meningkatkan kemungkinan terjadi infeksi. Pembedahamn itu sendiri
merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya tidak
mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama
tindakan operasi. (Irene Natalia Tantri dkk (2017).
G. Pathway

Cidera

Kecelakaan, Trauma, Terjatuh, Osteoporosis

Fraktur

Merusak Jaringan Lunak

Pre Operasi

Fraktur Terbuka Fraktur


Tertutup

Operasi

Nyeri Post Operasi Adanya Luka

Ganguan Rasa Nyaman


Resiko
Pendaraha
Ganguan
Aktivitas n

Terapi Non
Terapi
FarmakologiResiko Infeksi farmakologi
Mobilisasi
Teknik Relaksasi Nafas
Dalam

H. Pemeriksaan diagnostik

A. Pemeriksaan Radiologi

1. X-Ray

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”

menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3

dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2

proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu

diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk

memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi.

Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi

kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan

permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray: Bayangan jaringan

lunak. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau

biomekanik atau juga rotasi. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.

Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

2. Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur

yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan

kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja

tapi pada struktur lain juga mengalaminya.


3. Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan

pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan

akibat trauma.

4. Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak

karena ruda paksa.

5. Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara

transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang

rusak.

B. Pemeriksaan Laboratorium

1. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap

penyembuhan tulang.

2. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan

menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.

3. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat

Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST),

Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

C. Pemeriksaan lain-lain

1. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas:

didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.

2. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama

dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.

3. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang

diakibatkan fraktur.
4. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau

sobek karena trauma yang berlebihan.

5. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya

infeksi pada tulang.

6. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

I. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksaanannya pada fraktur ada dua jenis yaitu konservatif dan

operatif. Kriteria untuk menentukan pengobatan dapat dilakukan secara

konservatif atau operatif selamanya tidak absolut.

Sebagai pedoman dapat di kemukakan sebagai berikut:

A.Cara konservatif:

1. Anak-anak dan remaja, dimana masih ada pertumbuhan tulang

panjang.

2. Adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi.

3. Jenis fraktur tidak cocok untuk pemasangan fiksasi internal.

4. Ada kontraindikasi untuk di lakukan operasi.

     Pengobatan konservatif dapat dilakukan dengan:

- Pemasangan Gips.

- Pemasangan traksi (skin traksi dan skeletal traksi). Beban maksimal

untuk skin traksi adalah 5 Kg.

B. Cara operatif di lakukan apabila:

1. Bila reposisi mengalami kegagalan.

2. Pada orang tua dan lemah (imobilisasi  akibat yang lebih buruk).
3. Fraktur multipel pada ekstrimitas bawah.

4. Fraktur patologik.

5. Penderita yang memerluka imobilisasi cepat.

Pengobatan operatif:

- Reposisi.

- Fiksasi.

Atau yang lazim di sebut juga dengan tindakan ORIF (“Open Reduction

Internal Fixation”)

Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan

pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

- Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulangpada

kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah

reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing di

pilih bergantung sifat fraktur

Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke

posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan

traksi manual.

Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan

imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang

terjadi.

Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang

direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat,

paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan


fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang

solid terjadi.

- Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di

imobilisasi atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang

benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan

fiksasi eksternal atau inernal. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan,

gips, bidai, traksi kontinui, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal.

Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai

bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur

imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24

minggu, intra trokhanterik 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra

kondiler 12-15 minggu.

- Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya

diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;

 Mempertahankan reduksi dan imobilisasi

 Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan

 Memantau status neurologi.

 Mengontrol kecemasan dan nyeri

 Latihan isometrik dan setting otot

 Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari

 Kembali keaktivitas secara bertahap.


J. Pengkajian Keperawatan

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan

untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah-

masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan yang

tepat.

Pengkajian post operasi fraktur menurut Sugeng,W (2010) adalah

1) Sirkulasi.

Gejala: riwayat masalah jantung, GJK, edema pilmonal, penyakit

vascular perifer, atau statis vascular (peningkatan resiko pembentukan

thrombus).

2) Integritas ego. Gejala: perasaan cemas, takut, marah, apatis, factor-

factor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.

Tanda: tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan peka rangsang,

stimulasi simpatis.

3) Makanan/cairan.

Gejala: insufisiensi pankreas/DM, (predisposisi untuk

hipoglikemia/ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas); membran

mukosa yang kering (pembatasan pemasukan/ periode puasa pra

operasi).

4) Pernafasan
Gejala: infeksi, kondisi yang kronis/ batuk, merokok.

5) Keamanan dan kenyamanan

Gejala: alergi/ sensitif terhadap obat, makanan, plester, dan larutan;

Defisiensi immune (peningkatan resiko infeksi sistemik dan penundaan

penyembuhan); munculnya kanker/ terapi kanker terbaru. Riwayat

keluarga tentang hipertermia malignant/ reaksi anastesi; riwayat penyakit

hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah

koagulasi; riwayat transfusi darah/ reaksi tranfusi. Tindakan munculnya

proses infeksi yang melelahkan; demam.

6) Penyuluhan/ pembelajaran.

Gejala: penggunaan antikoagulasi, streroid, antibiotic, antihipertensi,

kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,

analgesik, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquillzer dan juga obat

yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Pengunaan alkohol

(resiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan

anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

Pada anmanesis, keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah

nyeri. Pengkajian dengan pendekatan PQRST dapat membantu perawat

dalam menentukan rencana intervensi yang sesuai (Muttaqin 2011).


K. Diagnosa Keperawatan :

1. Nyeri Akut b/d agen pencidera fisik (mis. Prosedur operasi)

2. Gangguan Mobilitas Fisik b/d kerusakan intergritas struktur tulang

3. Ansietas b/d krisis situasional

4. Resiko Infeksi b/d efek prosedur invansif

L. Intervensi Keperawatan

No Dx SLKI SIKI Rasional


1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri - untuk
tindakan keperawatan SIKI (l.08238) mengetahui
3x24 jam diharapak 1. indentifikasi lokasi, keadaan nyeri
keadaan klien karakteristik, durasi, dan keperahan
berangasur membaik frekuensi, kualitas, nya.
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri. - membantu
1. Tingkat nyeri SLKI 2. berikan teknik non- meringankan
(l.08066) farmakologi untuk nyeri tanpa
- keluhan nyeri dari 3 mengurangi nyeri obat
menjadi 5 (relaksasi napas - membantu
-  gelisah dari 3 menjadi dalam dan kompres peningkatan
5 hangat). pemahaman
Keterangan : 3.   jelaskan strategi jika nyeri
1 : meningkat meredakan nyeri terjadi
2 : cukup meningkat 4. kaloborasi       - membantu
3 : sedang pemberian mengurangi
4 : cukup menurun analgetik, jika perlu nyeri dengan
5 : meningkat obat
2 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan ambulasi - mengetahui
mobilitas tindakan keperawatan SIKI (1. 06171) adanya hal lain
fisik 3x24 jam diharapak 1.identifikasi adanya yang membuat
keadaan klien nyeri atau keluhan tidak bisa
berangasur membaik fisik lainnya berpindah
dengan kriteria hasil : 2. libatkan keluarga secara mandiri
1. Mobilitas Fisik SLKI untuk membantu - membantu
(l.05012) pasien dalam agar dukungan
- pergerakan meningkatkan bukan
ekstermitas    dari 3 ambulasi hanya dari
menjadi 5 3. jelaskan tujuan dan perawat namun
- rentang gerak (ROM) prosedur ambulasi keluarga juga
dari 3 menjadi 5 4. kalobrasikan ikut
Keterangan : dengan tenaga berpartisipasi
1. Menurun medis lain nya, jika - membantu
2. Cukup Menurun perlu agar tidak
3. Sedang salah dalam
4. Cukup Meningkat memindahkan
5. Meningkat pasien
- membantu
dalam proses
penyembuhan
3 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas - membantu
tindakan keperawatan SIKI (1. 09314) dalam
3x24 jam diharapak 1.identifikasi saat mengetahui
keadaan klien tingkat ansietas penyebab
berangasur membaik berubah ansietas yang
dengan kriteria hasil : 2. dengarkan dengan dialami
1. Tingkat Ansietas penuh perhatian - supaya pasien
SLKI      (l.09093) 3. anjurkan keluarga merasa bahwa
- keluhan pusing dari 3 untuk tetap bersama dirinya
menjadi 5 klien diperhatikan
- perilaku gelisah dari 3 4. kaloborasi dan
menjadi 5 pemberian     obat BHSP menjadi
- verbalisasi khawatir anti ansietas jika lebih baik
akibat kondisi yang perlu - mencegah
dihadapi dari 3 terjadinya
menjadi    5 kekuarngan
Keterangan : percayaan
1. Meningkat klien kepada
2. Cukup Meningkat keluarga,
3. Sedang meningkatkan
4. Cukup menurun rasa aman
5. Menurun - membantu
mengurangi
kecemasan
dengan obat
4 Risiko Setelah dilakukan Pencegahan infeksi - mengetahui
Infeksi tindakan keperawatan SIKI (l.14549) tingkat
3x24 jam diharapak 1. monitor tanda-tanda keperahan
keadaan klien infeksi lokal dan infeksi
berangasur membaik sistematik - membantu
dengan kriteria hasil : 2.  berikan perawatan membersih
1. Tingkat Infeksi SLKI kulit pada area area edema
(l.14137) edema supaya
-  bengkak dari 3 3.  jelaskan tanda dan mengurangi
menjadi 5 gejala infeksi infeksi
- kadar sel darah putih 4.  kaloborasi dengan berlebihan
dari   3 menjadi 5 dokter pemberian - membantu
Keterangan : imunisasi, jika perlu meningkatkan
1 : memburuk pemahaman
2 : cukup memburuk informasi
3 : sedang tentang
4 : cukup meningkat keadaan klinis
5 : membaik - membantu
untuk
meningkatkan
imun tubuh

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN FRAKTUR FIBULA TIBIA (sdr, G)DI

DI RUANG BOUGENVILE

Nama Mahasiswa : ESTER BAWO DAN ARBIN DASTARI

Tempat Praktik : Ruang Bougevile RSUD Panembahan Senopati

Tanggal Praktik : 19/04/2021 – 01/05/2021

Tanggal Pengkajian : 03/04/2021

Sumber data : Paien dan keluarga pasien

A. DATA UMUM KLIEN


No. RM : 67-xx-xx

Nama Klien : sdr, G

Umur : 16 Tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat :

Pendidikan :-

Pekerjaan :-

Agama : Islam

Tanggal masuk : 03/04/2021

Ruang : Bougenvile

Diagnosa Medis : Fraktur Tibia Fibula

B. RIWAYAT KESEHATAN
Alasan masuk RS :

- Pasien mengatakan terjatuh karena menabrak sepeda


Keluhan utama saat ini :

- Pasien mengatakan kaki kananya nyeri


- Pasien tampak meringis kesakitan
- Pasien mengatakan nyeri saat menggerakan kaki
- Pasien tampak lemah
Riwayat kesehatan masa lalu :

- Pasien mengatakan sebelumnya tidak ada mengalami keadaan atau cidera


yang sama, jika sakit maka akan mengambil obat diapotik dan puskesmas.
Riwayat kesehatan keluarga :
- pasien mengatakan keluarga nya tidak ada yang mempunyai riwayat
kesehatan seperti yang dialaminya.
Penyakit keturunan :

 DM
 Asma
 Hipertensi
 Jantung
 Lain:.........
Riwayat kecelakaan atau pembedahan sebelumnya :

- pasien mengatakan tidak ada riwayat kecelakaan dan perosedur


pembedahan dan tindakan medis lain sebelumnya

Riwayat Alergi dan pengobatan yang pernah di peroleh :

- pasien mengatakan tidak ada pengobatan yang membuat alergi

Genogram

X X

Keterangan :

Laki-laki
Perempuan

Tinggal serumah dengan ibu dan bapak

C. PENGKAJIAN FISIK
 Sistem Pernafasan
 Dispnea : Ya/Tidak
 Sputum : Ya/Tidak
 Riwayat penyakit Bronktis : Ya/Tidak; Asthma:
Ya/Tidak; TBC: Ya/Tidak; Emphysema: Ya/Tidak;
Pneumonia: Ya/Tidak
 Merokok
: Ya/Tidak; Sehari berapa pak:.................;Nilai Pack of
Year:.............
 Respirasi 22 x/menit; Dalam/Dangkal;Regular/Iregular; Simetris/tidak
 Penggunaan otot bantu pernapasan: Ya/Tidak
 Fremitus :Ya/tidak
 Nasal flaring:Ya/Tidak
 Sianosis : Ya/Tidak
 Pemeriksaan Thorax
a. Inspeksi : bengkak ( - ) massa ( - )
b. Palpasi : nyeri tekan ( - )
c. Perkusi : pekak
d. Auskultasi : Vasikuler
e. Data Tambahan Lain-lain :(-)
 Sistem Kardiovaskular
 Riwayat Penyakit : Hipertensi: Ya/Tidak; Penyakit gangguan jantung:
Ya/Tidak
 Edema kaki : Ya/Tidak
 Plebitis : Ya/Tidak
 Claudicasio : Ya/Tidak
 Dysreflexia :Ya/Tidak
 Palpitasi : Ya/Tidak; Sinkop: Ya/Tidak
 Rasa kebas/kesemutan: Ya/Tidak di ekstremitas:........................
 Batuk darah : Ya/Tidak
 TD : 150/80 mmHg, pengukuran di kamar pasein; Posisi
pengukuran:Tidur/Berdiri/Duduk

 Nadi 82 x/menit diukur di carotis/ temporal/ jugular/ radial/


femoral/popliteal/post tibial/dorsalis pedis

 Kualitas nadi : Lemah/Kuat/tidak teraba


 CRT < 3 detik.
 Homans sign : Tidak terdapat nyeri pada betis
 Abnormalitas kuku: kuku keadaan bersih tidak terdapat luka
 Perubahan kulit : Tidak terdapat pigmentasi pada kulit
 Membran mukosa : lembab
 Pemeriksaan Kardiovaskuler
a. Inspeksi : bengkak ( - ) massa ( - ), ictus cordis ( - )
b. Palpasi : Nyeri tekan ( - )
c. Perkusi : Pekak
d. Auskultasi : Lub dup
e. Lain-lain :-
Sistem Gastrointestinal
 Antropometri
a. BB : 48 kg TB : 155 ccm IMT : 20 LLA : 23.5

 Gizi kurang
 Gizi cukup
 Gizi lebih
b. Berat badan : 48 Kg, ada perubahan BB: Ya/Tidak; Naik/Turun,
berapa
kg:......dalam....bulan

 Biokimia
Hb : 13.8 gr/dl Hmt : 41.2 %

Albumin :- Serum glukosa: 108 mg/dl

 Clinical sign
a. Turgor kulit : elastis, tidak ada pigmentasi.

b. Membran mukosa: lembab, tidak ada sianosis

c. Edema : Ya/Tidak, di seluruh tubuh, periorbital atau bagian


lain,sebutkan..............
d. Ascites : Ya/Tidak; Derajat:..................
e. Pembesaran tiroid: Ya/Tidak
f. Kondisi gigi dan mulut: Bersih
g. Kondisi lidah: tidak ada radang dan pucat ( - )
h. Halitosis:Ya/Tidak
i. Hernia: Ya/Tidak
j. Massa abdomen :Ya/Tidak, di................
k. Bising usus 5-34 x/menit
Data tambahan dalam Pemeriksaan abdomen

Lien : hepatomegali ( - )

- Inspeksi : bengkak ( - ), massa ( - )

- Auskultasi : terdengar suara paristaltik bising

- Perkusi : suara tumpani

- Palpasi : nyeri tekan ( - ) bengkak ( - )

 Diet :
a. Pola makan sebelum dirawat: 3 x/sehari; waktu: pagi/siang/malam
b. Ada larangan/pantangan makanan: Ya/Tidak; Sebutkan:..................
c. Penggunaan suplemen makanan: Ya/Tidak; Sebutkan:.....................
d. Kehilangan nafsu makan: Ya/Tidak; alasan:..................
e. Mual/Muntah: Ya/Tidak; Frekuensi:.............................

f. Alergi makanan: Ya/Tidak; Sebutkan:..........................


g. Dada serasa terbakar sesaat setelah makan:
Ya/Tidak; jika ya, diredakan
dengan:.............................
h. Masalah dalam menelan: Ya/Tidak; Sebutkan:.................................
i. Gigi Palsu: Ya/Tidak....................................

j. Penggunaan diuretik: Ya/tidak


k. Pola makan selama sakit/dirawat 3 x/sehari; waktu :
pagi/siang/malam
l. Kebutuhan cairan selama sakit:......................................................

Balance cairan selama 24 jam


Intake Output Balance cairan
Parenteral: Urine 400 cc Input – output :
300 cc IWL 300 cc 100 cc
Makan + minum : Feses 100 cc
600 cc Muntah ( - ) cc
Drain ( - ) cc
Darah ( - ) cc
Total 900 cc Total 800 cc

n. Data tambahan : ( - )

Sistem Neurosensori

 Merasa pusing/mau pingsan: Ya/Tidak


 Sakit kepala : Ya/Tidak, Lokasi:..............................
 Kesemutan/Kebas/lemah : Ya/Tidak, Lokasi:...............................
 Riwayat stroke : Ya/Tidak, lokasi:................................
 Kejang : Ya/Tidak, tipe kejang :..........................
 Kehilangan daya penglihatan : Ya/Tidak, pemeriksaan visus:.................
 Glaukoma : Ya/Tidak; Katarak: Ya/Tidak; Alat bantu
pengelihatan: Ya/Tidak, sebutkan:..................
 Kehilangan daya pendengaran: Ya/Tidak; Hasil pemeriksaan ...............
Alat bantu dengar: Ya/Tidak, sebutkan:.................................................

 Pengecap : bisa merasakan manis, pahit,asin


 Pengidu : mencium bau wangi, tidak sedap
 Peraba : baik bisa merasakan sentuhan
 Status mental: tidak ada perubahan status mental, jika ada perubahan,
tulis jam berapa
ada perubahan tersebut

 Orientasi : Waktu:Normal/Tidak; Waktu:


Normal/Tidak; Tempat: Normal/Tidak; Orang:
Normal/Tidak; Situasi: Normal/Tidak

 Tingkat kesadaran :
GCS = E 4 M 6 V 5 = 15
Keterangan :
E : 4 (spoontan) V : 5 (orientasi baik)
3 (dengan diajak bicara) 4 (jawaban kacau)
2 (dengan ransangan nyeri) 3 (berkata tidak sesuai)
1 (tidak membuka) 2 (hanya mengarang)
1 (tidak ada suara)
M : 6 (sesuai perintah)
5 (gerakan normal)
Kesimpulan :
15 – 14 Composmetis
13 – 12 Apatis
11 – 10 Delirium
9 – 7 Samnolen
6 – 4 Stupor
3 Koma

 Afek (gambarkan) : pada rentang normal, ekspresi emosi yang luas


dengan beragam dalam ekspresi wajah,irama maupun gerak tubuh.
 Memori saat ini : baik masih bisa mengingat kejadian yang baru saja
terjadi
masa lalu : masih bisa mengingat kenangan masa kecil

 Pupil:isokor/anisokor; ukuran: 5 mm, reaksi cahaya: R <2 mm /L <2 mm


 Facial droop: Ya/Tidak, bagian:..........................
 Postur tubuh:.................................
 Reflek tendon: baik
 Paralisis: Ya/Tidak, lokasi...............................................

 Nyeri: Ya/Tidak,
P: jatuh tabrak sepeda

Q: dicubit atau di sentuh

R: kaki kanan

S: 3 sedang

T: saat menggerakan kaki kanan

 Sistem Muskuloskeletal
 Kegiatan utama sebelum sakit: berladang
 Kegiatan senggang: menggerakan kaki dan tangan perlahan-lahan
 Kondisi keterbatasan: sedikit terbatas
 Tidur malam: Ya/tidak, 5-7 jam, Tidur siang: Ya/Tidak
 Kesulitan untuk tidur: Ya/Tidak; Insomnia: Ya/Tidak
 Sulit bangun tidur: Ya/Tidak
 Perasaan tidak tenang saat bangun tidur: Ya/Tidak,
alasan:...........................
 Rentang gerak : ekstermitas atas kanan dan kiri aktif, ekstermitas
bawah bagian kanan pasif.
 Kekuatan otot :
4 4
5 4

Keterangan :

0 : kontraksi otot tidak

1 : tidak ada gerakan, kontraksi otot dipalpasi atau dilihat

2 : gerakan otot penuh melawan gravitasi

3 : gerakan yang normal melawan gravitasi

4 : gerakan penuh yang melawan gravitasi

5 : kekuatan otot tidak normal

 Deformitas : kondisi kaki kanan terdapat ke arah yang tidak


normal, tampak bengkak, krepitasi
 Postur : kifosis/lordosis/skoliosis
 Gaya Berjalan : sedikit tidak simetris antara kaki kanan dan kiri
 Kemampuan ADL’s
(Menggunakan kode 3 = independent, 1 = butuh bantuan, 0 = dependent)
1 2 3
Buang air besar 1
Buang air kecil 1
Menggunakan toilet 1
Berdandan 3
Makan 1
Berpakaian 1
Berpindah tempat 1
Mobilisasi 1
Naik tangga 1
Mandi 1

Ket :
Kegiatan harian masih menggunakan bantuan
 Sistem Integumen
 Riwayat alergi: tidak ada riwayat alergi
 Riwayat imunisasi: belum vaksin covid 19
 Perubahan sistem imun: tampak sedikit lemas
 Transfusi darah: Ya/tidak, kapan terakhir dilakukan..................
 Temperatur kulit: hangat
 Diaphoresis: tidak ada keringat dingin
 Integritas kulit: bagus/kurang; Scar: Ya/Tidak, lokasi....................; Rash:
Ya/Tidak,
lokasi..................; Laserasi: Ya/tidak, lokasi:.........................

 Ulcer: Ya/Tidak, lokasi............................


 Luka bakar: Ya/Tidak, lokasi.................................., derajat....................../
%
 Pressure Ulcer :
skor braden scale dilampirkan)

 Edema :
 Lain – lain :
 Sistem Eliminasi
a. Fecal
a) Frekuensi BAB 2 x/hari
 Konstipasi
 Diare
b) Karakteristik feses
 Konsistensi : padat
 Warna : kuning kehijauan
 Bau : bau khas faces
c) Penggunaan laxative : Ya/tidak, frekuensi............;
alasan:........................
d) Perdarahan per anus :Ya/Tidak
e) Hemoroid : Ya/Tidak, Grade:......
b. Bladder
a. Inkotinensia: Ya/Tidak, kapan:..................
b. Urgensi: Ya/tidak
c. Retensi urin: Ya/Tidak
d. Frekuensi BAK 4-6 x/hari
e. Karakteristik Urin: bening
f. Volume urin: 900 cc
g. Nyeri/kesulitan terbakar/kesulitan BAK : tidak ada
h. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih: tidak dapat riwayat
 Sistem Reproduksi
 Keluhan sistem reproduksi: tidak nyeri saat berkemih
 Akseptor KB : ( Ya / Tidak ) ; Jenis..................( Jika Ya tulislah alat KB yang
digunakan dan berapa lama)
 Kegiatan sexual teratur : Ya / Tidak
 Perempuan: Monopause
a. Usia menarkhe:
b. Durasi menstruasi......hari
c. Periode menstruasi.....hari
d. Waktu menstruasi terakhir:
e. Hamil: Ya/Tidak
f. Perdarahan diantara waktu mestruasi?Ya/Tidak, seberapa
sering?..............
g. Menopouse: Ya/Tidak, sudah berapa lama: 18 tahun yang lalu
h. Vaginal discharge: -

i. Pemeriksaan payudara sendiri: Ya/Tidak, hasil:.................

j. Pemeriksaan lain: tidak ditemukan data yang tidak normal

k. Terapi hormonal: Ya/Tidak, sebutkan......................

 Laki Laki
a. Penis discharge:......
b. Gangguan prostat: Ya/Tidak
c. Sirkumsisi: Ya/Tidak
d. Vasektomi: Ya/Tidak
e. Gangguan pada alat kelamin:........
 Lain – lain :
D. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Nilai / Kepercayaan
Agama yang dianut: Islam

Kegiatan keagamaan yang di jalani : Yasinan dan sekarang rutin ikut taraweh
bertepatan dengan bulan ramadan

Nilai / kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan :

- Pasien mengatakan jika sakit maka akan membeli obat di puskesmas dan
apotik
Gaya hidup :

- Pasien mengatakan gaya hidup nya sederhana saja tanpa membebani


siapapun
Perubahan gaya hidup :

- Pasien perubahan yang terjadi tidak bisa melakukan aktivitas seperti


biasanya dengan teman dan tetangga karena harus mondok di rumah
sakit
2. Koping / stress
Pasien merasa stres: Ya/Tidak

Faktor penyebab stres :

- Pasien khwatir dengan keadaan nya sekarang apa bisa membaik atau tidk,
tampak pucat, tampak sulit berkonsentrasi
Cara mengatasi permasalahan :

- Pasien mengatakan mencoba untuk mengikuti prosedur dan berdoa


kepada yang maha kuasa
Status emosional : Tenang / Cemas / Marah / Menarik diri /
Takut / Mudah tersinggung / Tidak sabar / euforia.

Lain – lain : tidak ada maalah


3. Hubungan
Tinggal dengan: bapak, ibunya

Orang yang mendukung : keluarga dan bapak,ibu yang selalu setia menunggu
dan mendampingi nya.

Penyakit mempengaruhi hubungan keluarga/ orang lain: untuk saat ini belum
ada keterbatasan ataupun masalah namun mereka berharap agar ibu mereka
segera di lakukan operasi.

Kegiatan di masyarakat : saat sakit belum ada kegiatan namun saat tidak sakit bisa
mengikutiarisan kambing.

Lain – lain :

4. Persepsi Diri
Yang dirasakan terkait hospitalisasi :

- Pasien mengatakan cemas dan khwatir dengan keadaannya


Perilaku klien sesuai dengan situasi :

E. Defisit pengetahuan/ Pendidikan Kesehatan Klien


Bahasa utama: Bahasa Jawa

Daftar kebutuhan pendidikan selama di rawat :

- Pendidikan tentang perawatan


- Prosedur operasi
- imobilisasi
F. Discharge Planning (disiapkan sesuai dengan kebutuhan klien)
- Dari tanggal masuk 03/05/2021 hingga 05/05/2021 belum ada planing untuk
meningkatkan kebutuhan klien
G. Data Penunjang
Jenis
Tanggal Hasil Nilai rujukan Satuan
pemeriksaan
05/04/2021 Hematologi
1 Hb 13.0 12 – 16 g/dl
2 Leukosit 5.76 4 – 11 10^3/ul
3 Eritrosit 4.46 4–5 10^6/ul
4 Trombosit 300.000 150.000 – 450.000 10^3/ul
5 Hematokrit 41.2 36 – 46 Vol %
Hitung jenis
6 Eosinofil 3 2–4 %
7 Basofil 1 0–1 %
8 Batang 0 2–5 %
9 Segmen 59 51 – 67 %
10 Limfosit 28 20 – 35 %
11 Monosit 9 4–8 %
Golongan darah
12 Golongan darah O - -
13 LED 1 jam 36 0 – 20 Mm/jam
Hemostatis
14 PPT 11.8 12.0 – 16.0 Detik
15 APTT 28.4 28.0 – 38.0 Detik
16 C.PPT 13.2 11 – 16 Detik
17 C.APTT 30.6 28 – 36 Detik
Kimia Klinik
Fungsi Ginjal
18 Ureum 34 17 – 43 Mg/dl
19 Creatinin 0.85 0.60 – 1.10 Mg/dl
Diabetes
20 GDS 108 80 – 200 Mg/dl
Elektrolit
21 Natrium 142.000 137.000 – 145.000 Mg/dl
22 Kalium 3.50 3.5 – 5.1 Mmol/l

H. Terapi Yang Diberikan


Tanggal Jenis Terapi Rute Dosis Indikasi kontraindikasi
05/04/2021 Anbacin IV 2X1 Mengobati infeksi Gangguan lambung,
bakteri perubahan
hematologi
05/04/2021 Paracetamol IV 4 X 500 Meredakan nyeri Jangan diberikan
gram serta menurunkan pada penderita
demam gangguan fungsi hati
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1 Ds : Nyeri akut Agen pencidera
- Pasien mengatakan kaki (SDKI. D0077) Fisik (Mis.
kanannya nyeri Trauma)
P: jatuh tabrak sepeda motor

