Anda di halaman 1dari 12

A.

Definisi
Kanker serviks adalah karsinoma pada leher rahim dan menempati urutan pertama di
dunia. (Sjamjuhidayat, 2005). Kanker serviks adalah keganasan nomor tiga paling sering
dari alat kandungan dan menempati urutan ke delapan dari keganasan pada perempuan di
Amerika (Yatim, 2005)

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal di sekitarnya (FKUI, 2011)

Kanker serviks adalah keadaan di mana sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh lapisan
epitel serviks uteri.(Price dan Wilson, 1995)

B. Etiologi

Etiologi kanker servik idiopatik atau belum diketahui pasti. Ada beberapa faktor resiko
dan faktor predisposisi yang menonjol yaitu :
1. Perilaku seksual
Banyak faktor yang disebut - sebut mempengaruhi terjadinya kanker serviks. Pada
berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa golongan wanita yang mulai
melakukan hubungan seksual pada usia < 20 tahun atau mempunyai pasangan seksual
yang berganti-ganti lebih berisiko untuk menderita kanker serviks. Faktor risiko lain yang
penting adalah hubungan seksual suami dengan wanita tuna susila (WTS) dan dari
sumber itu membawa penyebab kanker (karsinogen) kepada isterinya. Data epidemiologi
yang tersusun sampai akhir abad 20, menyingkap kemungkinan adanya hubungan antara
kanker serviks dengan agen yang dapat menimbulkan infeksi. Keterlibatan peranan pria
terlihat dari adanya korelasi antara kejadian kanker serviks dengan kanker penis di
wilayah tertentu. Lebih jauh meningkatnya kejadian tumor pada wanita monogami yang
suaminya sering berhubungan seksual dengan banyak wanita lain menimbulkan konsep
“Pria Berisiko Tinggi” sebagai vektor dari agen yang dapat menimbulkan infeksi. Banyak
penyebab yang dapat menimbulkan kanker serviks, tetapi penyakit ini sebaiknya
digolongkan ke dalam penyakit akibat hubungan seksual (PHS). Penyakit kelamin dan
keganasan serviks keduanya saling berkaitan secara bebas, dan diduga terdapat korelasi
non-kausal antara beberapa penyakit akibat hubungan seksual dengan kanker serviks.
2. Kontrasepsi
Kondom dan diafragma dapat memberikan perlindungan. Kontrasepsi oral yang dipakai
dalam jangka panjang yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko relatif 1,53 kali.
WHO melaporkan risiko relatif pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan
meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
3. Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok/sigaret
atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic
nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih
tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks
adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
4. Nutrisi
Antioksidan dapat melindungi DNA atau RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas
yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Banyak sayur dan buah
mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat mencegah kanker misalnya
advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat. Dari beberapa
penelitian ternyata defisiensi asam folat (folic acid), vitamin C, vitamin E, beta
karoten/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin E,
vitamin C dan beta karoten mempunyai khasiat antioksidan yang kuat. Vitamin E banyak
terdapat dalam minyak nabati (kedelai, jagung, biji-bijian dan kacang - kacangan).
Vitamin C banyak terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan.
5. Paritas (Jumlah Kelahiran)
Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi dengan jarak persalinan
yang terlalu pendek. Dari berbagai literatur yang ada, seorang perempuan yang sering
melahirkan (banyak anak) termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker
leher rahim. Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan berdampak pada
seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka
tersebut akan memudahkan timbulnya Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab
terjadinya penyakit kanker leher rahim.
6. Usia >35 tahun
Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim. Semakin tua usia
seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya
risiko kanker leher rahim pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan
bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya
sistem kekebalan tubuh akibat usia.
7. Usia terlalu muda
Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda untuk melakukan hubungan
seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim 10 - 12 kali lebih besar daripada mereka
yang menikah pada usia > 20 tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang
wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari sudah
menstruasi atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang terdapat
di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel - sel mukosa baru matang
setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan
seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini
berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel
mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga
tidak siap menerima rangsangan dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma.
Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel kanker
selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya rangsangan, sel
bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga perubahannya tidak seimbang lagi.
Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila
hubungan seks dilakukan pada usia di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi
terlalu rentan terhadap perubahan.
8. Hygiene yang buruk
Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital, virus ini
akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim Anda. Cara
penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus ini.
Seorang penderita kanker ini mungkin menggunakan closet, virus HPV yang terdapat
pada penderita berpindah ke closet.(Sarwono.2006)
C. Pathway

D. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala stadium awal Ca Serviks jarang terdeteksi. Pada tahap lanjut, tanda dan
gejalanya lebih jelas terlihat, diantaranya adalah:
1. Perdarahan spontan
2. Hematuria
3. Nyeri pada pinggang bagian bawah
4. Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita
5. Amenorhea
6. Lemah
7. Hipermenorhea (Mardjikoen, 1999)

E. Tanda dan Gejala


1. Keputihan
Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina
ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Pendarahan
Akan terjadi bila sel-sel rahim telah berubah sifat menjadi kanker dan menyerang
jaringan-jaringan di sekitarnya. 
3. Pendarahan hebat diluar siklus menstruasi, dan setelah berhubungan seks
Sifatnya bisa intermenstruil, atau perdarahan kontak. Perdarahan kontak adalah
perdarahan yang dialami setelah berhubungan seksual. Perdarahan yang timbul
akibat terbukanya pembuluh darah makin lama akan lebih sering terjadi, juga di luar
sanggama. Perdarahan ini merupakan gejala karsinoma serviks (75-80%).
4. Rasa nyeri saat berkemih
Ini disebabkan karena terjadinya kerentanan pada vesika urinaria (bladder irritabillty)
dan perangsangan rectum (rectal discomfort). Kemudian bisa timbul fistel vesico
vaginal atau recto vaginal. Ureter bisa tersumbat dan penderita meninggal karena
uremia.
5. Siklus menstruasi tidak teratur.
6. Nyeri selama berhubungan seks.
7. Nyeri sekitar panggul.
8. Pendarahan pada masa pra atau paska menopause.
9. Bila kanker sudah mencapai stadium tinggi, akan terjadi pembengkakan diberbagai
anggota tubuh seperti betis, paha, tangan dsb.
10. Penurunan berat badan drastis.
11. Pada stadium lanjut: kurang nafsu makan, sakit punggung atau tidak bisa berdiri
tegak, sakit di otot bagian paha, salah satu paha bengkak, berat badan naik-turun,
tidak dapat buang air kecil, bocornya urin / air seni dari vagina, pendarahan spontan
setelah masa menopause, tulang yang rapuh dan nyeri panggul.

F. Penatalaksanaan Medis
A.    Operasi
Ada beberapa jenis operasi untuk pengobatan kanker serviks. Beberapa pengobatan
melibatkan pengangkatan rahim (histerektomi). Daftar ini mencangkup beberapa jenis
opersi yang paling umum di lakukan pada pengobatan kanker serviks.
1. Cryosurgery
Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan kedalam Vagina
dan leher rahim. Cara ini dapat membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukanya.
Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ada di dalam leher
rahim (stadium 0), bukan kanker invasif yang telah menyebar keluar leher rahim.
2. Bedah Laser
Cara ini menggunakan sebuah sinar laser untuk membakar sel-sel atau menghapus
sebagian kecil jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hanya di gunakan
sebagai pengobatan kanker serviks pra-invasif (stadium 0).
3. Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan di angkat dari leher rahim. Pemotongan
dilakukan menggunakan pisau bedah, laser atau kawat tipis yang di panaskan oleh listrik.
Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan atau mengobati kanker serviks tahap
awal(stadium 0 atau 1).
4. Histerektomi
Histerektomi sederhana
Cara kerja metode ini adalah mengankat rahim, tetapi tidak mencangkup jaringan yang
berada didekatnya. Vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat. Rahim
dapat diangkat dengan cara operasi dibagian depan perut atau melalui vagina.
Setelah dilakukan operasi ini, seorang wanita tidak bisa hamil. Histerektomi digunakan
untuk mengobati beberapa kanker serviks stadium awal (stadium 1) dan mengobati
kanker stadium prakanker (stadium 0) jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi
konisasi. Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul
Pada operasi ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya,
Vagina bagian atas yang berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah
bening yang berada di daerah panggul. Opersi ini paling sering di lakukan melalui
pemotongan bagian depan perut, bukan dilakukan melalui vagina.
5. Trachlektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachlektomi radikal memungkinkan wanita muda dengan
kanker stadium awal dapat di obati dan masih dapat mempunyai anak. Metode ini
meliputi pengangkatan serviks dan bagian atas Vagina, kemudian meletkkanya pada
jahitan berbentuk kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim didalam rahim.
Kelenjar getah bening didekatnya juga di angkat. Opersi ini bisa dilakukan melalui
vagina atau perut. Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat mengalami kehamilan
jangka panjang dan melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caecar. Resiko terjadinya
kekambuhan kanker sesudah pengobatn ini cukup rendah.
6. Ekstenterasi Panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan vagina dan perut, pada opersi jenis ini juga
dilakukan pengangkatan kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar. Operasi
ini dilakukan saat kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya.
Diperlukan waktu enam bualan atau lebih untuk pulih dari opersi radikal ini. Namun,
wanita yang pernah menjalni opersi ini tetap dapat menjalani kehidupan dengan bahagia
dan produktif

B.       Radioterapi
Pada pengobatan kanker serviks, radioterpi ditetapkan dengan melakukan radiasi
eksternal yang diberikan bersama dengan kemoterpi dosis rendah. Untuk jenis
pengobatan radiasi internal, zat radioaktif dimasukkan kedalam silinder didalam vagina.
Kadang-kadang, bahan-bahan radioaktif ini ditempatkan kedalam jarum tipis yang
dimasukkan langsung kadalam tumor.

C.       Kemoterapi
Komoterapi adalah penggunaan obat-obatan sintostatika dalam terapi kanker Kemoterapi
adalah suatu bentuk terapi kanker yang mengalami kemajuan cepat dan aplikasi baru,
bahan-bahan kemoterapi adalah obat sitotostik yang bekerja dalam berbagai cara pada
sel-sel spesifik selama berbagai fase kehidupan sel, sebagai obat digunakan hanya untuk
menghancurkan jenis sel kanker tertentu

G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Menjaga nutrisi supaya tetap adekuat selama menjalani terapi biasanya akan kehilangan
nafsu makan.
2. Melakukan aktifitas fisik. Di sarankan aktifitas sedang yang menyenangkan tetapi tidak
menyebabkan kelelahan.
3. Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup.
4. Hindarkan klien dari asap rokok.
5. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi obat secara teratur dan terkontrol.
6. Bersihkan area genitalia klien secara teratur dengan teknik anti sectic
7. Berikan lingkungan yang baik dan bersih.(Haffner LJ. 2008)

H. Cara mendeteksi Kanker Serviks


1. IVA
IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat . Metode pemeriksaan
dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat 3-5%,Kemudian diamati
apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka
dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas
dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat
tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus
dilakukan. IVA ini tergolong sederhana serta memiliki keakuratan 90%.
2.  Pap smear
Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk
mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut
akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang,
atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap
smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.
I. Cara Mencegah Kanker Serviks
1. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang
sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan
E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.
2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat meningkatkan
risiko terkena kanker serviks.
3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
4. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan
menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
5. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
6. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan sudah
bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
7. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap
smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
8. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
9. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat
dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk
membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN REPRODUKSI Ca SERVIKS

NURUL ALIFIA ANGGUN


1514301024

PRODI D.IV KEPERAWATAN TANJUNG KARANG


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
Tahun Ajaran 2017/2018
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1981.


Ginekologi. Bandung: Elfstar Offset.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Price, Sylvia Anderson, Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Marwah.2012.PerawatanV.BKankerServiks.http://marwahalwi.blogspot.com/2012/02/maklah-
kanker-serviks.html diakses pada tanggal 24 April 2014 pukul 21.11 WIB
Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu kandungan. Yayasan bina pustaka. Jakarta

Rumli, Mukhlis, dkk (2005), deteksi dini kanker, Fakultas kedokteran universitas Indonesia,
Jakarta.

Triningsih, Ediati (2007), makalah servik, Refrensi Pap smear bagi bidan, yayasan kanker
Indonesia cabang D.I Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai