Anda di halaman 1dari 10

Analisis Pencegahan dan Penanganan Ovarian Cysts Ditinjau

dari Pola Makan Pasien


‘Aininna ‘Izzah Zafira
Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
zafiraninna@gmail.com

Abstract. Ovarian cysts are the most common gynecological disorders in women. a
cyst is one type of ovarian mass that can cause certain manifestations. there are various
types of cysts reviewed from histological examination. some are symptomatic, some are
asymptomatic. the incidence of cysts in Indonesia reaches 37.2% based on one source.
Late treatment of enlarged cysts can result in severe torsion or rupture. this study was
conducted to determine whether diet affected the existence of ovarian cysts, and that
women, especially Indonesian women, knew the steps to prevent and treat ovarian
cysts.Writer use cualitative method for this research

Keywords: kista, ovarium, pola makan

1. PENDAHULUAN
Kista ovarium merupakan tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di
masa reproduksinya (Depkes RI, 2011). Dian (2016) mendefinisikan kista ovarium sebagai
kantung berisi cairan atau bahan semi-solid yang terdapat di ovarium. Williams (2002)
menjelaskan dalam bukunya bahwa kista ovarium merupakan satu dari sekian jenis massa
ovarium dan setiap jenis massa ovarium bisa menyebabkan gangguan atau kesulitan pada
kehamilan. Jaringan ini sangat dinamik karena dipengaruhi rangsang hormonal sejak masa
pubertas hingga menopause. Inilah alasan massa ovarium berupa kista atau tumor jinak banyak
timbul di ovarium. Klasifikasi kista dan tumor sendiri tidak pernah cukup memuaskan karena
kompleksitas dari pertumbuhannya, beberapa hanya bisa dibedakan dengan pemeriksaan
histologik (Llewellyn & Jones, 2002). Pada Tabel 1.1, dipresentasikan satu klasifikasi dan
proporsi kista dan tumor jinak.

Tabel 1.1 Klasifikasi kista dan tumor ovarium jinak


Klasifikasi Kista dan Tumor Ovarium Jinak

Insiden
Tumor (jinak) Asal sel Tipe proporsional dalam
persen
Kista fungsional (folikel, korpus luteum) Folikel normal Kistik 24
Kistadenoma serosa Epitelium Kistik 20
coelomik
Kistadenoma musinosa Epitelium Kistik 20
coelomik
Teratoma (Kista dermoid) Oogonia Kistik 15
Endometrioma Endometrium Kistik 10
ektopik
Fibroma (termasuk Tumor Brenner) Mesenkim Solid 5

Disadur dari Adriani (2016), World Health Organization (WHO) telah memaparkan bahwa
pada tahun 2015 angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan di negara-negara maju
dengan rata-rata 10/100.000, kecuali di Jepang (6,4/100.000). Insiden Amerika Serikat
(7,7/100.000) relatif tinggi dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika (WHO,
2015). Angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 23.400 orang dan
meninggal sebanyak 13.900 orang. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit
ini pada awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi
metastasis sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut (Kemenkes, 2015).
Berdasarkan survey di Amerika Serikat pada tahun 2016, 18% kista ovarium akan ditemukan
pada pemeriksaan USG transvaginal wanita postmenopause dan hampir semua wanita
premenopause. Survei Demografi Kesehatan Indonesia menunjukkan angka kejadian kista
ovarium Indonesia mencapai 37,2%, dan paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-
40 tahun dan jarang terjadi pada pada masa pubertas atau kurang dari dua puluh tahun (Susianti,
2017). Namun, tetap saja, bukna berarti tidak mungkin wanita usia remaja mengidap kista
ovarium.