Q: tertusuk-tusuk
R : kaki kanan
S: 3
T: saat menggerakan kaki kanan
Do :
- Tampak berfokus pada diri
sendiri
- Tampak kesakitan
- 150/80 mmHg
- LED : 36
2 Ds :

-pasien mengatakan kaki kirinya


nyeri saat digerakkan
- Pasien mengatakan nyeri pada
kaki kanannya
- Pasien mengatakan terjatuh
dari sepeda motor
Do :
Gangguan Kerusakan
- Tampak kaki kanan bengkak Mobilitas Fisik intergritas
- Tampak keadaan lemah (SDKI.D0054) Struktur tulang
- Kekuatan otot
5 5
15

- kaki tampak krepitasi


- Tampak pnurunan fungsi saat
mengangkat kaki
- ADL memerlukan bantuan
3 Ds :

- Pasien khawatir dengan


keadaan nya sekarang apa bisa
membaik atau tidak.
Do :

- Tampak sulit untuk Ansietas


Krisis
(SDKI.D0080)
Situasional
berkonsentrasi
- muka tampak pucat
- tampak murung
- tampak lesu
- tampak tidak bersemangat.
- Skore ansietas 4

Diagnosa Keperawatan (tuliskan sesuai prioritas) :

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencidera Fisik (Mis. Trauma)


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan intergritas struktur
tulang
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

A. RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA SLKI / TUJUAN SIKI


KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri SIKI
(SDKI. D0077)
keperawatan 3x24 jam (l.08238)
diharapak keadaan klien 1.  indentifikasi lokasi,
berangasur membaik dengan karakteristik,durasi,
kriteria hasil : frekuensi,kualitas,
1. Tingkat nyeri SLKI intensitas nyeri.
(l.08066) 2.  berikan teknik non-
-   keluhan nyeri dari 3 farmakologi untuk
menjadi 5 mengurangi nyeri
- gelisah dari 3 menjadi 5 (relaksasi napas dalam       dan
Keterangan : kompres hangat).
1 : meningkat 3.   jelaskan strategi
2 : cukup meningkat meredakan nyeri
3 : sedang 4.   kaloborasi pemberian
4 : cukup menurun analgetik, jika perlu
5 : menurun 5. identifikasi skala nyeri
6. kontrol lingkungan yang
Memperberat nyeri
7. fasilitas istirahat dan
Tidur
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan ambulasi SIKI
Mobilitas Fisik
keperawatan 3x24 jam (1. 06171)
(SDKI.D0054)
diharapak keadaan klien 1.identifikasi adanya nyeri
berangasur membaik dengan atau keluhan fisik lainnya
kriteria hasil : 2. libatkan keluarga untuk
1. Mobilitas Fisik SLKI membantu pasien dalam
(l.05012) meningkatkan ambulasi
-   pergerakan ekstermitas 3. jelaskan tujuan dan
dari 3 menjadi 5 prosedur ambulasi
-   rentang gerak (ROM) 4. kalobrasikan dengan tenaga
dari 3 menjadi 5 medis lain nya, jika perlu
Keterangan : 5. anjurkan melakukan
1. Menurun Ambulasi dini
2. Cukup Menurun 6. monitor adanya nyeri atau
3. Sedang Keluhan fisik lainnya
4. Cukup Meningkat
5. Meningkat
3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas SIKI (1.
(SDKI.D0080)
keperawatan 3x24 jam 09314)
diharapak keadaan klien 1.identifikasi saat tingkat
berangasur membaik dengan ansietas berubah
kriteria hasil : 2. dengarkan dengan penuh
1. Tingkat Ansietas SLKI perhatian
(l.09093) 3. anjurkan keluarga untuk
-  keluhan pusing dari 3 tetap bersama klien
menjadi 5 4.  kaloborasi pemberian
-  perilaku gelisah dari 3 obat anti ansietas jika      perlu
menjadi 5 5. monitor tanda-tanda
- verbalisasi khawatir Ansietas
akibat kondisi yang 6. pahami situasi yang
dihadapi dari 3 menjadi    5 Membuat ansietas
Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup Meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NO Diagnosa TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


Keperawtaan
1 Nyeri akut 03/05/2021 1.  Mengkaji keadaan pasien dan S :
(SDKI.
D0077) Mengukur skala nyeri
15 : 00 - pasien mengatakan nyeri
15 : 40 2.  Mengukur TTV
kaki kanan nya sedikit
3.  Memasang infus
16 : 00 berkurang
16 : 30 4.   Memberikan terapi obat
O:
Anbacim dan paracetamol
- keluhan nyeri dari 3
menjadi 4
 - gelisah dari 3 menjadi 4
- TD : 130/80
- RR : 22x/menit
- S : 36.5 C
- HR : 82 x/menit
- Anbacim 2x1
- Paracetamol 4x500 gram
rute IV

P : Saat menggerakan
kaki kanan
Q : terasa di cubit
R : kaki kanan
S : skala 2
T : Saat menggerakan
kaki kanan

A : Masalah teratasi
sebagian
P : Melanjutkan Intervensi
1. Mengkaji keadaan pasien
dan Mengukur skala nyeri
2. Memberikan terapi obat
anbacim dan      paracetamol
2 Gangguan 03/05/2021 1. Mengevaluasi nyeri saat S:
Mobilitas
Fisik 14 : 50
Menggerakan tangan - pasien mengatakan kaki
(SDKI.D0054)
15 : 20 2. Melakukan ROM pada kanannya masih nyeri saat
Ekstermitas atas dan bawah digerakan
15 : 40 3. Mengajarkan pasien dan Do :
Keluarga tentang ROM secara - Pergerakan ekstermitas
Mandiri dari 3 menjadi 4
16 : 25
4. Melakukan imobilisasi - Rentang gerak ROM dari
Lingkungan 3 menjadi 4
5 melakukan tindakan guide A : Masalah belum teratasi
imajery atau teknik relaksasi P : Melanjutkan Intervensi
napas dalam. 1. Melakukan ROM pada
Ekstermitas atas dan
bawah
2. Melakukan imobilisasi
Lingkungan
3 Ansietas 03/05/2021 1. Mengidentifikasi tingkat S:
(SDKI.D0080) 14 : 30
Ansietas
- pasien mengatakan ia
15 : 50 2. Mendengarkan dengan penuh
mulai tak terlalu cemas
perhatian, lakukan BHSP
dengan keadaanya
16 : 10 3. Mengedukasi kepada keluarga
- pasien mengatakan sudah
Untuk selalu bersama klien
tak terlalu
16 : 35 4. Memberikan edukasi terkait
O:
Prosedur dan perawatan
- keluhan pusing dari 3
Kepada klien.
menjadi 4
5 melakukan teknik relaksasi
- perilaku gelisah dari 3
napas dalam atau guide imajery.
menjadi 4
- verbalisasi khawatir
akibat kondisi yang
dihadapi dari 3 menjadi 4
- Tampak mulai bisa untuk
berkonsentrasi
- Tampak mulai tak tegang
- muka sudah tak pucat
- suara tidak bergetar.
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Melanjutkan Intervensi
1. Mengidentifikasi tingkat
Ansietas
2. Mendengarkan dengan 
    penuh perhatian, lakukan
BHSP
3. Memberikan edukasi
terkait Prosedur dan
perawatan Kepada klien
1 Nyeri akut 03/04/2021 1.  Mengkaji keadaan pasien S :
(SDKI.
D0077) 08 : 30
dan Mengukur skala nyeri
- pasien mengatakan nyeri
09 : 00 2.   Memberikan terapi obat
pada kaki kanan nya
Anbacim dan      paracetamol
sedikit berkurang
O:

-   keluhan nyeri dari 3


menjadi 4
 - gelisah dari 3 menjadi 5
- TD : 120/70
- Anbacim 2x1
- Paracetamol 4x500 gram
rute IV
- Skala nyeri 2
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Melanjutkan Intervensi
1.  Mengkaji keadaan pasien
dan Mengukur skala nyeri
2.   Memberikan terapi obat
Anbacim dan
paracetamol
2 Gangguan 04/05/2021 1. Melakukan ROM pada S:
Mobilitas
Fisik 10 : 00
Ekstermitas bawah - Pasien mengatakan kaki
(SDKI.D0054)
10 : 10 2. Melakukan imobilisasi kanan saat di raba dan
Lingkungan diangkat sudah tak terlalu
nyeri
Do :
- Pergerakan ekstermitas
dari 3 menjadi 4
- Rentang gerak ROM dari
3 menjadi 4
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Melanjutkan Intervensi
1. Melakukan ROM pada
Ekstermitas atas dan
bawah
2. Melakukan imobilisasi
Lingkungan
3 Ansietas 04/05/2021 1. Mengidentifikasi tingkat S:
(SDKI.D0080)
11 : 00
Ansietas
- pasien mengatakan ia
11 : 10 2. Mendengarkan dengan 
mulai tak terlalu cemas
    penuh perhatian, lakukan
dengan keadaanya
BHSP O:
3. Memberikan edukasi - keluhan pusing dari 3
terkait Prosedur dan     perawatan menjadi 5
Kepada klien - perilaku gelisah dari 3
menjadi 5
- verbalisasi khawatir
akibat kondisi yang
dihadapi dari 3 menjadi 4
- Sudah mampu
berkonsentrasi
- Tampak mulai tak tegang
- muka sudah tak pucat
- suara tidak bergetar.
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Melanjutkan Intervensi
1. Mengidentifikasi tingkat
Ansietas
2. Mendengarkan dengan 
    penuh perhatian, lakukan
BHSP
3. Memberikan edukasi
terkait Prosedur dan
perawatan Kepada klien
1 Nyeri akut 04/05/2021 1.  Mengkaji keadaan pasien S :
(SDKI.
D0077) 08 : 30
dan Mengukur skala nyeri
- pasien mengatakan nyeri
09 : 00 2.   Memberikan terapi obat
kaki kanan suda mulai
Anbacim dan   paracetamol
berkurang
O:

-   keluhan nyeri dari 3


menjadi 5
 - gelisah dari 3 menjadi 5
- TD : 110/80
- Paracetamol 4x500 gram
rute IV
- Skala nyeri 1
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Melanjutkan Intervensi
1.  Mengkaji keadaan pasien
dan Mengukur skala nyeri
2.   Memberikan terapi obat
Anbacim dan
paracetamol
2 Gangguan 05/05/2021 1. Melakukan ROM pada S:
Mobilitas
Fisik 10 : 00
Ekstermitas atas dan - Pasien mengatakan
(SDKI.D0054)
10 : 10 bawah mengatakan kaki kanan
2. Melakukan imobilisasi membaik sebagian
Lingkungan Do :
- Pergerakan ekstermitas
dari 3 menjadi 5
- Rentang gerak ROM dari
3 menjadi 4
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Melanjutkan Intervensi
1. Melakukan ROM pada
Ekstermitas atas dan
bawah
2. Melakukan imobilisasi
Lingkungan
3 Ansietas 05/05/2021 1. Mengidentifikasi tingkat S:
(SDKI.D0080)
11 : 00
Ansietas
- pasien mengatakan ia
11 : 10 2. Mendengarkan dengan 
pasrah dan mengikuti
    penuh perhatian, lakukan semua prosedur
BHSP O:
3. Memberikan edukasi - keluhan pusing dari 3
terkait Prosedur dan     perawatan menjadi 5
Kepada klien
- perilaku gelisah dari 3
menjadi 5
- verbalisasi khawatir
akibat kondisi yang
dihadapi dari 3 menjadi 4
- Sudah mampu
berkonsentrasi
- Tampak tak tegang
- Tampak tak pucat
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Melanjutkan Intervensi
1. Mengidentifikasi tingkat
Ansietas
2. Mendengarkan dengan 
    penuh perhatian, lakukan
BHSP
3. Memberikan edukasi
terkait Prosedur dan
perawatan Kepada klien.
- tindakan yang dilakukan
adalah Tarik napas dalam
atau guide imajery.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Keluhan utama : pada pasien fraktur biasanya mengalami kesakitan,
nyeri, tampak meringis, nyeri saat menggerakan kaki, tampak lemah. Yang
disebabkan suatu keadaan atau kecelakaan saat beraktivitas .
Riwayat kesehatan masa lalu : Pasien mengatakan sebelumnya tidak
ada mengalami keadaan atau cidera yang sama, jika sakit maka akan
mengambil obat diapotik dan puskesmas.
B. Diangosa keperwatan

Diagnose yang kami ambil dari kasus fraktur ini adalah prioritas
pertama Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencidera Fisik dikarenakan
hasi dari pengkajian nyeri P: jatuh tabrak sepeda, Q: seperti tersuku-tusuk, R:
kaki kanan , S: 3, T: saat menggerakan kaki kanan dan tampak berfokus pada
diri sendiri, tampak kesakitan.
Diagnose kedua gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan intergritas struktur tulang dikarenakan Tampak kaki kanan
bengkak, Tampak keadaan lemah, Kekuatan otot kaki kanan 1 , Kaki kanan
tampak krepitasi, Tampak penurunan fungsi saat mengangkat kaki kanan,
ADL membutuhkan bantuan. Kaki kanan tampak deformitas. Kaki kanan
tampak krepitasi, Tampak penurunan fungsi saat mengangkat kaki kanan,
ADL membutuhkan bantuan, Kaki kanan tampak deformitas.
Diagnose ketiga ansietas berhubungan dengan krisis situasional
dikarenakan Pasien khawatir dengan keadaan nya sekarang apa bisa membaik
atau tidak. Tampak sulit untuk berkonsentrasi, muka tampak pucat, tampak
murung, tampak lesu, tampak tidak bersemangat, Skore ansietas 4.

C. Perencanaan Keperawatan

1. Diagnose yang kami ambil


dari kasus fraktur ini adalah prioritas pertama Nyeri Akut berhubungan
dengan Agen pencidera Fisik. Dilakukan 3x pertemuan dengan kriteria
hasil yang sudah ditetapkan kami menggunakan intervesi yaitu :
manajemen nyeri
2. Diagnose kedua gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan intergritas struktur tulang
Dilakukan 3x pertemuan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan
kami menggunakan intervesi yaitu : dukungan ambulasi
3. Diagnose ketiga ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
Dilakukan 3x pertemuan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan
kami menggunakan intervesi yaitu : reduksi ansientas

D. Implementasi dan Evaluasi Poses

a. Pada tanggal 3/5/2021 hasil implementasi dari masalah nyeri akut


didapatkan hasil : pasien mengatakan nyeri tangan kiri nya sedikit
berkurang, dilanjutkan dengan mengkaji keadaan pasien dan
mengukur skala nyeri , Memberikan terapi obat anbacim dan
paracetamol .
b. Pada tanggal 4/5/2021 hasil implementasi dari masalah gangguan
mobilitas fisik didapatkan hasil : Pasien mengatakan kaki kanan saat
di raba dan diangkat sudah tak terlalu nyeri, dialanjutkan melakukan
ROM pada ekstermitas bawah dan melakukan imobilisasi lingkungan
c. Pada tanggal 5/5/2021 hasil implementasi dari masalah
ansietas didapatkan hasil : pasien mengatakan ia pasrah dan mengikuti
semua prosedur, dilanjutkan dengan mengidentifikasi tingkat ansietas
,Mendengarkan dengan penuh perhatian, lakukan BHSP, Memberikan
edukasi terkait prosedur dan perawatan kepada klien.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada Saudara.G dengan fraktur tibia fibiah di


ruang bougenvile RSUD Penembahan Senopati Bantul Yogyakarta dapat
diangkat diagnosa keperawatan : Nyeri Akut berhubungan dengan Agen
pencidera fisik, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
intergritas struktur tulang, ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
Terkait dengan beberapa askep didapatkan intervesi mengajarkan
mobilisasi fisik, dan edukasi terkait kecemasan dan emosional .
B. Saran

Saran untuk pasien dengan fraktur agar memperhatikan pengobatan

dan menjalankan pengobatan sesuai dengan anjuran dokter, selalu jaga

batas kemampuan gerak kalau tidak didamping keluarga atau tenaga

kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fathan. 2018. Patient Profiles Of Distal Radius Fracture in RSUP DR. M.
djamil padang. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Black dan Hawks, . 2014. Keperawatan medikal bedah: manajemen klien untuk
hasil yang diharapkan. Dialih bahasakan oleh Nampira R. Jakarta :
Salemba Emban Patria
Blundell dan Duckworth. 2010. Orthopedic and fracture. Oxford UK: Blackwell
publishing.
Ghassani, Z & Firmawati, E. 2016. Pengaruh pemberian aromaterapi Lavender
dan teknik relaksasi napas dalam terhadap skala nyeri pada pasien post
operasi ekstermitas Di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Naskah
Publikasi Agustus 2016.
Helmi, Zairin N. 2012. Buku ajar gangguan muskuloskletal. Jakarta : Salemba
Medika
Irene Natalia Tantri dkk.2017. Gambaran Karakteristik Fraktur radius distal di
RSUP Sanglah Tahun 2013-2017. Bali. Program studi serjana kedokteran
dan profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Nampira dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis (Ed.I).
Jakarta: Salemba Medika
Moore, K dan Dalley, a. 2013. Anatomi Berorientasi klinis. Dialihbahasakan oleh
Hartanto H. Jakarta : Penerbit Erlangga
Smeltzer, SC & Bare, B.G (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddart, edisi 8. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Cetakan ke III. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Cetakan ke II. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Cetakan ke II. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai