Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN KASUS

EKLAMSIA
ANTEPARTUM
Pembimbing : dr. H. Awie Dawizar, Sp. OG., D.MAS
Disusun oleh : Desti Oki Lestari

STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
IDENTITAS PASIEN
■ No. CM : 93.57.93
■ Nama : NY. S.
■ Umur : 17 Tahun
■ Agama : Islam
■ Alamat : Loji, Gekbrong
■ Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
■ Pendidikan Terakhir : SMP
■ Tanggal Masuk RS : 7 September 2020
KASUS
ANAMNESA
(Alloanamnesis dengan pasien pada 7 September 2020)

Keluhan Utama:
Pasien hamil 9 bulan datang dengan rujukan dari bidan dengan keluhan
kejang sebanyak 2 kali.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien hamil 9 bulan datang dengan rujukan dari bidan dengan keluhan
kejang sebanyak 2 kali. Kejang pertama terjadi di rumah selama 1 menit. Kejang
ditandai dengan badan kelojotan , mata mendelik ke atas dan setelah kejang
pasien sadar. Setelah 30 menit pasien kejang kedua kali dengan gejala yang sama
selama 1 menit, setelah itu pasien sadar.
Di bidan pasien mengeluhkan kepala pusing dan tidak lama pasien muntah.
Muntahan berisi cairan dan makanan. Lendir dan darah disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

TTV saat dirujuk: TD 160/100 mmHg, RR 24x/menit, suhu 36,8oC, HR


114x/menit. Pemeriksaan obstetri & ginekologi: DJJ 162x/menit, TFU 28cm, His
(-), pembukaan (-). Pasien dirujuk dengan diagnosis G1P0A0 dengan Eklampsia.
Sekitar + 1,5jam kemudian pasien sampai di IGD RSUD Sayang Cianjur,
pasien sudah tidak mengalami kejang. Namun pasien mengeluhkan pusing. Nyeri
kepala, penglihatan buram dan nyeri ulu tahi disangkal. Demam disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat hipertensi (-), epilepsi (-), diabetes mellitus (-), asma (-), penyakit
jantung (-), riwayat operasi kandungan (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat hipertensi (-), epilepsi (-), diabetes mellitus (-), asma (-), penyakit
jantung (-), preeklamsia (-), eklamsia (-).
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pasien seorang ibu rumah tangga, pola makan teratur 3x/hari dan tidak
mengkonsumsi alkohol, kopi dan tidak merokok.

RIWAYAT PENGOBATAN
Tidak ada obat yang dikonsumsi

RIWAYAT ALERGI
Tidak ada alergi makanan maupun obat-obatan
RIWAYAT PERNIKAHAN
Saat ini merupakan pernikahan yang pertama, pasien menikah saat
usia 16 tahun dan menikah pada tahun 2019.

RIWAYAT KONTRASEPSI
Pasien belum pernah menggunakan kontrasepsi sebelumnya.
RIWAYAT MENSTRUASI

■ Menarche : usia 12 tahun


■ Siklus haid : teratur, 28-30 hari
■ Lama Haid : 5 hari
■ HPHT : 16 Desember 2019
■ Taksiran Persalinan : 23 September 2020
RIWAYAT PERSALINAN
No. Tanggal Tempat Umur Jenis Persalinan Penolong Penyulit Anak
Persalinan Partus Kehamilan

1. Hamil ini - 37-38 minggu - - - -


PEMERIKSAAN FISIK
■ Keadaan umum: Tampak sakit sedang
■ Kesadaran : Composmentis, GCS: 15 (E 4, V 5, M 6)
■ Tanda Vital
Tekanan darah : 210/100 mmHg
Nadi ` : 84 kali/menit
Pernapasan : 24 kali/menit
Suhu : 36,8oC
■ Status Antopometri
Berat badan : 63 kg
Tinggi badan : 147 cm
STATUS GENERALIS
TORAKS
Jantung
Kepala : Normocephal
Inspeksi : iktus
Mata : KA (-/-), kordis tidak
SI (-/-), RPterlihat
(+/+)
Palpasi : iktus kordis
Leher : KGB tidakABDOMEN tidak teraba
teraba membesar, pem.
Perkusi.
Tiroid :
(-) batas atas : ICS 2 parasternal dextra
Cembung, lunak
batas kanan : ICS 4 parasternal dextra
batas kiri : ICS 5 midklavikula sinistra
Auskultasi : BJ I/II reguller, murmur (-), gallop
(-)
EKSTREMITAS
Paru-paru
Inspeksi : dinding dada simetris
Atas : Akral hangat (+/+), Edema (-/-), CRT <2’’
Palpasi : :Akral
Bawah vokalhangat
fremitus simetris
(+/+), Edema (-/-), CRT <2’’
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
STATUS OBSTETRI & GINEKOLOGI
PEMERIKSAAN LUAR :

TFU : 28 cm {TBJ: (28-11) x 155 = 2635 gram)


DJJ : 144 kali/menit DALAM :
PEMERIKSAAN
HIS : 2x10’ 25”
L1
V/V :tidak
Terasaadabagian
massa,bulat, lunak,
ulkus, tidak peradangan
dan tanda melenting
(bokong)
Porsio tebal dan lunak, pembukaan 1 cm, ketuban teraba
L2 : Terasa
dengan bagiankepala
presentasi keras memanjang di sebelah
kanan (puka)
L3 : Terasa bagian bulat, keras dan melenting
(kepala)
L4 : Konvergen
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (7 September 2020)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI      
Hematologi Lengkap      
Haemoglobin 11.3 12-16 g/dl
Hematokrit 34.1 37-47 %
Eritrosit 4.02 4.2-5.4 10^6/µl
Leukosit 17.4 4.8-10.8 10^3/µl
Trombosit 280 150-450 10^3/µl
MCV 84.8 80-94 fL
MCH 28.1 27-31 pg
MCHC 45.9 33-37 %
RDW-CD 13.9 10-15 %
PDW 13.9 2.2-3.2 g/dl
MPV 8.4 8-12 fL
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (7 September 2020)
HEMATOLOGI      
Differential       
Limfosit % 7.3 26-36 %
Monosit % 3.0 4-8 %
Neutrofil % 89.2 40-70 %
Eosinofil % 0.3 1-3 %
Basofil % 0.2 0-0.2 %
Absolut      
Limfosit 1.27 1.00-1.43 10^3/µl
Monosit 0.54 0.16-1.0 10^3/µl
Neutrofil 5.5 1.8-7.6 10^3/µl
Eosinofil 0.05 0-0.8 10^3/µl
Basofil 0.03 0-0.2 10^3/µl

Protein Urin ++ Negatif mg/dL


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (7 September 2020)
Glukosa Darah      
GDS 80 74-106 mg%
Fungsi Hati      
AST (SGOT) 27 15-37 U/L
ALT (SGPT) 14 14-59 U/L
Fungsi Ginjal      
Ureum 18.9 10-50 mg%
Kreatinin 0.8 0.5-1.0 mg%
Elektrolit      
Natrium (Na) 137.1 135-148 mEq/L
Kalium (K) 3.37 3.50-5.30 mEq/L
Calcium ion 1.17 1.15-1.29 mmol/L
Hepatitis Marker      
HBsAg Non reactive Non reactive index
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (8 September 2020)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


URINE      
Protein Urine +2 Negatif mg/dL

Laboratorium (9 September 2020)


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
URINE      
Protein Urine +1 Negatif mg/dL
RESUME
Ny. S 17 tahun datang dengan rujukan bidan mengaku hamil 9 bulan disertai
kejang 2x. Kejang ditandai dengan badan kelojotan, mata mendelik ke atas dan setelah
kejang pasien sadar. Kejang kedua terjadi setelah 30 menit dari kejang pertama. Pasien
dirujuk dengan diagnosis G1P0A0 dengan eklampsia.
Pada saat di IGD RSUD Sayang Cianjur pasien sudah tidak kejang. Berdasarkan
pemeriksaan fisik, didapatkan TD: 210/100 mmHg, suhu: 36,8oC, RR: 24 kali/menit,
HR : 84 kali/menit. Pemeriksaan obstetrik dan ginekologi, TFU: 28 cm, DJJ: 149
x/mnt, HIS: 2x10’ 25”, L1: Bokong, L2: Puka, L3: Kepala, L4: Konvergen, PD: v/v:
t.a.k, portio tebal lunak, pembukaan 1cm, ketuban (+) presentasi kepala.
Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium tanggal 7 September 2020 didapatkan
Leukosit 17.4 x 10^6/µl, Protein urin: +2.
DIAGNOSIS MASUK
G1P0A0 Gravida 37-38 Minggu dengan Eklampsia.
  DASAR DIAGNOSIS
G1P0A0 Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pasien, pasien mengaku saat
ini merupakan kehamilan yang pertama.

Gravida 37-38 minggu HPHT pasien yaitu tanggal 16 Desember 2019.


(Aterm) Rumus taksiran usia kehamilan = (Hari pemeriksaan-HPHT) x 4 1/3 dan
didapatkan hasil usia kehamilan yaitu 37 minggu 5 hari

Usia kehamilan berdasarkan HPHT 37 minggu 5 hari


Parturient Kala I fase Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan serviks 1cm dengan
laten presentasi kepala.
  DASAR DIAGNOSIS KASUS
Pada pasien ditemukan:
Eklampsia Eklampsia adalah kejang yang dialami wanita hamil dalam persalinan
- Pasien mengalami kejang
atau masa nifas yang disertai gejala-gejala preeklampsia (hipertensi, yang ditandai dengan badan
keljotan, mata mendelik ke
edema dan atau proteinuria).
atas dan setelah kejang
Menurut saat terjadinya, eklampsia dapat dibedakan atas: pasien sadar
- TD 210/110 mmHg
1. Eklampsia antepartum – terjadi sebelum persalinan
- Proteinuria (++)
2. Eklampsia intrapartum – terjadi sewaktu persalinan
3. Eklampsia pasca salin – terjadi setelah persalinan
Pada pasien ditemukan kejang sebelum persalinan, tekanan darah 210/100 mmHg dengan proteinuria (++).

Diagnosis yang lebih tepat :

G1P0A0 partuterient Aterm kala I fase laten dengan


Eklampsia antepartum.
RENCANA TINDAKAN
- Observasi TTV, His, DJJ
- Infus larutan RL
- MgSO4 loading dose dan maintenance dose
- Nifedipine tab 3x10mg
- Metildopa tab 3x500mg
- Misoprostol ½ tab PV
- Terminasi kehamilan
WAKTU PERSALINAN
Tanggal : 08 September 2020
Waktu : 00.35 WIB
Jenis persalinan: pervaginam
BB : 2500gr
PB : 45cm
Jenis kelamin : perempuan
Keterangan : bayi lahir tidak langsung menangis,
APGAR skor 4/6
DIAGNOSIS AKHIR
Rumah sakit:

P1A0 partus maturus dengan augmentasi drip atas indikasi


Eklampsia

Dokter muda:

P1A0 partus maturus dengan augmentasi drip atas indikasi


Eklampsia antepartum
FOLLOW-UP
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
7-9-20 Mulas (+), lendir TD : 160/110 mmHg Dx RS: Obs. TTV
18.00 (+), keluar air (-), HR : 84 x/menit G1P0A0 parturient Obs. DJJ
darah (-) RR : 24x/menit aterm kala I fase laten
T : 36,5°C dengan eklamsia Infus RL
DJJ : 138 x/menit
MgSO4
HIS : 3x10’ 25” Dx yang tepat:
maintenance dose
Porsio tebal lunak, G1P0A0 parturient
pembukaan 3-4cm aterm kala I fase laten Metildopa tab
presentasi kepala dengan eklampsia 3x500 mg
antepartum
Nifedipine tab 3x10
mg
Misoprostol ½ tab
PV
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
7-9-20 Mulas bertambah TD : 140/90 mmHg Dx RS: Obs. TTV
21.35 (+) merasa ingin HR : 84 x/menit G1P0A0 parturient Obs. DJJ
mengejan, lendir RR : 24x/menit aterm kala I fase aktif
(+), keluar air (-), T : 36,5°C dengan eklamsia Infus RL
darah (-) DJJ : 145 x/menit
MgSO4
HIS : 3x10’ 25” Dx yang tepat:
maintenance dose
Porsio tebal lunak, G1P0A0 parturient
pembukaan 7-8cm aterm kala I fase aktif Metildopa tab
presentasi kepala dengan eklampsia 3x500 mg
antepartum
Nifedipine tab 3x10
mg
Drip oxytocin 5IU
r/ pindah ruang VK
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
8-9-20 Mulas bertambah TD : 150/100 mmHg Dx RS: Memimpin persalinan
00.30 (+) merasa ingin HR : 84 x/menit P1A0 partus maturus dengan pervaginam
mengejan, gerakan RR : 24x/menit augmentasi drip atas indikasi Bayi lahir spontan, JK:
janin (+), lendir (+), T : 36,5°C eklamsia perempuan, BB 2,5kg, PB
keluar air (+), darah DJJ : 136 x/menit 45cm, AS 4/6
(+) HIS : 3x10’ 25” Dx yang tepat:
Porsio tidak teraba, P1A0 partus maturus dengan Induksi oxytocin 10IU IM
pembukaan lengkap augmentasi drip atas indikasi
presentasi kepala eklamsia antepartum PTT, plasenta lahir
spontan lengkap
Massage (+), tonus baik
Ekplore dilakukan, kesan
bersih
Perineun episiotomi
Obs. Kala IV
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
9-9-20 Mulas (-), nyeri TD : 120/80 mmHg Dx RS: Obs. TTV
08.30 post partum (+), HR : 84 x/menit P1A0 partus maturus Infus RL
pusing (-), sesak RR : 24x/menit dengan augmentasi
(-), nyeri ulu hati T : 36,5°C drip atas indikasi Metildopa tab
(-), pandangan TFU 2 jari dibawah eklamsia 3x500 mg
kabur (-) umbilikal
Cefadroxil
Protein urin (++) Dx yang tepat:
2x500mg
P1A0 partus maturus
dengan augmentasi Asam mefenamat
drip atas indikasi 3x500mg
eklamsia antepartum
Tablet Fe 1x1
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
10-9-20 nyeri post partum TD : 120/80 mmHg Dx RS: Obs. TTV
08.30 (+) HR : 84 x/menit P1A0 partus maturus Infus RL
RR : 24x/menit dengan augmentasi
T : 36,5°C drip atas indikasi Metildopa tab
TFU 2 jari dibawah eklamsia 3x500 mg
umbilikal
Cefadroxil
Protein urin (+) Dx yang tepat:
2x500mg
P1A0 partus maturus
dengan augmentasi Asam mefenamat
drip atas indikasi 3x500mg
eklamsia antepartum
Tablet Fe 1x1
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
11-9-20 Nyeri post partum TD : 130/90 mmHg Dx RS: Boleh pulang
08.30 berkurang HR : 84 x/menit P1A0 partus maturus Metildopa
RR : 24x/menit dengan augmentasi 3x500mg
T : 36,5°C drip atas indikasi
TFU 2 jari dibawah eklamsia Cefadroxil
umbilikal 2x500mg
Protein urin (+) Dx yang tepat:
Asam mefenamat
P1A0 partus maturus
3x500mg
dengan augmentasi
drip atas indikasi Tablet Fe 1x1
eklamsia antepartum
ANALISA KASUS
Apakah diagnosa pasien sudah tepat ?

Dx RS :
G1P0A0 parturient aterm kala I fase laten dengan eklampsia

Dx dokter muda :
G1P0A0 parturient aterm kala I fase laten dengan eklampsia antepartum
Apakah diagnosa pasien sudah tepat ?

Berdasarkan dari anamnesis pasien :


G1P0A0 Pasien mengaku saat ini merupakan kehamilan yang ke-1

HPHT pasien 16 Desember 2019.


Gravida Taksiran usia kehamilan = (Hari pemeriksaan-HPHT) x 4 1/3
37-38 didapatkan hasil usia kehamilan yaitu 37 minggu 5 hari.
minggu Persalinan cukup bulan (persalinan aterm labor) adalah persalinan
(Aterm) yang berlangsung antara umur kehamilan 37-42 minggu dari HPHT.
Apakah diagnosa pasien sudah tepat ?

Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan serviks 1cm dengan


presentasi kepala.
Kala I yaitu kontraksi dan dilatasi serviks, dimulai dari saat persalinan
Parturient
sampai pembukaan lengkap (10cm). Terbagi dalam 2 fase :
kala I Fase - Fase laten : dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
Laten
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung
hingga serviks membuka kurang dari 4cm.
- Fase aktif : dari pembukaan 4cm hingga pembukaan lengkap
(10cm).
Apakah diagnosa pasien sudah tepat ?

Eklampsia adalah kejang yang dialami wanita hamil dalam kehamilan,


persalinan atau masa nifas yang disertai gejala-gejala preeklamsia
(hipertensi, edema dan atau proteinuria).
Eklampsia Pada pasien didapatkan kejang sebelum persalinan, tekanan
antepartum darah 210/100 mmHg dan proteinuria (++)
Menurut saat terjadinya, eklampsia dapat dibedakan atas :
1. Eklampsia antepartum – terjadi sebelum persalinan
2. Eklampsia intrapartum – terjadi sewaktu persalinan
3. Eklamsia pasca salin – terjadi setelah persalinan
Diagnosa yang lebih tepat :

G1P0A0 parturient aterm


kala I fase laten dengan
eklampsia antepartum
ANALISA KASUS
Kasus Teori
Peningkatan
Disfungsi endotel akan mempengaruhi fungsi dari sel endotel yang salah satunya adalah untuk
Tekanan Darah
memproduksi prostaglandin/protasiklin. Ketika endotel rusak akan terjadi gangguan metabolisme
prostaglandin, dimana fungsi prostaglandin adalah sebagai vasodilator kuat. Selain itu disfungsi
endotel juga akan menyebabkan agregasi trombosit yang memproduksi tromboxan (TXA2). Dalam
keadaan normal, kadar prostaglandin/protasiklin lebih tinggi tetapi pada keadaan preeclampsia
kadar tromboxan lebih tinggi sehingga terjadi kenaikan tekanan darah akibat vasokonstriksi.
Kejang dapat disebabkan oleh hipoksia karena vasokontriksi lokal otak, dan fokus perdarahan di
Kejang
korteks otak. Kejang juga sebagai manifestasi tekanan pada pusat motorik di daerah lobus frontalis.
ANALISA KASUS

Kasus Teori
Proteinuria
Proteinuria terjadi akibat kerusakan sel glomerulus yang mengakibatkan
meningkatnya permeabilitas membrane basalis sehingga terjadinya
kebocoran yang mengakibatkan proteinuria.

Nyeri Kepala Disfungsi endotel menyebabkan turunnya jumlah prostasikilin sehingga


terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah. Sehingga menyebabkan
menipisnya selaput meningens, dan menimbulkan gejala pusing dan nyeri
kepala.
patofisiologi
Menghasilkan Mengubah asam lemak
Hipoksia dan Merusak membran tidak jenuh menjadi
oksidan (radikal sel peroksida lemak
iskemia plasenta
hidroksil)

Beredar ke seluruh
Merusak membran
Disfungsi endotel tubuh lewat
sel endotel
pembuluh darah

Penurunan Peningkatan Perubahan sel


Prostaglandin/protas Agregasi trombosit permeabilitas endotel
iklin (vasodilator kapiler glomerulus
kuat)

Menghasilkan
Peningkatan Terjadi
tromboxan
permeabilitas kebocoran
(vasokonstriktor kuat)
membran basalis

Proteinuria
Peningkatan Vasokonstri
TD ksi di otak

Iskemia
serebri Kejang
PATOFISIOLOGI

Mengganggu Edema pada


Vasokonstriksi auto regulasi Edema di lobus
pembuluh occipital
di otak Cerebral Blood darah otak
Flow (CBF)

Gangguan
visual Sakit kepala

Peningkatan
Nekrosis
enzim hepar
hepatoselullar
(SGOT/SGPT)
Vasokonstriksi
pada hepar

Terjadinya Nyeri pada


obstruksi aliran Distensi hepar epigastrium dan
darah kuadran kanan
atas
PATOGENESIS
Invasi Trofoblas Abnormal

Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke
dalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut
sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar
arteri spiralis, sehingga matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis
mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan dilatasi lumen arteri spiralis ini memberi
dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vascular dan peningkatan
aliran darah pada daerah uteroplasenta, sehingga aliran darah ke janin cukup banyak
dan perfusi meningkat dan pertumbuhan janin baik.
PATOGENESIS
Invasi Trofoblas Abnormal

Pada hipertensi dalam kehamilan, tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan
otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya, sehingga lapisan otot arteri spiralis
tidak mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis mengalami
vasokonstriksi dan aliran darah uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan
iskemia plasenta.
PATOGENESIS
Teori iskemia plasenta, pembentukan
oksidan/radikal bebas dan disfungsi endotel

Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (radikal
bebas). Salah satu oksidan yang dihasilkan akibat dari plasenta hipoksia adalah radikal
hidroksil yang sangat toksik terhadap membrane sel endotel pembuluh darah. Radikal
hidroksil akan merusak membrane sel yang banyak mengandung asam lemak tidak
jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membrane sel,
juga akan merusak nukleus, protein sel endotel dan menyebabkan terjadinya disfungsi
sel endotel.
PATOGENESIS
Teori iskemia plasenta, pembentukan
oksidan/radikal bebas dan disfungsi endotel

Disfungsi sel endotel akan menyebabkan:


• Penurunan produksi prostaglandin atau prostasiklin yaitu suatu vasodilator kuat

• Pada preeklampsia kadar tromboxan lebih tinggi dari kadar prostasiklin sehingga terjadi
vasokonstriksi dan terjadi kenaikan tekanan darah
• Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus (glomerular endotheliosis)
• Peningkatan permeabilitas kapiler
• Peningkatan produksi bahan-bahan vasopressor, yaitu endothelin

• Peningkatan faktor koagulasi.


PATOGENESIS
Faktor genetik
• gen MTHFR
• F5 (Leiden)

• AGT (M235T)
• HLA

• NOS3 (Glu 298 Asp)


• F2 (G20210A)

• ACE

Variasi genetik lainnya, termasuk faktor lingkungan dan epigenetik, juga sangat berpengaruh terhadap ekspresi
genotip dan fenotip sindrom preeklamsia.
Apakah tindakan yang dilakukan pada
pasien sudah tepat ?
Kasus:

- MgSO4 loading dose (4gram MgSO4 loading dose (4 gram MgSO4


40% secara IV sebanyak 10 cc dalam 100 RL selama 15 menit
kemudian lanjutkan MgSO4 maintenance dose (10 gram MgSO4 40%
secara IV sebanyak 25 cc dalam 500 mL RL dalam tetesan lambat),
- Metildopa 500 mg, Nifedipine 10 mg
- Terminasi
Mengatasi dan Mencegah Kejang

• Dosis awal 4 gram MgSO4,(MgSO4 20% sebanyak 20 cc atau MgSO4 40%


sebanyak 10 cc) dilarutkan ke dalam 100 cc cairan ringer laktat atau ringer dextrose
selama 15-20 menit secara iv dengan tetesan ± 50 tpm, akan habis dalam 15-20
menit
• Dosis pemeliharaan 10 gram (MgSO4 20% sebanyak 50 cc atau MgSO4 40%
sebanyak 25 cc) dalam 500 cc RL/RD dengan kecepatan 1-2 gram per jam
• Bila timbul kejang-kejang ulangan maka dapat diberikan 2 gram MgSO4 20% IV
selama 2 menit, sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian loading dose.
Syarat-syarat pemberian MgSO4: MgSO4 dihentikan bila :

• Ada tanda-tanda intoksikasi


• Harus tersedia antidotum MgSO4 bila terjadi
• Setelah 24 jam pascasalin
intoksikasi yaitu kalsium glukonas 10%=1g (10% • Atau dalam 6 jam pascasalin
dalam 10 cc) diberikan intravena 3 menit sudah terjadi perbaikan tekanan
darah
• Refleks patella (+) kuat
• Frekuensi pernapasan >16 x/menit
• Produksi Urin ≥ 30 cc per jam (≥0,5 cc/kgBB/jam)
Antihipertensi
Hydralazine
2 mg i.v dilanjutkan dengan 100 mg dalam 500 cc NaCl secara titrasi sampai tekanan darah
sistolik <170 mmHg dan diastolic <110
Labetalol
Labetalol 20 mg bolus i.v. bila tidak berhasil menurunkan tekanan darah selama 10 menit,
labetalol dapat diulangi dengan pemberian 40 mg, lalu 80 mg setiap 10 menit (maksimal 220 mg)
sampai mencapai tekanan darah yang diinginkan
Nifedipine
Dosis awal 10 mg per oral setiap 30 menit (maksimal 120 mg/hari) sampai tercapai tekanan darah
yang diinginkan. Nifedipine tidak boleh dibrikan sublingual.
Obat-obat lain
Seperti metildopa, nikardipin, verampil, nimodipine.
Terminasi
Semua kehamilan dengan eklamsi dan impending eklamsi harus diakhiri
tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.

Usia kehamilan >28 minggu


• Misoprostol 50 ug intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah
pemberian pertama.
• Pemasangan metrolisa 100 cc dapat dilakukan setelah ada pembukaan.
• Pemberian tetes oksitosin 5 UI dalam Dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit
sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande
multigravida sampai 2 labu.
• Kombinasi ketiga cara diatas.
KESIMPULAN
Eklamsia adalah kejang yang dialami wanita hamil dalam persalinan atau masa nifas
yang disertai gejala-gejala preeklamsi (hipertensi, edema dan atau proteinuria).
Eklamsia adalah kelainan akut pada preeklamsi atau preeklamsi berat, dalam kehamilan,
persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dengan atau tanpa
penurunan kesadaran (gangguan sistem saraf pusat).
Penatalaksanaan dari kasus ini adalah terminasi menggunakan misoprostol 50ug yang
dilakukan pervaginam untuk menjadikan serviks dilatasi dan terjadi pendataran
sehingga dilakukan persalinan pervaginam.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai