DERMATOTERAPI
Oleh:
Adeta Yuniza M
2015730002
Pembimbing:
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan refreshing
yang berjudul Dermatoterapi.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada dr. Bowo Wahyudi,
Sp.KK, selaku konsultan dibagian Kulit di RSUD Banjar dan rekan-rekan yang
telah membantu penulis dalam pembuatan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi
para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4
1.1.Latar Belakang...................................................................................4
1.2.Tujuan Penulisan................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................4
2.1.Pengobatan Topikal...........................................................................5
2.2.Pengobatan Sistemik........................................................................13
2.3.Pengobatan Fisik..............................................................................16
2.4.Pengobatan Alternatif dan Komplementer.......................................17
2.5.Tindakan Bedah Dermatologi..........................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
iv
Dipengaruh fisik dan kimiawi obat-obat yang diaplikasi dipermukaan kulit
yang sakit antara lain: mengeringkan, membasahi (hidrasi), lubrikasi,
mendinginkan, melembutkan, memanaskan, dan melindungi (proteksi) dari
pengaruh buruk dari luar. Hal itu untuk homeostasis, yaitu mengembalikan kulit
yang sakit dan jaringan di sekitarnya ke keadaan fisiologik stabil juga untuk
menghilangkan gejala misalnya rasa gatal dan panas.1 Prinsip obat topikal terdiri
atas 2 bagian:
1. Cairan
Cairan terdiri dari:
a. Solusio : larutan dalam air
b. Tingtura :larutan dalam alkohol
Solusio terdiri:
v
Kompres
Rendam (bath),
Mandi (full bath)
Prinsip pengobatan ialah dengan membersihkan kulit yang sakit dari
debris (pus, krusta dll) selain itu terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel, bula,
dan pustula. Hasil yang di dapat keadaan yang basah jadi kering, permukaan
menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak tumbuh dan proses epitelisasi
dimulai. Pengobatan cairan berguna untuk menghilangkan rasa gatal, rasa
terbakar, parestesi oleh bermacam-macam dermatosis.1
Perlu diingat pengobatan cairan dapat menyebabkan kulit kering sehingga
harus dipantau jika keadaan sudah kering pemakaiannya dikurangi dan jika perlu
dihentikan.1 Ada 2 macam cara kompres, yaitu:
a. Kompres Terbuka
Dasar : Penguapan cairan kompres disusul → oleh absorbsi eksudat atau pus.
Indikasi :
Dermatosis Madidans
Infeksi kulit eritema, misalnya erysipelas
Ulkus dengan pus dan kusta
Efek pada kulit :
Kulit yang semula eksudatif menjadi kering
Permukaan kulit menjadi kering
Vasokonstriksi
Eritema berkurang
Cara :
Pakai kain kasa yang non-iritasi dan tidak terlalu tebal. Balutan tidak ketat,
tidak perlu steril, dan jangan menggunakan kapas karena lekat dan menghambat
penguapan.
vi
Dasar : Vasodilatasi, bukan untuk penguapan
Indikasi : Kelainan yang dalam, seperti limfogranuloma venerium
Cara : Digunakan balutan tebal dan ditutup dengan bahan impermeabel, misalnya
selofan atau plastik.4
2. Bedak
3. Salap
Bahan seperti lemak dengan bahan dasar vaselin, tetapi ada pula lanolin atau
minyak.1
Indikasi:
4. Bedak Kocok
Merupakan campuran air dan bedak, ditambah gliserin sebagai perekat
untuk memperluas area penguapan cairan penyusunnya sehingga memberi efek
dingin. Bila didiamkan bedak kocok cenderung mengendap, sehingga sebelum
pemakaian harus dikocok dahulu.4
vii
Indikasi : dermatosis yang kering, superfisial dan agak luas. KI :
dermatitis madidans dan daerah badan yang berambut.1
5. Krim
Sediaan semisolid mengandung zat aktif dan membentuk emulsi.
Kestabilan emulsi, digunakan agen pengemulsi (emulsifier). Surfaktan dapat
digunakan sebagai bahan pengemulsi. Beberapa contoh nya adalah sodium
lauril sulfat, Spans, dan Tweens. Krim dapat dibagi menjadi krim oil-in-water
dan krim water-in-oil.1
Krim water-in-oil mengandung air <25% dengan minyak sebagai medium
pendispersi dan juga zat pengawet sediaan ini kurang lengket sehingga relatif
lebih mudah diaplikasikan. Memiliki efek emolien karena mengandung
minyak, sedangkan kandungan air untuk efek mendinginkan.4
Krim oil-in-water mengandung air >31%. Sediaan relatif lebih mudah
dibersihkan bila mengenai pakaian. Minyak dalam sediaan ini menyebabkan
rasa lembut saat diaplikasikan. Penelitian menunjukkan bahwa sediaan krim
dengan kandungan lemak rendah memiliki penetrasi lebih baik dibanding
sediaan dengan konsentrasi lemak yang lebih tinggi.4
Indikasi : dermatosis yang subakut dan luas, dapat digunakan di daerah
yang berambut. KI: dermatitis madidans.1
6. Pasta
Campuran antara bedak dan vaselin pada dasarnya adalah salep yang
ditambahkan bedak dalam jumlah yang cukup besar, hingga mencapai 50%
berat campuran.4 Seperti halnya salep, pasta berfungsi sebagai protektan
membentuk lapisan penutup di atas permukaan kulit.4
Indikasi : dermatosis yang agak basah, kontraindikasinya : dermatosis
yang eksudatif dan daerah yang berambut, daerah genital eksterna dan lipatan-
lipatan badan.1
7. Linimen
Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak, dan salep.
Indikasi:subakut. Kontraindikasi: dermatosis madidans.1
GEL
viii
Zat diantaranya adalah karbomer, metilselulosa, dan tragakan. 1Jel mudah
diaplikasikan pada kulit, memiliki penetrasi yang baik. Kekurangan nya adalah
efek protektif rendah dan dapat menyebabkan kulit kering dan panas bila
kandungan alkohol atau propilen glikolnya tinggi.4
B. Bahan Aktif
Selain vehikulum, diperlukan juga bahan aktif dengan khasiat tertentu untuk
pengobatan.
Bahan aktif yang digunakan antara lain:
1. Aluminium asetat
Contohnya : larutan Burowi mengandung aluminium asetat 5%.
Efeknya : astringen dan antiseptic ringan. Jika digunakan sebagai kompres
diencerkan 1:10.1
2. Asam asetat
Sebagai kompres dengan larutan 5%, bersifat antiseptic untuk infeksi
Pseudomonas.1
3. Asam Benzoat
4. Asam borat
Konsentrasi 3%, berhubungan efek antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat
toksik, teutama pada kelainan yang luas dan erosive.1
5. Asam salisilat
6. Asam undersilinat
ix
7. Asan Vitamin A (tretinoin, asam retinoat)
Efek
Indikasi
8. Benzokain
Bersifat anastesia. Konsentrasinya 0,5 -5% tidak larut dalam air, lebih
larut dalam minyak (1:35), dan lebih larut lagi dalam alcohol. Sering
menyebabkan sensitisasi.1
9. Benzyl benzoate
10. Comphora
x
Indikasi
Aplikasi klinis
a. Cara aplikasi
Telangiektasis.
Purpura.
Dermatosis akneformis.
Hipopigmentasi.
Dermatitis perioral.3
12. Mentol
13. Podofilin
xi
14. Selenium disulfide
15. Sulfur
Bersifat anti seboroik, anti akne, anti scabies, anti bakteri dan anti jamur.
Yang digunakan yaitu sulfur presipitatum/sulfur tingkat terhalus berupa bubuk
kuning kehijauan. Digunakan dalam cream, pasta, salep dan bedak kocok.3
16. Ter
Preparat ter yang sering digunakan ialah likuor karbonis detergens karena
tidak berwarna hitam seperti yang lain dan tidak begitu berbau. Memiliki efeknya
antti pruritus, antiradang, anti ekzem, anti akan tosis keratoplastik dapat
digunakan untuk psoriasis dan dermatitis kronik dalam salep.3
17. Urea
Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai emolien, dapat
dipakai sebagia iktiosis atau xerosis kutis.3
Golongan antiseptik:
a. Alkohol:
Etanol 70% mempunyai potensi antiseptik yang optimal. Efek sampingnya
menyebabkan kulit menjadi kering.3,7
b. Fenol
pada konsentrasi tinggi, memiliki efek kaustik, sedangkan pada
konsentrasi rendah bersifat bakteriostatik dan antipruritik (1/2-1%). 3,7
c. Halogen
xii
Yodium dipakai untuk desinfektan kulit pada pembedahan. Sesudah
setelah itu kulit harus dibersihkan dengan alkohol 70%.3,7
d. Zat-zat pengoksidasi
Dipakai sebagai desinfektan pada derma-terapi topikal.
e. Senyawa logam berat
Larutan perat nitrat dipakai untuk ulkus yang disertai pus yang disebabkan
oleh kuman negatif-gram.7
f. Zat warna
Metil rosanilin klorida atau gentian violet mempunyai efek antimikroba
terhadap Candida albican..3,7
a) Glukokortikosteroid sistemik
Mempunyai obat anti inflamasi dan imunosupresi. Seperti:
hidrokortison, prednisolon. indikasi KS:
Penyakit vesikobulosa autoimun (pemfigus, pemfigoid bulosa)
Reaksi anafilaksis (akibat sengatan, alergi obat)
gangguan vascular autoimun (lupus eritomatosus sistemik,
dermatomyositis)
Reaksi kusta tipe 1
angioedema
b) Antihistamin
Antihistamin digolongkan menjadi tiga kategori yaitu
antihistamin penghambat resptor HI (AHI), antihistamin penghambat
xiii
resptor H2 (AH2), antihistamin penghambat resptor H3 (AH3). AH1
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu AHl generasi pertama yaitu yang
memiliki efek sedasi karena memiliki kemampuan untuk melewati
sawar darah otak. Sedangkan AHI generasi kedua tidak dapat
menembus sawar darah otak sehingga efek sedasi minimal atau tidak
ada. Antihistamin HI digunakan untuk urtikaria, angioedema dan
DKA, gigitan serangga, maupun pruritus idiopatik.11
c) Antibiotik
Mayoritas infeksi kulit dan jaringan lunak disebabkan oleh
organisme Gram positif, yang sebagian besar rentan terhadap agen
terkenal dengan spektrum aktivitas antimikroba yang relatif sempit.
Antibiotik B - laktam, makrolida , dan florokuinolon merupakan
antibiotik utama untuk infeksi kulit dan jaringan lunak yang ringan.12
d) Antivirus
Antiviral bekerja dengan berbagai cara, dan spektrum aktivitasnya
bisa sangat spesifik (amantadine) atau cukup luas (ribavirin). Sering
digunakan untuk infeksi herpesvirus.13
e) Antifungi
Uuntuk infeksi kulit jamur tinea pedis, onikomikosis, dan tinea
capitis. Kelas utama obat antijamur yang digunakan adalah allylamines
(terbinafine), triazol (itrakonazol, flukonazol) dan imidazol
(ketokonazol), griseofulvin, polyenes (nistatin, amfoterisin B), dan
oligon ciclopirox. 13
f) Dapson
Penyakit dengan respon yang konsisten terhadap dapson adalah
dermatitis herpetiformis, eritema elevatum diutinum, imunoglobulin
linier Penyakit dermatosis/ kronis bulosa erupsi pada anak dan bulosa
lupus eritematosus sistemik. Juga efektif pada kusta, actinomycetoma,
atau rhinosporidiosis. Efek sampingnya adalah hemolisis dan
methemoglobulinemia.
xiv
g) Retinoid
Fungsi biologis dan tindakan retinoid meliputi: reproduksi,
pertumbuhan embrio, dan morfogenesis, modulasi proliferasi dan
diferensiasi epitel, penurunan ukuran kelenjar sebaceous (isotretinoin),
Terdapat empat jenis retinoid oral adalah isotretinoin (jerawat),
alitretinoin (eksim tangan kronis), acitretin / etretinate (psoriasis,
gangguan keratinisasi) dan bexarotene (limfoma sel T kutaneous).
i) Antiangiogenik
Agen antiangiogenik langsung bertindak langsung pada sel
endotel yang tidak dapat ditransformasikan untuk mencegah proliferasi
migrasi, dan kelangsungan hidup. Agen antiangiogenik tidak langsung
menghambat protein onkogen yang diproduksi tumor yang
mempromosikan keadaan proangiogenik. Agen antiangiogenik efektif
melawan tumor yang tumbuh lambat.
xv
yang bersifat fotosensitizer seperti psoralen dalam PUVA . Kombinasi UV
B dan UV A lebih baik daripada hanya UVB. UV A bekerja pada sel
Langerhans dan eosinofil, sedangkan UV B mempunyai efek
imunosupresif dengan cara memblokade fungsi sel Langerhans, dan
mengubah produksi sitokin keratinosit.13,14
3) Radioterapi
Radioterapi adalah jenis terapi yang menggunakan radiasi tingkat
tinggi terutama untuk menghancurkan sel - sel kanker. Radiasi akan
merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi sel - sel kanker akan
terhambat. Tujuan nya untuk mengurangi dan menghilangkan rasa sakit
atau tidak nyaman akibat kanker dan sebagai adjuvant untuk risiko
kekambuhan dari kanker. Sel - sel kanker yang mati akan hancur, dibawa
oleh dan diekskresi keluar dari tubuh. Radiasi mempunyai efek pada
jaringan yang membelah dengan cepat yang sangat baik.8,9 Efek samping
yang terjadi selama radioterapi bisa ditangani, radiasi yang diberikan
melalui tubuh pasien dan tidak tertinggal di dalam tubuh sehingga pasien
tidak bersifat radioaktif.13,14
xvi
Intervensi utama yang digunakan dalam dermatologi holistik adalah
pengobatan herbal, suplemen, diet, dan bantuan sistem pencernaan empat.
a. Eksisi
Eksisi atau Flap and Graft adalah pemotongan atau pengambilan jaringan
atau masa kulit untuk tandur. Khusus untuk tindakan flap and graft lanjut
memerlukan surat keterangan kompetensi tambahan dari Kolegium Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin. Indikasi tindakan eksisi atau flap and graft
antara lain tumor jinak (lipoma, kista, nevus), tumor ganas (karsinoma sel
basal, karsinoma sel skuamosa, melanoma maligna), atau kelainan kulit
lainnya (revisi skar, dan lain sebagainya).13
b. Mohs Micrographic Surgery
Metode tepat untuk kanker kulit yang menghasilkan tingkat kesembuhan
tertinggi dengan konservasi, kosmesis, dan fungsi maksimal. MMS
diindikasikan untuk pengobatan atau kanker sel basal dan kanker sel
skuamosa dan beberapa jenis kanker kulit yang jarang terjadi. 13,14
c. Krioterapi
xvii
Elektrofulgurasi adalah penggunaan elektroda tunggal yang mampu
menghasilkan bunga api tanpa menyentuh jaringan. Indikasi untuk
elektrofigurasi antara lain veruka, skin tag, dan keratosis seboroik.
f. Subsisi
Subsisi merupakan tindakan pembebasan jaringan subkutis untuk
perbaikan sikatriks hipotrofik dan kerutan. Indikasinya adalah skar
hipotrofik yang tertarik ke dermis. 16
g. Skin Needling
Skin needling adalah tindakan rejuvenasi kulit dengan proses
inflammatory healing dan platelet derived growth factor. Indikasi
dilakukan skin needling antara lain skar atrofi/hipotrofi, wrinkle,
stretchmark, dan skin laxity. 16
h. Dermabrasi
Tindakan meratakan kulit secara mekanis. Indikasinya adalah kerusakan
kulit akibat matahari, penuaan dini kulit. 16
i. Mikrodermabrasi
Tindakan meratakan kulit dengan menggunakan semburan butiran
mikroskopik, biasanya silika. Indikasinya adalah kerusakan kulit akibat
matahari, penuaan dini kulit, kelainan pigmentasi, parut superfisial, dan
xviii
aknevulgaris.
j. Injeksi Bahan Pengisi (Filter)
Injeksi bahan pengisi merupakan penggunaan bahan pengisi untuk
perbaikan kontur kulit. Indikasinya adalah kelainan kulit akibat penuaan
dini dan revisi skar.
k. Injeksi Toksin Botulinum
Injeksi toksin botulinum adalah penyuntikan toksin botulinum untuk
menghilangkan kerutan dan indikasi kulit lainnya seperti hyperhidrosis
dan bromhidrosis.
l. Blefaroplasti
Blefaroplasti adalah tindakan pembedahan kelopak mata. Untuk
melakukan blefaroplasti dokter memerlukan surat keterangan kompetensi
tambahan dari Kolegium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Indikasi:
dermatochalasis, stetochalasis, blefaroschalasis, oriental-lids,
xanthelasma.
m. Sklroterapi
Untuk pengobatan telangiektasis dan venulektasis superfisial pada
ekstremitas inferior disuntikan bahan sklerosan, termasuk penyuntikan
sejumlah bahan iritan tertentu pada dilatasi vena kulit yang tidak normal
dilanjutkan dengan pembebatan. Indikasi skleroterapi antara lain
telangiektasis, vena retkuler, dan varises. 16
n. Sedot Lemak ( Liposuction )
Prosedur kosmetik yang paling sering dilakukan dan dipraktikkan
secara luas oleh ahli bedah dermatologis. Teknik tumescent anestesi lokal
adalah salah satu inovasi terpenting dalam operasi sedot lemak.
Liposuction yang dilakukan dengan anestesi lokal tumesen memungkinkan
pengangkatan sejumlah besar lemak derigan aman dan efektif. 13,14
o. Vitiligo
xix
Vitiligo merupakan tindakan bedah untuk vitiligo yang telah stabil lebih
dari enam bulan san uia di atas 12 tahun. Indikasinya adalah adanya
vitiligo.
xx
DAFTAR PUSTAKA
xxi
14. Weller RB, Hunter HT, Mann MW.Clinical dermatology. 8th
ed.Oxford:Wiley Blackwell.2015. p. 359-396
15. Moerbono M. (2013). Cryosurgery in Dermatology. Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
16. Nouri K (Ed). (2013). Dermatologic Surgery Step by Step . West
Sussex: WIley- Blackwell.
17. Gauglitz GG, Korting HC, Pavicic T, Ruzicka T, Jeschke MG.
Hypertrophic scarring and keloids: Pathomechanisms and current and
emerging treatment strategies. Mol Med 2011;17(1-2):113-25.
xxii