Anda di halaman 1dari 65

APPENDICITIS ACUTA

GANGGRENOSA PERFORATA

Aprilia Puspitasari 1215099


Nurul Habibah 1215232
Jovianto Handoyo 1315059
Giovanni Yugi Setiawan 1315124
Risya Juniarti 1315299

Preceptor : dr. Selonan Susang Obeng, Sp.B-KBD, FINACS


Identitas Pasien
• Nama : Tn. Sumadi Heryadi
• Usia : 78 tahun
• Jenis kelamin : Laki - laki
• No. RM : 00.213.844
• Alamat : jl suka asih blok 1 no 15 cijerah 2
• Tanggal masuk : 21 Oktober 2018
• DPJP : dr. Selonan Susang Obeng, Sp.B-KBD,
FINACS
• Ruangan-Bed : Hana 5-4
• Diagnosis : Appendisitis acuta ganggrenosa
perforata
Anamnesis (23 Okt 2018)
Keluhan Utama : Nyeri diseluruh bagian perut sejak 1 hari yang lalu
Pasien datang ke IGD RSI hari minggu, 21 Oktober 2018 jam 01.20 dengan
keluhan nyeri di seluruh bagian perut yang mendadak sejak 20 Oktober 2018
pukul 22.00. Nyeri dirasakan seperti melilit, terasa semakin nyeri, dan perut
terasa tegang. Keluhan disertai adanya mual dan muntah 4-5x dalam sehari,
berisi makanan, muntah dirasakan keluar cukup banyak, tidak disertai adanya
darah. BAB mencret sebanyak 7-8x dengan konsistensi cair, tanpa disertai
darah dan lendir, berwarna coklat, bau biasa, sebanyak kurang lebih 1 gelas
belimbing, BAK lancar tidak ada keluhan. Pasien juga mengeluhkan demam
sejak 2 hari yang lalu, dirasakan terus menerus.
RPD : Hipertensi -, DM -, Jantung -, belum pernah operasi sebelumnya
RPK : HT-, DM -, Penyakit jantung -
RPO : Berobat ke Dokter umum 2 bulan yang lalu diberikan salep dingin
antinyeri
R. Kebiasaan : Minum sanse herbal, sering berolahraga, tidak suka makan
makanan pedas, tidak mengonsumsi obat OAINS
Pemeriksaan Fisik
23 Oktober 2018
• Keadaan umum : Compos Mentis, GCS : 15 (M6E5V4)
• Kesan sakit : Sedang
• TB/BB : 155cm/50kg
• BMI : 20,84 (normal)
• Tanda Vital :
– Tekanan darah : 110/70 mmHg
– Nadi : 79x/menit, regular, equal, isi cukup
– Respirasi : 20x/menit
– Suhu : 37,5oC
– SpO2 : 99%
• Kepala :
– Mata : konjungtiva tidak anemis; sklera tidak
ikterik; pupil bulat isokor, diameter 3 mm; refleks
cahaya direk +/+, indirek +/+
• Leher :
– KGB : tidak teraba membesar
• Thorax :
– Pulmo : pergerakan simetris, sonor, VBS + kanan =
kiri, Rh -/-, Wh -/-
– Cor : BJ murni S1 = S2, reguler, murmur -, gallop –
• Abdomen :
– Inspeksi : Cembung
– Auskultasi : Bising usus (+) berkurang
– Perkusi : Timpani
– Palpasi : nyeri tekan seluruh perut, defense muscular
(+)
• Ekstremitas atas :
– Deformitas (-), motorik 5/5
– Akral hangat, CRT <2 detik, oedem -/-
• Ekstremitas Bawah :
– Deformitas (-), motorik 5/5
– Akral hangat, CRT <2 detik, oedem -/-
Lab
21/10/18 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hemoglobin 16.0 g/dL 13,2 – 17,3
Hematokrit 45 % 40 – 52
Leukosit 7.60 103/mm3 4,00 – 10,00
Trombosit 155 103/mm3 150 – 450
Eritrosit 5.1 juta/mm3 4,4 – 5,9
MCV 87 fL 80 100
MCH 31 pg/mL 26 – 34
MCHC 36 g/dL 32 – 36
Natrium 140 mEq/L 135-147
Kalium 3.7 mEq/L 3,5 – 5,5
Glukosa Darah Sewaktu 165 (H) mg/dL 60 - 99
(02.19)
Glukosa Darah Puasa 122(H) mg/dL 70 - 100
(09.34)
Kreatinin 1,49 (H) mg/dL 0,70 – 1,30
eGFR 44.32 mL/min/1,73m2
Lab
21/10/18 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Basofil 16.0 (H) % 0.0 – 1.0
eosinofil 0.1 (L) % 2.0 – 4.0
Netrofil Staf 0.0 (L) % 3.0 – 5.0
Netrofil segmen 86.6 (H) % 50.0 – 70.0
Limfosit 6.5 (L) % 25.0 – 40.0
Monosit 4.4 % 2.0 – 10.0
LED 4 mm/jam <10
Waktu perdarahan 2.00 menit 1.00 – 3.00
Waktu pembekuan 8.00 menit 5 - 11
SGOT 25 U/L <= 37
SGPT 23 U/L <= 63
Amilase 88 U/L 25 - 115
Lipase 237 U/L 73 – 393
Ureum 42.9 mg/dL 10-50
Lab
22/10/18 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
FAECES RUTIN
MAKROSKOPIK :
Warna Coklat
konsistensi Lembek
Lendir Negatif Negatif
MIKROSKOPIK :
Eritrosit 0 /HPF
Leukosit 0-1 /HPF
Pati (amylum) Negatif Negatif
Amoeba Negatif Negatif
Macrophag Negatif Negatif
Telur cacing Negatif Negatif
Lain lain Negatif
Lab
23/10/18 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Fibrinogen 667 (H) mg/dL 200 – 400
PT 15.8 detik 11.7 – 15.9
INR 1.22
APTT 44.5 (H) detik 24.4 – 40.0
D-dimer >4.00(H) µg/mL <0.5
Laktat 3.4 (H) mmol/L 1.0 – 1.8
Kalsium 7.9 (L) mg/dL 8.5 – 10.1
Magnesium 1.7 (L) mg/dL 1.8 – 2.4
Seramoeba Non Reaktif 3.1 Non Reaktif : <8.5
Greyzone : 8.5 – 11.5
Reaktif : >11.5
Lab
24/10/18 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
KIMIA KLINIK
Protein Total 5.6(L) g/dL 6.0 – 8.0
Albumin 2.5 (L) g.dL 3.4 – 5.0
Globulin 3.1 g/dL 1.7 – 3.2
Foto Thorax AP (21/10/18)
Hasil :
- Cor agak membesar
- Sinus dan diafragma kiri normal, sinus
kanan tumpul
- Pulmo, hilus kanan dan kiri kasar,
corakan paru bertambah
- Tampak bercak lunak diperi hiler kanan
- Tak tampak kranialisasi. Tampak
penebalan peri bronchial

KESAN :
- Pembesaran jantung ringan tanpa
bendungan paru
- Tak tampak TB paru aktif
- Bronchitis dengan BP ringan diperihiler
kanan
BNO (21/10/18)
HASIL BNO POSISI TEGAK:
- Preperitoneal fat normal. Psoas line
kabur.
- Distribusi udara dalam usus bertambah,
dengan tampak bayangan udara usus
yang bertambah diabdomen tengah
dengan terlihat gambaran coil spring.
- Tak tampak free air disubdiafragma
kanan dan kiri pada foto BNO tegak
- Skeletal tak tampak kelainan.

KESAN :
- Meteorismus dengan paralitik lokal
diabdomen tengah ec?
- Adanya ascites belum dapat
disingkirkan
- Tak tampak pneumoperitoneum
BNO
BNO posisi LLD:
• preperitoneal fat kanan normal. Psoas line kabur.
• Distribusi udara dalam usus bertambah dengan
tampak bayangan udara usus yang bertambah
diabdomen tengah, dengan terlihat gambaran
coil spring
• Tak tampak free air dibagian lateral atas
abdomen pada foto LLD
Kesan: Meteorismus dengan paralitik lokal
diabdomen tengah ec?
Tak tampak pneumoperitoneum
USG Abdomen (21/10/18)
Hasil USG Abdomen
• Liver : Besar dan bentuk normal, permukaan rata , tepi tajam. Tekstur
parenkim homogen. Echogenitas normal . V. porta tidak melebar
(diameter 13mm) dan cabangnya terlihat gambara bercak2
hiperechoic/ air bubble. Sauran empedu normal
• Gall bladder : bentuk dan ukuran normal, dinding rata, tidak melebar.
IntrLuminal tidak tampak kelainan. Perigallbladder normal.
• Common bile duct : tidak melebar. Intraluminal ke distal terhalang
oleh gas usus.
• Pankreas: Besar dan Bentuk normal. Texture parenkim homogen.
Echogenitas normal. Ductus pancreaticus major normal.
• Spleen: besar dan bentuk normal. Texture parenkim homogen.
Echogenitas normal . V. lienalis tidak tampak melebar/
• R-L Kidneys : tampak agak kecil(panjang RK
84mm, LK 85mm). texture parenkim homogen,
echogenisitas sedikit meningkat. Sinus renal tidak
tampak kelainan. Sistem pelvocalyces tidak
tampak melebar.
• Vesica urinaria : tidak dpaat dinilai karena tidak
terisi penuh dengan urine, balon kateter (+)
• Intraperitoneal : daerah RLQ terlihat struktur
tubuler dengan diameter 7 – 8mm, dinding
menebal, hipoechoic, didekatnya terlihat sedikit
koleksi cairan.
Kesan :
• Appendix dengan gambaran kearah peradangan akut
• Liver didaerah v. Porta terlihat gambaran air bubble
(susp. Karena enterocolitis nekroticans ?)
• Gall bladder tidak tampak kelainan
• CBD tidak melebar, ke distal terhalang oleh gas usus
• Pankreas dan spleen tidak tampak kelainan
• R – L kidneys tampak agak kecil dengan echogenisitas
sedikit meningkat, kearah kelainan parenkim yang
kronis ?
• Urinary bladder tidak dapat dinilai karena tidak terisi
penuh dengan urine
CT Scan
Abdomen
Hasil CT Scan
• Hepar :
– Tidak membesar, densitas masih homogen
– Vena porta dan Duktus biliaris intra hepatal
normal
– Duktus biliaris intra hepatal
– Tak jelas adanya trombus pada vena porta
– Tak tampak multiple massa/ nodul hipodens
didaerah hepar lobus kanan dan kiri
– Tak tampak bayangan hipodens diluar hepar
• Kantung empedu:
– Tidak membesar dinding agak menebal dan ireguler
– Tak tampak batu/SOL
– Duktus biliaris extra hepatal tidak melebar
• Lien:
– Tidak membesar, densita inhomogen
– Vena lienalis tidak melebar
– Tak tampak adanya lesi yang memberikan
enhancement post pemberian kontras
• Pankreas
– Tak tampak membesar, parenchimal masih homogen
– Duktus pankreatikus tidak melebar
– Tak tampak massa / SOL
• Ginjal :
– Tak membesar, sistem pelvocalyses tidak melebar
– Tak tampak batu atau kista
– Tampak adanya lesi hiperdens di ginjal kanan
• Kadung kemih :
- Tidak membesar, dinding masih regular
- Tak tampak batu atau massa
• Gaster :
- Tidak membesar, dinding agak menebal dan ireguler
- Tak tampak massa / SOL
Scanning abdomen tampak gambaran sebagian kolon
yang menebal dan ireguler serta mukosa yang
memberikan gambaran saw teeth appearance baik kolon
di daerah kolon sigmoid descendens dan transversum
dengan dinding yang menebal dan ireguler juga dengan
gambaran saw teeth app lesi yang ireguler pada mukosa
kolon serta tidak memberikan enhancement post
pemberian kontras.
Tampak caecum tidak menyempit dengan dinding yang
menebal dan ireguler.
Appendiks tak tampak membesar dan reguler, tak tampak
kekaburan pada sekitar appendiks.
Scanning pada aorta:
• Tampak adanya nodul dengan gambaran ring
enhancement.
Scanning di rongga pelvis dan para iliaka
• Tampak multiple nodul hipodens yang
memberikan enhancement post pemberian
kontras didaerah para iliaka kiri dan kanan.
Scanning hemithoraks bagian posterior tak
tampak adanya bayangan hipodens.
Kesan CT Scan menunjukkan:
Tampak gambaran usus halus didaerah jejunum yang
menebal dan ireguler serta mukosa yang memberikan
gambaran saw teeth appearance, baik kolon di daerah
kolon sigmoid descendens dan transversum dengan
dinding yang menebal dan ireguler juga dengan
gambaran saw teeth app lesi yang ireguler pada
mukosa kolon serta tidak memberikan enhancement
post pemberian kontras.
Tampak caecum tidak menyempit dengan dinding yang
menebal dan ireguler.
Appendiks tak tampak membesar dan regular, tak
tampak kekaburan pada lemak sekitar appendiks.
Tampak daerah ileum dan yeyenum tidak berdilatasi.
-> colitis ulcerasive didaerah kolon sigmoud descendes dan
kolon transversum
Ec?
• Cholecystitis ringan
• Tampak adanya lesi hiperdens diginjal kanan dengan
-> Nefrotiliasis kanan batu kecil
• Gastritis
• Tampak pembesaran kelenjar di daerah diparailiaka kiri dan
kanan
• Tampak pembesaran kelenjar pada aorta
• Tak tampak Efusi pleura
• Hepar, pancreas, limpa, kandung kemih, tak tampak kelainan
• Tak tampak massa intra abdomen
Diagnosis
Kerja
• Diagnosis pre operasi : Colitis fulminan susp
microperforation
PENATALAKSANAAN PRE OP
• Infus RL 1500/24jam
• Antran 1x1 prn
• Ranitidin 2x1 i.v
• Tamoliv 1gr prn
• Pelastin 3x1gr
Laporan Operasi
• Nama : Tn. Sumadi Heryadi
• Usia : 78 tahun
• Tanggal operasi: 24 Oktober 2018
• Jam : 14.12 – 14.38
• Diagnosis pra bedah : Colitis Fulminan Suspek
Micro Perforation
• Rencana tindakan : Reseksi usus besar dengan
stoma
Ditemukan :
• Pelvic peritonitis
• Adhesive usus permanen ke pelvic dengan fibrin
exudative
• Apendicitis acuta gangrenosa perforatif letak
retrocaecal
Dilakukan Tindakan operasi
Tindakan operatif :
• Abdominal Toilet
• Adhesiolysis Ileum Terminalis
• Appendectomy Antegrade
• Open silicone cavum pelvic RLQ
• Jahit kulit satu-satu
• Kehilangan darah : Minimal
• Komplikasi operasi : -
Diagnosis
• Diagnosis pasca operasi : Appendicitis acuta
perforans ganggrenosa dengan pelvic
peritonitis dan adhesive Ileum Terminalis
FOLLOW UP HARIAN (25-10-2018)
POD I P:
S : pasien post op appendicitis akuta
ganggrenosa perforate dan pelvic • Infus futrolit 1500 cc
peritonitis fibrin ileum terminalis, luka
operasi tertutup verban, mengeluhkan
• Infus gabaxa 100cc dalam
nyeri pada luka operasi, demam tidak 500 cc B Fluid
menggigil, tidak ada keringat dingin, mual
(+), muntah (+) 3x, nafsu makan
• Tomit 3x1 amp
berkurang, BAK dbn, Flatus (-). Bab (-) • Pelastin 3x1 IV
O : TTV • Vip albumin 3x1 sachet
– TD : 110/70 mmHg
– N : 72 x/ menit • Antrain amp IV bila nyeri
– R : 20 x/ menit • Glutrop 3x1
– S : 37,5 ◦C
– PF : • Ranitidin 2x1


Kepala : NGT klem
Abdomen : Luka operasi tertutup perban, • Tamoliv 1 gr prn
distensi, BU (+), Nyeri tekan (+), drain
sudah terpotong, terpasang colostomy. • Pumpicell 2x1
• Genitalia : Kateter
– Input : 2450 cc output : 1545 • GV POD III
cc
FOLLOW UP HARIAN (26-10-2018)
POD II P:
S: pasien post op appendicitis akuta ganggrenosa • Infus futrolit 1500 cc
perforate dan pelvic peritonitis fibrin ileum • Infus gabaxa 100cc dalam 500 cc B Fluid
terminalis, luka operasi tertutup verban, • Furamin 3x1 amp
mengeluhkan nyeri pada luka operasi, nyeri
operasi terutama saat batuk, mual (-), muntah(-). • Vip albumin 3x1 sach
BAK dbn. BAB (-) Flatus (-) • Dulcolax supp
O: TTV • Pelastin 3x1 iv
• TD : 120/80 mmHg • Glutrop 3x1
• N : 72 x/menit • Ranitidin 2x1
• R : 20 x/menit • Tamoliv 1 gr prn
• S : 36,9 ◦C • Pumpicell 2x1
• PF • GV POD III
– Kepala : NGT diklem
– Abdomen : Luka operasi tertutup perban, BU
(+), Nyeri tekan (+), terpasang colostomy
bag
– Genitalia : Kateter
• Input : 2450 cc Output :
1560 cc
FOLLOW UP HARIAN (27-10-2018)
POD III P:
S: pasien post op appendicitis akuta ganggrenosa • Infus futrolit 1500 cc
perforate dan pelvic peritonitis fibrin ileum • Infus gabaxa 100cc dalam 500 cc B Fluid
terminalis, luka operasi tertutup perban, nyeri • Vip albumin 3x1 sachet
pada luka operasi berkurang, mual (-), muntah (-),
Bak dbn. BAB (+) Flatus (+) • Glutrop 3x1
O: TTV • Pelastin 3x1 iv
• TD : 130/80 mmHg • Tamoliv ½ fls prn
• N : 80 x/menit • Furamin 3x1 amp
• R : 20 x/menit • Pumpicell 2x1
• S : 36,8 ◦C • Dulcolax supp
• PF
– Kepala : -
– Abdomen : Luka operasi tertutup perban, BU
(+), Nyeri tekan (+), terpasang colostomy
bag  20 cc darah
– Genitalia : Kateter
• Input : 2500 cc Output : 1460 cc
FOLLOW UP HARIAN (28-10-2018)
POD IV P:
S: pasien post op appendicitis akuta ganggrenosa • Infus futrolit 1500 cc
perforate dan pelvic peritonitis fibrin ileum • Infus gabaxa 100cc dalam 500 cc B Fluid
terminalis, luka operasi tertutup perban, nyeri • Vip albumin 3x1 sachet
pada luka operasi berkurang, mual (-), muntah (-),
BAK dbn • Glutrop 3x1
O: TTV • Tamoliv ½ fls prn
• TD : 120/80 mmHg • Pumpicell 2x1
• N : 82 x/menit • Dulcolax supp
• R : 20 x/menit • Pelastin 3x1 iv
• S : 36,6 ◦C
• PF
– Kepala : -
– Abdomen : Luka operasi tertutup perban, BU
(+), Nyeri tekan (+), terpasang colostomy
bag  18 cc darah
– Genitalia : Kateter
• Input : 2316 cc Output : 1575 cc
FOLLOW UP HARIAN (29-10-2018)
POD V P:
S: pasien post op appendicitis akuta ganggrenosa • Infus futrolit 1500 cc
perforate dan pelvic peritonitis fibrin ileum • Infus gabaxa 100cc dalam 500 cc B Fluid
terminalis, luka operasi tertutup perban, nyeri • Glutrop 3x1
pada luka operasi berkurang, mual (-), muntah (-),
Bak dbn. • Tamoliv ½ fls prn
O: TTV • Dulcolax supp
• TD : 110/80 mmHg • Pumpicell 2x1
• N : 70 x/menit
• R : 20 x/menit
• S : 36,6 ◦C
• PF
– Kepala : -
– Abdomen : Luka operasi tertutup perban, BU
(+), Nyeri tekan (+), terpasang colostomy
bag  15 cc darah
– Genitalia : Kateter
• Input : 2439 Output : 1000
FOLLOW UP HARIAN (30-10-2018)
POD VI P:
S: pasien post op appendicitis akuta ganggrenosa Infus B Fluid 1 L/ hari
perforate dan pelvic peritonitis fibrin ileum Diet PO exstra peptimun 4 x 150 cc
terminalis, luka operasi tertutup perban, nyeri Makan bubur sumsum PO2
pada luka operasi berkurang, mual (-), muntah (-),
BAK dbn. Glutrop tab 1x1
O: TTV Meaict tab 200 mg 2x1
• TD : 120/80 mmHg Pumpitor tab 20 mg 2x1
• N : 82 x/menit Oppsite besar
• R : 20 x/menit Oppsite kecil
• S : 36,5 ◦C
• PF
– Kepala : -
– Abdomen : Luka operasi tertutup perban, BU
(+), Nyeri tekan (+), Colotomy -> 5cc darah
– Genitalia : Kateter aff
• Input : 2415 cc Output : 1600 cc
Kondisi Pulang (31-10-2018)
S: pasien pulang dalam keadaan baik, nyeri berkurang, mual (-),
muntah (-)
O: TTV
• TD : 120/80 mmHg
• N : 86 x/menit
• R : 20 x/menit Kontrol tanggal 5-11-2018
• S : 36,6 ◦c
Colostomy UP
P:
Meiact tab 200 mg 2x1
Pumpitor tab 20 mg 2x1
Glutrop tab 1x1
LANDASAN TEORI
Anatomi
• Organ berbentuk tabung, Lumennya
menyempit di bagian proksimal dan melebar
di bagian distal.
• Panjang ± 10 cm dan berpangkal di sekum.
• variasi posisi: retrocaecal(65%), pelvic,
antecaecal, preileal, postileal.
• Perdarahan dari cabang apendikuler dari
a.ileocoelica
• Persarafan simpatis dari plexus mesenterikal
superior (T10-L1), dan parasimpatis berasal
dari n.vagus.
Fisiologi
• Organ limfoid  membentuk produk immunoglobulin  IgA
• Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap
infeksi.

Histologi
• Tunika mukosa : memiliki kriptus tapi tidak memiliki villus.
• Tunika submukosa : banyak folikel lymphoid.
• Tunika muskularis : stratum sirculare sebelah dalam dan stratum
longitudinale ( gabungan tiga tinea coli) sebelah luar.
• Tunika serosa : bila letaknya intraperitoneal asalnya dari
peritoneum viscerale.
APPENDISITIS AKUT
Definisi
• Merupakan peradangan yang terjadi pada
apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab
akut abdomen yang paling sering.
• Apendisitis dapat disebabkan karena infeksi atau
obstruksi pada apendiks. Obstruksi menyebabkan
apendiks menjadi bengkak , perubahan flora
normal dan mudah diinfeksi oleh bakteri. Jika
diagnosis lambat ditegakkan, dapat terjadi
perforasi pada apendiks. Sehingga akibatnya
terjadi Peritonitis atau terbentuknya abses
disekitar apendiks.
Etiologi
1. Faktor sumbatan (obstruksi)
60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan
lymphoid submukosa, 35% karena stasis fekal, 4%
karena benda asing dan sebab lainnya 1%
diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing.
2. Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis
primer pada apendisitis akut. Bakteri terbanyak
yang ditemukan adalah kombinasi antara
Bacteriodes fragililis dan E.coli, Pseudomonas sp.
Epidemiologi
• 250.000 kasus appendisitis yang terjadi di
Amerika Serikat setiap tahunnya
• Kasus negara maju > negara berkembang
• Ditemukan pada semua umur, hanya pada
anak kurang dari satu tahun jarang terjadi
• Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30
tahun
Klasifikasi
• Apendisitis akut: nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri
viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus dalam beberapa
jam nyeri akan berpindah ke titik Mc.Burney, sering disertai mual,
muntah dan umumnya nafsu makan menurun.
- Apendisitis akut fokal: apendiks tampak normal atau hiperemis
ringan dan edema, belum tampak adanya eksudat serosa.
- Apendisitis akut supurativa: didapatkan adanya obstruksi,apendiks
dan mesoapendiks tampak edema, kongesti pembuluh darah dan
terbentuk eksudat fibrinopurulen pada serosa
- Apendisitis akut gangrenosa: adanya tanda supurasi dan dinding
apendiks yang berwarna keunguan,kecoklatan atau merah
kehitaman (area gangren). Pada stadium ini sudah terjadi adanya
mikroperforasi
Klasifikasi
- Apendisitis perforasi: tampak dengan jelas adanya ruptur
apendiks, umumnya sepanjang antemesenterium dan
dekat pada letak obstruksi. Cairan peritoneal sangat
purulen dan berbau busuk
- Apendisitis abses: abses terbentuk disekitar apendiks yang
rupture biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum,
retrosekal, subsekal atau seluruh rongga pelvis bahkan
mungkin seluruh rongga abdomen.
• Apendisitis kronis: diagnosis ditegakkan jika ditemukan
adanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2
minggu dan berulang. Mikroskopis ditandai fibrosis
menyeluruh dinding apendiks, jaringan parut di mukosa
dan adanya sel inflamasi kronik
Patogenesis
Obstruksi lumen  sekresi mukus dan cairan
yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraluminal meningkat  aliran darah dan limfe
terhambat karena tekanan meningkat pada
dinding apendiks  iskemia mukosa inflamasi
dan ulserasi kemudian bakteri tumbuh pesat di
dalam lumen  bakteri menyerang mukosa dan
submukosa  inflamasi transmural, edema,
stasis vaskular, dan nekrosis  perforasi
Manifestasi Klinis
• Nyeri yang berpindah ke abdomen kanan
bawah
• Mual muntah
• Diare
• Subfebris
Pemeriksaan Penunjang
• Darah rutin  leukosit 12.000-18.000/mm3,
shift to the left
• Urinalisis
• USG
• Ct-scan
Penatalaksanaan
• Pemasangan infus,
• Puasakan pasien untuk persiapan operasi
• Analgetik apabila sudah setuju untuk operasi
• Appendektomi
Komplikasi
• Perforasi
• Infeksi
• Perlengketan
• Obstruksi usus
• Abses abdomen/ pelvis
Komplikasi
• Ruptur appendiks/perforasi terjadilah invasi oleh bakteri disekitar peritoneum
(reaksi awal adalah keluarnya eksudat fibrinosa, kantong-kantong nanah (abses)
terbentuk diantara perlekatan fibrinosa yang membatasi infeksi)
• Perlekatan/adhesive biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat
menetap sehingga menimbulkan obstruksi usus. Dapat terjadi secara terlokalisasi,
difus, atau generalisata.
• Pada peritonitis lokal dapat terjadi karena adanya daya tahan tubuh yang kuat
serta mekanisme pertahanan tubuh dengan melokalisir sumber peritonitis dengan
omentum dan usus.
• Pada peritonitis yang tidak terlokalisir dapat terjadi peritonitis difus -> peritonitis
generalisata dan terjadi perlengketan organ-organ intra abdominal dan lapisan
peritoneum viseral dan parietal -> hipoperistaltik sampai timbul ileus paralitik.
Cairan dan elektrolit hilang ke dalam usus mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi dan oliguria. Pada keadaan lanjut dapat terjadi sepsis, akibat
bakteri masuk ke dalam pembuluh darah.
Prognosis
• dipengaruhi oleh usia
• Apendisitis tanpa komplikasi  mortalitas
<0,1%
• Apendisitis dengan komplikasi  mortalitas 2-
5%

Anda mungkin juga menyukai