Sebagaimana pemaparan Vanholder, Opsomeriry, dan Kuuif (2006), terlebih pada wanita yang
sedang hamil, kista ovarium membutuhkan observasi lebih sebab dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin bahkan hingga keguguran. Kista ovarium mungkin akan kembali
walau sudah dilakukan pembedahan, penyebabnya masih belum diketahui walau diduga
pengaruh hormon terlibat. Berikut diduga beberapa hal yang menyebabkan kista ovarium
antara lain:
1. Disfungsi Hipothalamus-Hipofisis
Luteinizing Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormone (FSH) yang dihasilkan kompleks
hipothalamus- hipofisis yang berfungsi untuk meluruhnya korpus luteum ketika ovum tidak
dibuahi bermasalah . Akibatnya pematangan folikel dominan yang tidak pas akan menginduksi
kista. Selain itu akibat perkembangan folikel imatur akan memicu dihasilkannya estradiol yang
merupakan pemicu kista ovarium.
2. Disfungsi Ovarium atau Folikel
Masih berhubungan dengan kompleks hipothalamus-hipofisis, perubahan ekspresi reseptor LH
bisa menyebabkan anovulasi folikel. Pada saat keseimbangan hormon LH dan FSH yang tepat,
akan membuat fase ovulasi dan pre-ovulasi folikel. Reseptor FSH dan LH di sel granulosa di
kista akan menurun jika dibandingkan dengan folikel normal.
3. Predisposisi Kista Folikel Ovarium
Disfungsi tingkat folikel dapat mengganggu kompleks hipothalamus- hipofisis akan mengubah
ekspresi reseptor LH yang menginduksi anovulasi folikel. Selain itu reseptor estradiol juga
mempengaruhi pembentukan kista. Selain perubahan reseptor dan isi estradiol. Perubahan
dalam steroidegenesis oleh folikel dominan mungkin terlibat dalam degenarsi kista. Akibat
kombinasi ketiga hal itu akan menghasilkan esterogen aktif dan meningkatkan konsentrasi
estradiol.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2011) mengenai, diketahui bahwa rata-rata
perasaan wanita ketika mengetahui dia memiliki kista ovarium adalah takut dan sedih,
sedangkan ketika melakukan operasi kista perasaan mereka adalah pasrah dan takut. Oleh
karena itu perlu dilakukan Analisi Pencegahan dan Penanganan Ovarian Cysts pada Organ
Reproduksi Wanita Ditinjau dari Pola Makan Pasien sebagai upaya edukasi kepada wanita
Indonesia untuk bisa memperbaiki gaya hidup, salah satunya pola makan, menjadi lebih baik
dan lebih sehat, serta terhindar dari kista atau tumor ovarium.
2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi objek yang alami, peneliti sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, data yang dihasilkan bersifat
deskriptif, analisis data dilakukan secara induktif, dan penelitian ini lebih menekankan makna
daripada generalisasi (Sedarmayanti dan Hidayat, 2011: 33). Metode yang digunakan untuk
mendukung penelitian ini adalah wawancara dan studi literasi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari wawancara bersama empat pasien ovarian
cysts dan dua koas Program Studi Kedokteran Universitas Sebelas Maret angkatan 2015
dan 2014, diperoleh ringkasan data berikut:

Tabel 3.1 Ringkasan Data Pasien Kista Ovarium


Pasien A Pasien B Pasien C Pasien D
Status Menikah Belum menikah Belum menikah Belum menikah
Perkawinan

Awal Sadar: 31 tahun 13 tahun 16 tahun 17 tahun


Usia (kisaran)
Awal Sadar: Sulit hamil, Gejala anemia, Diketahui ketika Gejala anemia,
Gejala nyeri haid masih pingsan operasi usus siklu shaid
bisa ditahan buntu, nyeri haid menjadi lebih
parah singkat
Awal Sadar: 4cm 1cm 2cm, sebesar 4cm
Ukuran Kista anggur

Anjuran Tidak, dioperasi Iya, dan diberi Tidak, dioperasi Iya, 3 bulan 1x.
Evaluasi obat di tempat Jika lebih dari
(bersama usus 5cm sebaiknya
buntu) dioperasi
Anjuran Operasi Sudah Tidak Sudah Ada, tapi belum
dilakukan
Anjuran Pola Mengkonsumsi Perbanyak Menghindari Berhenti nasi
Makan sayuran, buah, minum air mi instan putih, produk
daging, ikan, putih, kurangi gluten, produk
telur, .tahu, minuman susu sapi, mi,
tempe, kemasan, kacang-
menghindari kurangi es, kacangan,
makanan yg makan lemak,
berpengawet, seimbang karbohidrat
mengandung sayur, buah, dll. dan gula
micin, Tidak boleh berlebih, junk
junkfood, banyak-banyak food. Harus
minuman soda, kangkung, dll sayur, buah,
dll madu, VCO,
jamu rempah(
kunyit, jahe,
jeruk nipis,
dll.), minum
yang banyak,
dll.
Anjuran Lain Hindari polusi, Obat dokter dan Percaya medis. Mencoba
asap rokok, dan rutin minum Operasi efektif rebusan daun
lain-lain, kunir putih dosis selama beberapa sirsak, kulit
3x5 dalam 1 saat. manggis, ekstrak
tahun sayur. Tetapi
karena kurang
rutin, hasil tida
terlihta
Kista saat Ini Masih tersisa, Bersih total Timbul lagi Membesar,
masih program 6x9cm
hamil

Kista ovarium berbeda dengan mioma uteri. Kista lebih dikenal sebagai kantong berisi cairan,
sedangkan mioma adalah jaringan. Terapi definitif dari ovariancysts adalah operasi
pengangkatan kista, atau kistektomi. Hal ini bisa dilakukan dengan laparoskopi. Akan tetapi,
pola makan pasien juga menjadi faktor penting yang juga diperhatikan dalam penanganan
pasien.

Pasien dengan kista ovarium berkemungkinan mengalami gangguan dalam hal menstruasi dan
kehamilan. Gangguan ini bisa berupa siklus haid yang tidak teratur, memanjang atau
memendek, nyeri hebat, kehamilan dengan posisi sungsang, kehamilan yang sedikit terhambat,
dan lain-lain. Namun, sebagaimana hasil di lapangan, kista tidak sepenuhnya menutup
kemungkinan seseorang untuk memiliki keturunan. Pada beberapa kasus, kist adapat hulang
dengan sendirinya, inilah alasan perlunya evaluasi tiap tiga bulan. Terapi definitif berupa
kistektomi dilakukan apabila kista menjadi multilokular atau membesar hingga dikhawatirkan
terjadi torsio.

4. SIMPULAN
Setelah dilakukan pendekatan analisis isi dapat disimpulkan bahwa ovarian cysts dapat terjadi
pada wanita usia reproduksi, baik menikah atau belum menikah, dikarenakan faktor hormonal.
Ada penderita kist ayang simtomatis dan asimtomatis. Pada beberapa kista asimtomatis dapat
menjadi berbahaya ketika telah menjadi multilokuler (dapat membesar) dan berkemungkinan
terjadi torsi. Ia akan menimbulkan nyeri hebat yang bisa mengancam nyawa. Oleh karena itu,
penanganan kista telah melebihi 5cm (atau sesuai standar dokter) dianjurkan untuk diangkat
(kistektomi).

Dalam hal pencegahan dan penanganan kista ovarium ditinjau dari pola makan pasien,
disimpulkan bahwa pola makan yang sehat berpengaruh terhadap kesehatan alat reproduksi
wanita, salah satunya sebagai pencegahan dan terapi kista ovarium.

5. SARAN
Ovarium adalah harta paling berharga dari setiap wanita. Oleh karena itu, merupakan tanggung
jawab setiap wanita untuk menjaga kesehatan alat reproduksinya demi melanjutkan
keturunannya. Pasien (wanita dengan kista) maupun wanita normal (tidak memiliki kista)
dianjurkan memiliki pola makan yang sehat. Contoh pola makan yang dimaksud adalah dengan
memiliki porsi sayur dan buah yang lebih banyak daripada karbohidrat, minum air yang cukup,
menghindari lemak jenuh, dan lain-lain. Penulis juga menyarankan agar ada penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui secara lebih detail dan pasti “Pola Makan yang Baik bagi Penderita
Ovarian Cysts”.

6. DAFTAR PUSTAKA

Eriyanti, D. (2016). Prevalensi Kista Ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan
Periode Januari 2012 – Desember 2013, 2012–2013.

Susianti, & Sari, A. I. (2017). Potensi Sirsak ( Annona muricata ) Sebagai


Pencegahan Kista Ovarium. Majority, 6(2), 18–22. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1004

Vanholder T, Opsomeriry G, dan Kuuif A D. Aetiology and pathogenesis of cyst


ovarian follicles in dairy cattle: a review. HAL. 2006; 46(2):105-19.

Safitri, Y. (2011). Pengalaman Wanita Usia Subur dengan Kista Ovarium. Retrieved
from
http://onesearch.id/Search/Results?lookfor=kista+ovarium&type=AllFields&filter
%5B%5D=format%3A%22Journal%22

Adriani, Prasanti. (2016). HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN KISTA
OVARIUM DI RSUD dr. R. GOETENG TARUNADIBRATA PURBALINGGA.
Bidan Prada: Jurnal Publikasi Kebidanan, Vol. 9 No. 1 Edisi Juni 2018, hlm. 57-
66

Wisyastuti, Galuh. (2019). FAKTOR RISIKO KEJADIAN KISTA OVARIUM DI


RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU. Perpustakaan fakultas kedokteran
Universitas Tadulako, 038, 4–7.

Cunningham, Gant, Lenevo, dan Gilstrap. (2002).Obstetri Williams, Vol. 2 Jakarta:


EGC

Jones & Llewellyn. (2002). Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipocrates
Lampiran

Transkrip wawancara bersama 4 pasien dan 2 koas

Pasien A (usia 40 tahun, sudah operasi, belum bersih, sudah menikah, belum
punya anak)
Pertanyaan:
1. Sejak kapan saudari menyadari kista itu ada?
2. Apa yang membuat saudari pertamakali memeriksakan diri ke SpOG? Apa yang
dikeluhkan?
3. Setelah pemeriksaan pertama:
A. Apakah ukuran kista sudah di atas 5cm?
B. Apakah dokter menyarankan evaluasi tiap 3bln 1x?
4. Pernahkah dokter menyarankan pengambilan kista lewat jalan operasi?
5. Apakah sudah pernah berkenan melalui jalan operasi? Jika sudah, apakah itu
efektif?
6. Pernahkah mendapatkan anjuran untuk mengubah pola makan sebagai salah satu
terapinya?
7. Jika pernah dari siapa(dokter/saudara/..)? Dan bagaimana pola makan yang
disarankan untuk mengatasi kista?
8. Adakah solusi lain yang pernah ditawarkan pada anda selain operasi dan pola
makan? Jika ada, bolehkan berbagi ceritanya?
9. Apakah sering nyeri hebat di perut bagian bawah? Menjelang haid?

Jawaban:
1. Sejak 2010, saat cek kandungan, saat akan program inseminasi buatan
2. Lama belum mendapat momongan, ingin membuat program hamil
3. A. Kista ukuran 4 cm awalnya; B. Tidak ada evaluasi, berencana operasi
pengambilan kista saat akan inseminasi buatan, tapi batal
4. Pernah
5. Sudah operasi, kista tidak hilang 100%, karena kista jenis coklat, susah hilangnya
6. Pernah
7. Dari dokter Dwi, yang menangani inseminasi buatan, pola makan yg disarankan
yaitu banyak mengkonsumsi sayuran, buah, daging, ikan, telur, .tahu, tempe,
menghindari makanan yg berpengawet, mengandung micin, junkfood,
minuman soda., dll.
8. Pernah ada dokter yang menyarankan tidak operasi, karena 4cm. Pola makan sama
seperti dokter sebelumnya
9. Nyeri seperti haid pada umumnya, masih bisa ditahan, diperingan dengan
kunirasem.
Pasien B (Usia 19 tahun, tidak dioperasi, bersih, belum menikah, belum punya
anak)
Pertanyaan:
1. Sejak kapan saudari menyadari kista itu ada?
2. Apa yang membuat saudari pertamakali memeriksakan diri ke SpOG? Apa yang
dikeluhkan?
3. Setelah pemeriksaan pertama:
A. Apakah ukuran kista sudah di atas 5cm?
B. Apakah dokter menyarankan evaluasi tiap 3bln 1x?
4. Pernahkah dokter menyarankan pengambilan kista lewat jalan operasi?
5. Apakah sudah pernah berkenan melalui jalan operasi? Jika sudah, apakah itu
efektif?
6. Pernahkah mendapatkan anjuran untuk mengubah pola makan sebagai salah satu
terapinya?
7. Jika pernah dari siapa(dokter/saudara/..)? Dan bagaimana pola makan yang
disarankan untuk mengatasi kista?
8. Adakah solusi lain yang pernah ditawarkan pada anda selain operasi dan pola
makan? Jika ada, bolehkan berbagi ceritanya?
9. Apakah konsumsi herbal (kunir putih) berdampak pada penyusutan kista? Atau
itu karena obat dari dokter?

Jawaban:
1. Sejak kelas 1 SMP, sekitar 6 tahun yang lalu.
2. Dulu gejala anemia, flek 2 bulan tidak berhenti, pingsan, ternyata kista 1 cm, kecil.
3. A. Belum sampe 5; B. Diagnosa awal miom, dokter beri obat, diharapkan hilangl
4. Pernah. Kelas 1 sma, 3 tahun setelahnya, kistanya 5-6cm. Periksa ke dokter lain.
Lalu kami tidak putuskan operasi tapi pengobatan alternatif, kunir putih.
5. Belum pernah
6. Iya, pola makan lama sangat tidak sehat
7. Perbanyak minum air putih, kurangi minuman kemasan, kurangi es, makan
seimbang sayur, buah, dll. Tidak boleh banyak-banyak kangkung, dll.
8. Pernah mencoba kunir putih. Dosis dari produsen awalnya 3x3 lalu 3x5 sesuai
ukuran kista. Satu tahun rutin minum saya terkena ISK, karena kurang minum air
putih. Namun, tetap rutin USG dan minum obat dokter. Alhamdulillah bersih.
9. Iya berefek, setelah USG terakhir ksta dinilai sudah kosong. Posisi setelah minum
kunir putih. Kemudian disuruh ke radiologi untuk scan full. Saya tidak bisa
memastikan mana yang lebih berefek, obat atau herbal.
Pasien C (Usia 22 tahun, Sudah operasi, kambuh lagi, belum menikah, belum
punya anak)
Pertanyaan:
1. Sejak kapan saudari menyadari kista itu ada?
2. Apa yang membuat saudari pertama kali memeriksakan diri ke SpOG? Apa yang
dikeluhkan?
3. Setelah pemeriksaan pertama:
A. Apakah ukuran kista sudah di atas 5cm?
B. Apakah dokter menyarankan evaluasi tiap 3bln 1x?
4. Pernahkah dokter menyarankan pengambilan kista lewat jalan operasi?
5. Apakah sudah pernah berkenan melalui jalan operasi? Jika sudah, apakah itu
efektif?
6. Pernahkah mendapatkan anjuran untuk mengubah pola makan sebagai salah satu
terapinya?
7. Jika pernah dari siapa(dokter/saudara/..)? Dan bagaimana pola makan yang
disarankan untuk mengatasi kista?
8. Adakah solusi lain yang pernah ditawarkan pada anda selain operasi dan pola
makan? Jika ada, bolehkan berbagi ceritanya?
9. Apakah sering nyeri hebat di perut bagian bawah? Menjelang haid?
10. Awal sadar bahwa kambuh lagi seperti apa?
11. Adakah terpikir jalur pengobatan alternatif?

