Anda di halaman 1dari 19

Riris Purwita Widodo

220112170020
LAPORAN PENDAHULUAN
PPN XXXIV UNPAD
KANKER OVARIUM

A. KONSEP TEORI PENYAKIT


1. Pengertian
Ca Ovarium (kangker ovarium) adalah kangker yang berkembang disel- sel
yang menunjang ovarium, termasuk sel epitel permukaan, sel germinal, dan sel
setroma. Sel- sel yang bermetastasis dari organ lain menuju ovarium, tidak dikatakan
sebagai kangker ovarium. (Syafrudin, Hamidah, 2009)
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat.
Kanker ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di bagian dalam
sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada
stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana (Wiknjosastro, 2005).
Kanker ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel abnormal (kanker)
pada satu atau dua bagian indung telur. Kanker ovarium merupakan tumor dengan
histogenesis yang beragam, tumor tersebut dapat berasal dari ketiga dermoblast
(ectodermal, endodermal, mesodermal) memiliki sifat-sifat histologis maupun
biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).

2. KLASIFIKASI
Ada 3 jenis kanker ovarium, yaitu:
1) Tumor epitel primer (tumor serosum, tumor mesinosum, kanker endometriod,
kanker sel jernih, tumor brenner, karsinoma diferensiasi). Jenis tumor dengan
insiden terbanyak sekitar 85% lebih banyak pada umur 50 tahun atau lebih
2) Gell cell tumor (dysgerminoma, tumor sinus endodermal, karsinoma embrional,
koriokarsinoma, teratoma). Lebih bnyak terjadi pada wanita muda atau anak-anak
3) Sex-cord stromal tumor (tumor sel granulosa, androblastoma, ginandroblastoma,
fibroma)

3. ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
Laporan Pendahuluan CA Ovarium_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita_220112170020
1
1) Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel
yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2) Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan
epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.

4. Faktor Resiko Kanker Ovarium


1) Faktor resiko umum
 Diet tinggi lemak
 Merokok
 Alkohol
 Riwayat kanker kolon, endometrium
 Nulipara
 Infertilitas
 Menstruasi dini
 Tidak pernah melahirkan
2) Faktor genetik
Riwayat keluarga menjadi salah satu faktor seorang wanita bisa terkena
kanker ovarium. Pada umumnya kanker ovarium epitel bersifat sporadis, 5-10%
dan meningkat menjadi 7% apabila saudara kandung telah menderita kanker
ovarium. Data lain menyebutkan riwayat keluarga dapat mempengaruhi sebesar
10% (American Cancer Society, 2011)
3) Usia
Angka kejadian kanker ovarium meningkat dengan seiringnya
pertambahan usia. Kanker ovarium umumnya ditemukan pada usia 40 tahun ke
atas. Sebanyak 60% penderita kanker ovarium penderita berusia 40 tahun ke atas

Laporan Pendahuluan CA Ovarium_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita_220112170020


2
dan sebanyak 60% berusia lebih muda. Kanker ovarium banyak diderita setelah
memasuki masa monopause. (American Cancer Society, 2011)

4) Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang
wanita. Ibu yang mengalami paritas banyak, memiliki kecenderungan untuk
resiko kanker ovarium (Dewi, 2008). Adapun klasifikasi paritas, yaitu:
Nullipara (wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali)
Primiara (wanita yang telah melahirkan seorang anak)
Multipara (wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa kali)
Grandemultipara (wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih)
5) Faktor hormonal
Penggunaan hormon estrogen pada terapi hormone yang dilakukan oleh
wanita menjelang menopause maupun yang sedang mengalami menopause
berhubungan dengan peningkatan risiko kanker ovarium baik dari insidensi
maupun tingkat mortalitasnya. Peningkatan risiko secara spesifik terlihat pada
wanita dengan penggunaaan hormon estrogen tanpa disertai progesteron karena
peran progesteron yaitu menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel ovarium.
Pada kehamilan, tingginya kadar progesteron akan membantu menurunkan
risiko tumor ganas ovarium. (Cannistra SA, 2009)
6) Faktor Reproduksi
Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki
dampak terbesar pada penyakit ini. Infertilitas, menarche dini (sebelum usia 12
tahun), memiliki anak setelah usia 30 tahun dan menopause yang terlambat dapa
tjuga meningkatkan risiko untuk berkembang menjadi kanker ovarium.
Pada kanker ovarium, terdapat hubungan jumlah siklus menstruasi yang
dialami seorang perempuan sepanjang hidupnya, di mana semakin banyak
jumlah siklus menstruasi yang dilewatinya maka semakin tinggi pula risiko
perempuan terkena kanker ovarium. (Coughlinn SS, 2009)
7) Pil Kontrasepsi

