220112170020
LAPORAN PENDAHULUAN
PPN XXXIV UNPAD
KANKER OVARIUM
2. KLASIFIKASI
Ada 3 jenis kanker ovarium, yaitu:
1) Tumor epitel primer (tumor serosum, tumor mesinosum, kanker endometriod,
kanker sel jernih, tumor brenner, karsinoma diferensiasi). Jenis tumor dengan
insiden terbanyak sekitar 85% lebih banyak pada umur 50 tahun atau lebih
2) Gell cell tumor (dysgerminoma, tumor sinus endodermal, karsinoma embrional,
koriokarsinoma, teratoma). Lebih bnyak terjadi pada wanita muda atau anak-anak
3) Sex-cord stromal tumor (tumor sel granulosa, androblastoma, ginandroblastoma,
fibroma)
3. ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
Laporan Pendahuluan CA Ovarium_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita_220112170020
1
1) Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel
yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2) Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan
epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
4) Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang
wanita. Ibu yang mengalami paritas banyak, memiliki kecenderungan untuk
resiko kanker ovarium (Dewi, 2008). Adapun klasifikasi paritas, yaitu:
Nullipara (wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali)
Primiara (wanita yang telah melahirkan seorang anak)
Multipara (wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa kali)
Grandemultipara (wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih)
5) Faktor hormonal
Penggunaan hormon estrogen pada terapi hormone yang dilakukan oleh
wanita menjelang menopause maupun yang sedang mengalami menopause
berhubungan dengan peningkatan risiko kanker ovarium baik dari insidensi
maupun tingkat mortalitasnya. Peningkatan risiko secara spesifik terlihat pada
wanita dengan penggunaaan hormon estrogen tanpa disertai progesteron karena
peran progesteron yaitu menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel ovarium.
Pada kehamilan, tingginya kadar progesteron akan membantu menurunkan
risiko tumor ganas ovarium. (Cannistra SA, 2009)
6) Faktor Reproduksi
Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki
dampak terbesar pada penyakit ini. Infertilitas, menarche dini (sebelum usia 12
tahun), memiliki anak setelah usia 30 tahun dan menopause yang terlambat dapa
tjuga meningkatkan risiko untuk berkembang menjadi kanker ovarium.
Pada kanker ovarium, terdapat hubungan jumlah siklus menstruasi yang
dialami seorang perempuan sepanjang hidupnya, di mana semakin banyak
jumlah siklus menstruasi yang dilewatinya maka semakin tinggi pula risiko
perempuan terkena kanker ovarium. (Coughlinn SS, 2009)
7) Pil Kontrasepsi
Zat onkogen
Masuk ke tubuh
Antionkogen inadekuat
IIc Tumor stadium IIa atau IIb tetapi dengan tumor pada
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau
dengan asites yang mengandung sel ganas atau dengan
bilasan peritoneum positif.
Stadium III Tumor mengenai satu atau kedua ovarium, dengan bukti
mikroskopik metastasis kavum peritoneal di luar pelvis,
dan/atau metastasis ke kelenjar limfe regional.
IIIa Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologik dan dikonfirmasi secara
mikroskopik adanya pertumbuhan (seeding) di permukaan
peritoneum abdominal.
IIIb Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
di
permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik,
diameter tidak melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening
negatif.
IIIc Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm dan/atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif
Stadium IV Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya
positif dimasukkan dalam stadium IV. Begitu juga
metastasis ke parenkim liver.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang harus dilakukan, yaitu:
1. Laparaskopi yaitu untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal dari ovarium
atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat kista,
2. Ultrasonografi untuk menentukan letak dan batas kista, apakah kista berasal dari
uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah kista kistik atau solid, dan dapat
pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak,
3. Foto Rontgen yaitu pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya
gigi dalam kista,
4. Parasentesis yaitu pungsi asites berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei
dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
10. Penatalaksanaan
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi.
Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi
sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi
diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 - 4 minggu sekali dengan melakukan
pemantauan terhadap efek samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang,
fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan
sistem kardiovaskuler.
1. Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :
2. Operasi (stadium awal)
3. Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
4. Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,
bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat.
2) Riwayat penyakit
a) Keluhan utama
Nyeri (Jenis, Intensitas, waktu, durasi, daerah yang menyebabkan nyeri
bertambah, atau berkurang), hubungan nyeri dengan menstruasi,
seksualitas, fungsi urinaria, dan gastrointestinal.
Perdarahan (pada saat kehamilan, setelah menopause, karakteristik, faktor
pencetus, jumlah, warna, konsistensi)
• Pengeluaran cairan/secret melalui vagina (iritasi, gatal, nyeri, jumlah,
warna, konsistensi)
Masa (pada mamae, karekterisrik, hubungannya dengan menstruasi,
kekenyalan, ukuran, nyeri dan pembesaran limfe)
Keluhan fungsi reproduksi
b) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah dialamai masa anak-anak, penyakit kronis pada masa
dewasa, riwayat infertilitas, penyakit gangguan metabolisme/nutrisi,
penggunaan obat-obatan radiasi yang lama, peradangan panggul, rupture
appendik peritonitis.
c) Riwayat penyakit sekarang
Pengembangan dari pengkajian PQRST
d) Riwayat penyakit keluarga
DM, kardiovaskuler, kehamilan kembar, kanker, gangguan genetik, kongenital.
e) Riwayat reproduksi
siklus haid, durasi haid
f) Riwayat obstetric
kehamilan, persalinan, nifas, hamil
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah, tekanan darah, nadi, pernapasan
a) Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak.