Jawaban:
1. Sejak kelas 2 SMA, usia 16 tahun
2. Ketika operasi usus buntu, diketahui ada kista. Menstruasi tidak pernah teratur.
2 sampai 3 bulan sekali
3. A. Kista ukuran sebesar anggur; B. Tidak ada evaluasi, karena sudah diangkat
ketika pertama diketahui
4. Pernah
5. Sudah operasi, efektif beberapa saat lalu kambuh lagi
6. Pernah
7. Dari dokter dan orang tua menyuruh menghindari mi instan.
8. Belum
9. Iya, bahkan sangat parah.
10. Menstruasi kembali tidak lancar dan nyeri, kami putuskan periksa ke dokter
11. Ingin, tetapi kadang bertentangan dengan dokter.
Pasien D (Usia 19 tahun, belum operasi, belum bersih, belum menikah, belum
punya anak)
Pertanyaan:
1. Sejak kapan saudari menyadari kista itu ada?
2. Apa yang membuat saudari pertama kali memeriksakan diri ke SpOG? Apa yang
dikeluhkan?
3. Setelah pemeriksaan pertama:
A. Apakah ukuran kista sudah di atas 5cm?
B. Apakah dokter menyarankan evaluasi tiap 3bln 1x?
4. Pernahkah dokter menyarankan pengambilan kista lewat jalan operasi?
5. Apakah sudah pernah berkenan melalui jalan operasi? Jika sudah, apakah itu
efektif?
6. Pernahkah mendapatkan anjuran untuk mengubah pola makan sebagai salah satu
terapinya?
7. Jika pernah dari siapa(dokter/saudara/..)? Dan bagaimana pola makan yang
disarankan untuk mengatasi kista?
8. Adakah solusi lain yang pernah ditawarkan pada anda selain operasi dan pola
makan? Jika ada, bolehkan berbagi ceritanya?
9. Apakah sering nyeri hebat di perut bagian bawah? Menjelang haid?
10. Adakah terpikir jalur pengobatan alternatif?

Jawaban:
1. Sejak 2018 awal. Kelas 12 SMA, umur 18
2. Saat itu yang dikeluhkan anemia, dan menstruasi yang cukup singkat siklusnya,
setelah di-USG ternyata demikian
3. A. Kista ukuran 4 cm awalnya; B. Ada evaluasi tiap tiga bulan sekali, 3 bulan
berikutnya membesar jadi 5cm. Lalu 6 bulan tidak evaluasi, cek lagi bertambah
lagi, lalu 6 bulan kemudian cek lagi sudah 6x9cm.
4. Pernah. Kata dokter tunggu di atas 5cm
5. Belum
6. Pernah.
7. Dari dokter Zaidul Akbar. Tidak boleh nasi putih, gluten, produk susu sapi,
mi, kacang-kacangan, lemak, karbohidrat dan gula berlebih, junk food.
Harus sayur, buah, madu, VCO, jamu rempah( kunyit, jahe, jeruk nipis,
dll.).
8. Pernah ada saran herbal. Mulai dari rebusan daun sirsak, rutin minum ekstrak
kulit manggis, ekstrak sayur, ramuan kunyit, jahe, jeruk nipis, dan lain-lain.
Namun, saya tidak istiqomah, mungkin karena itu tidak membuahkan hasil.
9. Tidak pernah
10. Sudah saya jelaskan di nomor 8. Ibu berpikir beli obat Cina..
Koas M (Angkatan 2014) dan H (angkatan 2015)
Dari wawancara yang telah dilakukan, data yang diperoleh:
Kista ovarium berbeda dengan mioma uteri. Kista lebih dikenal sebagai kantong berisi
cairan, sedangkan mioma adalah jaringan. Terapi definitif dari ovariancysts adalah
operasi pengangkatan kista, atau kistektomi. Hal ini bisa dilakukan dengan
laparoskopi. Akan tetapi, pola makan pasien juga menjadi faktor penting yang juga
diperhatikan dalam penanganan pasien.

Pasien dengan kista ovarium berkemungkinan mengalami gangguan dalam hal


menstruasi dan kehamilan. Gangguan ini bisa berupa siklus haid yang tidak teratur,
memanjang atau memendek, nyeri hebat, kehamilan dengan posisi sungsang,
kehamilan yang sedikit terhambat, dan lain-lain. Namun, sebagaimana hasil di
lapangan, kista tidak sepenuhnya menutup kemungkinan seseorang untuk memiliki
keturunan. Pada beberapa kasus, kist adapat hulang dengan sendirinya, inilah alasan
perlunya evaluasi tiap tiga bulan. Terapi definitif berupa kistektomi dilakukan apabila
kista menjadi multilokular atau membesar hingga dikhawatirkan terjadi torsio. Untuk
penjelasan lebih lengkap dapat menemui spesialis OBstetri dan Ginekologi

Anda mungkin juga menyukai