Serviks
LAPORAN PENDAHULUAN KANKER SERVIKS
A. Latar Belakang
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
leher rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun. 90%
dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10%
sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona
transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat
penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah
bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan
setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan
umumnya terjadi di negara berkembang. Penyakit ini berawal dari infeksi virus
yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks (Geovani, 2011).
Kanker leher rahim (Ca Cervix) merupakan penyakit kanker kedua terbanyak
yang dialami oleh wanita di seluruh dunia. Menurut International Agency for
Research on Cancer (IARC), 85% dari kasus kanker di dunia, yang berjumlah
sekitar 493.000 dengan 273.000 kematian, terjadi di Negara-negara berkembang,
dan Indonesia merupakan mempunyai jumlah pengidap kanker serviks kedua
terbesar setelah Cina.
Di seluruh dunia, di perkirakan terjadi sekitar 500.000 kanker serviks baru dan
250.000 kematian setiap tahunnya yang kurang lebih 80% terjadi di negara sedang
berkembang. Di Indonesia, insidens kanker serviks di perkirakan kurang lebih
40.000 kasus pertahun dan masih merupakan kanker wanita yang tersering. Dari
jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara - negara berkembang. Hal itu terjadi
karena pasien datang dalam stadium lanjut. Menurut data Departemen Kesehatan
RI, penyakit kanker leher rahim saat ini menempati urutan pertama daftar kanker
yang di derita kaum wanita. Saat ini di Indonesia ada sekitar 100 kasus per 100
ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Kanker serviks yang sudah
masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu
relatif cepat. Selain itu, lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit di
temukan dalam keadaan stadium lanjut. Selama kurun waktu 5 tahun, usia
penderita antara 30 - 60 tahun, terbanyak antara 45 - 50 tahun. Periode laten dari
fase prainvasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9%
dari wanita berusia <35 tahun menunjukkan kanker serviks yang invasif pada saat
di diagnosis, sedangkan 53% dari kanker insitu terdapat pada wanita di bawah
usia 35 tahun.
B. Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks adalah karsinoma pada leher rahim dan menempati urutan pertama
di dunia. (Sjamjuhidayat, 2005). Kanker serviks adalah keganasan nomor tiga
paling sering dari alat kandungan dan menempati urutan ke delapan dari
keganasan pada perempuan di Amerika (Yatim, 2005)
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 2011)
Kanker serviks adalah keadaan di mana sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh
lapisan epitel serviks uteri.(Price dan Wilson, 1995)
1. Perilaku seksual
3. Merokok
4. Nutrisi
Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi dengan
jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai literatur yang ada,
seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak anak) termasuk
golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker leher rahim. Dengan
seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan berdampak pada seringnya
terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka
tersebut akan memudahkan timbulnya Human Papilloma Virus (HPV)
sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker leher rahim.
Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah
genital, virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks
atau leher rahim Anda. Cara penularan lain adalah di closet pada WC
umum yang sudah terkontaminasi virus ini. Seorang penderita kanker ini
mungkin menggunakan closet, virus HPV yang terdapat pada penderita
berpindah ke closet.(Sarwono.2006)
D. Patofisiologi
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar junction
(SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks
kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks
yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau
kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia,
aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri
eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam
kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar
ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan
displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ
terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks,
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel
skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang
rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas.
Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ
asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru
dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah
transformasi.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam
nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah
sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut
dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang
disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat
dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif.
Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
(Sjamsuhidajat,1997)
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala stadium awal Ca Serviks jarang terdeteksi. Pada tahap lanjut,
tanda dan gejalanya lebih jelas terlihat, diantaranya adalah:
1. Perdarahan spontan
2. Hematuria
3. Nyeri pada pinggang bagian bawah
4. Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita
5. Amenorhea
6. Lemah
7. Hipermenorhea (Mardjikoen, 1999)
F. Komplikasi
1. Fistula uretra
2. Disfungsi kandung kemih
3. Anemia trombositopenis
4. Mual,muntah, anoreksia
5. Infeksi pelvis
6. Sistitis dan kulit kering
7. Fistula rektovaginal. (Mardjikoen, 1999)
G. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan
o Pembedahan
o Kemoterapi
2. Pencegahan
o Screening
Screening untuk memeriksa perubahan-perubahan leher rahim
sebelum adanya gejala-gejala adalah sangat penting. Screening
dapat membantu dokter mencari sel-sel abnormal sebelum kanker
berkembang. Mencari dan merawat sel-sel abnormal dapat
mencegah kebanyakan kanker serviks. Screening juga dapat
membantu mendeteksi kanker secara dini, sehingga perawatan
akan menjadi lebih efektif. Beberapa hal lain yang dapat dilakukan
dalam usaha pencegahan terjadinya kanker serviks antara lain :
Vaksin HPV
Penggunaan kondom
Tidak merokok
H. Penatalaksanaan Keperawatan
I. Manajemen Diet
Gangguan gizi yang dapat timbul pada pasien penyakit kanker disebabkan
kurangnya asupan makanan, tindakan medk, efek psikologik, dan pengaruh
keganasan sel kanker. Gejala kanker dalam keadaan berat dinamakan cachexia
yang manifestasinya secara klinis adalah anoreksia, penurunan berat badan,
gangguan refleks, lemah, anemia, kurang energi protein, dan keadaan deplesi
secara keseluruhan (Almatsier, 2004).
Menurut Almatsier (2004) beberapa faktor penyebab gangguan gizi yang dapat
timbul pada penyakit kanker adalah sebagai berikut :
1. Kurang nafsu makan yang disebabkan oleh faktor psikologik dan lost
response terhadap kanker berupa cepat kenyang atau perubahan pada indra
pengecap (lidah).
2. Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena: gangguan pada
saluran cerna, dapat berupa kesulitan mengunyah, menelan, dan
penyumbatan, gangguan absorpsi zat gizi, kehilangan cairan dan elektrolit
karena muntah - muntah dan diare.
3. Perubahan metabolism protein, karbohidrat, dan lemak.
4. Peningkatan pengeluaran energi.
Tujuan Diet : untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan
cara (Almatsier, 2004) :
ASUHAN KEPERAWATAN
KANKER SERVIKS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Demografi
o Umur
Terjadi pada usia 45-50 tahun tetapi dapat juga terjadi pada usia 18
tahun.
o Lingkungan
2. Riwayat Kesehatan
o Riwayat Kesehatan Keluarga
Anoreksia, BB menurun.
4. Pengkajian Fisik
o Rambut
o Conjungtiva
Anemis
o Wajah.
Pucat
o Abdomen
Distensi abdomen
o Vagina
o Serviks
Ada nodul
5. Pemeriksaan Penunjang
o Laboratorium
o Patologi Anatomi
o Pemeriksaan Diagnostik
B. Diagnosa Keperawatan
C. Rencana Keperawatan