Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

“ SUSPECT. CA CERVIX”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : FUJA REZKY BINTARI

NIM : 2215901006

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN
TUANKU TAMBUSAI
RIAU
TA.2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker serviks merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi pada

wanita, penyebab utamanya adalah adanya infeksi virus, yaitu oleh Human Papilloma

Virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini terjadi pada transformasi c sel

epitel serviks, pada mulanya terjadi lesi pre kanker kemudian menjadi frank cancer

(Hyacinth et al. 2012).

World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 menyatakan bahwa kanker

merupakan penyakit tidak menular yang mengakibatkan kematian terbanyak di dunia.

Dalam hal ini kanker menempati urutan nomor dua penyakit mematikan setelah penyakit

jantung dan pembuluh darah. Setiap tahunnya terdapat 12 juta penderita kanker serviks

dan 7,6 juta jiwa diantaranya meninggal dunia (Depkes, 2012).

glubacan yang merupakan salah satu proyek dari international Argency for

Research on Cancer (IARC) yang juga melaporkan pada tahun 2008, bahwa kanker

serviks menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Dengan kejadian rata-rata 15

per 100.000 wanita dan sebesar 7,8% per tahun meninggal dunia akibat kanker serviks

pada seluruh wanita di dunia (Glubocan, 2012).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 menunjukkan jumlah wanita

Indonesia yang berusia 30-50 tahun sejumlah 35.950.765 orang. Sampai dengan tahun

2012 dari 575.503 orang telah melakukan skrinning inspeksi visual asam asetat (IVA),

terdapat 25.805 orang dengan hasil IVA positif (Depkes, 2012).


Kanker serviks hingga saat ini merupakan masalah kesehatan yang terjadi dengan

angka kejadian dan kematian yang semakin tinggi di Indonesia. Keterlambatan diagnosis

pada stadium lanjut dan keadaan umum yang lemah, serta lemahnya status sosial ekonomi

yang terjadi pada sebagian besar pengidap kanker serviks mempengaruhi prognosis dari

penderita kanker serviks. Tinggi rendahnya prognosis pada penderita kanker serviks juga

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan mengenai kanker

serviks yang sebenarnya dapat dideteksi secara dini sebagai tindakan preventive bagi

wanita yang telah aktif dalam aktivitas seksual seperti menggunakan Pap Smear dan IVA

(Rasjidi dan Sulistiyanto, 2008; Rositch et al, 2012).

Faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks adalah aktifitas

seksual pada usia dini <16 tahun, memiliki banyak partner sexual, penderita HIV ataupun

seseorang yang selain terinfeksi HPV juga mengalami penekanan kekebalan

(Immunosuppression) dan wanita perokok aktif (Prawirohardjo,2011).


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Defenisi

Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher rahim,

sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana

mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan

pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang.

Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel leher rahim normal

menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel leher

rahim yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor. Tumor yang terjadi dapat

bersifat jinak ataupun ganas yang akan mengarah ke kanker dan dapat menyebar

(Darmawati, 2015).

B. Klasifikasi
Stadium kanker adalah cara bagi paramedis untuk merangkum seberapa jauh

kanker telah menyebar. Salah satu cara yang digunakan pada umumnya untuk

memetakan stadium kanker serviks yaitu:

1. Stadium I: Karsinoma terbatas pada serviks uteri (ekstensi ke korpus harus

diabaikan).

2. Stadium II: Karsinoma menyebar ke luar serviks, tetapi belum meluas hingga

sepertiga bagian bawah dari vagina atau dinding panggul.

3. Stadium III: Karsinoma melibatkan sepertiga bagian bawah vagina dan/atau

meluas ke dinding panggul dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau ginjal yang

tidak berfungsi dan/atau melibatkan limfa pelvis dan/atau kelenjar getah bening

paraaorta.

4. Stadium IV: Karsinoma telah meluas melampaui panggul atau telah meluas

hingga (terbukti dengan biopsi) mukosa kandung kemih atau dubur. Edema

bulosa, tidak memungkinkan kasus untuk dialokasikan ke stadium IV.


C. Etiologi

Penyebab Kanker serviks tidak diketahui secara pasti. Menurut (Darmawati,

2015) beberapa faktor predisposisi kanker serviks antara lain yaitu:

1) HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus penyebab kutil genetalia (kondiloma

akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat

berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. Sekitar 90-99% jenis kanker

serviks disebabkan oleh HPV. Virus ini bisa ditransfer melalui hubungan seksual

dan bisa hadir dalam berbagai variasi.

2) Tembakau dalam rokok bisa menurunkan system kekebalan tubuh dan

mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada leher rahim.
3) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini. Semakin muda seorang

perempuan melakukan hubungan seks, maka semakin besar risiko untuk terkena

kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan

hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih

besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun, selain itu sperma

yang mengandung komplemen histone dapat bereaksi dengan DNA sel leher

rahim. Sperma yang bersifat alkalis dapat menimbulkan hiperplasia dan neoplasia

sel leher rahim.

4) Perilaku seksual berganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit

kelamin. Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang

mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih.

5) Pemakaian pil KB. Penggunaan kontrasepsi oral dilaporkan meningkatkan

insiden NIS (Neoplasia Intraepitelial Kanker serviks) meskipun tidak langsung.

Diduga mempercepat perkembangan progresivitas lesi. Pemakaian pil KB lebih

dari 6 tahun meningkatkan risiko terjadinya Kanker serviks. Penjelasan yang

rasional atas fenomena ini adalah karena kontrasepsi oral menginduksi eversi

epitel kolumnar sehingga meningkatkan atipia pada wanita, menurunkan kadar

asam folat darah sehingga terjadi perubahan megaloblastik sel epitel leher rahim

dan dapat meningkatkan efek ekspresi onkoprotein virus.

6) Suami yang tidak disirkumsisi. Telah diketahui bahwa frekuensi kanker serviks

pada wanita Yahudi jauh lebih rendah dibandingkan dengan wanita kulit putih

lainnya. Mereka menyangka bahwa persetubuhan dengan laki-laki yang tidak

disirkumsisi lebih banyak menyebabkan Kanker serviks karena hygiene penis

tidak terawat, di mana terdapat kumpulan-kumpulan smegma.


D. Manifestasi Klinis

Kanker serviks pada stadium awal tidak menimbulkan gejala. Gejala akan

muncul saat sel kanker serviks sudah menginvasi jaringan di sekitarnya. Berikut

beberapa gejala yang mungkin muncul (Tim Cancer Helps, 2010):

a. Perdarahan vagina yang bersifat abnormal

b. Perdarahan yang biasanya terjadi

c. Perdarahan setelah bersenggama

d. Perdarahan setelah menopause

e. Perdarahan dan bercak darah antara periode menstruasi

f. Periode menstruasi yang lebih lama atau lebih berat dari biasanya

g. Perdarahan setelah douching atau setelah pemeriksaan panggul merupakan

gejala umum kanker serviks, tetapi bukan prekanker.

h. Keputihan yang tidak normal. Ciri-cirinya yaitu keputihan dengan lender kental,

bewarna kuning atau kecoklatan. Berbau busuk dan gatal.

i. Rasa sakit saat bersenggama

E. Patofisiologi

Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang

tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS)

berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu

menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun.

Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya

perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat

muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma

mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan

hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk


preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses

keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang

eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks,

jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau

vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal

zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen

pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta

kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Brunner & Sudart,

2010)

Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar

junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan

endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel

ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel

kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor

usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri

eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam

kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium

uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan displasia

dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di

ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks,

epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari

cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel

skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang

rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat
proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan

SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel

kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi.

Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor

penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam

nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga

menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat

berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut

displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan

karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat

displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.


F. Pathway

G. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi selama tindakan operasi bedah

kanker serviks (Cervical Center , 2017):

a. Kerusakan pembuluh darah utama akibat tindakan operasi yang

menyebabkan perdarahan masif. Kondisi ini bisa mengancam

keselamatan jiwa pasien.

b. Kerusakan pada kandung kemih, rektum, ureter (saluran dari ginjal

ke kandung kemih), dan saraf. Pasien mungkin harus menjalani

tindakan operasi lagi bila diperlukan.

Potensi efek samping yang merugikan pasca operasi (Cervical Center ,

2017):

a. Sulit untuk buang air kecil

b. Edema (retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada

daerah yang terkena dampaknya) pada tungkai bagian bawah, mati

rasa ringan di bagian paha

c. Getah bening terakumulasi di dalam rongga panggul sehingga

menyebabkan limfosel (massa kistik berukuran besar yang berisi

cairan limfatik) dan infeksi

d. Perdarahan atau hematosel (pengumpulan darah) di vagina, infeksi

luka

e. Tidak bisa hamil


H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Novelia, 2017) pemeriksaan diagnostic untuk menentukan

kanker serviks sebagai berikut :

a. Schillentest :Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen

karena tidakmengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka

epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang

terkena karsinomatidak berwarna.

b. Koloskopi :Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat

serviks denganlampu dan dibesarkan 10-40 kali.

Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan

sehinggamudah untuk melakukan biopsy.

Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja

yaituporsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan

intraservikal tidak terlihat.

c. Kolpomikroskopi : Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan

pembesaran sampai 200kali

d. Biopsi : Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis

karsinomanya

e. Konisasi :Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput

lendir serviksdan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan

bila hasilsitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-

kelainan yang jelas.


f. Pemeriksaan lainnya.

a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit,

LED,golongan darah, masa peredaran dan masa pembekuan)

b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.

c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.

d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi

terhadap obat

I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis yang dachvjpat di lakukan adalah (Novelia,

2017):

1. Pembedahan atau operasi

Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan

kanker serviks stadium I dan II.

a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy) : Mengambil

leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getahbening di

panggul.Pilihan ini dilakukan untuk perempuandengan tumor

kecil yang ingin mencoba untuk hamil dikemudian hari.

b. Histerektomi total : Mengangakat leher rahim dan rahim.

c. Histerektomi radikal :Mengangkat leher rahim, beberapa

jaringan di sekitar leherrahim, rahim, dan bagian dari vagina.

d. Saluran telur dan ovarium :Mengangkat kedua saluran tuba

dan ovarium. Pembedahan inidisebut salpingo-ooforektomi.


e. Kelenjar getah bening :Mengambil kelenjar getah bening

dekat tumor untuk melihatapakah mengandung leher rahim.

Jika sel kanker telah histerektomy total dan radikal mencapai

kelenjar getah bening,itu berarti penyakit ini mungkin telah

menyebar ke bagian laindari tubuh.

2. Radioterapi

Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk

menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang masih di

daerahtersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang

bagianbagianselain kenker serviks mungkin perlu diterapi

radiasi dan kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar

berenergi tinggiuntuk membunuh sel-sel kanker.Terapi ini

mempengaruhi sel-seldi daerah yang diobati. Ada dua jenis

terapi ini :

a. Terapi radiasi eksternal : Sebuah mesin besar akan

mengarahkan radiasi pada panggulatau jaringan lain di mana

kanker telah menyebar. Pengobatanbiasanya di berikan di

rumah sakit.Penderita mungkinmenerima radiasi eksternal 5

hari seminggu selama beberapaminggu.Setiap pengobatan

hanya memakan waktu beberapamenit.

b. Terapi radiasi internal : Sebuah tabung tipis yang

ditempatkan di dalam vagina.Suatuzat radioaktif di

masukkan ke dalam tabung tersebut.Penderitamungkin harus


tinggal di rumah sakit sementara sumberradioaktif masih

berada di tempatnya (sampai 3 hari).

Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi

diberikan dan tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perutdan

panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah

eliminasi.Penderita mungkin kehilangan rambut di daerahgenital.Selain

itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadimerah, kering, dan

tender.

3. Kemoterapi

Diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran

kanker yang akan di operasi atau sesudah operasi

untukmembersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang dikombinasikan

denganterapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini

biasanyadiberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus.Jadwal

pemberianada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan

sekali sebulan.Efek samping yang terjadi terutama tergantung

pada jenis obatobatan yang diberikan dan seberapa

banyak.kemoterapi membunuhsel-sel kanker yang tumbuh cepat,

terapi juga dapatmembahayakan sel-sel normal yang membelah

dengan cepat, yaitu:

a. Sel darah : Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah

merah yang sehat,penderita akan lebih mudah terkena infeksi,


mudah memar atauberdarah, dan merasa sangat lemah dan

lelah.

b. Sel-sel pada akar rambut : Kemoterapi dapat menyebabkan

rambut rontok. Rambutpenderita yang hilang akan tumbuh

lagi, tetapi kemungkinan mengalami perubahan warna dan

tekstur.

c. Sel yang melapisi saluran pencernaan : Kemoterapi

menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah,diare, atau

infeksi pada mulut dan bibir.

Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati

rasa di tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan,

nyeri sendi, atau kaki bengkak.


BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas

Nama : Ny. H

Tgl Lahir, Usia : 11-02-1979, 43 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Suku : Batak

Alamat : Suka Maju, RT.0191010 Tambusai Rohul

RM : 01117233

Tanggal Pengkajian : 19-01-2023

B. Anamnesis

Keluhan Utama : Pasien rujukan dari eka hospital

Riwayat Penyakit Sekarang : - Nyeri pinggang

: - kelur darah dari jalan lahir kurang lebih

selama 6 bulan

Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada

Riwayat Alergi : Tidak ada


Riwayat Obsterti : - HPHT :

- Siklus : 28 hari

- Lama : 7 hari

- Kawin : 1 kali

- Lama :

- Kawin Pertama Kali :

Status Generalis : - Keadaan Umum : Baik

: - Kesadaran : compos mentis

: - Tanda Vital : -TD :

112/80mmHg

: -N : 80x/menit

: -RR : 20x/menit

:-S : 36 oC

Pemeriksaan Fisik Umum : - Mata : anemis (-/-),ikterus (-/-)

: - Jantung : S1S2 tunggal reguler,

: murmur (-), gallop (-)

: - Paru : vesikuler (+/+), rhonki (-/-),

: wheezing (-/-)

: - Ekstremitas : edema (-/-),

: akral teraba hangat (+/+)


Status Ginekologi : Abdomen : Inspeksi : perut ada benjolan

: Palpasi : benjolan keras

Diagnosa Kerja : Susp. Ca. Cervix

Pemeriksaan Penunjang : - Hb : Ada

: - Raiologi : Ada

Pemeriksaan Darah Lengkap : - Hb : 10,7 g/dl

: - WBC : 14,02 mcl

: - PLT : 468

: - HCT : 33,6%

Diagnosis Pre Operasi : Suspect Ca Cervix

Rencana Tindakan : - Biopsi tgl 20-01-2023

:- Rawat
BAB IV

PEMBAHASAN

Secara umum kanker serviks diartikan sebagai suatu kondisi patologis,

dimana terjadi pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol pada leher rahim yang

dapat menyebabkan gangguan terhadap bentuk maupun fungsi dari jaringan leher

rahim yang normal. Pada kasus keganasan secara obyektif masih beum bisa

diketahui secara pasti akibat belum akuratnya data-data penunjang untuk dapat

ditegakkannya suatu diagnosa kanker serviks. Adanya tana-tanda keganasan yang

diketahui dari hasil Pap Smear bukan merupakan tanda pasti dari kanker serviks

sehingga penegakkan diagnosa harus ditunjang dengan hasil biopsi. Kondisi ini

dipersulit oleh karena derajat kanker pasien masih tahap dini sehingga secara

makroskopik penegakkan diagnosanya masih belum akurat.

Jika dilihat dari etiloginya terjadinya kanker serviks, pada kasus ini tidak

ditemukan kecurigaan keterlibatan salah satu faktor secara dominan, seperti

prilaku sexsual pasien maupun pasangan, faktor karsionegik dari lingkungan

maupun penyakit yang bisa menjadi predisposisi timbulnya kanker serviks.

Penelusuran terhadap keturunan sebagai upaya penemuan faktor genetika, juga

tidak mampu dijadikannya pedoman faktor yang terlibat dalam terjadinya kanker

pada pasien.
Dari pengkajian yang telah dilakukan akhirnya dilakukan pemeriksaan

penunjang pada pasien yaitu rencana biopsi pada tanggal 20-01-2023, pasien di

rawat di ruang Tulip, gunanya untuk mengetahui penegakkan diagnosa yang

akurat pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Setyawan. 2018. Scribd Kanker Serviks

Ari Aldopi. 2019. Scribd Kanker Serviks

Anastasia. 2019. Scribd Kanker Seriks

Anda mungkin juga menyukai