Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai
fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respons yang ada harus bersifat kondusif
dengan pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkret dalam pelaksanaannya.
Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama
dalam pengembangan. Hal ini bekaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global
bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional
dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.
Rumah sakit merupakan pusat layanan kesehatan yang terdiri dari berbagai profesi
yang membentuk suatu kesatuan dan saling berpengaruh satu sama lain. Rumah sakit
dalam menjalankan fungsinya perlu penataan atau manajemen untuk memberikan
pelayanan yang terbaik. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (UU RI No.44 tahun 2009). Pelayan
Rumah Sakit akan memerlukan pengolahan oraganisasi/ manajemen yang dapat
mengatur semua pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan untuk masyarakat.
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan/usaha untuk mencapai tujuan
organisasi melalui kerja sama dengan orang lain (Harsey dan Blanchard, 2010).
Manajemen tersebut mencakup kegiatan planning, organizing, actuating, controlling
(POAC) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi
(Nursalam, 2011).
Dalam pemberian asuhan keperawatan ada beberapa metode yang digunakan dalam
mengidentifikasi delapan model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang
umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan
keperawatan primer. Dari beberapa metode yang ada, institusi pelayanan perlu
mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan. Tetapi, setiap unit
keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model untuk mengelola asuhan
keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan
kebijakan rumah sakit (Nursalam, 2014).

1
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktik stase manajemen keperawatan mahasiswa

mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dengan menggunakan

model praktik keperawatan profesional (MPKP), secara bertanggung jawab dan

menunjukkan sikap kepemimpinan yang professional serta langkah-langkah

manajemen keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengidentifikasi masalah manajemen keperawatan di ruang Sanur dan

Ubud RS Sumber Kasih

b. Mampu melaksanakan pengkajian di Ruang rawat inap Sanur dan Ubud RS

Sumber kasih

c. Mampu mengimplementasikan standar manajemen keperawatan di ruang Sanur

dan Ubud RS Sumber kasih

d. Mampu mengevaluasi hasil dari implementasi yang dilakukan di ruang Sanur dan

Ubud RS Sumber kasih

3. Waktu

Praktik Aplikasi manajemen keperawatan ini dilaksanakan di RS Sumber Kasih

Cirebon yang berlangsung selama 2 minggu dari tanggal 15 Januari sampai dengan 29

Januari 2018. Pengkajian data dilaksanakan tanggal 15 sampai dengan 17 Januari

2018.

4. Cara Pengumpulan Data

a. Observasi

Mengobservasi proses pelayanan asuhan keperawatan yang dilakukan,

keadaan inventaris ruangan, pelaksanaan tugas kepala ruang, hubungan staf

2
keperawatan dengan tim kesehatan lain, discharge planing, pelaksanaan universal

precaution, pasien safety, pelaksanaan tindakan sesuai SOP dan komunikasi

terapeutik.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan pada kepala ruang, pasien, keluarga pasien.

c. Studi dokumentasi

Mengumpulkan data mengenai dokumentasi keperawatan, struktur organisasi,

inventaris ruangan.

d. Angket

Kuisioner untuk menilai kepuasan pasien , kinerja perawat dan kepuasan perawat.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Manajemen Keperawatan

A. Pengertian

Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan/usaha untuk mencapai tujuan

organisasi melaui kerja sama dengan orang lain (Hersey dan Blanchard, 2009)

Manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan

orang lain (G.R Terry, 2010).

Menejemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan

dimana orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok dapat mencapai tujuan

yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin (H. Koontz, 2011).

Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang tiap-tiap komponen

saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh lima elemen, yaitu input,

(informasi, personel, peralatan dan fasilitas), proses, output (hasil atau kualitas

pemberian asuhan keperawatan), control (upaya meningkatkan kualitas hasil), dan

mekanisme umpan balik (menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan) (Kuntoro, 2010).

B. Fungsi-fungsi Manajemen

1. Perencanaan

Fungsi peremcanaan adalah fungsi manajemen terpenting dalam manajemen, oleh

karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi

perencaannya merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan.

Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin manajemen lainnya akan dapat

dilaksanakan dengan baik. Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang

secara utuh terhadap semua pekerjaan yang akan dijelaskan, siapa yang akan

4
melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap

proses pencapaian tujuan secara efisien dan efektif (kuntoro, 2010)

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan

mencapai objektif, penugasan suatu kelompok, manajer dengan autoritas pengawasan

setiap kelompok, dan menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat

dengan unit lainnya, baik secara vertikal maupun horisontal, yang bertanggung jawab

untuk mencapai objektif organisasi (Swanburg, 2015).

3. Penggerakan

Menurut Suarli & Bahtiar tahun 2010 penggerakkan adalah melakukan kegiatan

untuk mempengaruhi orang lain agar mau dan suka bekerja dalam rangka

menyelesaikan tugas, demi tercapainya tujuan bersama. Dalam hal ini, diusahakan

agar orang yang diperintah dari atasan, tetapi tergerak hatinya untuk menyelesaikan

tugasnya dengan kesadaran sendiri. Ada tiga tipe penggerakkan yang dapat dijadikan

bahan acuan, yaitu kepemimpinan, motivasi kerja, serta KISS (koordinasi, integrasi,

sinkronisasi, dan simplifikasi) dan komunikasi.

4. Pengendalian dan pengawasan

Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan

atau pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijakan, tujuan, dan

sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya. Tujuan dari pengawasan ialah untuk

mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, dan ketidaksesuaian yang

dapat mengakibatkan tujuan atau sasaran organisasi tidak tercapai dengan baik,

karena pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan tidak efisien dan tidak efektif (Suarli &

Bahtiar, 2010).

5. Proses Manajemen Keperawatan

5
Menurut Nursalam (2013) proses manajemen keperawatan meliputi:

a. Pengkajian-pengumpulan data

Pada tahap ini seorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi

tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit atau

puskesmas). Tenaga keperawatan, administrasi dan bagian keuangan yang akan

mempengaruhi fungsi operasional keperawatan secara keseluruhan. Manjaer

perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses manajemen dalam

mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain.

b. Perencanaan

Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai tujuan organisasi

yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksud untuk menentukan kebutuhan

dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,

mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga

keperawatan yang dibutuhkan.

c. Pelaksanaan

Manajemen keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap

implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer memimpin

orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan.

d. Evaluasi

Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah

dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu

melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah ditetapkan serta

mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam

pelaksanaan.

6
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi dilapangan berada sejajar dengan

proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan

untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen,

sebagaimana juga proses keperawatan, terdiri atas kegiatan pengumpulan data,

identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan

penilaian hasil.

e. Lingkup Manajemen Keperawatan

Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif

seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.

7
BAB III

KAJIAN SITUASIONAL MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN

A. Manajemen Keperawatan
1. Kajian Data
Visi dan misi RS Sumber Kasih
1. Visi
Kami, bersama dengan pasien dan keluarga mencintai dan melindungi kehidupan
melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang lebih baik yang mengutamakan
kebaikan kesehatan pasien kami dengan sentuhan KASIH.
2. Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan perorangan kepada masyarakat dengan
menjadikan rumah sakit sumber kasih pilihan utama keluarga.
b. Meningkatkan kemampuan melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang
lebih baik.
c. Meningkatkan citra sebagai rumah sakit berpenampilan prima serta menjadi
tujuan pengobatan bagi masyarakat dan
d. Mengembangkan diri secara terus menerus sehingga menjadi rumah sakit yang
mandiri dan berprestasi.
B. Visi dan misi Ruangan (Ruang Sanur Ubud)
1. Visi
Menjadikan pelayanan keperawatan pilihan utamakeluarga.
2. Misi
a. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai standar.
b. Memberikan pelayanan keperawatan dengan fokus pada pelayanan kesehatan
keluarga.
c. Memberikan pelayanan keperawatan dengan berpedoman pada: ilmu dan kiat
perawat, etika profesi dan nilai kasih.
C. Tujuan Ruangan (Ruang Sanur Ubud)
“Anak adalah sahabat perawat”

8
D. Struktur Organisasi Sanur Ubud

KEPALA RUANGAN
DEWI LESTARI, AMD.KEP

KATIM 1 KATIM II
HERLIANA FHALIYANG,S.KEP MAESAROH,S.KEP

PA PA

PA PA

PASIEN 8-13 PASIEN 8-13

E. Gambaran Umum Ruang Sanur Ubud


Sanur Ubud merupakan salah satu rawat inap yang berada di wilayah RS Sumber
Kasih yang berdekatan dengan jimbaran. Sanur Ubud merupakan rawat inap VIP 1,
VIP 2, kelas I, kelas II, dan Kelas III khusus untuk anak- anak, baik minimal care,
partical care, maupun total care. Sanur Ubud RS Sumber Kasih Kota Cirebon
mempunyai kapasitas 34 tempat tidur dan mempunyai ruangan, yaitu VVIP
mempunyai 1 tempat tidur, VIP 1 mempunyai 4 tempat tidur, VIP 2 mempunyai 10
tempat tidur, kelas I mempunyai 3 tempat tidur, kelas II mempunyai 8 tempat tidur,
kelas III mempunyai 8 tempat tidur. Sanur Ubud RS Sumber Kasih Kota Cirebon
dipimpin oleh seorang kepala ruangan yang dibantu oleh 2 orang perawat koordinator
serta perawat pelaksana 15 orang.

9
UBUD 6 UBUD 7

UBUD 5 R.TUNGGU

GUDANG UBUD 8
UBUD 3 GUDANG
JANITOR

TOILET MEJA

RUANG KAMAR PASIEN

UBUD 2 NURSE PAVILIUN KAMAR KELUARGA

STATION KASIH

UBUD 1

LIFT
SANUR 5
SANUR 6

SANUR 3
SANUR 7

SANUR 2 SANUR 8

R.UNTILIT
SANUR 1 Y
R.TINDAKAN
SANUR 9 SANUR 10 SANUR 11 SANUR 12
PLAY LAND

SANUR 17
NURSE STATION

SANUR 16 SANUR 15 SANUR 14


JANITOR TOILET TOILET
10
F. Unsur Input
1. Row Input
Berdasarkan teori perhitungan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan
sebuah rumah sakit tergantung pada tingkat ketergantungan klien,
kemampuan perawat, rata-rata pasien perhari, jumlah jam efektif dan waktu
untuk perawatan.
a. Pasien
Pasien yang dirawat di ruang Sanur Ubud adalah pasien dengan berbagai
macam jenis penyakit. Rata-rata jumlah pasien pada tanggal 15 – 17
Januari 2018 sebanyak orang dengan rincian sebagai berikut:
Tabel. 3 Pasien Di Ruang Sanur Ubud
No Tanggal Waktu Shift Jumlah Pasien Pasien
Pasien Baru Pulang

1. 15 07.30 – Pagi 19 Pasien - -


Januari 15.00 WIB
2018 15.00 – Siang 19 Pasien - 2
22.00 WIB Pasien

22.00 – Malam 17 Pasien 2 1


08.00 WIB Pasien Pasien

2. 16 07.30 – Pagi 21 Pasien - -


Januari 15.00 WIB
2018 15.00 – Siang 22 Pasien 3 4
22.00 WIB Pasien Pasien

22.00 – Malam 25 Pasien 4 -


08.00 WIB Pasien
3. 17 07.30 – Pagi 24 Pasien 1 8
Januari 15.00 WIB Pasien Pasien

11
2018 15.00 – Siang 28 Pasien 5 -
22.00 WIB Pasien
22.00 – Malam 28 Pasien - -
08.00 WIB

2. Pengumpulan Data

Pada tahap ini seorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan


informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah
sakit atau puskesmas). Tenaga keperawatan, administrasi dan bagian
keuangan yang akan mempengaruhi fungsi operasional keperawatan secara
keseluruhan. Manjaer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan
proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain.

a) Man/Tenaga

1) Kajian Teori
Analisis ketenagaan perawat mencakup jumlah tenaga
keperawatan dan non keperawatan, keunggulan dari Ruang Sanur
Ubud (Ruang Anak) salah satunya adalah memiliki SOP dan SAK
yang menjadi acuan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
(Rosyidi, 2013).
2) Kajian Data
a) Kuantitas
No Pendidikan Jumlah
1. D3 Keperawatan 14
2. S1 Keperawatan 3
3. S1 Profesi Ners 1
Total 18

Perhitungan Tenaga Keperawatan

12
b) Kualitas Pelayanan
No Pendidikan ∑ %
1. D3 Keperawatan 14 78 %
2. S1 Keperawatan 3 17 %
3. S1 Profesi Ners 1 5%
Total 18 100 %
c) Jenis Pelatihan Yang Pernah Diikuti Perawat Di Ruang
Sanur Ubud
Tabel.6 tenaga perawat dan pelatihan yang diikuti
No Nama Pendidikan Pelatihan
1. Dewi Lestari, D3
Amd.Kep
2. Herliani S1 1. BTCLS
Fhaliyang, 2. APAR
S.Kep
3. Alian Aliani, D3 map tdk ada d ruangan
Amd.Kep
4. Iik Fatkhiyah D3 1. EkG & kegawatdaruratan
Amd.Kep 2. BTCLS
3. Assessment
5. Fuji Ayu, D3 1. BTCLS
Amd.Kep 2. BHD
3. APAR
6. Ria D3 1. BTCLS
Rahmawati,
Amd.Kep
7. Lilis Lisdiana, D3 1. BTCLS
Amd.Kep
8. Suci D3 1. BHD
Handayani, 2. APAR

13
Amd.Kep 3. BTCLS
9. Ovi Yanuarti, D3 map tdk ada d ruangan
Amd.Kep
10. Maesaroh, S1 1. BTCLS
S.Kep 2. BHD
3. APAR
11. Ayu Maeliyah, D3 1. BHD
Amd.Kep 2. APAR
3. BTCLS
12. Solikhah, S1 map tdk ada d ruangan
S.Kep
13. Dewi Gita, D3 map tdk ada d ruangan
Amd.Kep
14. Ifa D3 1. BTCLS
Lathlifatunnisa, 2. OBESITAS KESEHATAN &
Amd.Kep EXERCISE
3. ASSESMENT
15. Ade Fitri D3 1. BTCLS
Tania,
Amd.Kep
16. Puput Novian, S1 map tdk ada d ruangan
S.Kep., Ners
17. Kiki D3 map tdk ada d ruangan
Gumaesyoh,
Amd.Kep
18. Kania Rohmah, D3 map tdk ada d ruangan
Amd.Kep

14
b) Material
1) Kajian Data
a) Data Tempat Tidur Pasien
- Gambaran umum jumlah tempat tidur di Ruang Sanur
Ubud
i) VIP 1 : 4 bed (1 bed dalam satu kamar).
ii) VIP 2 : 10 bed (1 bed dalam satu kamar).
iii) Kelas I : 3 bed (1 bed dalam satu kamar, dan 2
bed dalam satu kamar).
iv) Kelas II : 8 bed (2 bed dalam satu kamar).
v) Kelas III : 8 bed (4 bed dalam satu kamar).
b) Peralatan dan Fasilitas
- Peralatan
Peralatan di ruang Sanur Ubud
Tabel.4 Peralatan di kamar pasien ruang Sanur Ubud
No Nama Barang Jumlah Kondisi

1. Bed 35 Baik

2. Kursi Penunggu 34 Baik

3. TV 23 Baik

4. AC 35 Baik

5. Lemari 38 Baik

6. Meja 24 Baik

7. Kulkas 14 Baik

8. Jam 15 Baik

9. Kursi Sofa 15 Baik

10. Handscrab 14 Baik

11. Telepon 17 Baik

12. Tabel Penkes 22 Baik

15
13. Denah Jalur 22 Baik
Evakuasi
14. Brangkar 14 Baik
Uang,Dompet
15. Bantal 38 Baik

16. Guling 21 Baik

17. Pispot 20 Baik

18. Kaca 19 Baik

19. Westafel 20 Baik

20. Standar Infus 43 Baik

21. Oksigen Regulator 15 Baik

22. Tempat Sampah 21 Baik

23. Oksigen Gas 7 Baik

Total 527

Tabel.5 Peralatan alat kesehatan ruang Sanur Ubud


No Nama Barang Jumlah Kondisi

1. Standar Infus 6 Baik

2. Watafel 1 Baik

3. Handscrab 4 Baik

4. Hand Wash 3 Baik

5. Tisu 2 Baik

6. Oksigen Tabung 1 Baik

7. Sampah Infeksis 3 Baik

8. Sampah Non 3 Baik


Infeksius

9. Gunting Perban 2 Baik

16
10. Plester 3 Baik

11. Telepon 2 Baik

12. Intrumen Besar 2 Baik

13. Bengkok 3 Baik

14. Ac 2 Baik

15. Safety Box 4 Baik

16. Senter 2 Baik

17. Instrumen Kecil 3 Baik

18. Steteskop 5 Baik

19. Kipas Angin 1 Baik

20. Spignometer 4 Baik

21. Termometer 6 Baik

22. Torniquet 1 Baik

23. Apar (Pemadam 3 Baik


Kebakaran)

24. Handscrab 7 Baik

25. Infus Pump 3 Baik

26. Suction 1 Baik

27. Tb Bayi 1 Baik

28. Tb Dewasa 1 Baik

29. Linen 25 Baik

Total 104

- Fasilitas untuk petugas kesehatan


i) Ruang kepala ruangan menyatu dengan nurse station.
ii) Kamar mandi dan WC ada di luar deket Ubud 3.
iii) Nurse station bagian tengah Ruangan.

17
iv) Gudang di sebelah timur.
v) Ruang TU dibagian tengan ruangan di nurse station
ubud.
- Fasilitas untuk pasien meliputi :
a. Kelas VIP
Kamar mandi dan WC didalam ruangan, sofa, AC, Bed
satu, bantal guling 1, TV, lemari, kursi kayu
b. Kelas 1
Kamar mandi dan WC di dalam ruangan, kursi kayu, AC,
Bed dua, TV, lemari
c. Kelas 2
Kamar mandi dan WC di luar ruangan, kursi plastik, AC,
bed dua, TV, lemari
d. Kelas 3
Kamar mandi dan WC di luar ruangan, kursi plastik, AC,
bed dua, TV, lemari
c) Administrasi Penunjang
- Buku perencanaan pasien pulang.
- Buku Timbang terima.
- Format Timbang Terima/observasi
- SOP.
- SAK.
- Buku Makanan Pasien.
Berdasarkan data dari pengkajian di atas, sebagian besar
perlatan di Ruang Sanur Ubud sudah memenuhi standar jumlah yang
ditetapkan
c) Method/Metode
1) Kajian Teori
a) Penerapan Pemberian Model Asuhan Keperawatan (MAKP)
Model perawatan Primary Nursing merupakan salah satu
model praktik keperawatan profesional dimana perawat

18
bertanggung jawab penuh terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien mulai dari klien masuk sampai keluar
rumah sakit. Model ini mendorong kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan keperawatan dan
pelaksanaan asuhan keperawatan selama klien dirawat. Model ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara
klien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan koordinasi asuhan kepearwatan selama klien di
rawat. Konsep dasar dan model ini adalah tanggung jawab dan
tanggung gugat. (Rosyidi, 2013).
b) Sentralisasi Obat
Teknik pengelolaan sentralisasi obat adalah pengelolaan obat
dimana seluruh obat yang diberikan kepada pasien baik obat oral
maupun obat injeksi pengeluaran dan pembagian obat
sepenuhnya dilakukan oleh perawat. Penanggung jawab
pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional
dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk. Keluarga wajib
mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat (Rosyidi,
2013).
Penerimaan Obat
1. Obat yang telah diresepkan ditunjukan kepada perawat
kemudian diserahkan ke pegawai farmasi dengan menerima
lembar CPO
2. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disempan oleh
perawat dalam kotak obat
Pembagian Obat
1. Obat yang telah diterima disimpan kemudian diberikan
kepada perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum
dalam buku daftar pemberian obat dengan terphy yang di
instrusikan oleh dokter dan CPO yang ada pada pasien.

19
2. Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan 7 benar
(benar nama, obat, dosis, benar cara pemberian, waktu ,
indikasi, dokumentasi). Usahkan obat yang telah diberikan
disimpan kembali ketempatnya.
3. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa oleh petugas
yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku obat.
Penambahan Obat Baru
1. Bila mana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis,
atau jadwal pemberian obat, maka informasi akan dimasukan
dalam CPO.
2. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu)
maka dokumentasi dilakukan pada buku CPO selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga klien.
c) Supervisi Keperawatan
Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian
sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan
tugas dalam rangka mencapai tujuan (Nursalam, 2007 dalam
Rosyidi, 2013). Pada proses pelaksanaannya terdapat langkah-
langkah supervisi, yaitu:
- Tahap I
Di nurse station (Pra-supervisi): supervisor (Kepala
Ruangan) memberitahu PP (perawat Primer) bahwa akan
dilakukan supervisi rosedur tindakan injeksi obat intravena
melalui selang. Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan
menilai pengetahuan, kinerja, sikap perawat dalam
melaksanakan pemberian obat intra vena melalui selang
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan.
- Tahap II
Di ruang perawat (Pra-Supervisi): PP bersama Pa (perawat
asosiate) menyiapkan peralatan. Setelah siap PP
mengkonfirmasi kepada kepala ruangan.

20
- Tahap III
Di bed pasien (supervisi) : PP bersama Pa melakukan
prosedur tindakan injeksi obat intra vena melalui selang. Karu
menilai kinerja perawat berdasarkan instrumen yang telah
disiapkan, menilai kognitif, afektif dan psikomotor saat
melakukan tindakan di depan pasien. Bila memungkinkan
dilakukan follow up saat itu juga. Seperti cara mencuci tangan,
komunikasi yang terlewatkan atau pemasangan perlak.
Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan
validasi data.
- Tahap IV
Di ruang Karu (pos-supervisi): Supervisor (Karu)
mengklarifikasi permasalahan yang ada “Fair” (karu
menyampaikan kepada PP tentang hal-hal yang belum sesuai
dengan standar prosedur tindakan ). “feedback” (Karu
mengadakan klarifikasi dan validasi data sekunder kepada PP).
“Follow UP” (Karu bersama PP merencanakan tindakan
tersebut secara bersama ntuk melakukan perbaikan).
d) Timbang Terima
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai
dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama
peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui
komunikasi yang efektif antara perawat maupun dengan tim
kesehatan lain. Salah satu salah satu bentuk komunikasi yang
harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian sift
(timbang terima pasien) (Rosyidi, 2013).
Timbang terima (operan) merupakan teknik/cara
menyampaikan laporan yang berhubungan dengan keadaan
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang

21
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan atau belum dan perkembangan pasien saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer kepada
perawat primer pada sift berikutnya secara tertulis dan lisan
(Rosyidi, 2013). Timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiata yang
harus dilakukan sebelum pergantian sift. Selain laporan antar sift,
dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan
dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
(Nursalam 2007 dalam Rosyidi, 2013).
Teknik pengelolaan timbang terima dimulai dari perawat dari
kedua sift dan Karu siap berkumpul di Nurse station, karu
mengecek kesiapan timbang teriam tiap PP dan PA, persiapan
membawa : status pasien, buku timbang terima, work sheet,
nursing kit, Karu membuka acara timbang terima. Hal-hal yang
perlu disampaikan PP pada saat timbang terima: identitas klien
dan jumla pasien, jumlah pasien baru, jumlah pasien lama,
jumlah pasien pulang, diagnosa medis, masalah keperawatan,
data yang mendukung, tindakan keperawatan yang sudah/belum
dilaksanakan, rencana umum yang perlu dilakukana :
pemeriksaan penunjang, konsul, proseur tindakan tertentu.
Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi dan validasi tentang hal-hal yang telah ditimbang
terimakan, lama timbang terima setiap pasien kurang lebih 5
menit, kecuali kondisi khusus yang memerlukan keterangan lebih
rinci, klarifikasi hasil validasi data, lporan timbang terima ditanda
tangani oleh kedua PP dan Karu (kalau pagi saja), reward karu

22
terhadap perawat yang akan dan selesai bertugas dan penutupan
dilakukan oleh karu (Rosyidi, 2013).
Setiap timbang terima dihadiri oleh perawat yang bertugas
dan juga kepala ruangan kecuali untuk shift malem tanpa kepala
ruangan. Pelaksanaan timbang terima mencakup penyampaian
tentang kondisi pasien, terapi medis yang sudah dilakukan sesuai
instruksi dokter serta acara pasien pada hari itu. Pelaksanaan
timbang terima dilakukan secara lisan dan tertulis dengan
menggunakan format timbang terima dan buku timbang terima
dan dilanjutkan keliling ke semua pasien (Rosyidi, 2013).
e) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh
perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada Kasus tertentu harus
dilakukan oleh Perawat Primer dan konselor, Kepala Ruangan,
Perawat Associate yang perlu juga melibatkan seluruh PA
kesehatan (Nursalam, 2002 dalam Rosyidi, 2013).
f) Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah semua catatan otentik yang dapat
dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
Dokumentasi keperawatan adalah keterangan tertulis dari seluruh
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien, baik pasien
yang mengalami rawat inap ataupun rawat jalan (Rosyidi, 2013).
Dokumentasi keperawatan merupakan hal yang sangat
penting dalam pelaksanaan model asuhan keperawatan
profesional, karena mempunyai fungsi lain sebagai alat
komunikasi, aspek hukum, jaminan mutu pendidikan/peneliti, dan
akreditasi. Kelompok memilih mendokumentasikan bentuk
model PIE dengan alasan pendokumentasian model ini aplikatif

23
dan efektif karena sudah tampak adanya masalah keperawatan
(Rosyidi, 2013).
Secara garis besar model pendokumentasian terdiri dari
format pengkajian, format problem, intervensi dan evaluasi dalam
satu lembar. Setiap pasien dilakukan pengkajian oleh perawat
primer kemudian dilakukan analisis dan ditegakkan diagnosa
pengkajian keperawatan. Selanjutnya intervensi keperawatan
ditulis disesuaikan dengan format SAK yang ada. Format cetakan
keperawatan diisi oleh perawat assosiat, sedangkan hasil
observasi, vital sign, pemberian obat ditulis dilembar observasi
oleh perawat assosiat (Rosyidi, 2013).
g) Discharge Planning
Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan
proses terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang ditujukkan
untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan.
Discharge planning keperawatan merupakan kompenen yang
terkait dengan rentang keperawatan atau disebut dengan
keperawatan berkelanjutan, dimana perawat yang dibutuhkan
oleh pasien harus diberikan dimanapun pasien berada. Kegagalan
untuk memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulang
akan berisiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup dan
disfungsi fisik. Dlam perencanaan pulang diperlukan komunikasi
yang baik dan terarah sehingga apa yang disampaikan dapat
dimengerti dan berguna untuk proses keperawatan di rumah
(Rosyidi, 2013).
2) Kajian Data
a) Penerapan Pemberian Model Asuhan Keperawatan (MAKP)
Dari pengkajian yang kami dapatkan pada tanggal 15 – 17
januari 2018 bahwa model keperawatan profesional yang
dilakukan di ruang sanur ubud saat ini adalah model tim dan pada
pelaksanaannya berjalan dengan optimal dengan presentase 83%.

24
b) Sentralisasi Obat
Dari hasil obervasi, wawancara dengan karu, dan pengkajian
yang kami dapatkan pada tanggal 15 – 17 januari 2018
sentralisasi obat di ruang sanur ubud sudah dilakukan sebagian
untuk seluruh pasien, yakni obat-obatan oral sedangkan obat yang
injeksi belum ada ruangan tersendiri dengan alasan ketentuan dari
pihak rumah sakit yang seperti itu. Alur sentralisasi obat adalah
obat diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan oleh keluarga
untuk mengambil resep ke apotek. Setelah itu, resep obat
diserahkan ke perawat dengan tanda bukti lembaran kertas resep
obat dari dokter dan farmasi. Selain itu tersedia format tanda
terima obat setiap kali dilakukan pemberian obat secara oral
maupun injeksi. Sentralisasi obat di ruang sanur ubud dengan
baik.
c) Supervisi Keperawatan
Dari hasil obervasi, wawancara dengan karu, dan pengkajian
yang kami dapatkan pada tanggal 15 – 17 januari 2018 supervisi
sudah mempunyai format yang baku dalam penatalaksanaan
supervisi, dan adanya dokumentasi supervisi yang jelas dengan
baik. Akan tetapi supervisi yang dilakukan di ruang sanur ubud
tidak terjadwal dan alat instrumen untuk supervisi tidak tersedia
dengan lengkap.
d) Timbang Terima
Dari hasil observasi, wawancara dengan karu, dan pengkajian
yang kami dapatkan dilakukan dengan fokus pada masalah medis
dan masalah keperawatan dengan cukup.
e) Ronde Keperawatan
Dari hasil obervasi, wawancara dengan karu, dan pengkajian
yang kami dapatkan pada tanggal 15 – 17 januari 2018 perawat
ruang sanur ubud melakukan ronde keperawatan dengan baik.

25
Tetapi perawat belum mengenalkan identitas diri ke pasien hanya
memperkenalkan perawat yang bagian shift pada saat dines.
f) Dokumentasi Keperawatan
Dari hasil observasi, wawancara dengan karu, dan pengkajian
yang kami dapatkan pada tanggal 15 – 17 januari 2018 pengisian
dokumentasi belum optimal dengan presentase 72% ada
sebagian lembar pengkajian yang belum di isi terutama
pengkajian pemfis dan diagnosa keperawatan masih
mengggunakan diagnosa lama belum teruptodate. Namun ada
beberapa yang sudah terisi semua antara lain mencamtumkan
nama pasien, no register dilembar program dokter, resume
tindakan keperawatan pasien pulang sudah terisi, lembar
informed consent, dan pengkajian penerimaan pasien baru
optimal dilaksanakan.
g) Discharge Planning
Dari pengkajian yang kami dapatkan pada tanggal 15 – 17
januari 2018 discharge planning di Ruang Sanur Ubud 59%
perawat telah menerapkan Discharge Planing sesuai SOP dan
41% perawat belum menerapkan discharge planing sesuai SOP.
Penilaian hasil ini, berpedoman pada buku Nursalam, 2014 nilai
0-66% termasuk dalam kategori Rendah. Sehingga discharge
planning di Ruang Sanur Ubud belum optimal, oleh karena itu,
perlu ditingkatkan kembali tentang prosedur discharge planning.

d) Money/Pendanaan
1) Kajian Data
Pembiayaan dana renovasi, sumber dana operasional ruangan, alat
kesehatan, fasilitas kesehatan bagi pasien, fasilitas bahan habis pakai
bagi pasien, dan fasilitas kesehatan bagi petugas kesehatan, dan dana
dana kesejahteraan pegawai berasal dari rumah sakit. Insentif yang
diberikan dari rumah sakit yaitu jasa pelayanan yang diberikan sama

26
untuk semua ruangan sedangkan jasa medik diberikan berdasarkan
pendidikan, masa kerja, dan risiko pekerjaan. Sedangkan pembiayaan
pasien sebagian besar dari askes maskin sedangkan yang lain dari
askes PNS, askes swasta, jamsostek/astek, PKS (Perjanjian kerja
sama) dan biaya sendiri. Biaya perawatan yang berlaku saat ini sesuai
kelas perawatan.
e) Marketing/Pemasaran
1) Kajian Data
a) Jumlah Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 15 –
17 januri 2018 didapatkan:
Tabel. 6 Jumlah Pasien
BOR

15 Januari 2018 16 Januari 2018 17 Januari 2018

61,7 % 76% 88%

b) Alur Pasien Masuk

Mulai

UGD, Poli, OK, VK, Rujukan

- Serah Terima Pasien

Ranap I Dan Ranap II

Orientasi Ruangan
Pemeriksaan fisik
Konsul kepada DPJP
Pemeriksaan penunjang
Permintaan diet pasien ke bagian gizi
Pemberian terapi medik

27
Melakukan asuhan keperawatan

ICU,OK,VK

- Pasien dalam
- keadaan tertentu

Meninggal Rujuk BLPL

ADM

- Konfirmasi dengan petugas ADM


- untuk perincian pulang
- Pembayaran ke kasir

SECURITY

-Pemotongan gelang identitas

di security sebelum pasien keluar RS

PULANG

SELESAI

c) Produk
Ruang sanur ubud sebagai ruang perawatan yang
diperuntukkan bagi anak-anak untuk pasien VVIP, VIP1, VIP2,

28
Kelas I, Kelas II, Kelas III. Ruangan ini juga ada pelayanan untuk
SPA bagi anak, maupun anggota keluarga lain yang ingin di
relaksasi.

29
BAB IV
ANALISIS PENGKAJIAN

A. Analisa Fish Bone


(Terlampir)

B. Prioritas Masalah

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas

1. Pemasangan Infus 2 3 3 3 3 162 V

2. Cuci tangan 4 5 3 3 3 540 III

3. Dokumentasi 4 3 4 3 3 432 IV
Keperawatan

4. Discharge Planing 4 5 4 4 3 960 I

5. Pemberian obat IV 4 5 3 4 3 720 II

Keterangan :

1) Magnitude (Mg) yaitu kecenderungan besar dan seringnya kejadian


masalah.

2) Severity (Sv) yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan.

3) Manageability (Mn) yaitu kemungkinan masalah bisa dipecahkan.

4) Nursing Consert (Nc) yaitu melibatkan pertimbangan dan perhatian


perawat.

5) Affordability (Af) yaitu ketersediaan sumber daya.

30
C. Identifikasi Masalah
1. Discharge Planning sudah dilakukan tetapi belum optimal
2. SPO sudah dimanfaatkan namun belum optimal terutama SPO cuci tangan
dan SPO pemberian obat IV, dan SPO pemasangan infus.
3. Dokumentasi keperawatan belum optimal ada sebagian lembar pengkajian
yang belum di isi terutama pengkajian pemfis.
D. PLAN OF ACTION (POA)

N Masal Kegiat Tujuan Sasar Indikat Wa Meto Bi Penan


o ah an an or ktu de ay ggung
dan a Jawab
Tem
pat
1 Discha Berkola Dalam Peraw 30% Rua Disk Nurtus
. rge borasi waktu ± at di perawat ngan usi lia
Planni dengan 1 Ruang melihat San
Tany
ng Koordi minggu Sanur role ur
a
nator discharg Ubud play Ubu
jawa
Ruanga e d
30% b
n planning
perawat
dalam dapat Role
mampu
melaku terlaksan Play
melaks
kan a dengan
anakan
Role baik
dischar
Play
ge
Penyeg
plannin
aran
g
kembal
dengan
i
baik
tentang
dischar

31
ge
plannin
g
2 Pembe Sosialis Seluruh Peraw Melaku Rua Disk Dimas
. rian asi perawat at di kan ngan usi Pratam
Obat prinsip melakuk Ruang dengan San a
IV 7 benar an Sanur optimal ur
pember prinsip 7 Ubud dengan Ubu
ian benar present d
obat pemberia ase 100
n obat %
3 Cuci Mempr Seluruh Seluru Melaks Rua Sosia Bayu
. tangan aktik pegawai h anakan ngan lisasi Pratam
bersam keperaw pegaw dengan San a
a atan dan ai di optimal ur
mensos non Ruang sesuai Ubu
ialisasi keperaw Sanur dengan d
hand atan Ubud WHO
hygiene baik dan PPI
kepera yang
watan ada di
maupu rumah
n non sakit
kepera sumber
watan kasih

4 Doku Sosialis Perawat Peraw Diterap Rua Powe Nelly


. mentas asi ruangan at di kan ngan r Sulvas
i Nanda sanur Ruang dengan San Point
Kepera terbaru ubud Sanur optimal ur
watan mampu Ubud dengan Ubu
mengapli present d

32
kasikan asi
nanda 100%
terbaru

5 Pemas Sosialis Seluruh Peraw Melaks Rua Disk Siti


. angan asi perawat at di anakan ngan usi Rohim
Infus tindaka melakuk Ruang dengan San ah
n an Sanur optimal ur
sesuai pemasan Ubud dengan Ubu
SPO gan infus present d
sesuai ase
SOP 100%

33
BAB V

IMPLEMENTASI KEGIATAN, EVALUASI, DAN PEMBAHASAN

A. IMPLEMENTASI KEGIATAN DAN EVALUASI


1. Discharge Planing
a. Persiapan
Mencari referensi tentang Discharge Planing
Menyusun konsep discharge planning
Membuat lembar balik sebagai media untuk implementasi
Mendokumentasikan hasil pelaksanaan discharge planning.
b. Implementasi
Mensosialisasikan discharge planing sesuai dengan SPO
Mengobservasi pelaksanaan discharge planing yang dilakukan oleh
perawat
c. Evaluasi
Berdasarkan observasi didapatkan bahwa pelaksanaan discharge
planing sudah cukup baik
Proses
1) Discharge planning dilaksanakan perawat terhadap klien baru,
klien sedang dirawat, dan klien pulang.
2) Perawat memberikan informasi kepada klien sesuai dengan
masing-masing kasus yang dihadapi klien.
Hasil
1) Keluarga menanyakan perawatan klien ketika klien berada di
rumah.
2) PA menginformasi tentang hal yang harus dilakukan dalam
perawatan dirumah sehingga dapat diterima dan dipahami oleh
klien dan keluarga.

2. Pemberian Obat via IV


a. Persiapan

34
Mencari referensi tentang pemberian obat IV (prinsip benar obat)
Membuat lembar balik sebagai media untuk implementasi
b. Implementasi
Mensosialisasikan tindakan pemberian obat via IV sesuai dengan
SPO
Mensosialisasikan prinsip benar obat sebelum tindakan pemberian
obat via IV
c. Evaluasi
Berdasarkan observasi didapatkan bahwa tindakan pemberian obat
via IV belum sepenuhnya sesuai dengan SPO

3. Pelaksanaan Cuci Tangan


a. Persiapan
Mencari referensi tentang pelaksanaan cuci tangan (5 moment cuci
tangan & cuci tangan 6 langkah)
Membuat lembar balik sebagai media untuk implementasi
b. Implementasi
Mensosialisasikan pelaksanaan cuci tangan sesuai dengan SPO
Mensosialisasikan 5 momen cuci tangan
Role play terkait pelaksanaan 6 langkah cuci tangan
c. Evaluasi
Berdasarkan observasi didapatkan bahwa pelaksanaan cuci tangan
sudah cukup baik

4. Pendokumentasian Keperawatan
a. Persiapan
Mencari referensi tentang pendokumentasian keperawatan
Menyesuaikan SAK yang ada di Ruangan dengan
pendokumentasian keperawatan.
b. Implementasi
Mensosialisasikan pendokumentasian keperawatan sesuai dengan
kebijakan Rumah Sakit

35
Mengisi format pengkajian dan dokumentasi keperawatan
bersama denan perawat ruangan.
c. Evaluasi
PP melakukan pengkajian, menentukan problem dan intervensi
sesuai SAK.
PP mendelegasikan penulisan implementasi kepada PA.
PP melakukan evaluasi setiap diagnosa keperawatan yang
dilakukan setiap shift.
Berdasarkan observasi pendokumentasian keperawatan sudah
cukup baik, tetapi perlu dilengkapi lagi di bagian pengkajian

5. Tindakan Pemasangan Infus


a. Persiapan
Mencari referensi tentang pemasangan infus sesuai SPO
b. Implementasi
Mensosialisasikan tindakan pemasangan infus sesuai dengan SPO
c. Evaluasi
Berdasarkan observasi tindakan pemasangan infus sudah cukup
baik walaupun belum 100% sesuai SPO

B. PEMBAHASAN
Hasil Evaluasi Intervensi
a. Discharge Planing

80%
70%
60%
50%
Pengkajian
40%
Evaluasi
30%
20%
10%
0%
Discharge Planing

36
Analisa :
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan evaluasi Discharge
Planing selama 4 hari didapatkan hasil sebesar 72% perawat sudah
melakukan sesuai dengan SPO. Menurut Nursalam (2014) masuk
dalam kategori cukup baik. Terjadi peningkatan dari yang sebelumnya
59% menjadi 72%.

b. Pemberian Obat Via IV

80%
70%
60%
50%
Pengkajian
40%
Evaluasi
30%
20%
10%
0%
Pemberian Obat via IV

Analisa :
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pemberian obat via IV selama
4 hari didapatkan hasil sebesar 75% perawat sudah melakukan sesuai
dengan SPO. Menurut Nursalam (2014) masuk dalam kategori baik.
Terjadi peningkatan dari yang sebelumnya 62% menjadi 75%.

c. Pelaksanaan Cuci Tangan

90%
80%
70%
60%
50% Pengkajian
40% Evaluasi
30%
20%
10%
0%
Pelaksanaan Cuci Tangan

37
Analisa :
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan cuci tangan selama 4 hari
didapatkan hasil sebesar 82% perawat sudah melakukan sesuai dengan
SPO. Menurut Nursalam (2014) masuk dalam kategori baik. Terjadi
peningkatan dari yang sebelumnya 64% menjadi 82%.

d. Pendokumentasian Keperawatan

82%
80%
78%
76%
Pengkajian
74%
Evaluasi
72%
70%
68%
66%
Dokumentasi Keperawatan

Analisa :
Berdasarkan hasil observasi pendokumentasian keperawatan selama 4
hari didapatkan hasil sebesar 81% perawat sudah melakukan sesuai
dengan SPO. Menurut Nursalam (2014) masuk dalam kategori baik.
Terjadi peningkatan dari yang sebelumnya 72% menjadi 81%.

e. Tindakan Pemasangan Infus

80%
80%
80%
80%
79% Pengkajian
79% Evaluasi
79%
79%
79%
78%
Pemasangan Infus

Analisa :
Berdasarkan hasil observasi pendokumentasian keperawatan selama 4
hari didapatkan hasil sebesar 79% perawat sudah melakukan sesuai

38
dengan SPO. Menurut Nursalam (2014) masuk dalam kategori baik.
Terjadi penurunan dari yang sebelumnya 80% menjadi 79%.

39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan kegiatan praktik manajemen keperawatan di ruang
Sanur Ubud Rumah Sakit Sumber Kasih Cirebon dari tanggal 15 Januari
2018 sampai 29 Januari 2018 didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Peningkatan pelaksanaan discharge planing sesuai SPO yang telah
ditetapkan dari 59% menjadi 72% setelah dilakukan sosialisasi
selama ±4 hari.
2. Peningkatan pelaksanaan cuci tangan sesuai SPO yang telah
ditetapkan dari 64% menjadi 82% setelah dilakukan sosialisasi dan
role play selama ±4 hari.
3. Peningkatan dalam pendokumentasian keperawatan yang telah
ditetapkan dari 72% menjadi 81% setelah dilakukan sosialisasi dan
role play selama ±4 hari.
B. Saran
1. Direktur RSU Sumber Kasih Cirebon
Disarankan dapat memberikan dukungan dalam memotivasi dan
penghargaan kepada setiap ruangan di RSU Sumber Kasih Cirebon
dalam mengembangkan asuhan keperawatan profesional sesuai
standar MPKP dan SAK serta memfasilitasi kebutuhan ruangan
2. Bidang Keperawatan
Disarankan memberikan bimbingan dan pelatihan terkait dengan
pelaksanaan keperawatan di ruangan, memperbarui SPO dan SAK
agar sesuai dengan perkembangan yang ada guna meningkatkan
mutu pelayanan Rumah Sakit.
3. Ruang Sanur Ubud
i. Alternatif pemecahan masalah yang telah ditemukan dan belum
terealisasi baik secara penuh atau sebagian dapat dijadikan
agenda ruang Sanur Ubud

40
ii. Penerapan discharge planing tetap dipertahankan atau
ditingkatkan secara optimal
iii. Penerapan dokumentasi keperawatan dapat ditingkatkan secara
maksimal untuk meningkatkan mutu pelayanan di Ruang Sanur
Ubud
iv. Pelaksanaan semua tindakan harus sesuai dengan SPO yang
berlaku di Rumah Sakit
v. Meningkatkan kesadaran pada masing-masing individu untuk
maju dan berkembang demi mewujudkan visi dan misi Rumah
Sakit.

41

Anda mungkin juga menyukai