Anda di halaman 1dari 34

RESUSITASI

Dosen Pengajar :
Dini Anggraini Dhilon, M.Keb

Disusun Oleh :
Fuja Rezky Bintari
Nur Hazizah
Putri Ayuni
Ratu Sri Wahyuni
ASFIKSIA
NEONATORIUM

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi
baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir.
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi saat lahir yang
mengalami gangguan pertukaraan gas dan transport
oksigen, sehingga penderita kekurangan persediaan
oksigen dan kesulitan dalam mengeluarkan
karbondioksida.
 Patofisiologi / gangguan fungsi
Kurangnya oksigen sel, retensi karbon dioksida
berlebihan, dan asidosis metabolic. kombinasi ketiga

pristiwa tersebut menyebabkan kerusakan sel dan
lingkungan biokimia yang tidak cocok dengan
kehidupan.

Menurut perinasia dalam maryunani, patofisiologi


asfiksia neonatorum dapat di jelaskan dalam dua tahap
yaitu dengan mengetahui cara bayi memperoleh
oksigen sebelum dan sesudah bayi lahir.
 Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan sesudah
lahir
• Sebelum lahir

Paru janin tidak berfungsi sebagai sumber
oksigen/jalan untuk mengeluarkan karbondioksida.
Pembuluh artieriol yang ada dalam paru janin dalam
keadaannya konstruksi sehingga tekanan oksigen
parsial rendah. Hampir seluruh darah di alirkan dari
jantung kanan tidak dapat melalui paru-paru, karena
kontraksi pembuluh darah janin dan darah di alirkan
melalui pembuluh darah yang bertekanan rendah yaitu
duktud arteriosus kemudian masuk ke aorta.
• Setelah lahir
Bayi akan segera bergantung kepada paru-paru

sebagai sumber oksigen utama. Cairan yang mengisi
alveolus akan di serap kedalam jaringan paru dan
alveolus akan berisi udara. Pengisian alveolus oleh
udara akan memungkinkan oksigen mengalir
pembuluh darah di sekitar alveolus. Arteri dan vena
umbilikasi akan menutup sehingga menurunkan
tekanan pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan
tekanan darah sismatik. Akibat tekanan udara dan
peningkatan kadar Oksigen dan alveolus, pembuluh
darah paru mengalami relaksasi sehingga tekanan
terhadap aliran darah berkurang.
 Etiologi / sebab akibatnya
Ada beberapa faktor, yaitu :
• Faktor ibu

1. Preklamsi ( tekanan darah tinggi dan tanda-tanda
kerusakan organ, ex: kerusakan ginjal yang di tunjukkan
oleh tingginya kadar protein pada urine) dan eklamsia
( serangan kejang/koma pada wanita hamil).
2. pendarahan abnormal/pendarahan yang muncul pada
saat sedang tidak mens (plasenta previa atau solusio
plasenta)
3. partus lama atau partus macet
4. demam pada saat persalinan
5. infeksi berat (malaria,sifilis,TBC,HIV)
6. kehamilan postmatur/bayi terlambat lahir (setelah usia
kehamilan 42 minggu)
• Faktor tali pusat
Faktor yang dapat  menyebabkan penurunan
sirkulasi utero plasenter yang dapat mengakibatkan
menurunnya masukan oksigen ke bayi sehingga dapat
menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir seperti :
1. lilitan tali pusat
2. tali pusat pendek
3. simpul tali pusat
• Faktor bayi

Asfiksia dapat terjadi di dahului dengan tanda dan
gejala gawat janin. Hal ini dapat menyebabkan oleh
faktor berikut ini :
1. bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2. persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi
kembar, distosia bahu (bahu janin gagal lahir secara
spontan), ekstraksi vakum dan ekstrasi forsep)
3. kelainan kongenital (cacat bawaan) dan air ketuban
bercampur mekonium.
 Klasifikasi dan tanda gejala asfiksia pada bayi baru lahir
 Klasifikasi berdasarkan nilai APGAR


• Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan
perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala
yang muncul pada asfiksia berat adalah seperti frekuensi jantung
kecil, yaitu < 40 kali per menit, tidak ada usaha nafas, tonus otot
lemah bahkan tidak dapat memberikan reaksi jika di berikan
rangsangan, bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu,
terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah
persalinan.
• Asfiksia ringan/sedang(nilai APGAR 4-6)
Tanda dan gelaja yang muncul frekuensi jantung menurun
menjadi 60-80 kali per menit, usaha nafas lambat, tonus otot
(kontraksi otot) biasanya dalam keadaan baik, bayi masih biasa
bereaksi terhadap rangsangan oksigen yang bermakna selama
persalinan.
• Bayi normal/sedikit asfiksia (nilai APGAR 7-9)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul


adalah takipnea dengan nafas lebih dari 60 kali per menit, bayi
tampak sianosis (warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput
lendir kekurangan oksigen dalam darah), adanya retraksi iga,
bayi merintih (grunting), adanya pernafasan cuping hidung,
bayi kurang aktivitas dan yang terakhir dari pemeriksaan
auskultasi di peroleh hasil ronchi, rales dan wheezing positif.
• APGAR score
Apgar store merupakan suatu metode yang di gunakan
untuk mengkaji kesehatan neonatus dalam menit pertama
setelah lahir sampai 5 menit setelah lahir, serta dapat di ulang
pada menit ke 10-15. Nilai apgar merupakan standar evaluasi
neonatus dan dapat di jadikan sebagai dasar untuk evaluasi di
kemudian hari.
 Komplikasi Asfiksia
• Komplikasi jangka pendek

Meskipun bayi sudah mulai bernafas teratur
mungkin bayi bisa menangis. Bila bayi baru lahir tidak
segera bernafas selama 5-6 menit dapat mengakibatkan
hipoksia otak (keterlambatan menangis).
• Komplikasi jangka panjang
Pada jangka panjang kasus asfiksia bila apnu selama
30 menit dapat menyebabkan cidera otak dan bila
selama 2jam dapat menyebabkan kerusakan cranial.
Penurunan frekuensi jantung dan takaran darah bayi
tidak kunjung bernafas maka bayi akan mengalami
kematian.
 Cara menegakkan diagnosa asfiksia neonatorium
• Anamnesis

Anamnesis di lakukan untuk mencari faktor resiko
terhadap terjadinya asfiksia neonatorum
• Pemeriksaan fisik
Memperhatikan adanya kelihatan terhadap tanda-
tanda, antara lain: bayi tidak bernafas atau tidak
menangis, denyut jantung kurang dari 100x/menit,
tonus otot menurun, biasa di dapat cairan ketuban ibu
bercampur meconium atau sisa meconium pada tubuh
bayi BBLR (berat bayi lahir rendah).
RESUSITASI

Resusitasi adalah segala usaha untuk
mengembalikan fungsi sistem pernafasan, peredaran
darah dan otak yang terhenti atau terganggu
sedemikian rupa agar kembali normal seperti semula.

Keberhasilan resusitasi bayi baru lahir di dasarkan


dengan antisipasi control lingkungan, pengkajian,
stimulasi, ventilasi efektif dan yang jarang, kompresi
jantung, intubasi dan pemeriksaan obat.
 Prinsip Dasar Resusitasi
1. Memberikan 
lingkungan
mengusahakan saluran pernafasan
yang baik dan

2. Memberikan bantuan pernafasan secara efektif


3. Melakukan koreksi terhadap asidosis
4. Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik
 Persiapan Bayi Baru Lahir
• Persiapan keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga sebelum


kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayinya serta
persiapan persalinan. Cara penyampaian dengan keluarga harus
dengan kata-kata yang di jaga supaya tidak menimbulkan kepanikan,
tetapi juga jangan memberikan harapan kosong.
• Persiapan Tempat Resusitasi
Persiapan yang di lakukan meliputi ruang bersalin dan tempat
resusitasi
1. Gunakan ruang yang hangat dan terang
2. Tempat resusitasi hendaknya datar, keras, bersih, rata, kering dan
hangat (meja , dipan, lantai yang di beri alas)
3. Dekat pancaran panas (lampu 60 watt dengan jarak dari lampu
kebayi sekitar 60 cm)
4. Tidak berangin (jendela, pintu yang terbuka), dekat tabung oksigen
5. Jauh dari api
• Persiapan diri (penolong)
Pakailah alat pelindung diri untuk melindungi dari

kemungkinan infeksi dengan cara:
1. Memakai alat pelindung diri pada pada persalinan
(celemek plastik, masker, penutup kepala, kaca
mata dan sepatu penutup)
2. Lepaskan persiapan seperti cincin, jam tangan
sebelum cuci tangan
3. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau
dengan campuran alkohol
4. Keringkan dengan handuk
5. Gunakan sarung tangan sebelum menolong

 Perlengkapan dan peralatan resusitasi
• Perlengkapan pengisapan
1. Suction karet
2. Suction dan selang mekanis
3. Karet suction,sf atau 6F,8F,10F atau 12F
4. Selang pemberian makanan 8F dan spuit ml
5. Aspikator mekonium
• PERALATAN KANTONG DAN MASKER
1. Bag resusitasi neonatus dengan katup pelepasan tekanan atau
manometer tekanan. Bag tersebut mampu mengalirkan 90-100%
oksigen.


2. Ambu bag dengan ukuran bayi baru lahir, dan ukuran bayi
premature (masker dengan bantalan pada pinggirannya lebih disukai)
3. Oksigen dengan pengukuran aliran (kevepatan aliran sampai
10L/menit)

• PERALATAN INTUBASI
1. Laringoskopi dengan bilas lurus nomor 0 ( bayi kurang bulan ) dan
nomor 1 (bayi cukup bulan)
2. Bola lampu dan batrai tambahan untuk laringoskopi
3. Selang endotrakea, dengan diameter internal 2,5; 3,0; 3,5; 4,0 mn
4. Stylet (pilihan)
5. Gunting
6. Plaster atau alat fiksasi selang endotrakea
7. Detector karbon dioksida (pilihan)

• OBAT-OBATAN
1. Epineprine 1:10.000 (0,1 mg/ml) dalam ampul 3


atau 10 ml
2. Kristaloid isotonic (salin normal atau ringer laktat)
untuk mengekspanasi volume 100 atau 250 ml
3. Natrium bikarbonat 4,2 %, 10 ml di dalam ampul
4. Nalokson hidroklorida 0,4 mg /ml dalam ampul 1
ml atau 1,0 mg/ml dalam ampul 2 ml
5. Dektrosa 10%,250 ml
6. Salin normal untuk membilas
7. Selang pemberian makanan
 Prosedur pelaksanaan
• Langkah awal ( DILAKUKAN DALAM 30 DETIK)
o Jaga bayi tetap hangat

1. Letak kan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu
atau diatas perineum.
2. Selimuti bayi dengan kain tersebut
3. Pindahkan bayi keatas kain ketempat resusitasi

o Atur posisi bayi


1. Biar kan bayi terlentang dengan kepala diatas
penolong
2. Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi

o Isap lendir


Gunakan alat penghisap lendir delee stsu bols kater
1. Pertama isap lendir didalam mulut kemudian baru
isap lendir dihidung
2. Isap lendir sambil menarik keluar penghisap 9 buka
pada saaat memasukkan)
3. Bila menggunakan penhisap lendir delee, jangan
masukkan ujung penghisap terlalu dalam lebih dari
5cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm kedalam
hidung) karena dapat menyevavkan denyut jantung
bayi

o Keringkan dan rangsang taktil
1. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya dengan sedikit takanan. Rangsangan ini dapat

memulai pernafasan bayi atau bernafas lebih baik
2. Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara seperti :
Menepuk/menyentil telapak kaki, Menggosok punggung,
perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan

o Reposisi
Atur kembali posisi kepala dan selimut bayi
1. Ganti kain yang telah basah dengan kain yang bersih dan
keringkan yang baru ( disiapkan)
2. Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian
muka dan dada agar pamantauan pernafasan bayi dapat
diteruskan
o Ventilasi

Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi
untuk memasukkan sejumlah udara kedalam paru
dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka
aveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur.

 LANGKAH LANGKAH VENTILASI
• Pasang sungkup
1. Perhatikan perlekatan sungkup
2.

Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan
hidung bayi

• Ventilasi percobaan (2 kali)


1. Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air
2. Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka aveoli paru
agar bayi bisa mulai bernafas dan sekaligus menguji apakah
jalan nafas terbuka atau bebas
3. Amati gerakan dada bayi
4. Bila tidak menggembung periksa posisi kepala, pastikan
posisinya sudah benar. Periksa pemasangan sungkup dan
pastikan tidak terjadi kebocoran cairan atau lendir ( hisap
kembali)
5. Bila dada menggembung, lakukan ketahap berikut nya
• Ventilasi definitive ( 20 kali dalam 30 detik)
1. Lakukan tiupan dengan tekanan 20 cm air, sebanyak 20 kali
dalam 30 detik


2. Pastikan udara masuk ( dada menggembung) dalam 30 detik
tindakan

• Lakukan penilaian
1. Lakukan penilaian apakah bayi menangis atau bernafas spontan
dan teratur? Lihat apakah ada reaksi di dinding dada bawah.
Hitung frekuensi pernafasan, bila pernafasan >40 kali permenit
dan tidak ada reaksi berat, maka jangan ventilasi lagi, beri
oksigen aliran 5-10 l/menit, berikan asuhan bayi baru lahir,
pantau setiap 15 menit untuk pernafasan dan kehangatan dalam
2 jam pertama, jelaskan kepada keluarga bahwa kemungkinan
besar bayinya akan membaik, dan jangan tinggalkan bayi sendiri
2. Bila bayi tidak bernafas atau mengap- mengap lanjutkan ventilasi
Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas spontan
setelah 2 menit ventilasi. Minta keluarga membantu
persiapan rujukan. Teruskan resusitasi sementara persiapan


rujukan dilakukan. Asuhan pada bayi saat rujukan. Bila
bayi tidak bisa dirujuk: Lanjutkan ventilasi selama 20 menit,
Pertimbangkan untuk menghentikan tindakan resusitasi
jika setelah 20 menit upaya ventilasi tidak berhasil

• Menyiap kan rujukan bila bayi belum bernafas spontan


sesudah 2 menit resusitasi
1. Jelaskan pada ibu apa yang terjadi, apa yang anda
lakukan dan mengapa
2. Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
3. Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
4. Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam
medis, persalinan
• Melanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut


jantung bayi. Bila dipastikan denyut jantung bayi
tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak teraba,
lanjutkan ventilasi selama 10 menit, Hentikan
resusitasi. Jelaskan pada ibu dan berilah dukungan
padanya, serta lakukan pencatatan. Bayi yang
mengalami asistole ( tidak ada denyut jantung)
selama 10 menit, kemungkinan besar mengalami
kerusakan otak yang permanen
 RESUSITASI BERHASIL
Resusitasi berhasil itu jika bayi menangis dan
bernafas normal sesudah langkah awal atau sesudah
ventilasi

1. Ajari ibu dan keluarga untuk membantu bidan
menilai keadaan bayi
2. Jelaskan pada ibu mengenai pemantauan bayi baru
lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan
segera bila bayi bayi mengalami masalah
3. Pantau tanda tanda bahaya pada bayi , seperti
adanya tanda tanda tidak dapat menyusu, kejang,
mengantuk atau tidak sadar,nafas cepat( lebih dari
6- permenit), merintih, retraksi dinding dada
bawah, sianosis sentral.
 RESUSITASI TIDAK BERHASIL
Resusitasi tidak berhasil jika setelah 10 menit
sesudah resusitasi, bayi tetap tidak bernafas dan tidak

ada denyut jantung, Tindakan berikutnya adalah bidan
melakukan pencatatan dan pelaporan kasus. Ini lah
partograf secara lengkap yang mencangkup identitas
ibu, riwayat kehamilan, Jalannya persalinan, kondisi
ibu, kondisi janin dan kondisi bayi baru lahir. Denyut
jantung bayi penting sekali untuk di catat karena sering
kali asfiksia bermula dari keadaan gawat janin pada
saat persalinan.
Apabila di dapati gawat janin, tuliskan apa yang di
lakukan, saat ketuban pecah perlu di catat pada
patrograf.

Anda mungkin juga menyukai