b) Mata : ada tidaknya anemis anemis, ada tidaknya ikterus, reflek cahaya.
c) Hidung : ada Tidak ada pernafasan cuping.
d) Mulut : Kebersihan
e) Telinga : ada tidaknya serumen.
f) Leher : ada tidak nya pembesaran kelenjar.
g) Jantung : Denyut jantung
h) Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas.
i) Integumen
j) Genetalia eksterna : inpeksi dan palpasi dengan posisi litotomi bertujuan mengkaji
kesesuaian umur dengan perkembangan sistem reproduksi, kondisi rambut pada
simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva, tanda-tanda peradangan, bengkak
dan pengeluaran cairan vagina.
k) Pemeriksan abdomen : adanya masa abdominopelvic
l) Pelvis : dengan mengunakan spekulum dilakukan inpeksi servik yaitu warna,
bentuk, dilatasi servik, erosi, nodul, masa, cairan pervaginam, perdarahan, lesi atau
luka. Setelah spekulum dilepas dapat dilakukan pemeriksaan bimanual yaitu :
memasukan dua jari kedalam vagina untuk pemeriksaan dinding posterior vagina
( adanya masa, ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas uterus, mobilitas ovarium,
adneksa).
m) Pemeriksaan rectum dan rekto vagina
3. Pola fungsional
a) Oksigenasi
b) Nutrisi dan cairan
c) Eliminasi
d) Termoregulasi
e) Aktivitas dan latihan
f) Seksualitas
g) Psikososial (stress, koping, dan konsep diri)
h) Rasa aman dan nyaman
i) Spiritual
j) Hygiene
k) Istirahat tidur
l) Aktualisasi diri
m) Rekreasi
n) Kebutuhan belajar
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
1. Pemeriksan darah lengkap
2. Pemeriksaan kimia darah
3. Serum HCG
4. Alfa fetoprotein
5. Analisa air kemih
6. Pemeriksaan saluran pencernaan
7. Laparatomi
8. CT scan atau MRI perut.
9. Pemeriksaan panggul. Selama pemeriksaan panggul, dokter dengan hati-hati
memeriksa bagian luar alat kelamin terkena (vulva), dan kemudian memasukkan
dua jari dari satu tangan ke dalam vagina dan sekaligus menekan sisi lain di perut
untuk merasakan rahim dan ovarium. Pemeriksaan ini menggunakan sebuah alat
yang disebut spekulum yang dimasukkan ke dalam vagina. Spekulum vagina
terbuka sehingga dokter secara visual dapat memeriksa vagina dan leher rahim
untuk kelainan.
10. USG menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara untuk menghasilkan gambar
dari bagian dalam tubuh. USG membantu dokter menyelidiki ukuran, bentuk dan
konfigurasi ovarium. Untuk membuat gambar dari ovarium, dokter mungkin
memasukkan penyelidikan USG ke dalam vagina Anda. Prosedur ini disebut USG
transvaginal. Pencitraan USG dapat membuat gambar dari struktur dekat ovarium,
seperti rahim anda.
11. Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian. Jika tes lain
menyarankan mungkin memiliki kanker ovarium, dokter dapat merekomendasikan
operasi untuk mengkonfirmasi diagnosis. Selama operasi, seorang ahli onkologi
ginekologi membuat sayatan di perut dan mengesplorasi rongga perut untuk
mendeteksi adanya kanker. Ahli bedah dapat mengumpulkan sampel cairan perut
dan menghapus ovarium untuk pemeriksaan oleh seorang ahli patologi. Jika kanker
ditemukan, ahli bedah segera mungkin mulai operasi untuk menghapus sebanyak
mungkin kanker. Dalam beberapa kasus, ahli bedah dapat membuat beberapa
sayatan kecil di perut Anda dan masukkan alat-alat bedah khusus dan sebuah
kamera kecil, sehingga prosedur tidak akan memerlukan sayatan yang lebih besar.
12. CA 125 tes darah. CA 125 adalah protein yang ditemukan pada permukaan sel
kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. Banyak wanita dengan kanker
ovarium memiliki tingkat abnormal tinggi CA 125 dalam darah mereka. Namun,
sejumlah kondisi non-kanker juga menyebabkan peningkatan kadar CA 125, dan
banyak perempuan dengan stadium awal kanker ovarium yang normal memiliki
kadar CA 125. Untuk alasan ini, tes CA 125 tidak biasanya digunakan untuk
mendiagnosa atau ke layar untuk kanker ovarium, tetapi dapat digunakan untuk
memantau bagaimana perawatan Anda maju.
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri Kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial kronis
(metastase kanker, injuri neurologis, artritis)
2) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur atau fungsi tubuh,
perubahan kadar hormone
3) Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan: Kehilangan volume cairan secara
aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan
4) Gangguan body image berhubungan dengan: Biofisika (penyakit kronis),
kognitif/persepsi (nyeri kronis), kultural/spiritual, penyakit, krisis situasional,
trauma/injury, pengobatan (pembedahan, kemoterapi, radiasi)
5) Kecemasan berhubungan dengan Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress,
perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang
pengetahuan dan hospitalisasi
6) Defisit pengetahuan ten-tang penyakit, pengobatan dan perawatan klien berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, ku-rang paparan atau mudah lupa
6. INTERVENSI KEPERAWATAN
L
No Diagnose Tujuan Intervensi
Keperawatan