Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

“SUSPECT KANKER OVARIUM”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : FUJA REZKY BINTARI

NIM : 2215901006

PRODI PEDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN

TUANKU TAMBUSAI

RIAU

TA.2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker adalah pertumbuhan jaringan yang ganas yang terdiri dari

sel-sel epitelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan

menimbulkan metastasis. Kanker terbanyak pada perempuan adalah

kanker serviks, kanker payudara, kanker kolon rektum, kanker paru dan

kanker ovarium. Kanker ovarium adalah tumor ganas yang berasal dari

ovarium dengan berbagai tipe histologi yang dapat mengenai semua umur.

Kanker ovarium menempati posisi ke-3 dari 10 kanker tersering pada

wanita dan diperkirakan 30% terjadi pada sistem genetalia wanita

(Purwoko, 2018).

Kanker ovarium adalah salah satu penyakit ginekologi yang

menyebabkan keatian dengan 239.000 kasus baru dan 152.000 kasus

kematian di dunia pada tahun 2012 (IARC, 2012). Menurut American

Cancer Society (2018), kanker ovarium mnempati urutan ke-5 dari seluruh

penyebab kematian pada wanita di Amerika Serikat. Insiden kematian

wanita akibat kanker ovarium di dunia tahun 2018 sekitar 5% dari semua

keganasan pada wanita. Kanker ovarium di Asia Tenggara sebanyak

47.689 atau sebanyak 5,2% dari seluruh usia pada wanita (IARC, 2016).

Pada tahun 2018 ditemukan 295.414 kasus baru dengan angka keatian

184.799 (45%) di Asia Tenggara. Insiden kanker ganas ovarium di Asia

Timur lebih tinggi dibandingkan dengan Eropa Timur dan tengah yaitu
kurang dari 12 wanita tiap 100.000 penduduk. Insidennya meningkat

dengan bertambahnya usia. Usia rata-rata penderita kanker ovarium adalah

63 tahun dan 70% di antaranya adalah stadium lanjut (Gibbs RS, Karlan

BY, Harney AF, 2013).

Kejadian kanker ovarium di Indonesia berada di urutan ke-5 dari

berbagai kanker yang menyebabkan kematian pada wanita, setelah anker

payudara, serviks, paru dan kolorektal. Terdapat 10.238 kasus kanker

ovarium dengan jumlah sekitar 7007 kasus dari 92.200 tota kematian

kasus keganasan pada wanita (McGuire, 2016). Data nasional selama

tahun 2017-2018 terdapat 627 kasus kanker ovarium dari 4.081 kasus

genekologi onkologi sehingga kanker ovariu menempati urutan ke-2

kanker ginekologi yang mematikan pada wanita setelah kanker serviks.

Kanker ovarium di Indonesia terjadi sebanyak 11.594 kasus atau 7,48%

dengan angka mortalitas 7.031 kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Tingginya angka kejadian dan kematian akibat kanker ovarium

disebabkan karena kanker tidak menunjukkan tanda dan gejala penyakit

yang khas pada stadium awal sehingga menghambat penegakkan

diagnosis. Gejala yang muncul bersifat non spesifik seperti : kembung,

kehilangan nafsu makan, nyeri pada panggul atau perut, peningkatan

aktivitas di saluran kencing baik urgensi maupun frekuensi (Simamora,

Rian P.A., 2018). Dampak dari kannker ovarium pada stadium awa tidak

dapat diketahi pada diri wanita karena perubahan awal biasanya hanya

mengalami keputihan yang dianggap hal biasa. Pada stadium lanjut yaitu
sadium II-IV akan mengalami perubahan pada tubuh karena sudah

bermetastase ke jaringan luar pevis misalnya jaringan hati, gastrointestinal

dan paru-paru, sehingga akan menyebabkan asites, efusi pleura, nyeri ulu

hati, anoreksia dan anemia (Reeder, 2013).


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Kanker Ovarium adalah tumor ganas yangberasal dari ovarium

dengan berbagai histologi yang menyerang pada semua umur. Tumor sel

germinal lebih banyak dijumpai pada penderitaan berusia <20 tahun,

sedangkan tumor sel epitel lebih banyak pada wanita usia >50 tahun

(Manuaba, 2013). Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh di sel

ovarium, kanker ovarium terdiri dari sel yang terus tumbuh dan sel ini

dapat menghancurkan jaringan disekitarnya, sel kanker dapat menyebar

(bertastasis) ke bagian tubuh yang lain, kanker ovarium juga merupakan

penyakit heterogen yang dapat dibedakan menjadi 3 jenis utama, yaitu :

sex cord stromal tumors, germ cell tumor, dan epithelial ovarium cacer

(Canadian Cancer Society, 2017). Kanker ovarium adalah kanker

ginekologis yang paling mematikan sebab pada umumnya baru bisa

dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes screening awal yang terbukti

untuk kanker ovarium. Tidak ada tanda-tanda awal yang pasti. Beberapa

wanita mengalami ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak

(Digiulio, 2014).
B. Etiologi

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Faktor

resiko terjadinya kanker ovarium menurut Manuaba (2013) sebagai berikut

1. Faktor Lingkungan : Insiden terjadinya ovarium umumnya terjadi di

negara industri.

2. Faktor Reproduksi :

a. Meningkatnya siklus ovulatory berhubungan dengan tingginya

resiko menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya

perbaikan epitel ovarium

b. Induksi ovulasi dengan menggunakan clomiphene sitrat

meningkatkan resiko dua sampai tiga kali

c. Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat

mengurangi resiko terjadinya kanker

d. Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50% jika

dikomsumsi selaa 5 tahun atau lebih

e. Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI

3. Faktor Genetic : 5-10% adalah kanker herediter. Angka resiko terbesar 5%

pada penderitaan satu saudara dan meningkat menjadi 7% bila memiliki

dua saudara yang menderitakanker ovarium.


C. Patofisiologi

Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun

multifaktoral. Resiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan

faktor lingkungan, reproduksi dan genetik. Faktor - faktor lingkungan

yang berkaitan dengan kanker ovarium bermetastasis dengan invasi

lansung struktur yang berdekatan dengan abdomen dan pelvis. Sel-sel ini

mengikuti sirkulasi alami cairan perinetoneal sehingga implantasi dan

pertumbuhan. Keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan

intraperitoneal. Limfasik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan

jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjer pada pelvis dan

kavum abdominal pada akhirnya akan terkena.

Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan

limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik. Gejala tidak pasti akan

muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis sering

berkemih dan disuria dan perubahan gastrointestinal, seperti rasa penuh

mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi pada beberapa

perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat

hiperplasia endometrium bila tiumor menghasilkan estrogen, beberapa

tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilasi. Gejala-gejala

keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat

perdarahan dalam tumor, ruptur atau torsi ovarium.


D. Klasifikasi

Menurut Price & Wilson (2012), kanker ovarium belum ada

keseragamannya, namun belum ada perbedaan sifat yang begitu berarti.

Kanker ovarium dibagi dalam 3 kelompok besar sesuai dengan jaringan

asal tumor yaitu sebagai berikut :

1. Tumor-tumor Epiteliel

Tumor-tumor epiteliel menyebabkan 60% dari semua neoplasma

ovarium yang diklarifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan

ganas, dan ganas. Keganasan epitel yang paling sering adalah

adenomakarsinoma serosa.

2. Tumor Stroma Gonad

Tumor ovarium stroma berasal dari jaringan penyokong ovarium

yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini

jarang ditemukan

3. Tumor-tumor Germinal

Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum,

umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi

ganas, bentuk keganasan sel germinal adalah teratoma, disgermioma

dan tumor sinus endodermal.

Sedangkan menurut Prawiroharjo (2014), klasifikasi stadium

menurut FIGO (Federation International de Gynecologis Obstertircs)

sebagai berikut :
1. Stadium I : Tumor terbatas pada ovarium

a. Ia : tumor terbatas pada suatu ovarium, kapsul utuh, tidak ada

tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan

asites atau pada bilasan peritoneum.

b. Ib : tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh, tidak terdapat

tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan

asites atau bilasan peritoneum

c. Ic : tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan satu dari

tanda-tanda sebagai berikut : kapsul pecah, tumor pada permukaan

luar kapsul, sel kanker positif pada cairan asites atau bilasan

peritoneum

2. Stadium II :Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan perluasan

ke pelvis

a. II a : perluasan dan implan ke uterus atau tuba falopi tidak ada sel

kanker di cairan asites atau bilasan peritoneum

b. II b : perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel kanker di

cairan asites atau bilasan peritoneum

c. IIc : tumor pada stadium IIa/IIb dengan sel kanker positif pada

cairan asites atau bilasan peritoneum

3. Stadium III : Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan

metastasis ke peritoneum yang dipastikan secara mikroskopik di luar

pelvis atau metastasis ke kelenjer getah bening regional

a. III a : metastasis peritoneum mikroskopik di luar pelvis


b. IIIb : mestastasis peritoneum makroskopik di luar pelvis dengan

diameter terbesar 2 cm atau kurang

c. IIIc : metastasis peritoneum di luar pelvis dengan diameter terbesar

lebih dari 2 cm atau mestastasis kelenjer getah bening regional

4. Stadium IV : Metastasis jauh di luar rongga peritoneum. Bila terdapat

efusi pleura, maka cairan pleura mengandung sel kanker positif.

Termasuk metastasis pada parenkim hati

E. Tanda dan Gejala

Menurut Prawirohardjo (2014) tanda dan gejala pada kanker

ovarium seperti, perut membesar/merasa adanya tekanan, dyspareunia,

berat badan meningkat karena adanya massa/asites, peningkatan lingkar

abdomen, urgensi kemih, dyspepsia, perdarahan abnormal, flatulens.

Peningkatan ukura pinggang, nyeri tungkai, nyeri anggul. Pendapat lain


menyatakan bahwa kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu

yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.

1. Stadium awal

a. Gangguan haid

b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)

c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)

d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)

e. Nyeri saat bersenggama (penekanan/peradangan daerah panggul)

f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan

pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan

pertumbuhan rambut)

2. Stadium lanjut

a. Asites

b. Penyebran ke omentum

c. Perut membuncit

d. Kembung dan mual

e. Gangguan nafsu makan

f. Gangguan BAB dan BAK

g. Sesak nafas

h. Dyspepsia
F. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

a. Pembedahan : Operasi yang dilakukan adalah mengangkat

ovarium, baik salah satu maupun kedua ovarium, tergantung

kondisi pasien. Selain hanya mengangkat rahim (histerektomi) dan

jaringan sekitarnya, jika kanker sudah menyebar. Tindakan

pembedahan dapat di lakukan pengobatan seefektif radiasi, akan

tetapi mempunyai keunggulan dapat meninggalkan ovarium pada

pasien usia pramenopause.kanker ovarium dengan diameter lebih

dari 4cm menurut beberapa peneliti lebih baik diobati dengan

kemoradiasi daripada operasi.

b. Radioterapi : terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium,

terutama mulai stadium Iib sampai IV atau bagi pasien pada

stadium yang lebih kecil tetapi bukan kandidat untuk pembedahan.

Radioterapi terapi dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker

dengan sinar berenergi tinggi. Radioterapi dapat dikombinasikan

dengan kemoterapi atau operasi. Radioterapi biasanya diberikan

pada pasien kanker ovarium stadium awal, seelah operasi. Selain

itu, radioterapi juga dapat diberikan kepada pasien kanker ovarium

stadium akhir, dengan tujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang

sudah menyebar ke jaringan tubuh lain.

c. Kemoterapi : Kemoterapi dilakukan dengan pemberian obat-obatan

untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi dapat dikombinasikan


dengan operasi dan radioterapi, serta bisa dilakukan sebelum atau

setelahnya. Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi atau

radioterapi bertujuan untuk mengecilan ukuran kanker. Sedangkan

kemoterapi yang diberikan setelah operasi atau radioterapi

bertujuan untuk membunuh sel kanker yang masih tersisa.

Beberapa jenis obat-obatan untuk kemoterapi adalah Carboplatin,

Paclitaxel, Etoposide dan Gemcitabine.

d. Terapi Pendukung : Pasien yang sedang menjalani pengobatan

kanker ovarium juga akan diberikan terapi pendukung seperti :

obat pereda nyeri atau antimual, untuk meredakan gejala kanker

ovarium dan mengurangi efek samping dan metode pengobatan

kanker. Terapi tersebut diberikan agar pasien lebih nyaman dalam

menjalani pengobatan.
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas

Nama : Ny. R

Usia : 63 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Suku :-

Alamat : Jl. Budi Utomo

RM : 01116793

B. Anamnesis

Keluhan Utama : Perut membengkak sejak 4 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat Alergi : Tidak ada

Riwayat Obsterti : - HPHT :

- Siklus :

- Lama :

- Kawin : 1 kali

- Lama :

- Kawin Pertama Kali :


Status Generalis : - Keadaan Umum : Baik

: - Kesadaran : compos mentis

: - Tanda Vital : -TD :

110/80mmHg

: -N : 80x/menit

: -RR : 20x/menit

:-S : 36 oC

Pemeriksaan Fisik Umum : - Mata : anemis (-/-),ikterus (-/-)

: - Jantung : S1S2 tunggal reguler,

: murmur (-), gallop (-)

: - Paru : vesikuler (+/+), rhonki (-/-),

: wheezing (-/-)

: - Ekstremitas : edema (-/-),

: akral teraba hangat (+/+)

Status Ginekologi : Abdomen : Inspeksi :

: Palpasi :

Diagnosa Kerja : Suspect Ca Ovarium

Diagnosa Banding : Kista Ovarium

Pemeriksaan Penunjang : - Hb :

: - RBC :
: - WBC :

: - PLT :

: - HCT :

: - HbSAg :

: - Urea :

: - Creatinine :

: - SGOPT :

: - SGPT :

Pemeriksaan Darah Lengkap : - Hb :

: - RBC :

: - WBC :

: - PLT :

: - HCT :

Diagnosis Pre Operasi : Suspect Ca Ovarium

Rencana Tindakan : - Pro lap VC s/d dekulsi

: - IC (+) tentang penyakit, rencana

tindakan Operasi pengangkatan

rahim

: - USG onkologi
BAB IV

PEMBAHASAN

Kanker ovarium merupakan keganasan ke-3 terbanyak pada saluran

genetalia wanita. Kanker ovarium sangat sukar terdiagnosa pada stadium awal,

sehingga sebagian besar kasus baru ditemukan pada stadium yang lebih lanjut.

Kanker ovarium jarang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun,

sebagian besar terjadi pada wanita umur 40-65 tahun, namun pada beberapa kasus

kanker ovarium juga dapat ditemukan pada umur relative muda yakni 20-30

tahun.

Pada laporan kasus berikut diajukan kasus seorang wanita 63 tahun dengan

diagnosis suspect ca ovarium. Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti ca

ovarium dan diduga merupakan penyakit multifactorial. Dari anamnesis

ditemukan beberapa keluhan yang dialami pasien yang mengarah ke keluhan ca

ovarium yaitu terdapat perut membesar sejak 4 bulan yang lalu.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status vital yang baik, yang berarti

hemodinamik pasien masih stabil. Teraba massa krotik unilokular 17x15x17 cm

dengan bagian padat 3,4 xdlcm.

Berdasarkan teori, faktor predisposisi pada pasien tersebut dapat dikaitkan

dengan teori-teori Incessant ovulation yang dikemukakan oleh Fatala (1972) yang

mengatakan bahwa mekanisme terjadinya kanker ovarium adalah akibat dari

ovulasi yang terus menerus serta adanya trauma berulang pada ovarium selama
proses ovulasi, mengakibatkan epitel ovarium mudah terpajan atau terpapar oleh

berbagai faktor resiko sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kelainan

abnormalitas genetik. Kerusakan sel epitel ovarium pada waktu terjadinya ovulasi

membutuhkan waktu untuk pemulihan, bila waktu istirahat berkurang maka

proses pemulihan ini akan terganggu sehingga dapat terjadi perubahan ke arah

keganasan.

Diagnosis pasti pada pasien tersebut masih belum dapat ditegakkan

sebelum dilakukan pemeriksaan peunjang seperti pemeriksaan patologi anatomi

yang mejadi standar baku dalam menegakkan diagnosis kanker. Penatalaksanaan

pasien ini dilakukan konsul anastesi dan penyakit dalam untuk mengevaluasi

keadaan pasien pre-operatif dan dilakukan laparotmi biopsi untuk mendapatkan

bahan pemeriksaan patologi anatomi.


DAFTAR PUSTAKA

Fachlevy, A. F, Abdullah, Z, Russeng, S.S. Faktor Resiko Kanker Ovarium di

Rsup Wahidin Sudirohusodo Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin . Makassar. 2011.

Rasiji, I. Epidemiologi Kanker pada wanita. 1 sted Sagung Seto. Jakarta. 2010.

Busman, B. Kanker Ovarium, dalam :Aziz, M.F., Andriono, Siafuddin, A.B,

editors. Buku Acuan Nasional Onkologidan Ginekologi. Jakarta : Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008.

Fauzan, R. Gambaran Faktor Pnggunaan Kontrasepsi terhadap Angka Kejadian

Kanker Ovarium di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta berdasarkan

pemeriksaan histopatologik tahun 2003-2007(tesis). Jakarta: Universitas

Indonesia. 2009.

Anwar, M. Ilmu Kandungan. 3 sted. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2011.

Anda mungkin juga menyukai