“ SUSPECT. CA CERVIX”
DI SUSUN OLEH :
NIM : 2215901006
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker serviks merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi pada
wanita, penyebab utamanya adalah adanya infeksi virus, yaitu oleh Human Papilloma
Virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini terjadi pada transformasi c sel
epitel serviks, pada mulanya terjadi lesi pre kanker kemudian menjadi frank cancer
World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 menyatakan bahwa kanker
Dalam hal ini kanker menempati urutan nomor dua penyakit mematikan setelah penyakit
jantung dan pembuluh darah. Setiap tahunnya terdapat 12 juta penderita kanker serviks
glubacan yang merupakan salah satu proyek dari international Argency for
Research on Cancer (IARC) yang juga melaporkan pada tahun 2008, bahwa kanker
serviks menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Dengan kejadian rata-rata 15
per 100.000 wanita dan sebesar 7,8% per tahun meninggal dunia akibat kanker serviks
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 menunjukkan jumlah wanita
Indonesia yang berusia 30-50 tahun sejumlah 35.950.765 orang. Sampai dengan tahun
2012 dari 575.503 orang telah melakukan skrinning inspeksi visual asam asetat (IVA),
angka kejadian dan kematian yang semakin tinggi di Indonesia. Keterlambatan diagnosis
pada stadium lanjut dan keadaan umum yang lemah, serta lemahnya status sosial ekonomi
yang terjadi pada sebagian besar pengidap kanker serviks mempengaruhi prognosis dari
penderita kanker serviks. Tinggi rendahnya prognosis pada penderita kanker serviks juga
serviks yang sebenarnya dapat dideteksi secara dini sebagai tindakan preventive bagi
wanita yang telah aktif dalam aktivitas seksual seperti menggunakan Pap Smear dan IVA
Faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks adalah aktifitas
seksual pada usia dini <16 tahun, memiliki banyak partner sexual, penderita HIV ataupun
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher rahim,
pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang.
Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel leher rahim normal
menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel leher
rahim yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor. Tumor yang terjadi dapat
bersifat jinak ataupun ganas yang akan mengarah ke kanker dan dapat menyebar
(Darmawati, 2015).
B. Klasifikasi
Stadium kanker adalah cara bagi paramedis untuk merangkum seberapa jauh
kanker telah menyebar. Salah satu cara yang digunakan pada umumnya untuk
diabaikan).
2. Stadium II: Karsinoma menyebar ke luar serviks, tetapi belum meluas hingga
tidak berfungsi dan/atau melibatkan limfa pelvis dan/atau kelenjar getah bening
paraaorta.
4. Stadium IV: Karsinoma telah meluas melampaui panggul atau telah meluas
hingga (terbukti dengan biopsi) mukosa kandung kemih atau dubur. Edema
1) HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus penyebab kutil genetalia (kondiloma
berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. Sekitar 90-99% jenis kanker
serviks disebabkan oleh HPV. Virus ini bisa ditransfer melalui hubungan seksual
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada leher rahim.
3) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini. Semakin muda seorang
perempuan melakukan hubungan seks, maka semakin besar risiko untuk terkena
hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih
besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun, selain itu sperma
yang mengandung komplemen histone dapat bereaksi dengan DNA sel leher
rahim. Sperma yang bersifat alkalis dapat menimbulkan hiperplasia dan neoplasia
kelamin. Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang
rasional atas fenomena ini adalah karena kontrasepsi oral menginduksi eversi
asam folat darah sehingga terjadi perubahan megaloblastik sel epitel leher rahim
6) Suami yang tidak disirkumsisi. Telah diketahui bahwa frekuensi kanker serviks
pada wanita Yahudi jauh lebih rendah dibandingkan dengan wanita kulit putih
Kanker serviks pada stadium awal tidak menimbulkan gejala. Gejala akan
muncul saat sel kanker serviks sudah menginvasi jaringan di sekitarnya. Berikut
f. Periode menstruasi yang lebih lama atau lebih berat dari biasanya
h. Keputihan yang tidak normal. Ciri-cirinya yaitu keputihan dengan lender kental,
E. Patofisiologi
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS)
berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma
mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks,
jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau
vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal
zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen
pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta
kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Brunner & Sudart,
2010)
junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel
ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel
kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor
usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri
eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam
kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium
uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan displasia
dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks,
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang
rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat
proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan
SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam
nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga
menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan
G. Komplikasi
2017):
luka
epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang
karsinomanya
terhadap obat
I. Penatalaksanaan
2017):
2. Radioterapi
terapi ini :
tender.
3. Kemoterapi
lelah.
tekstur.
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. H
Agama : Islam
Suku : Batak
RM : 01117233
B. Anamnesis
selama 6 bulan
- Siklus : 28 hari
- Lama : 7 hari
- Kawin : 1 kali
- Lama :
112/80mmHg
: -N : 80x/menit
: -RR : 20x/menit
:-S : 36 oC
: wheezing (-/-)
: - Raiologi : Ada
: - PLT : 468
: - HCT : 33,6%
:- Rawat
BAB IV
PEMBAHASAN
dimana terjadi pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol pada leher rahim yang
dapat menyebabkan gangguan terhadap bentuk maupun fungsi dari jaringan leher
rahim yang normal. Pada kasus keganasan secara obyektif masih beum bisa
diketahui secara pasti akibat belum akuratnya data-data penunjang untuk dapat
diketahui dari hasil Pap Smear bukan merupakan tanda pasti dari kanker serviks
sehingga penegakkan diagnosa harus ditunjang dengan hasil biopsi. Kondisi ini
dipersulit oleh karena derajat kanker pasien masih tahap dini sehingga secara
Jika dilihat dari etiloginya terjadinya kanker serviks, pada kasus ini tidak
tidak mampu dijadikannya pedoman faktor yang terlibat dalam terjadinya kanker
pada pasien.
Dari pengkajian yang telah dilakukan akhirnya dilakukan pemeriksaan
penunjang pada pasien yaitu rencana biopsi pada tanggal 20-01-2023, pasien di
DAFTAR PUSTAKA