BATASAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 g
tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
jam setelah lahir).
PRINSIP DASAR
• BBLR sampai saat ini masih merupakan masalah di Indonesia, karena merupakan
penyebab kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Menurut SKRT 2001, 29%
kematian neonatal karena BBLR
• Masalah yang sering timbul sebagai penyulit BBLR adalah Hipotermia, Hipoglikemia,
Hiperbilirubinemia, Infeksi atau sepsis dan gangguan minum
Penyebab BBLR
o Persalinan kurang bulan / prematur
Bayi lahir pada umur kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu. Pada
umumnya bayi kurang bulan disebabkan tidak mampunya uterus menahan janin,
gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari waktunya atau
rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan.
Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi
normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Semakin muda umur kehamilan, fungsi
organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik.
Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit atau komplikasi akibat kurang
matangnya organ karena masa gestasi yang kurang ( prematur)
o Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan
Bayi lahir kecil untuk masa kehamilannya karena ada hambatan pertumbuhan saat
dalam kandungan (Janin tumbuh lambat). Retardasi pertumbuhan intrauterin
berhubungan dengan keadaan yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta
dengan pertumbuhan dan perkembangan janin atau dengan keadaan umum dan gizi
ibu. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya oksigen dan nutrisi secara kronik dalam
waktu yang lama untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kematangan fungsi
organ tergantung pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil.
TUJUAN KHUSUS
Setelah menyelesaikan bab ini, peserta akan memiliki kemampuan untuk::
• Menjelaskan beberapa penyebab dan faktor predisposisi BBLR.
• Mengindentifikasi BBLR menurut masa gestasi
• Melakukan manajemen umum BBLR.
• Mengindentifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta manajemen hipotermi
• Mengindentifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta manajemen hipoglikemi
• Mengindentifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta manajemen ikterus Kremer II ke atas
(hiperbilirubinemi)
• Mengindentifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta manajemen infeksi neonatal
• Mengindentifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta manajeman masalah pemberian
minum.
DIAGNOSTIK
Anamnesis
Umur ibu
Riwayat persalinan sebelumnya
Jumlah paritas, jarak kelahiran sebelumnya
Kenaikan berat badan ibu selama hamil
Aktivitas ibu yang berlebihan
Trauma pada ibu (termasuk post-coital trauma)
Penyakit yang diderita selama hamil
Obat-obatan yang diminum selama hamil
Pemeriksaan fisik
Berat lahir kurang 2500 gram
Untuk BBLR Kurang Bulan :
Tanda prematuritas :
o Tulang rawan telinga belum terbentuk
o Masih terdapat lanugo (rambut halus pada kulit)
o Refleks refleks masih lemah
o Alat kelamin luar: pada perempuan labium mayus belum menutup labium minus,
pada laki-laki belum terjadi penurunan testis dan kulit testis rata (rugae testis
belum terbentuk)
Komplikasi BBLR
Tabel di bawah ini dapat membantu memberi gambaran tentang komplikasi BBLR
MANAJEMEN UMUM
Setiap menemukan BBLR , lakukan manajemen umum sebagai berikut :
• Stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat
• Jaga patensi jalan napas
• Nilai segera kondisi bayi tentang tanda vital: pernapasan, denyut jantung, warna kulit
dan aktifitas
• Bila bayi mengalami gangguan napas , dikelola gangguan napas
• Bila bayi kejang, potong kejang dengan anti konvulsan
• Bila bayi dehidrasi, pasang jalur intravena, berikan cairan rehidrasi IV.
• Kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya
Pemberian minum
• Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara
apapun:
o Periksa apakah bayi puas setelah menyusu;
o Catat jumlah urine setiap bayi kencing untuk menilai kecukupan minum (paling
kurang 6 kali sehari);
o Periksa pada saat ibu meneteki, apabila satu payudara dihisap, ASI akan menetes
dari payudara yang lain
• Timbang bayi setiap hari, hitung penambahan/pengurangan berat, sesuaikan pemberian
cairan dan susu, serta catat hasilnya:
• Bayi dengan berat 1500 - 2500 g tidak boleh kehilangan berat lebih 10% dari berat
lahirnya pada 4-5 hari pertama;
• Apabila kenaikan berat badan bayi tidak adekuat, tangani sebagai Masalah kenaikan
berat badan tidak adekuat.
• Apabila bayi telah menyusu ibu, perhatikan cara pemberian ASI dan kemampuan bayi
mengisap paling kurang sehari sekali.
• Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3
hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Bayi sakit
• Bila berat badan 1,750-2,000 gram atau lebih dengan gangguan napas, kejang dan
gangguan minum segera lakukan rujukan
• Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum
seperti pada bayi sehat.
• Apabila bayi memerlukan cairan IV:
o Hanya berikan cairan IV selama 24 jam pertama;
o Mulai berikan minum per oral pada hari ke 2 atau segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda
siap untuk menyusu;
o Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (misal gangguan napas,
kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:
o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur, lihat tabel;
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal 3 jam sekali). apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kg berat badan per hari tetapi masih tampak lapar
berikan tambahan ASI setiap kali minum;
o Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan
keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
Tabel 8.3 Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1750 - 2500 g
U m u r (hari)
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV (mL/jam atau tetes 5 4 3 2 0 0 0
mikro/menit)
Jumlah ASI setiap 3 jam (mL/kali) 0 6 14 22 30 35 38
PEMANTAUAN
I. Kenaikan berat badan dan pemberian minum setelah umur 7 hari
• Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi dengan berat lahir > 1500 g
dapat kehilangan berat sampai 10%. Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari
kecuali apabila terjadi komplikasi.
Pemulangan penderita :
o Bayi suhu stabil
o Toleransi minum per oral baik, diutamakan pemberian ASI. Bila tidak bisa diberikan ASI
dengan cara menetek dapat diberikan dengan alternatip cara pemberian minum yang
lain.
o Ibu sanggup merawat BBLR di rumah
BATASAN
Hipotermi adalah suhu tubuh kurang dari 36.5ºC pada pengukuran suhu melalui ketiak.
PRINSIP DASAR
• Hipotermi sering terjadi pada neonatus terutama pada BBLR karena pusat pengaturan
suhu tubuh bayi yang belum sempurna, permukaan tubuh bayi relatif luas, kemampuan
produksi dan menyimpan panas terbatas.
• Suhu tubuh rendah dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang
dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam
keadaan basah atau tidak berpakaian.
• Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya
perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung paru
dan kematian.
Mekanisme kehilangan panas
1. Radiasi: dari bayi ke lingkungan dingin terdekat.
2. Konduksi: langsung dari bayi ke sesuatu yang kontak dg bayi
3. Konveksi: kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar
4. Evaporasi: penguapan air dari kulit bayi
Evaporasi
Radiasi Konveksi
Konduksi
TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan bab ini peserta akan mampu menjelaskan tentang hipotermi,
penyebab dan mampu melaksanakan penanganan atau manajemennya
TUJUAN KHUSUS
Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan mampu:
• Melakukan langkah-langkah promotif / preventif hipotermi
• Menjelaskan klasifikasi hipotermi
• Melaksanakan tata laksana hipotermi.
Tabel 5.5 Suhu inkubator yang direkomendasi menurut berat dan umur bayi
Berat bayi Suhu inkubator (oC) menurut umura
35 oC 34 oC 33 oC 32 oC
< 1500 g 1-10 hari 11 hari – 3 3-5 minggu > 5 minggu
minggu
1500-2000 g 1-10 hari 11 hari–4 minggu > 4 minggu
2100-2500 g 1-2 hari 3 hari-3 minggu > 3 minggu
> 2500 g 1-2 hari > 2 hari
a
Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 1 oC setiap perbedaan suhu 7 oC
antara suhu ruang dan inkubator.
• Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti, kontak kulit ke kulit, Kangaroo Mother Care, pemancar panas, inkubator atau
ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
(lihat table Cara menghangatkan bayi)
DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik
Tabel 5.8 Klasifikasi Hipotermi
MANAJEMEN
HIPOTERMIA BERAT
• Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya,
bila mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila perlu.
• Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan
selimuti dengan selimut hangat.
• Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah.
• Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang 30 kali/menit,
tarikan dinding dada, merintih saat ekspirasi), lihat bab tentang Gangguan napas.
• Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan pipa infus tetap
terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.
• Periksa kadar glukose darah, bila kadar glukose darah kurang 45 mg/dL (2.6 mmol/L),
tangani hipoglikemia.
• Nilai tanda bahaya setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai
suhu tubuh kembali dalam batas normal.
HIPOTERMIA SEDANG
• Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan
selimuti dengan selimut hangat.
• Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak
kulit dengan kulit (perawatan bayi lekat).
• Bila ibu tidak ada:
o Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar panas. Gunakan
inkubator dan ruangan hangat, bila perlu;
o Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur
suhu.
o Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah.
• Anjurkan Ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI
peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
• Mintalah ibu untuk mengamati tanda bahaya (mis. gangguan napas, kejang) dan segera
mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.
• Periksa kadar glukose darah, bila < 45 mg/dL (2.6 mmol/L), tangani hipoglikemia.
• Nilai tanda bahaya, Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0.5
ºC/jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam.
• Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0.5 ºC/jam, cari tanda sepsis1.
• Setelah suhu tubuh normal:
o Lakukan perawatan lanjutan.
o Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam. Bila suhu tetap
dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada masalah lain
yang memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan. Nasihati ibu cara
menghangatkan bayi di rumah.
PRINSIP DASAR
• Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah.
• Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan
kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
• Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus.
• Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses
persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
• Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada.
TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan bab ini peserta akan mampu menjelaskan tentang hipoglikemi,
penyebab dan mampu melaksanakan penanganan atau manajemennya
TUJUAN KHUSUS
Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan mampu :
• Melakukan langkah-langkah promotif / preventif hipoglikemi
• Menjelaskan tanda, gejala, diagnosis hipoglikemi
• Melaksanakan penanganan hipoglikemi dengan jalan memasang jalur infus intra vena
dan atau memasang pipa nasogastrik
Langkah Promotif/Preventif
• Penganan/ pengendalian kadar glukosa ibu Diabetes Mellitus (Lihat pengelolaan ibu DM
di Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal).
• Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan BBLR.
• Penanganan keadaan yang dapat meningkatkan penggunaan glukosa bayi (mis. pada
asfiksia, hipotermi, hiperterm, gangguan pernapasan)
• Pemenuhan kebutuhan nutrisi rumatan dengan minum ASI dini.
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan
• Riwayat bayi prematur
• Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)
• Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
• Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus
• Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan
MANAJEMEN
• Berikan glukose 10% 2 mL/kg secara IV bolus pelan dalam lima menit.
• Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat, berikan larutan glukose melalui pipa
lambung dengan dosis yang sama.
• Infus Glukose 10% sesuai kebutuhan rumatan, kemudian lakukan rujukan
• Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
BATASAN
Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena
meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Klinis ikterus tampak bila kadar bilirubin dalam
serum mencapai ≥ 5 mg/dL. (85 µmol/L) Disebut hiperbilirubinemia apabila didapatkan
kadar bilirubin dalam serum > 13 mg/dL.
PRINSIP DASAR
• Bayi sering mengalami ikterus pada mingu pertama kehidupan, terutama bayi kurang
bulan.
• Dapat terjadi secara normal atau fisiologis dan patologis.
• Kemungkinan ikterus sebagai gejala awal penyakit utama yang berat pada neonatus.
• Peningkatan bilirubin dalam darah disebabkan oleh pembentukan yang berlebihan dan
atau pengeluaran yang kurang sempurna.
• Ikterus perlu ditangani secara seksama, karena bilirubin akan masuk ke dalam sel syaraf
dan merusak sehingga otak terganggu dan mengakibatkan kecacatan sepanjang hidup
atau kematian (ensepalopati biliaris) .
TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan bab ini peserta akan mampu menjelaskan tentang ikterus, penyebab
dan mampu melaksanakan penanganan atau manajemen nya
TUJUAN KHUSUS
Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan mampu :
• Melakukan langkah-langkah promotif / preventif ikterus
• Menjelaskan tanda, gejala, diagnosis ikterus.
• Melaksanakan penanganan ikterus.
Langkah Promotif/Preventif
• Menghindari penggunaan obat pada ibu hamil yang dapat mengakibatkan ikterus (sulfa,
anti malaria, nitro furantoin, aspirin)
• Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan BBLR.
• Penanganan infeksi maternal, ketuban pecah dini (Lihat Bab Infeksi Maternal)
• Penanganan asfiksia, trauma persalinan.
• Pemenuhan kebutuhan nutrisi rumatan dengan minum ASI dini dan ekslusif
DIAGNOSTIK
Anamnesis
• Riwayat ikterus pada anak sebelumnya
• Riwayat penyakit anemi dengan pembesaran hati, limpa atau pengangkatan limpa dalam
keluarga.
• Riwayat penggunaan obat selama ibu hamil
• Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini
Pemeriksaan
• Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan pada bayi baru lahir asal dengan
menggunakan pencahayaan yang memadai. Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat
dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang. Tekan kulit
dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan
subkutan:
- Hari 1 tekan pada ujung hidung atau dahi;
- Hari 2 tekan pada lengan atau tungkai;
- Hari 3 dan seterusnya, tekan pada tangan dan kaki.
• Ikterus muncul pertama di daerah wajah, menjalar ke arah kaudal tubuh, dan
ekstremitas. Pemeriksaan penunjang kadar bilirubin serum total saat tanda klinis ikterus
pertama ditemukan sangat berguna untuk data dasar mengamati penjalaran ikterus ke
arah kaudal tubuh.
• Tentukan tingkat keparahan ikterus secara kasar dengan melihat pewarnaan kuning pada
tubuh metode Kremer. Pemeriksaan kadar bilirubin
Pemeriksaan penunjang
Untuk Puskesmas fasilitas penunjang biasanya jarang tersedia, sehingga pemeriksaan atau
penajaman klinis sangat diutamakan
Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut
• Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat kelahiran.
• Bila ibu memiliki golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali pusat pada
setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan.
• Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24 jam pertama
kelahiran.
MANAJEMEN
• Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat rawat jalan dengan
nasehat untuk kembali jika ikterus berlangsung lebih dari 2 minggu.
• Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan ASI eksklusif
lebih sering minimal setiap 2 jam.
• Jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat diberikan melalui pipa nasogastrik atau
dengan gelas dan sendok.
• Letakkan bayi ditempat yang cukup mendapat sinar mata hari pagi selama 30 menit
selama 3-4 hari. Jaga agar bayi tetap hangat.
• Kelola faktor risiko (asfiksia dan infeksi) karena dapat menimbulkan ensefalopati biliaris.
• Setiap Ikterus yang timbul sebelum 24 jam pasca kelahiran adalah patologis dan
membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut; minimal kadar bilirubin serum total,
pemeriksaan kearah adanya penyakit hemolisis.
• Pada bayi dengan Ikterus Kremer III atau lebih perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih
lengkap setelah keadaan bayi stabil
Tabel 5.12 Panduan terapi sinar berdasarkan kadar bilirubin serum (jika fasilitas tersedia)
Saat timbul Bayi cukup bulan sehat Bayi dengan faktor risiko
ikterus kadar bilirubin, mg/dl; (umol/l) (kadar bilirubin,
mg/dl;umol/l)
Hari ke 1 Setiap terlihat ikterus Setiap terlihat ikterus
Hari ke 2 15 (260) 13 (220)
Hari ke 3 18 (310) 16 (270)
Hari ke 4 dst 20 (340) 17 (290)
Faktor risiko : BBLR, penyakit hemolisis karena inkompatibilitas gologan darah, asfiksia
atau asidosis, hipoksia, trauma serebral, atau infeksi sistemik
PRINSIP DASAR
• Masalah minum sering terjadi pada bayi baru lahir, bayi berat lahir rendah, atau pada
bayi sakit berat.
• Masalah pemberian minum perlu mendapat perhatian khusus selain untuk mengurangi
risiko terjadinya penyakit juga untuk memenuhi tumbuh kembang bayi.
TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan bab ini peserta akan mampu menjelaskan masalah pemberian
minum, penyebab dan mampu melaksanakan penanganan atau manajemen masalah
pemberian minum
TUJUAN KHUSUS
Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan mampu:
• Menjelaskan beberapa masalah pemberian minum
• Menjelaskan penyebab, tanda, masalah pemberian minum
• Menjelaskan rencana penanganan masalah pemberian
• Melakukan praktek cara pemberian minum ASI yang tepat pada BBLR, bayi kembar.
• Mampu melakukan pemasangan pipa lambung dengan baik
DIAGNOSTIK
Anamnesis
Riwayat cara pemberian minum bayi
Riwat terjadinya masalah pembeian minum
Riwayat penimbangan bayi
Riwayat infeksi maternal , ketuban pecah dini
Pemeriksaan fisik
Pada Tabel di bawah ini dapat dilihat dan dipikirkan Diagnosis Banding Bayi dengan
Masalah Minum
MANAJEMEN UMUM
• Bila bayi bisa minum tanpa batuk, tersedak atau muntah sejak pertama kali minum
sesudah lahir, lanjutkan dengan kemungkinan diagnosis lain.
• Bila bayi mengalami batuk, tersedak atau muntah sejak pertama kali diberi minum coba
pasang pipa lambung.
MANAJEMEN KHUSUS
Pada ibu tidak dapat menyusui atau tidak berhasil menyusui, lakukan manajemen sebagai
berikut:
Kecemasan pada ibu
• Memberikan pengertian dan cara pemberian ASI yang tepat.
• Perhatikan dan catat berat bayi setiap hari
• Menjelaskan dan bekerjasama dengan ibu mengenai teknik menyusui selama tiga hari
- Yakinkan ibu bila cara ibu benar
- Bila cara belum benar, nasehati ibu cara yang sesuai
- Bila berat bayi meningkat minimal 60 gram dalam 3 hari yakinkan ibu bahwa ASI
nya cukup.
- Bila peningkatan berat bayi tidak mencapai minimal 60 gram dalam 3 hari, kelola
sebagai persangkaan berat tidak naik dengan adekuat.