Hari/Tanggal :
Tanda tangan :
LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh :
Muhammad Ibrahim
04064881618037
D. Patofisiologi
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar junction
(SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks
kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu
epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar
pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan
paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada
wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada
wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor
luar berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas
seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh
prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks, epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel
kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses
metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang
tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara
morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi tempat
pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua
SCJ ini disebut daerah transformasi.
E. Pathway
F. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala stadium awal Ca Serviks jarang terdeteksi. Pada tahap lanjut, tanda
dan gejalanya lebih jelas terlihat, diantaranya adalah:
1. Perdarahan spontan
2. Hematuria
3. Nyeri pada pinggang bagian bawah
4. Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita
5. Amenorhea
6. Lemah
7. Hipermenorhea (Mardjikoen, 1999)
G. Komplikasi
1. Fistula uretra
2. Disfungsi kandung kemih
3. Anemia trombositopenis
4. Mual,muntah, anoreksia
5. Infeksi pelvis
6. Sistitis dan kulit kering
7. Fistula rektovaginal. (Mardjikoen, 1999)
H. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan
Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar),
seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun
melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Dengan
pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa
kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear
setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita
tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi.
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif.
Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga
manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif
adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah
suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks
(total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA
sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau
bila keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65
tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit
jantung, ginjal dan hepar (Tapan, 2005).
Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan
parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV
sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan tujuannya
yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan
sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar
getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan
jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B.
Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat
paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV A. Terapi penyinaran efektif
untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada
radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya. Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal
yaitu sinar berasal dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di
rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari atau minggu selama 5-
6 minggu. Keduannya adalah melalui radiasi internal yaitu zat radioaktif terdapat di
dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan
selama 1 - 3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini
bisa diulang beberapa kali selama 1 - 2 minggu. Efek samping dari terapi
penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung kemih dan rektum
dan ovarium berhenti berfungsi (Gale & Charette, 2000).
Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui
infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk
membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan
kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiagnosis. Beberapa
kanker mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh
dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya
diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit dalam
periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar
luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk
memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah
digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal
belum memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan
pada kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin
Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain –lain (Prayetni, 1997).
2. Pencegahan
Screening
Screening untuk memeriksa perubahan-perubahan leher rahim sebelum adanya
gejala-gejala adalah sangat penting. Screening dapat membantu dokter mencari sel-
sel abnormal sebelum kanker berkembang. Mencari dan merawat sel-sel abnormal
dapat mencegah kebanyakan kanker serviks. Screening juga dapat membantu
mendeteksi kanker secara dini, sehingga perawatan akan menjadi lebih efektif.
Beberapa hal lain yang dapat dilakukan dalam usaha pencegahan terjadinya kanker
serviks antara lain :
Vaksin HPV
Sebuah studi menyatakan bahwa kombinasi vaksinasi HPV dan skrining dapat
memberikan manfaat yang besar dalam pencegahan penyakit ini. Vaksin HPV
dapat berguna dan cost-effective untuk mengurangi kejadian kanker serviks dan
kondisi pra- kanker, khususnya pada kasus yang ringan. Vaksin HPV yang terdiri
dari 2 jenis dapat melindungi tubuh dalam melawan kanker yang disebabkan oleh
HPV (tipe 16 dan 18). Salah satu vaksin dapat membantu menangkal timbulnya
kutil di daerah genital yang diakibatkan oleh HPV 6 dan 11, juga HPV 16 dan 18.
Penggunaan kondom
Penggunaan kondom bila berhubungan seks dapat mencegah penularan
penyakit infeksi menular seperti gonorrhe, clamidia, dan HIV/AIDS.
Sirkumsisi pada pria
Sebuah studi menunjukkan bahwa sirkumsisi pada pria berhubungan dengan
penurunan risiko infeksi HPV pada penis dan pada kasus seorang pria dengan
riwayat multiple sexual partners, terjadi penurunan risiko kanker serviks pada
pasangan wanita mereka yang sekarang.
Tidak merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai
rokok atau sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclicaromatic
hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi nikotin
pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung
bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga
dapat menjadi ko-karsinogen infeksi virus.
Nutrisi
Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan anti-oksidan dan berkhasiat
mencegah kanker misalnya alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang,
bayam, tomat. Dari beberapa penelitian ternyata defisiensi asam folat (folic acid),
vitamin C, vitamin E, beta karoten atau retinol dihubungkan dengan peningkatan
risiko kanker serviks. Vitamin E, vitamin C dan beta karoten mempunyai khasiat
antioksidan yang kuat. Antioksidan dapat melindungi DNA/RNA terhadap
pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan
kimia. Vitamin E banyak terdapat dalam minyak nabati (kedelai, jagung, biji-bijian
dan kacang kacangan). Vitamin C banyak terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-
buahan (Tapan, 2005).
I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Menjaga nutrisi supaya tetap adekuat selama menjalani terapi biasanya akan
kehilangan nafsu makan.
2. Melakukan aktifitas fisik. Di sarankan aktifitas sedang yang menyenangkan tetapi
tidak menyebabkan kelelahan.
3. Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup.
4. Hindarkan klien dari asap rokok.
5. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi obat secara teratur dan terkontrol.
6. Bersihkan area genitalia klien secara teratur dengan teknik anti sectic
7. Berikan lingkungan yang baik dan bersih.(Haffner LJ. 2008)
J. Manajemen Diet
Gangguan gizi yang dapat timbul pada pasien penyakit kanker disebabkan
kurangnya asupan makanan, tindakan medk, efek psikologik, dan pengaruh keganasan
sel kanker. Gejala kanker dalam keadaan berat dinamakan cachexia yang
manifestasinya secara klinis adalah anoreksia, penurunan berat badan, gangguan
refleks, lemah, anemia, kurang energi protein, dan keadaan deplesi secara keseluruhan
(Almatsier, 2004).
Menurut Almatsier (2004) beberapa faktor penyebab gangguan gizi yang dapat
timbul pada penyakit kanker adalah sebagai berikut :
1. Kurang nafsu makan yang disebabkan oleh faktor psikologik dan lost response
terhadap kanker berupa cepat kenyang atau perubahan pada indra pengecap (lidah).
2. Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena: gangguan pada saluran
cerna, dapat berupa kesulitan mengunyah, menelan, dan penyumbatan, gangguan
absorpsi zat gizi, kehilangan cairan dan elektrolit karena muntah - muntah dan
diare.
3. Perubahan metabolism protein, karbohidrat, dan lemak.
4. Peningkatan pengeluaran energi.
Tujuan Diet : untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan cara
(Almatsier, 2004) :
1. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta daya
terima pasien.
2. Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan.
3. Mengurangi rasa mual, muntah, dan diare.
4. Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan pasien dan
keluarganya.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Demografi
Umur
Terjadi pada usia 45-50 tahun tetapi dapat juga terjadi pada usia 18 tahun.
Lingkungan
Sosial ekonomi rendah dan personal higine kurang.
Kebiasaan
Seseorang yang sering ganti-ganti pasangan.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang sebelumnya mengalami kanker.
Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan apakah
mengeluarkan cairan putih dari vagina ( keputihan ).
Riwayat Penyakit Dahulu.
Wanita dengan kehamilan dini, pemberian estrogen, atau steroid lainnya dapat
menimbulkan berkembangnya masalah fungsional genital pada keturunannya.
3. Pola kesehatan Fungsional
Pola Persepsi
Personal hygine yang kurang pada daerah genitalia.
Pola Nutrisi dan Metabolik
Anoreksia, BB menurun.
Pola Aktivitas dan Latihan
Klien mengalami kelelahan.
Pola Istirahat dan Tidur
Ada gangguan tidur.
Persepsi diri dan Konsep diri
Harga diri rendah.
Pola reproduksi dan Seksual
Nyeri dan perdarahan saat koitus.
4. Pengkajian Fisik
Rambut
Conjungtiva
Anemis
Wajah.
Pucat
Abdomen
Distensi abdomen
Vagina
Keputihan berbau, warna merah, perdarahan merah tua, berbau dan kental
Serviks
Ada nodul
5. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
HB menurun, Leukosit meningkat, Trombosit meningkat
Patologi Anatomi
Untuk memeriksa keganasan
Pemeriksaan Diagnostik
Pap smear, kalposkopi, biopsy kerucut, MRI atau CT-Scan abdomen ataupun pelvis.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre op & pre Radiasi
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infiltrasi ke saraf.
Harga Diri Rendah berhubungan dengan adanya jaringan mati dan busuk,
keputihan yang berbau busuk dari vagina
2. Post operasi dan post Radiasi
Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan jaringan terbuka akibat luka
pembedahan.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi.
C. Rencana Keperawatan
1. Pre op & pre Radiasi
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infiltrasi ke saraf
Tujuan : melaporkan nyeri berkurang
Kriteria Hasil : klien tidak gelisah dan ekspresi wajah tidak gelisah.
Intervensi :
Kaji skala nyeri & intensitas nyeri
Awasi dan pantau tanda-tanda vital
Ajarkan klien relaksasi dalam dan masase pada daerah sekitar nyeri.
Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang
Harga Diri Rendah berhubungan dengan adanya jaringan mati dan busuk, keputihan
yang berbau busuk dari vagina.
Tujuan : Harga diri meningkat
Kriteria Hasil : Klien mengatasi masalahnya dengan positif
Intervensi :
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Kaji kemampuan klien yang bersifat positif.
Libatkan keluarga untuk memotifasi klien
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia
Tujuan : Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan.
Intervensi :
Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.
Berikan cairan secara cepat.
Pantau dan atur kecepatan infus.
Kolaborasi dalam pemberian infus
Brunner & Suddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 2.
Jakarta: Egc
Mansjoer, Arif. Dkk. (2000) Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapsis FK UI.
Price, S.a., & Wilson, L. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:
EGC