Laporan Pendahuluan CA Ovarium_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita_220112170020


3
Kontrasepsi berarti mengurangi kemungkinan atau mencegah
konsepsi.Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu masalah kesehatan
reproduksi yang cukup penting pada wanita saat ini. Pada tahun 2005, megacu
kepada United Nation di mana lebih dari 660 juta wanita yang menikah atau
hidup bersama pada usiaproduktif (15-49 tahun) menggunakan beberapa metode
kontrasepsi dan 450 juta orang menggunakan kontrasepsi oral dan Intrauterina
Devices (IUD).
Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan risiko
terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang
memakai pil kontrasepsi, yaitu dengan risiko relatif 0,6. Penelitian ini juga
melaporkan bahwa pemakaian pil kontrasepsi selama satu tahun menurunkan
risiko sampai 11%, sedangkan pemakaian pil kontrasepsi sampai lima tahun
menurunkan risiko sampai 50%. Penurunan risiko semakin nyata dengan
semakin lama pemakaiannya.
8) Kerusakan sel epitel ovarium (Incessant Ovulation )
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla tahun 1972, yang
menyatakan bahwa pada saat ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel
ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika
sebelum penyembuhan, terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses
penyembuhan akan terganggu dan tidak teratur sehingga dapat menimbulkan
proses transformasi menjadi sel-sel tumor. (Cannistra SA, 2009)
9) Obat-Obat yang Meningkatkan Kesuburan (Fertility Drugs )
Obat-obat yang meningkatkan fertilitas seperti klomifen sitrat, yang
diberikan secara oral, dan obat-obat gonadotropin yang diberikan dengan
suntikan seperti follicle stimulating hormone (FSH), kombinasi FSH dengan
Luteinizing hormone (LH), akan menginduksi terjadinya ovulasi atau multiple
ovulasi. Pemakaian obat penyubur tersebut dapat meningkatkan resiko relatif
terjadinya kanker ovarium. (Kurageorgi, et al, 2010)
10) Penggunaan Bedak Tabur
Penggunaan bedak tabur langsung pada organ genital atau tissue
pembersih bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) terhadap ovarium.

Laporan Pendahuluan CA Ovarium_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita_220112170020


4
Selain itu, bedak tabur juga mengandung asbes yaitu bahan mineral penyebab
kanker. (Huncharek M. et al, 2003).

5. TANDA DAN GEJALA


Studi terbaru menunjukkan bahwa wanita dengan kanker ovarium lebih mungkin
dibandingkan perempuan lain untuk secara konsisten mengalami gejala berikut:
1. Gejala awalnya berupa rasa tidak enak yang samar-samar di perut bagian bawah
2. Tekanan pada perut, merasa kenyang, bengkak atau kembung
3. Urinary urgensi
4. Rasa tidak nyaman atau sakit panggul
5. Mual
6. Sembelit
7. Sering buang air kecil
8. Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang
9. Peningkatan ketebalan perut atau pakaian ketat pas di pinggang Anda
10. Sakit saat hubungan seksual (dispareunia)
11. Kekurangan energy
12. Punggung sakit
13. Perubahan menstruasi
14. Panggul terasa berat
15. Perdarahan pervaginam
Ovarium yang membesar pada wanita pasca menopause bisa merupakan pertanda
awal dari kanker ovarium. Di dalam perut terkumpul cairan dan perut membesar
akibat ovarium yang membesar ataupun karena penimbunan cairan. Pada saat ini
penderita mungkin akan merasakan nyeri panggul, anemia dan berat badannya
menurun. Kadang kanker ovarium melepaskan hormon yang menyebabkan
pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan
pertumbuhan rambut.

Laporan Pendahuluan CA Ovarium_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita_220112170020


5
6. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi
Zat karsinogenik

Zat onkogen

Masuk ke tubuh

Aktivitas zat onkogen

Antionkogen inadekuat

Kanker ovarium pertumbuhan sel abnormal

Kerusakan respon makrofag


intergritas jaringan terhadap kanker Mudah perdarahan Perubahan ovarium dapat bermetastase ke
organ lain
anemia
Merangsang zat vaso aktif Sekresi hormon
histamin, bradikininin kahektin Perubahan Perubahan fungsi organ
prostaglandin Kurangnya penampilan dan
pembentukan peran
Hipermetabolik
energi Perubahan fungsi
Merangsang ujung penyimpanan lemak
Gangguan citra hormonal
saraf bebas
tubuh dan harga
BB turun kelelahan
diri
Resiko disfungsi seksual
nyeri
Gangguan pemenuhan
nutrisi
7. STADIUM KANKER OVARIUM
Stadium kanker ovarium menurut International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO), yaitu:
Stadium kanker Kategori
ovarium primer
(FIGO, 2014)
Stadium I Pertumbuhan terbatas pada ovarium
Ia Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites
yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan
luar, kapsul utuh
Ib Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada asites
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul
intak.
Ic Tumor dengan stadium Ia atau Ib tetapi ada tumor di
permukaan luar satu atau kedua ovarium, atau dengan
kapsul
pecah, atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan
bilasan peritoneum positif.
Ic1 Surgical spill
Ic2 Kapsul mengalami rupture sebelum operasi tumor pada
permukaan ovarium
Ic3 Sel maligna pada ascites atau pembersihan peritoneal
Stadium II Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan
perluasan ke panggul.
IIa Perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau tuba.

IIb Perluasan ke jaringan pelvis lainnya.

IIc Tumor stadium IIa atau IIb tetapi dengan tumor pada
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau
dengan asites yang mengandung sel ganas atau dengan
bilasan peritoneum positif.
Stadium III Tumor mengenai satu atau kedua ovarium, dengan bukti
mikroskopik metastasis kavum peritoneal di luar pelvis,
dan/atau metastasis ke kelenjar limfe regional.
IIIa Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologik dan dikonfirmasi secara
mikroskopik adanya pertumbuhan (seeding) di permukaan
peritoneum abdominal.
IIIb Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
di
permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik,
diameter tidak melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening
negatif.
IIIc Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm dan/atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif
Stadium IV Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya
positif dimasukkan dalam stadium IV. Begitu juga
metastasis ke parenkim liver.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang harus dilakukan, yaitu:
1. Laparaskopi yaitu untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal dari ovarium
atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat kista,
2. Ultrasonografi untuk menentukan letak dan batas kista, apakah kista berasal dari
uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah kista kistik atau solid, dan dapat
pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak,
3. Foto Rontgen yaitu pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya
gigi dalam kista,
4. Parasentesis yaitu pungsi asites berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei
dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

9. PENCEGAHAN KANKER OVARIUM


Karena penyebabnya yang belum diketahui, pencegahan kanker ovarium pun tidak
bisa dilakukan secara pasti. Meski demikian, ada beberapa hal yang dapat menurunkan
risiko Anda terkena kanker ini, terutama metode yang bisa menghentikan proses ovulasi.
Langkah-langkah tersebut meliputi:
1. Menggunakan kontrasepsi dalam bentuk pil. Konsumsi pil kontrasepsi selama lima
tahun terbukti dapat mengurangi risiko kanker ovarium hingga setengahnya.
2. Menjalani kehamilan dan menyusui.
3. Menerapkan gaya hidup yang sehat agar terhindar dari obesitas. Contohnya, teratur
berolahraga dan memiliki pola makan yang sehat dan seimbang.
4. Pola makan seimbang, batasi makanan berlemak.
5. Pemeriksaan ginekologi atau USG secara rutin
6. Laktasi berkepanjangan.
7. Meningkatkan aktivitas fisik.

10. Penatalaksanaan
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi.
Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi
sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi
diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 - 4 minggu sekali dengan melakukan
pemantauan terhadap efek samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang,
fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan
sistem kardiovaskuler.
1. Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :
2. Operasi (stadium awal)
3. Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
4. Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,
bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat.
2) Riwayat penyakit
a) Keluhan utama
 Nyeri (Jenis, Intensitas, waktu, durasi, daerah yang menyebabkan nyeri
bertambah, atau berkurang), hubungan nyeri dengan menstruasi,
seksualitas, fungsi urinaria, dan gastrointestinal.
 Perdarahan (pada saat kehamilan, setelah menopause, karakteristik, faktor
pencetus, jumlah, warna, konsistensi)
• Pengeluaran cairan/secret melalui vagina (iritasi, gatal, nyeri, jumlah,
warna, konsistensi)
 Masa (pada mamae, karekterisrik, hubungannya dengan menstruasi,
kekenyalan, ukuran, nyeri dan pembesaran limfe)
 Keluhan fungsi reproduksi
b) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah dialamai masa anak-anak, penyakit kronis pada masa
dewasa, riwayat infertilitas, penyakit gangguan metabolisme/nutrisi,
penggunaan obat-obatan radiasi yang lama, peradangan panggul, rupture
appendik peritonitis.
c) Riwayat penyakit sekarang
Pengembangan dari pengkajian PQRST
d) Riwayat penyakit keluarga
DM, kardiovaskuler, kehamilan kembar, kanker, gangguan genetik, kongenital.
e) Riwayat reproduksi
siklus haid, durasi haid
f) Riwayat obstetric
kehamilan, persalinan, nifas, hamil

2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah, tekanan darah, nadi, pernapasan
a) Kepala     : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak.
b) Mata        : ada tidaknya anemis anemis, ada tidaknya ikterus, reflek cahaya.
c) Hidung    : ada Tidak ada pernafasan cuping.
d) Mulut       : Kebersihan
e) Telinga     : ada tidaknya serumen.
f) Leher       : ada tidak nya pembesaran kelenjar.
g) Jantung    : Denyut jantung
h) Ekstremitas          : Adakah luka pada ekstremitas.
i) Integumen 
j) Genetalia eksterna : inpeksi dan palpasi dengan posisi litotomi bertujuan mengkaji
kesesuaian umur dengan perkembangan sistem reproduksi, kondisi rambut pada
simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva, tanda-tanda peradangan, bengkak
dan pengeluaran cairan vagina.
k) Pemeriksan abdomen : adanya masa abdominopelvic
l) Pelvis : dengan mengunakan spekulum dilakukan inpeksi servik yaitu warna,
bentuk, dilatasi servik, erosi, nodul, masa, cairan pervaginam, perdarahan, lesi atau
luka. Setelah spekulum dilepas dapat dilakukan pemeriksaan bimanual yaitu :
memasukan dua jari kedalam vagina untuk pemeriksaan dinding posterior vagina
( adanya masa, ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas uterus, mobilitas ovarium,
adneksa).
m) Pemeriksaan rectum dan rekto vagina

3. Pola fungsional
a) Oksigenasi
b) Nutrisi dan cairan
c) Eliminasi
d) Termoregulasi
e) Aktivitas dan latihan
f) Seksualitas
g) Psikososial (stress, koping, dan konsep diri)
h) Rasa aman dan nyaman
i) Spiritual
j) Hygiene
k) Istirahat tidur
l) Aktualisasi diri
m) Rekreasi
n) Kebutuhan belajar

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
1. Pemeriksan darah lengkap
2. Pemeriksaan kimia darah
3.  Serum HCG
4. Alfa fetoprotein
5. Analisa air kemih
6. Pemeriksaan saluran pencernaan
7.  Laparatomi
8. CT scan atau MRI perut.
9. Pemeriksaan panggul. Selama pemeriksaan panggul, dokter dengan hati-hati
memeriksa bagian luar alat kelamin terkena (vulva), dan kemudian memasukkan
dua jari dari satu tangan ke dalam vagina dan sekaligus menekan sisi lain di perut
untuk merasakan rahim dan ovarium. Pemeriksaan ini menggunakan sebuah alat
yang disebut spekulum yang dimasukkan ke dalam vagina. Spekulum vagina
terbuka sehingga dokter secara visual dapat memeriksa vagina dan leher rahim
untuk kelainan.
10. USG menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara untuk menghasilkan gambar
dari bagian dalam tubuh. USG membantu dokter menyelidiki ukuran, bentuk dan
konfigurasi ovarium. Untuk membuat gambar dari ovarium, dokter mungkin
memasukkan penyelidikan USG ke dalam vagina Anda. Prosedur ini disebut USG
transvaginal. Pencitraan USG dapat membuat gambar dari struktur dekat ovarium,
seperti rahim anda.
11. Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian. Jika tes lain
menyarankan mungkin memiliki kanker ovarium, dokter dapat merekomendasikan
operasi untuk mengkonfirmasi diagnosis. Selama operasi, seorang ahli onkologi
ginekologi membuat sayatan di perut dan mengesplorasi rongga perut untuk
mendeteksi adanya kanker. Ahli bedah dapat mengumpulkan sampel cairan perut
dan menghapus ovarium untuk pemeriksaan oleh seorang ahli patologi. Jika kanker
ditemukan, ahli bedah segera mungkin mulai operasi untuk menghapus sebanyak
mungkin kanker. Dalam beberapa kasus, ahli bedah dapat membuat beberapa
sayatan kecil di perut Anda dan masukkan alat-alat bedah khusus dan sebuah
kamera kecil, sehingga prosedur tidak akan memerlukan sayatan yang lebih besar.
12. CA 125 tes darah. CA 125 adalah protein yang ditemukan pada permukaan sel
kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. Banyak wanita dengan kanker
ovarium memiliki tingkat abnormal tinggi CA 125 dalam darah mereka. Namun,
sejumlah kondisi non-kanker juga menyebabkan peningkatan kadar CA 125, dan
banyak perempuan dengan stadium awal kanker ovarium yang normal memiliki
kadar CA 125. Untuk alasan ini, tes CA 125 tidak biasanya digunakan untuk
mendiagnosa atau ke layar untuk kanker ovarium, tetapi dapat digunakan untuk
memantau bagaimana perawatan Anda maju.

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri Kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial kronis
(metastase kanker, injuri neurologis, artritis)
2) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur atau fungsi tubuh,
perubahan kadar hormone
3) Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan: Kehilangan volume cairan secara
aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan
4) Gangguan body image berhubungan dengan: Biofisika (penyakit kronis),
kognitif/persepsi (nyeri kronis), kultural/spiritual, penyakit, krisis situasional,
trauma/injury, pengobatan (pembedahan, kemoterapi, radiasi)
5) Kecemasan berhubungan dengan Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress,
perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang
pengetahuan dan hospitalisasi
6) Defisit pengetahuan ten-tang penyakit, pengobatan dan perawatan klien berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, ku-rang paparan atau mudah lupa
6. INTERVENSI KEPERAWATAN
L
No Diagnose Tujuan Intervensi
Keperawatan

1 Nyeri Kronis NOC: Manajement nyeri


berhubungan a. Comfort level a. Kaji nyeri (PQRST)
b. Pain control
dengan b. Monitor tanda vital dan nyeri
c. Pain level
ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan secara teratur
fisik-psikososial keperawatan selama …x24 jam c. Observasi reaksi non verbal
kronis (metastase Nyeri teratasi atau berkurang d. Jelaskan penyebab nyeri
kanker, injuri dengan criteria hasil: e. Ajarkan teknik relaksasi atau
neurologis, a. Tidak ada kluhan nyeri distraksi
artritis) b. Ekspresi wajah rileks f. Jelaskan aktivitas yang dapat
c. Bebas nyeri saat dilakukan selama periode nyeri
aktivitas g. Batasi pengunjung terutama saat
d. TD 100/70-120/80 nyeri akut
e. HR 60-100x/menit h. Tingkatkan istirahat
f. Skala nyeri 0 atau i. Jelaskan pada keluarga peran
berkurang yang dapat dilakukan saat periode
g. Tidak ada gangguan nyeri (massage, kompres hangat
tidur atu dingin
h. Tidak ada gangguan Administrasiu analgesic:
konsentrasi a. Tentukan lokasi, karakteristik,
i. Tidak ada gangguan kualitas dan derajad nyeri
hubungan interpersonal sebelum pemberian analgesic
j. Tidak ada ekspresi b. Monitor tanda vital sebelum dan
menahan nyeri dan sesudah pemberian analgesic
ungkapan secara verbal c. Edukasi sebelum pemberian
k. Tidak ada tegangan otot analgesic
d. Cek riwayat alergi analgesik
2 Disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan a. Bantu pasien untuk
berhubungan keperawatan 3x 24 jam Pasien mengekspresikan perubahan
dengan dapat menerima perubahan fungsi tubuh termasuk organ
perubahan struktur tubuh terutama pada seksual seiring dengan
struktur atau fungsi seksual yang dialaminya bertambahnya usia.
fungsi tubuh, dengan Kriteria hasil: b. Berikan pendidikan kesehatan
perubahan kadar 1. tentang penurunan fungsi seksual.
hormone Mengekspresikan c. Motivasi klien untuk
kenyamanan mengkonsumsi makanan yang
2. Mengekspresika rendah lemak, rendah kolestrol,
n kepercayaan diri dan berupa diet vegetarian
d. Anjurkan klien untuk
menggunakan krim vagina dan gel
3 Defisit Volume NOC: NIC :
Cairan a. Fluid balance a. Pertahankan catatan intake dan
Berhubungan b. Hydration output yang akurat
dengan: c. Nutritional Status : Food b. Monitor status hidrasi ( kelembaban
a.Kehilangan and Fluid Intake membran mukosa, nadi adekuat,
volume cairan Setelah dilakukan tindakan tekanan darah ortostatik ), jika
secara aktif keperawatan selama….. defisit diperlukan
b. Kegagalan volume cairan teratasi dengan c. Monitor hasil lab yang sesuai dengan
mekanisme kriteria hasil: retensi cairan (BUN , Hmt ,
pengaturan a. Mempertahankan urine osmolalitas urin, albumin, total
output sesuai dengan usia protein )
dan BB, BJ urine normal, d. Monitor vital sign setiap 15menit – 1
b. Tekanan darah, nadi, suhu jam
tubuh dalam batas normal e. Kolaborasi pemberian cairan IV
c. Tidak ada tanda tanda f. Monitor status nutrisi
dehidrasi, Elastisitas turgor g. Berikan cairan oral
kulit baik, membran h. Berikan penggantian nasogatrik
mukosa lembab, tidak ada sesuai output (50 – 100cc/jam)
rasa haus yang berlebihan i. Dorong keluarga untuk membantu
d. Orientasi terhadap waktu pasien makan
dan tempat baik j. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
e. Jumlah dan irama berlebih muncul meburuk
pernapasan dalam batas k. Atur kemungkinan tranfusi
normal l. Persiapan untuk tranfusi
f. Elektrolit, Hb, Hmt dalam m. Pasang kateter jika perlu
batas normal n. Monitor intake dan urin output setiap
g. pH urin dalam batas normal 8 jam
h. Intake oral dan intravena
adekuat
4 Gangguan body NOC: NIC :
image d. Body image Body image enhancement
berhubungan e. Self esteem c. Kaji secara verbal dan nonverbal
dengan: Setelah dilakukan tindakan respon klien terhadap tubuhnya
Biofisika keperawatan selama …. d. Monitor frekuensi mengkritik
(penyakit kronis), gangguan body image dirinya
kognitif/persepsi pasien teratasi dengan kriteria e. Jelaskan tentang pengobatan,
(nyeri kronis), hasil: perawatan, kemajuan dan prognosis
kultural/spiritual, a. Body image positif penyakit
penyakit, krisis b. Mampu mengidentifikasi f. Dorong klien mengungkapkan
situasional, kekuatan personal perasaannya
trauma/injury, c. Mendiskripsikan secara g. Identifikasi arti pengurangan
pengobatan faktual perubahan fungsi melalui pemakaian alat bantu
(pembedahan, tubuh h. Fasilitasi kontak dengan individu
kemoterapi, d. Mempertahankan interaksi lain dalam kelompok kecil
radiasi) sosial

5 Kecemasan NOC : NIC :


berhubungan 1. Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
dengan Faktor 2. Koping kecemasan)
keturunan, Krisis Setelah dilakukan asuhan a. Gunakan pendekatan yang
situasional, selama ………X24 jam klien menenangkan
Stress, perubahan kecemasan teratasi dgn kriteria b. Nyatakan dengan jelas harapan
status kesehatan, hasil: terhadap pelaku pasien
ancaman a. Klien mampu c. Jelaskan semua prosedur dan apa
kematian, mengidentifikasi dan yang dirasakan selama prosedur
perubahan konsep mengungkapkan gejala d. Temani pasien untuk memberikan
diri, kurang cemas keamanan dan mengurangi takut
pengetahuan dan b. Mengidentifikasi, e. Berikan informasi faktual
hospitalisasi mengungkapkan dan mengenai diagnosis, tindakan
menunjukkan tehnik untuk prognosis
mengontol cemas f. Libatkan keluarga untuk
c. Vital sign dalam batas mendampingi klien
normal g. Instruksikan pada pasien untuk
d. Postur tubuh, ekspresi menggunakan tehnik relaksasi
wajah, bahasa tubuh dan h. Dengarkan dengan penuh
tingkat aktivitas perhatian
menunjukkan i. Identifikasi tingkat kecemasan
berkurangnya kecemasan j. Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
k. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
l. Kelola pemberian obat anti
cemas:........
6 Defisit Setelah dilakukan penjelasan Teaching individual (5606)
pengetahuan ten- selama ...x pertemuan, pe- a. Tentukan kebutuhan pembelajaran
tang penyakit, ngetahuan klien tentang pe- klien
pengobatan dan nyakit, pengobatan dan pe- b. Kaji tingkat pengetahuan dan
perawatan klien rawatan klien meningkat pemahaman klien tentang vertigo
b.d keterbatasan NOC : c. Kaji tingkat pendidikan
kognitif, ku-rang          Knowledge : Disease d. Kaji kesiapan klien dalam
paparan atau process (1803) mempelajari informasi spesifik
mudah lupa           Knowladge : Illness care e. Atur agar realita tujuan 
(1824) pembelajaran dengan klien saling
menguntungkan
Dengan kriteria : f. Pilih metode / strategi mengajar
Klien dan keluarga mam-pu yang sesuai
menjelaskan penger-tian, g. Sediakan lingkungan yang
proses penyakit, penyebab, kondusif untuk pembelajaran
tanda dan gejala, efek penyakit, h. Koreksi adanya kesalahan
tindakan pencegahan, pe- informasi
ngobatan dan perawatan i. Sediakan waktu untuk bertanya
vertigo pada klien
Teaching : disease process (5602)
a. Nilai tingkat pengetahuan klien
tentang penyakitnya
b. Jelaskan patofisiologi vertigo
c. Jelaskan tanda dan gejala vertigo
d. Jelaskan kemungkinan
penyebabnya
e. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin dapat mencegah
komplikasi dimasa yang akan
datang
f. Diskusikan pilihan-pilihan terapi
pe-ngobatan dan perawatan
g. Jelaskan alasan rasional dari
terapi pengobatan yang
direkomendasikan
h. Kaji sumber-sumber pendukung
yang memungkinkan
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2011. Cancer Facts And Figures


Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih bahasa Maria A.
Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Cannistra SA. 2009. Cancer of The Ovary. Nursing Eng Journal Medical
Coughlinn SS. 2009. Menopausal Hormone Therapy And Risk Of Ephitelial Ovarium Cancer.
Cancer Epidemiol Biomarkers Prev
Derek, Liewellyn-Jones.2001. Dasar-dasar Obstetri Dan Ginekologi. Alih Bahasa: Hadyanto,
Ed. 6. Hipokrates, Jakarta
Dewi. 2008. Rerata Usia Manarkhe Wanita Indonesia: Tinjauan Kesehatan Reproduksi Wanita
Indonesi. Journal UI
Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Huncharek M. Greschwind JF, Kupelnick B. 2003. Perineal Application Of Cosmetic Talc And
Risk Of Invasive Ephitelial Ovarium Cancer. Anticancer Resources
Kurageorgi, et al. 2010. Reproductives Factors And Postmenopausal Hormone Use In Relation
To Endometrial Cancer Risk In The Nurse’s Health Study Cohort. Int Journal Cancer
Langseth H,et al. 2008. Perineal Use Of Talc And Risk Of Ovarium Cancer. Journal Epidemiol
Community Health
Prawirohardjo 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: yayasan Bina Pustaka
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Smelzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai