Anda di halaman 1dari 22

REFRESHING

DERMATOTERAPI

Oleh:

Adeta Yuniza M

2015730002

Pembimbing:

Dr. Bowo Wahyudi, Sp.KK

STASE ILMU PENYAKIT KULIT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJAR 

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan refreshing
yang berjudul Dermatoterapi.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada dr. Bowo Wahyudi,
Sp.KK, selaku konsultan dibagian Kulit di RSUD Banjar dan rekan-rekan yang
telah membantu penulis dalam pembuatan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih


banyak terdapat kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan guna perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi
para pembaca.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4

1.1.Latar Belakang...................................................................................4
1.2.Tujuan Penulisan................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................4

2.1.Pengobatan Topikal...........................................................................5
2.2.Pengobatan Sistemik........................................................................13
2.3.Pengobatan Fisik..............................................................................16
2.4.Pengobatan Alternatif dan Komplementer.......................................17
2.5.Tindakan Bedah Dermatologi..........................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan organ yang istimewa pada manusia dan bagian


tubuh terbesar yang memiliki banyak fungsi penting, di antaranya adalah
fungsi proteksi, termoregulasi, respon imun, sintesis senyawa biokimia,
dan peran sebagai organ sensoris.1

Dermatoterapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari


pengobatan penyakit kulit. Pengobatan penyakit kulit ada banyak
macamnya, yaitu medikamentosa (topikal atau sistemik), bedah kulit
(bedah skalpel, bedah listrik, bedah kimia, bedah beku), penyinaran
(radioterapi, sinar UV, sinar laser), serta psikoterapi. Umumnya di
departemen kulit dan kelamin pengobatan penyakit kulit terdiri atas
topikal, sistemik dan intralesi. Pengobatan topikal dilakukan bila lesinya
sedikit, dan jika didapatkan hasil laboratorium tidak normal, misalnya
menurunnya fungsi hati dan ginjal. Sedangkan pengobatan sistemik
dilakukan apabila lesinya luas, dileksinya sulit untuk pengobatan topikal,
jika pengobatan topikal belum memadai, pasien imunokompremais dan
hasil laboratorium normal.1

1.2 Tujuan Penulisan

 Memahami mengenai jenis - jenis terapi pada penyakit kulit.

 Memperkenalkan bentuk dan cara pengobatan pada penyakit


kulit sesuai dengan keadaan penyakit

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGOBATAN TOPIKAL

iv
Dipengaruh fisik dan kimiawi obat-obat yang diaplikasi dipermukaan kulit
yang sakit antara lain: mengeringkan, membasahi (hidrasi), lubrikasi,
mendinginkan, melembutkan, memanaskan, dan melindungi (proteksi) dari
pengaruh buruk dari luar. Hal itu untuk homeostasis, yaitu mengembalikan kulit
yang sakit dan jaringan di sekitarnya ke keadaan fisiologik stabil juga untuk
menghilangkan gejala misalnya rasa gatal dan panas.1 Prinsip obat topikal terdiri
atas 2 bagian:

a. Bahan Dasar (vehikulum)


b. Bahan Aktif.1

A. Bahan Dasar (Vehikulum)


Vehikulum adalah zat inaktif sebagai pembawa obat/ zat aktif agar dapat
berkontak dengan kulit. Walaupun inaktif, vehikulum dapat memberikan
beberapa efek fisik misalnya efek proteksi, mendinginkan, hidrasi, mengeringkan/
mengangkat eksudat, dan lubrikasi, serta efek kimiawi/ farmakologis, misalnya
efek analgesik, sebagai astringent, antipruritus, dan bakteriostatik.4
Berdasarkan penyusunnya, vehikulum digolongkan dalam monofasik, bifasik,
dan trifasik. Vehikulum monofasik adalah bedak, salep, dan cairan. Vehikulum
bifasik adalah bedak kocok, pasta, dan krim. Vehikulum trifasik yaitu pasta
pendingin. Selain itu vehikulum lain yang tidak masuk ke golongan tersebut, yaitu
jel. Berdasarkan kelarutannya dalam air pada vehikulum, yaitu terdapat vehikulum
hidrofobik dan vehikulum hidrofilik. Vehikulum hidrofobik terdiri hidrokarbon,
silikon, alkohol, sterol, asam karboksilat, ester dan poliester, serta eter dan
polieter. Vehikulum hidrofilik terdiri poliol dan poliglikol, ester dan poliester, eter
dan polieter. Berdasarkan konsistensinya, vehikulum dibagi menjadi cair, solid,
dan semisolid. 4

1. Cairan
Cairan terdiri dari:
a. Solusio : larutan dalam air
b. Tingtura :larutan dalam alkohol
Solusio terdiri:

v
 Kompres
 Rendam (bath),
 Mandi (full bath)
Prinsip pengobatan ialah dengan membersihkan kulit yang sakit dari
debris (pus, krusta dll) selain itu terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel, bula,
dan pustula. Hasil yang di dapat keadaan yang basah jadi kering, permukaan
menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak tumbuh dan proses epitelisasi
dimulai. Pengobatan cairan berguna untuk menghilangkan rasa gatal, rasa
terbakar, parestesi oleh bermacam-macam dermatosis.1
Perlu diingat pengobatan cairan dapat menyebabkan kulit kering sehingga
harus dipantau jika keadaan sudah kering pemakaiannya dikurangi dan jika perlu
dihentikan.1 Ada 2 macam cara kompres, yaitu:
a. Kompres Terbuka
Dasar : Penguapan cairan kompres disusul → oleh absorbsi eksudat atau pus.
Indikasi :
 Dermatosis Madidans
 Infeksi kulit eritema, misalnya erysipelas
 Ulkus dengan pus dan kusta
Efek pada kulit :
 Kulit yang semula eksudatif menjadi kering
 Permukaan kulit menjadi kering
 Vasokonstriksi
 Eritema berkurang
Cara :
Pakai kain kasa yang non-iritasi dan tidak terlalu tebal. Balutan tidak ketat,
tidak perlu steril, dan jangan menggunakan kapas karena lekat dan menghambat
penguapan.

Kasa dicelup ke cairan → diperas → dibalutkan → didiamkan sehari 2x selama 3


jam.
b. Kompres Tertutup

vi
Dasar : Vasodilatasi, bukan untuk penguapan
Indikasi : Kelainan yang dalam, seperti limfogranuloma venerium
Cara : Digunakan balutan tebal dan ditutup dengan bahan impermeabel, misalnya
selofan atau plastik.4

2. Bedak

Bedak merupakan vehikulum padat memiliki efek mendinginkan, menyerap


cairan dan mengurangi gesekan pada daerah aplikasi. Efek samping timbul
inhalasi ke dalam saluran napas, penggumpalan bedak, iritasi.4
Indikasi :
 Dermatosis yang kering dan superficial
 Mempertahankan vesikel agar tidak pecah, contoh: varisela dan herpes
zoster.
KI : Dermatitis yang basah, dengan infeksi sekunder.1

3. Salap

Bahan seperti lemak dengan bahan dasar vaselin, tetapi ada pula lanolin atau
minyak.1

Indikasi:

1. Dermatosis yang kering dan kronik.

2. Dermatosis yang dalam dan kronik.

3. Dermatosis yang bersisik dan berkrusta.

KI : dermatitis madidans. Jika dermatitis berada pada bagian yang berambut.1

4. Bedak Kocok
Merupakan campuran air dan bedak, ditambah gliserin sebagai perekat
untuk memperluas area penguapan cairan penyusunnya sehingga memberi efek
dingin. Bila didiamkan bedak kocok cenderung mengendap, sehingga sebelum
pemakaian harus dikocok dahulu.4

vii
Indikasi : dermatosis yang kering, superfisial dan agak luas. KI :
dermatitis madidans dan daerah badan yang berambut.1

5. Krim
Sediaan semisolid mengandung zat aktif dan membentuk emulsi.
Kestabilan emulsi, digunakan agen pengemulsi (emulsifier). Surfaktan dapat
digunakan sebagai bahan pengemulsi. Beberapa contoh nya adalah sodium
lauril sulfat, Spans, dan Tweens. Krim dapat dibagi menjadi krim oil-in-water
dan krim water-in-oil.1
Krim water-in-oil mengandung air <25% dengan minyak sebagai medium
pendispersi dan juga zat pengawet sediaan ini kurang lengket sehingga relatif
lebih mudah diaplikasikan. Memiliki efek emolien karena mengandung
minyak, sedangkan kandungan air untuk efek mendinginkan.4
Krim oil-in-water mengandung air >31%. Sediaan relatif lebih mudah
dibersihkan bila mengenai pakaian. Minyak dalam sediaan ini menyebabkan
rasa lembut saat diaplikasikan. Penelitian menunjukkan bahwa sediaan krim
dengan kandungan lemak rendah memiliki penetrasi lebih baik dibanding
sediaan dengan konsentrasi lemak yang lebih tinggi.4
Indikasi : dermatosis yang subakut dan luas, dapat digunakan di daerah
yang berambut. KI: dermatitis madidans.1

6. Pasta
Campuran antara bedak dan vaselin pada dasarnya adalah salep yang
ditambahkan bedak dalam jumlah yang cukup besar, hingga mencapai 50%
berat campuran.4 Seperti halnya salep, pasta berfungsi sebagai protektan
membentuk lapisan penutup di atas permukaan kulit.4
Indikasi : dermatosis yang agak basah, kontraindikasinya : dermatosis
yang eksudatif dan daerah yang berambut, daerah genital eksterna dan lipatan-
lipatan badan.1
7. Linimen
Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak, dan salep.
Indikasi:subakut. Kontraindikasi: dermatosis madidans.1
GEL

viii
Zat diantaranya adalah karbomer, metilselulosa, dan tragakan. 1Jel mudah
diaplikasikan pada kulit, memiliki penetrasi yang baik. Kekurangan nya adalah
efek protektif rendah dan dapat menyebabkan kulit kering dan panas bila
kandungan alkohol atau propilen glikolnya tinggi.4
B. Bahan Aktif
Selain vehikulum, diperlukan juga bahan aktif dengan khasiat tertentu untuk
pengobatan.
Bahan aktif yang digunakan antara lain:
1. Aluminium asetat
Contohnya : larutan Burowi mengandung aluminium asetat 5%.
Efeknya : astringen dan antiseptic ringan. Jika digunakan sebagai kompres
diencerkan 1:10.1
2. Asam asetat
Sebagai kompres dengan larutan 5%, bersifat antiseptic untuk infeksi
Pseudomonas.1
3. Asam Benzoat

Mempunyai sifat antiseptif terutama fungisidal. Digunakan dalam salap


contohnya dalam Whitfield dengan konsentrasi 5%.1

4. Asam borat

Konsentrasi 3%, berhubungan efek antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat
toksik, teutama pada kelainan yang luas dan erosive.1

5. Asam salisilat

Merupakan zat keratolitik. Efeknya megurangi proliferasi epitel dan


menormalisasi keratinisasi yang terganggu. 1

6. Asam undersilinat

Konsentrasi 5% dalam salap atau krim bersifat antimikotik. Dicampur dengan


garam seng (Zn undecylenic) 20%.1

ix
7. Asan Vitamin A (tretinoin, asam retinoat)

Efek

 Memperbaiki keratinisasi menjadi normal


 Menebalkan stratum granulosum.
 Menormalkan parakeratosis.

Indikasi

 Penyakit dengan sumbatan folikuler


 Penyakit dengan hyperkeratosis
 Akibat sinar matahari pada proses menua kulit.1

8. Benzokain

Bersifat anastesia. Konsentrasinya 0,5 -5% tidak larut dalam air, lebih
larut dalam minyak (1:35), dan lebih larut lagi dalam alcohol. Sering
menyebabkan sensitisasi.1

9. Benzyl benzoate

Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Digunakan sebagai


emulsi dengan konsentrasi 20% dan 25%.1

10. Comphora

Konsentrasinya 1-2%. Bersifat anti pruritus. Dapat dimasukan ke dalam


bedak atau bedak kocok yang mengandung alkohol.1

11. Kortikosteroid Topikal

Efektifitasnya sebagai vasokontriksi pembuluh darah di bagian superfisial


dermis, yang akan mengurangi eritema biasanya berhubungan dengan potensi
anti-inflamasi.5 Sebagai penekan inflamasi dengan cara menghambat fosfolipase A
dan menekan IL-1α. Sebagai imunosupresan, dapat menghambat kemotaksis
neutrofi l, menurunkan jumlah sel Langerhans dan menekan pengeluaran
sitokin.1,2

x
Indikasi

Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid topikal ialah psoriasi,


dermatitis atopic, dermatitik kontak, dermatitis soboroik, neurodermatitis
sirkumskripta, dermatitis numularis, dermatitis statis, dermatitis venenata,
dermatitis intertriginosa, dan dermatitis solaris (fotodermatitis). Ada pula
kortikosteroid intralesi yaitu triamsinolon asetonid. 3

Aplikasi klinis

a. Cara aplikasi

Umumnya dianjurkan pemakaian salap 2-3 x/hari sampai sembuh.3

b. Lama pemakaian steroid topikal

Sebaiknya digunakan tidak lebih dari 2 minggu. Bila digunakan dalam


jangka panjang, turunkan perlahan, setelah pemakaian satu minggu, kemudian
hentikan.3,8
Efek samping

 Telangiektasis.
 Purpura.
 Dermatosis akneformis.
 Hipopigmentasi.
 Dermatitis perioral.3

12. Mentol

Bersifat antipruritik seperti camphora. Pemakaiannya seperti pada camphora,


konsentrasinya 1/4 - 2%.1

13. Podofilin

Digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai tingkat untuk kondioma


akuminatum. Setelah 4-6 jam hendaknya dicuci.3

xi
14. Selenium disulfide

Digunakan sebagai sampo 1 % untuk dermatitis seboroik pada kepala dan


tinea versikolor.3

15. Sulfur

Bersifat anti seboroik, anti akne, anti scabies, anti bakteri dan anti jamur.
Yang digunakan yaitu sulfur presipitatum/sulfur tingkat terhalus berupa bubuk
kuning kehijauan. Digunakan dalam cream, pasta, salep dan bedak kocok.3

16. Ter

Preparat ter yang sering digunakan ialah likuor karbonis detergens karena
tidak berwarna hitam seperti yang lain dan tidak begitu berbau. Memiliki efeknya
antti pruritus, antiradang, anti ekzem, anti akan tosis keratoplastik dapat
digunakan untuk psoriasis dan dermatitis kronik dalam salep.3

17. Urea

Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai emolien, dapat
dipakai sebagia iktiosis atau xerosis kutis.3

18. Zat Antiseptik

Zat-zat antiseptik lebih disukai dalam bidang dermatologi daripada zat


antibiotik karena bersifat antiseptik.3,7

Golongan antiseptik:

a. Alkohol:
Etanol 70% mempunyai potensi antiseptik yang optimal. Efek sampingnya
menyebabkan kulit menjadi kering.3,7
b. Fenol
pada konsentrasi tinggi, memiliki efek kaustik, sedangkan pada
konsentrasi rendah bersifat bakteriostatik dan antipruritik (1/2-1%). 3,7
c. Halogen

xii
Yodium dipakai untuk desinfektan kulit pada pembedahan. Sesudah
setelah itu kulit harus dibersihkan dengan alkohol 70%.3,7
d. Zat-zat pengoksidasi
Dipakai sebagai desinfektan pada derma-terapi topikal.
e. Senyawa logam berat
Larutan perat nitrat dipakai untuk ulkus yang disertai pus yang disebabkan
oleh kuman negatif-gram.7
f. Zat warna
Metil rosanilin klorida atau gentian violet mempunyai efek antimikroba
terhadap Candida albican..3,7

19. Obat Imunomodulator Topikal

Salah satu obat imunomodulator adalah takrolimus (TKL) suatu calcinerin


inhibitors (CnLs) yaitu suatu macrolactam yang pertama-tama diisolasi dari
streptomyces.7 TKL dapat diberikan secara oral, topikal, dan intravena. TKL
dimetabolisasi di hati dan mempunyai bioavailabilitas lebih tinggi.7

2.2 PENGOBATAN SISTEMIK

Diperlukan untuk kondisi kulit yang berhubungan dengan penyakit sistemik


atau jika pilihan obat topikal tidak adekuat. diantaranya adalah :

a) Glukokortikosteroid sistemik
Mempunyai obat anti inflamasi dan imunosupresi. Seperti:
hidrokortison, prednisolon. indikasi KS:
 Penyakit vesikobulosa autoimun (pemfigus, pemfigoid bulosa)
 Reaksi anafilaksis (akibat sengatan, alergi obat)
 gangguan vascular autoimun (lupus eritomatosus sistemik,
dermatomyositis)
 Reaksi kusta tipe 1
 angioedema
b) Antihistamin
Antihistamin digolongkan menjadi tiga kategori yaitu
antihistamin penghambat resptor HI (AHI), antihistamin penghambat

xiii
resptor H2 (AH2), antihistamin penghambat resptor H3 (AH3). AH1
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu AHl generasi pertama yaitu yang
memiliki efek sedasi karena memiliki kemampuan untuk melewati
sawar darah otak. Sedangkan AHI generasi kedua tidak dapat
menembus sawar darah otak sehingga efek sedasi minimal atau tidak
ada. Antihistamin HI digunakan untuk urtikaria, angioedema dan
DKA, gigitan serangga, maupun pruritus idiopatik.11

c) Antibiotik
Mayoritas infeksi kulit dan jaringan lunak disebabkan oleh
organisme Gram positif, yang sebagian besar rentan terhadap agen
terkenal dengan spektrum aktivitas antimikroba yang relatif sempit.
Antibiotik B - laktam, makrolida , dan florokuinolon merupakan
antibiotik utama untuk infeksi kulit dan jaringan lunak yang ringan.12

d) Antivirus
Antiviral bekerja dengan berbagai cara, dan spektrum aktivitasnya
bisa sangat spesifik (amantadine) atau cukup luas (ribavirin). Sering
digunakan untuk infeksi herpesvirus.13

e) Antifungi
Uuntuk infeksi kulit jamur tinea pedis, onikomikosis, dan tinea
capitis. Kelas utama obat antijamur yang digunakan adalah allylamines
(terbinafine), triazol (itrakonazol, flukonazol) dan imidazol
(ketokonazol), griseofulvin, polyenes (nistatin, amfoterisin B), dan
oligon ciclopirox. 13

f) Dapson
Penyakit dengan respon yang konsisten terhadap dapson adalah
dermatitis herpetiformis, eritema elevatum diutinum, imunoglobulin
linier Penyakit dermatosis/ kronis bulosa erupsi pada anak dan bulosa
lupus eritematosus sistemik. Juga efektif pada kusta, actinomycetoma,
atau rhinosporidiosis. Efek sampingnya adalah hemolisis dan
methemoglobulinemia.

xiv
g) Retinoid
Fungsi biologis dan tindakan retinoid meliputi: reproduksi,
pertumbuhan embrio, dan morfogenesis, modulasi proliferasi dan
diferensiasi epitel, penurunan ukuran kelenjar sebaceous (isotretinoin),
Terdapat empat jenis retinoid oral adalah isotretinoin (jerawat),
alitretinoin (eksim tangan kronis), acitretin / etretinate (psoriasis,
gangguan keratinisasi) dan bexarotene (limfoma sel T kutaneous).

 KI: kehamilan menyusui, dan ketidakpatuhan terhadap rejimen


kontrasepsi.
 Dosis sekali sehari biasanya cukup.
 Efek samping : mukokutan (cheilitis, xerosis, pengelupasan
kulit, konjungtivitis) umum terjadi.13
h) Sitotoksik dan anti metabolik
Digunakan dalam dermatologi untuk mengobati penyakit
serius. Meliputi methotrexate, azathioprine, mycophenolate mofetil,
thioguanine, hydroxyurea, cyclophosphamide, chlorambucil dan
liposomal doxorubicin.

i) Antiangiogenik
Agen antiangiogenik langsung bertindak langsung pada sel
endotel yang tidak dapat ditransformasikan untuk mencegah proliferasi
migrasi, dan kelangsungan hidup. Agen antiangiogenik tidak langsung
menghambat protein onkogen yang diproduksi tumor yang
mempromosikan keadaan proangiogenik. Agen antiangiogenik efektif
melawan tumor yang tumbuh lambat.

2.3 PENGOBATAN FISIK

1) Fototerapi, Fotokemoterapi, dan terapi fotodinamik


Fototerapi adalah penggunaan radiasi elektromagnetik non ionisasi
untuk kepentingan pengobatan. Meliputi fototerapi UV A/ UV B/ UV A-
B, regimen Goeckerman, fototerapi UV selektif, dan fototerapi di rumah.
Fotokemoterapi adalah fototerapi yang dikombinasi dengan bahan kimia

xv
yang bersifat fotosensitizer seperti psoralen dalam PUVA . Kombinasi UV
B dan UV A lebih baik daripada hanya UVB. UV A bekerja pada sel
Langerhans dan eosinofil, sedangkan UV B mempunyai efek
imunosupresif dengan cara memblokade fungsi sel Langerhans, dan
mengubah produksi sitokin keratinosit.13,14

2) Terapi laser dan lampu flash


Laser dengan energi tinggi (High Power Laser Therapy) yang
bersifat destruktif. Laser dengan energi rendah (Low Power Laser
Therapy) yang bersifat biostimulan, yaitu stimulasi untuk mempercepat
respons fisiologis sel dan jaringan. Kemudian sinar laser dipakai juga
dalam bidang estetika dan kosetologi kulit. Laser Terapi pulse dye laser
(PDL) sangat dianjurkan untuk terapi scar hipertrofik ataupun keloid.
Untuk hasil maksimal, sebaiknya terapi diulang hingga 2-6 kali.17

3) Radioterapi
Radioterapi adalah jenis terapi yang menggunakan radiasi tingkat
tinggi terutama untuk menghancurkan sel - sel kanker. Radiasi akan
merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi sel - sel kanker akan
terhambat. Tujuan nya untuk mengurangi dan menghilangkan rasa sakit
atau tidak nyaman akibat kanker dan sebagai adjuvant untuk risiko
kekambuhan dari kanker. Sel - sel kanker yang mati akan hancur, dibawa
oleh dan diekskresi keluar dari tubuh. Radiasi mempunyai efek pada
jaringan yang membelah dengan cepat yang sangat baik.8,9 Efek samping
yang terjadi selama radioterapi bisa ditangani, radiasi yang diberikan
melalui tubuh pasien dan tidak tertinggal di dalam tubuh sehingga pasien
tidak bersifat radioaktif.13,14

2.4 PENGOBATAN ALTERNATIF DAN KOMPLEMENTER

Pengobatan komplementer adalah pendekatan holistik terhadap


diagnosis dan pengobatan. Perhatian terhadap lingkungan dan dampaknya
terhadap pasien adalah prinsip dasar dermatologi komplementer.

xvi
Intervensi utama yang digunakan dalam dermatologi holistik adalah
pengobatan herbal, suplemen, diet, dan bantuan sistem pencernaan empat.

2.5 TINDAKAN BEDAH DERMATOLOGI

a. Eksisi
Eksisi atau Flap and Graft adalah pemotongan atau pengambilan jaringan
atau masa kulit untuk tandur. Khusus untuk tindakan flap and graft lanjut
memerlukan surat keterangan kompetensi tambahan dari Kolegium Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin. Indikasi tindakan eksisi atau flap and graft
antara lain tumor jinak (lipoma, kista, nevus), tumor ganas (karsinoma sel
basal, karsinoma sel skuamosa, melanoma maligna), atau kelainan kulit
lainnya (revisi skar, dan lain sebagainya).13
b. Mohs Micrographic Surgery
Metode tepat untuk kanker kulit yang menghasilkan tingkat kesembuhan
tertinggi dengan konservasi, kosmesis, dan fungsi maksimal. MMS
diindikasikan untuk pengobatan atau kanker sel basal dan kanker sel
skuamosa dan beberapa jenis kanker kulit yang jarang terjadi. 13,14

c. Krioterapi

Bedah beku atau cryosurgery merupakan tindakan bedah dengan


menggunakan bahan kriogen/pembeku sehingga bagian padat yang sakit
didinginkan sampai suhu di bawah 0˚C dan menghasilkan nekrosis
jaringan. Macam kriogen yang ada antara lain CO 2, fluorocarbon
(freon), N2O, dan nitrogen cair. (Moerbono M, 2013)Indikasi
dilakukannya bedah beku antara lain keratosis seboroik, keratosis
aknitik, lentigo senilis, karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa,
keloid (bersama dengan steroid intralesi), kondiloma akuminata, dan
moluskum kontagiosum.15
d. Bedah Listrik (Electrosurgery)

Teknik yang dapat dilakukan dalam bedah listrik adalah


elektrofulgurasi, elektrodeddikasi, elektrokoagulasi.

xvii
Elektrofulgurasi adalah penggunaan elektroda tunggal yang mampu
menghasilkan bunga api tanpa menyentuh jaringan. Indikasi untuk
elektrofigurasi antara lain veruka, skin tag, dan keratosis seboroik.

Elekrodesikasi pada prinsipnya aadalah sama dengan elektrofulgurasi


kecuali elektrodanya kontak dengan jaringan dan tidak menghasilkan
bunga api. Indikasi elektrodesikasi adalah keratosis dan veruka.

Elektrokoagulasi adalah teknik yang digunakan untuk mencapai


hemostasis dan modalitas terapi beberapa lesi kulit. Indikasinya adalah
untuk menstabilkan hemostasis.16
e. Bedah Kimia (Chemical Peeling)

Bedah kimia merupakan pembedahan dengan menggunakan bahan kimia


yang diaplikasikan pada permukaan kulit. Indikasinya antara lain
kerusakan kulit akibat matahari, penuaan dini, kelainan pigmentasi, parut
superfisial, akne vulgaris, dan rosasea. 16

f. Subsisi
Subsisi merupakan tindakan pembebasan jaringan subkutis untuk
perbaikan sikatriks hipotrofik dan kerutan. Indikasinya adalah skar
hipotrofik yang tertarik ke dermis. 16
g. Skin Needling
Skin needling adalah tindakan rejuvenasi kulit dengan proses
inflammatory healing dan platelet derived growth factor. Indikasi
dilakukan skin needling antara lain skar atrofi/hipotrofi, wrinkle,
stretchmark, dan skin laxity. 16
h. Dermabrasi
Tindakan meratakan kulit secara mekanis. Indikasinya adalah kerusakan
kulit akibat matahari, penuaan dini kulit. 16
i. Mikrodermabrasi
Tindakan meratakan kulit dengan menggunakan semburan butiran
mikroskopik, biasanya silika. Indikasinya adalah kerusakan kulit akibat
matahari, penuaan dini kulit, kelainan pigmentasi, parut superfisial, dan

xviii
aknevulgaris.
j. Injeksi Bahan Pengisi (Filter)
Injeksi bahan pengisi merupakan penggunaan bahan pengisi untuk
perbaikan kontur kulit. Indikasinya adalah kelainan kulit akibat penuaan
dini dan revisi skar.
k. Injeksi Toksin Botulinum
Injeksi toksin botulinum adalah penyuntikan toksin botulinum untuk
menghilangkan kerutan dan indikasi kulit lainnya seperti hyperhidrosis
dan bromhidrosis.
l. Blefaroplasti
Blefaroplasti adalah tindakan pembedahan kelopak mata. Untuk
melakukan blefaroplasti dokter memerlukan surat keterangan kompetensi
tambahan dari Kolegium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Indikasi:
dermatochalasis, stetochalasis, blefaroschalasis, oriental-lids,
xanthelasma.
m. Sklroterapi
Untuk pengobatan telangiektasis dan venulektasis superfisial pada
ekstremitas inferior disuntikan bahan sklerosan, termasuk penyuntikan
sejumlah bahan iritan tertentu pada dilatasi vena kulit yang tidak normal
dilanjutkan dengan pembebatan. Indikasi skleroterapi antara lain
telangiektasis, vena retkuler, dan varises. 16
n. Sedot Lemak ( Liposuction )
Prosedur kosmetik yang paling sering dilakukan dan dipraktikkan
secara luas oleh ahli bedah dermatologis. Teknik tumescent anestesi lokal
adalah salah satu inovasi terpenting dalam operasi sedot lemak.
Liposuction yang dilakukan dengan anestesi lokal tumesen memungkinkan
pengangkatan sejumlah besar lemak derigan aman dan efektif. 13,14

o. Vitiligo

xix
Vitiligo merupakan tindakan bedah untuk vitiligo yang telah stabil lebih
dari enam bulan san uia di atas 12 tahun. Indikasinya adalah adanya
vitiligo.

p. Transplantasi Rambut dan Pengurangan Alopecia


Prosedur pembedahan untuk rambut rontok memiliki pola kebotakan laki -
laki/ Male Pattern Boldness (MPB) atau pola rambut rontok/ Female Hair
Loss (FPHL). Teknik bedah yang digunakan untuk mengatasi kerontokan
rambut meliputi transplantasi rambut, pengurangan alopecia.13

xx
DAFTAR PUSTAKA

1. Hamzah M. Dermato-terapi. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed


6. Jakarta : Balai penerbit FKUI; 2013. h. 342-4.
2. Wyatt EL, Sutter SH, Drake LA. Dermatological pharmacology. In:
Goodman and Gillman’s the pharmacological basis of therapeutics. Edisi
ke-10. New York : McGraw-Hill; 2001. p. 1795-8
3. Sharma, S. Topical drug delivery systems: A review. 10 November 2008.
4. Asmara A, Daili SF, Neogrohowati, Zubaedah. Vehikulum dalam
dermatoterapi topical. Vol.39. No.1. Jakarta: MDVI; 2012. h 25-35.
5. Johan R. Penggunaan kortikostroid yang topical tepat. Continuing
Professional Development. CDK-227/ vol. 42 no. 4, th. 2015.
6. Boediardja SA. Kortikosteroid topikal: Penggunaan yang tepat dalam
praktek dermatologi. Jakarta: Departemen Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2013. Hal.1-14

7. Cipto H, Suseno LS. Bedah kulit. Dalam: Menaldi SLSW, Bramono K,


Indristmi W. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-7. Jakarta; Badan
Penerbit FKUI; 2015.h.433-5.

8. Eichenfield, L.F. (2004). Consensus guidelines in diagnosis and treatment


of atopic dermatitis. Allergy, 59 (Suppl. 78), 86–2.
9. Yanhendri, Yenny SW. Berbagai bentuk sediaan topikal dalam
dermatologi. Cermin Dunia Kedokteran 2012; 39(6):423-30.
10. Strober BE, Washenik K, Shupack JL. Principles of topical therapy. In:
Fitzpatrich TB, Eisen AZ, Wolf K, Freedberg IM, Austen KF, editors.
Dermatology in general medicine. New York: McGraw-Hill, 2008:2090-6.
11. Barry, BW. Dermatological formulations.New York: Marcel Dekker,Inc,
1983. p. 200-6
12. Menaldi Sri Linuwih.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi
Ketujuh.Jakarta: FK UI : 2017. P 408-416
13. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K.
editors.Fitzpatrick's dermatology in general medicine,8th ed.New
York:Mc Graw Hill Medical;2012. p. 2076-2643

xxi
14. Weller RB, Hunter HT, Mann MW.Clinical dermatology. 8th
ed.Oxford:Wiley Blackwell.2015. p. 359-396
15. Moerbono M. (2013). Cryosurgery in Dermatology. Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
16. Nouri K (Ed). (2013). Dermatologic Surgery Step by Step . West
Sussex: WIley- Blackwell.
17. Gauglitz GG, Korting HC, Pavicic T, Ruzicka T, Jeschke MG.
Hypertrophic scarring and keloids: Pathomechanisms and current and
emerging treatment strategies. Mol Med 2011;17(1-2):113-25.

xxii

Anda mungkin juga menyukai