Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Proses menua adalah suatu proses multifaktorial, yang akan diikuti oleh penurunan

fungsi-fungsi fisiologis organ tubuh yang progresif dan menyeluruh, disertai penurunan

kemampuan mempertahankan komposisi tubuh, serta respon tubuh terhadap stress.

Menopause merupakan suatu bagian dari proses menua yang ireversibel yang melibatkan

sistem reproduksi wanita.1

Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum didalam ovarium. Ovum yang

dikelilingi oleh selapis sel granulosa disebut folikel primordial. Selama tahun-tahun

reproduksi manusia dewasa, antara usia sekitar 13 sampai 46 tahun, 400 sampai 500 folikel

primordial cukup berkembang untuk melepaskan ovum satu buah setiap bulan, sisanya

berdegenerasi (menjadi atretik). Pada akhir kemampuan reproduksi (saat menopause),

hanya tersisa sedikit folikel primordial di dalam ovarium, dan bahkan folikel tersebut

kemudian segera berdegenerasi.1

Menopause didahului oleh suatu periode kegagalan ovarium progresif yang ditandai

oleh peningkatan daur ireguler dan kemerosotan kadar esterogen. Periode transisi

keseluruhan dari kematangan seksual hingga terhentinya kemampuan reproduksi ini

dikenal sebagai klimakterik, atau perimenopause. Produksi estrogen ovarium menurun dari

sebanyak 300 mg per hari menjadi hampir nol. Namun, wanita pasca menopause bukannya

tidak memiliki esterogen sama sekali, karena jaringan lemak, hati, dan korteks adrenal terus

menghasilkan hingga 20 mg esterogen per hari.2

Selain berakhirnya daur ovarium dan haid, hilangnya esterogen ovarium setelah

menopause menimbulkan banyak perubahan fisik dan emosional. Perubahan-perubahan ini

mencakup kekeringan vagina, yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman selama

hubungan seks, dan atrofi bertahap organ genital. 2

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi
Menopause adalah suatu titik waktu yang diikuti dengan 1 tahun setelah berhentinya
menstruasi. Dan post menstruasi adalah tahun setelah menopause. Rata-rata perempuan
mengalami periode menstruasi akhirnya pada usia 51.5 tahun, tetapi berhentinya mens
karena kegagalan ovarium dapat terjadi dalam usia berapapun. Berhentinya mens sebelum
usia 40 taun dinamakan premature ovarian failure, ini berhubungan dengan peningkatan
follicle stimulating hormone (FSH).3

2.2.Stages of Reproductive Aging Workshop (STRAW) 2012


Karena usia kronologis adalah indikator yang tidak dapat diandalkan, pedoman untuk
mengklasifikasikan tahapan penuaan reproduksi wanita sudah ditentukan. Klasifikasi
tingkatan dan nomenklatur dari tahapan penuaan reproduksi wanita dikembangkan pada
tahun 2001 dan diperbaharui tahun 2012 oleh Stages of Reproductive Aging Workshop
(STRAW).3

Gambar 2.1. Tahapan Penuaan Reproduksi Wanita (STRAW 2012). 3

2
2.3.Faktor Yang Mempengaruhi Menopause
Beberapa berhubungan dengan lingkungan, genetic, pengaruh pembedahan dapat
mengubah ovarian aging. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya menopause
contohnya kebiasan merokok, kemoterapi, pelvic radiation dapat mempercepat
menopause. 3

2.4. Fisiologi Menopause


Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium. Sepanjang kehidupan
seks seorang wanita, kira-kira 400 folikel primordial tumbuh menjadi folikel matang dan
berovulasi, dan ratusan ribu ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal
sedikit folikel primordial yang harus dirangsang oleh FSH dan LH. Produksi esterogen dari
ovarium menurun saat jumlah folikel primordial mendekati nol. Ketika produksi esterogen
turun dibawah nilai kritis, esterogen tidak dapat lagi menghambat produksi gonadotropin
FSH dan LH. Sebaliknya, gonadotropin FSH dan LH (terutama FSH) diproduksi sesudah
menopause dalam jumlah besar dan kontinu, tetapi ketika folikel primordial yang tersisa
menjadi atretik, produksi esterogen oleh ovarium benar-benar turun menjadi nol. 1,2

Gambar 2.1 : Transisi Perimenopause.4

3
2.5.Perempuan Pada Berbagai Masa Kehidupan

Gambar 2.2 Perimenopause-Menopause-Senium . Noerpramana, NP. 5

Perimenopause adalah suatu masa peralihan menopause yang terjadi beberapa tahun
sebelum menopause, yang meliputi perubahan dari siklus-siklus omlatorik menjadi
anor,,ulatorik, dengan tanda ketidakteraturan siklus haid. Berlawanan dengan kepercayaan di
masa lalu, ternyata kadar estradiol tidak turun secara bertahap pada tahun-tahunsebelum
menopause, tetapi tetap berada pada kisaran normal, meskipun sedikit meningkat hingga
sekitar 1 tahun sebelum pertumbuhan dan perkembangan folikel berhenti.5
Penurunan sekresi inhibin oleh folikel-folikel ovarium dimulai sekitar umur 35 tahun dan
menjadi lebih cepat setelah umur 40 tahun. Penurunan inhibin memungkinkan peningkatan
FSH yang mencerminkan berkurangnya reaktivitas dan kemampuan folikel karena ovarium
menua. Tahun-tahun perimenopause adalah suatu periode di mana kadar FSH pascamenopause
lebih dari 20IU/L, meskipun tetap terjadi perdarahan haid, sedangkan kadar LH masih tetap
berada dalam kisaran normal. Kadang-kadang masih terjadi pembentukan folikel dan korpus
luteum sehingga masih mungkin terjadi kehamilan. Oleh karenan itu, bijaksanalah kalau tetap
merekomendasikan penggunaan kontrasepsi hingga betul-betul menopause. Rata-rata
percepatan penghabisan folikel dan penurunan fertilitas dimulai pada umur 37 - 38 tahun.
Menopause terjadi pada umur rata-rata 50 - 51 tahun, jumlah folikel yang tersisa turun di bawah
ambang kritis, sekitar 1.000, tanpa memandang umur perempuan yang bersangkutan.5
Pramenopause adalah suatu masa menjelang menopause yang terjadi pada umur rata-rata
40 - 50 tahun. Ketika perempuan mencapai umur 40-an, anol'ulasi menjadi lebih menonjol,

4
panjang siklus haid meningkat. Durasi fase folikuler adalah penentu utama panjang siklus.
Perubahan siklus haid sebelum menopause ditandai oleh peningkatan kadar hormon
penstimulasi folikel (FSH) dan penumnan kadar inhibin, tetapi dengan kadar hormon
luteinisasi (LH) yang normal dan kadar estradiol yang sedikit meninggi.5
Pada fase menopasue tidak ada folikel ovarium yang tersisa. Terjadi peningkatan FSH 10
- 20 kali lipat dan peningkatan LH sekitar 3 kali lipat dan kadar maksimaldicapai 1 - 3 tahun
pascamenopause, selanjutnya terjadi penumnan yang bertahap,walaupun sedikit pada kedua
gonadotropin tersebut. Peningkatan kadar FSH dan LH pada saat kehidupan merupakan bukti
pasti terjadinya kegagalan ovarium. Segera sesudah menopause ovarium menyekresi terutama
androstenedion dan testosteron. Kadar androstenedion yang disirkulasi adalah satu-setengah
kali sebelum menopause. Androstenedion pascamenopause sebagian besar berasal dari kelenjar
adrenal, sebagian kecil dari ovarium. Produksi testosteron turun sekitar 25% pascamenopause,
produksi estrogen oleh ovarium tidak berlanjut setelah menopause. Namun, kadar estrogen
tetap bermakna terutama karena konversi ekstraglandular dari androstenedion dantestosteron
menjadi estrogen.5
Klimakterium adalah suatu istilah yang lebih tua, lebih umum, tetapi kurang akurat, yang
menunjukkan suatu masa di mana seorang perempuan lewat dari masa reproduksi ke transisi
menopause hingga tahun-tahun pascamenopause, tejadi pada umur rata-rata 45 - 65 tahun.5

2.6. Gejala yang berkaitan dengan Menopause Transition3

Menstrual pattern  Shorter cycles (typical)


 Longer cycles (possible)
 Irregular bleeding
Vasomotor  Hot flushes
 Night sweats
 Sleep disturbaces
Psychological/ cognitive  Worsening premenstrual syndrome
 Depression
 Irritability
 Mood swings
 Poor concentration
 Poor memory

5
Sexual dysfunction  Vaginal dryness
 Decrease libido
 Dyspareunia
Somatic  Headache
 Dizziness
 Palpitations
 Breast pain/ enlargement
 Joint aches and back pain
Others  Urinnary incontinence
 Dry, itchy skin
 Weight gain

2.7.Perubahan Fisiologis Pada Menopause Transition


 Hipotalamus- Pituitari- Ovarium Axis
Pada saat usia reproduktif, gonadotropin realeasing hormone (GnRH) dilepaskan pada
nucleus arkuata di basal medial hipotalamus. Berikatan dengan reseptor GnRh pada
gonadotropin pituitari untuk menstimulasi siklik luteinizing hormone (LH) dan melepas
Folicel Stimulating Hormone (FSH). Gonadotropin menstimulasi produksi ovarian steroid
seperti ekstrogen, progesterone, dan juga inhibin. Ekstrogen dan progresteron memberikan
umpan balik positif dan negatif pada prouksi pituitary gonadhothropin dan pada amplitude
dan frekuensi pelepasan GnRH. Diproduksi oleh sel granulosa , inhibin juga memberikan
pengaruh negatif penting untuk sekresi FSH dari pituitary. Sistem regulasi endokrin ini
yang menyebabkan siklus menstruasi ovulasi.
Pada awal 40 tahun, FSH sedikit meningkat dan membawa peningkatan ovarian
follicular response, meningkatkan tingkat ekstrogen keseluruhan. Kenaikan FSH
monotropik dikaitkan dengan penurunan sekresi ovarian inhibin daripada berkurangnya
umpan balik ekstradiol. Pada perempuan perimenopause, produksi estradiol berfluktuasi
dengan kadar FSH dan dapat mencapai konsentrasi yang tinggi jika dibanddingkan dengan
perempuan usia 35 tahun . Estradiol secara umum tidak turun secara signifikan sampai nanti
pada menopausal transition. Kadar progesterone pada awal menopausal transition lebih
rendah jika dibandingkan perempuan usia menengah reproduktif..
Perempuan dengan fase late menopausal transition menunjukan gangguan
folikulogenesis dan peningkatan insiden anovulation jika dibandingkan dengan perempuan

6
usia menengah reproduktif. Pada masa ini juga folikel ovarium mengalami percepatan
kehilangan sampai akhir fase menopausal transition sampai suplai folikel habis. Penurunan
kadar antimullerian hormone menandakan secara nyata dan progresif pada seluruh
menopausal transition . Dengan kegagalan ovarium pada menopause terjadi pemberhentian
ovarian steroid dan upan balik negatif dibuka. Hasilnya pelepasan GnRH dilepaskan pada
frekuensi dan amplitude yang maksimal, sebagai gantinya kadar FSH dan LH meningkat
sampai empat kali lipat. 3

Gambar 2.3 Perbandingan Jumlah Hormon Premenopause – PostMenopause 4

 Ovarium
Berkurangnya folikel ovarium dimulai pada akhir usia 30 dan awal usia 40 tahun dan
berlanjut sampai menopausal ovary hampir tidak ada folikel. Rata-rata perempuan
memiliki 400 kesempatan ovulasi selama kehidupan reproduksinya. Proses atresia dari
kelompok folikel nondominan, sebagian besar independen dari siklus menstruasi. Ini
peristiwa yang mengarah pada hilangnya aktifitas ovarium dan menopause.3
 Endometrium
Perubahan mikroskopik endometrium merupakan efek dari kadar sistemik estrogen dan
progesterone bergantung pada tingkat menopausal transition . Pada fase awal endometrium
merefleksikan ovulatory cycles. Pada tahap selanjutnya sering menunjukan anovulasi dan
endometrium terlihat efek estrogenik yang dilawan oleh progesterone. Perubahan
proliferative sering ditemukan pada pemeriksaan patologi pada sampel biopsi
endometrium. Setelah menopause , endometrium terlihat atrofi karena rendahnya stimulasi
estrrogen. 3

7
 Gangguan Menstruasi
Pada menopausal transition perdarahan uterus abnormal umumnya sering terjadi,
anovulasi adalah penyebab yang tersering dari perdarahan yang tidak teratur pada
menopausal transition. Walaupun jangka waktu sekitar menaupause relative tinggi, level
estrogen asiklik dan rendahnya produksi progesterone, perempuan dengan menopausal
transition meningkatkan risiko berkembangnya menjadi hyperplasia endometrium atau
keganasan.3
 Gejala Vasomotor
Hot flushes beberapa derajat dan berkeringat, dipandang sebagai ciri khas klimaktedum,
yang dialami oleh sebagian besar perempuan pascamenopause, berupa dimulainya kuilit
kepala, leher, dan dada kemerahan secara mendadak disertai perasaan panas yang hebat dan
kadang-kadang diakhiri dengan berkeringat banyak. Lamanya bervariasi dari beberapa
detik hingga beberapa menit bahkan satu jam walaupun jarang. Frekuensinya dapat jarang,
sehingga berulang setiap beberapa menit. Lebih sering dan berat di malam hari
(menyebabkan sering terbangun dari tidur) atau saat stres. Di cuaca dingin lebih larang,
lebih ringan dan lamanya lebih pendek di bandingkan di lingkungan yang lebih hangat.
Perempuan pramenopause menderita hot-flushes kurang lebih 15 – 25% dan frekuensinya
lebih tinggi pada pramenopause yang menderita sindroma prahaid. Segera setelah
menopause frekuensi meniadi 50% dan setelah 4 tahun pascamenopause akan menjadi
20%. Angka kejadian ini bervariasi setiap bangsa ataupun ras.5
Estrogen dikenal sebagai modulasi reseptor adregenik dibeberapa jaringan. Penelitian
menunjukan bahwa pengurangan dan fluktuasi kadar estradiol menyebabkan penurunan
dari inhibisi kadar reseptor presinaptik α2-adregenik dan meningkatkan hypothalamus
norepinefrin dan pelepasan serotonin. Norepinefrin dan serotonin menurunkan setpoint
termoregulator di nucleus dan menyebabkan mmekanisme hilangnya panas yang dipicu
oleh perubahan suhu tubuh inti.3
 Struktur dan Metabolisme Tulang
Tulang adalah organ yang sangat aktif, mempunyai proses berkelanjutan yang disebut
remodeling tulang, yang melibatkan resorpsi (aktivitas osteoklastik) dan formasi (aktivitas
osteoblastik) yang konstan. Osteoblas ataupun osteoklas berasal dari progenitor-progenitor
sumsum tulang, osteoblas dari sel-sel induk mesenkimal, dan osteoklas dari turunan sel
darah putih hematopoietik. Sitokin terlibat dalam proses perkembangan ini, sebuah proses
yang diregulasi oleh steroid-steroid seks. Penuaan dan hilangnya estrogen, keduanya
menyebabkan aktivitas osteoklastik berlebihan. Penurunan asupan dan atau absorpsi

8
kalsium menurunkan kadar kalsium terionisasi dalam serum. Hal ini menstimulasi sekresi
hormon paratiroid (PTH) untuk memobilisasi kalsium dari tulang melalui stimulasi
langsung pada aktivitas osteoklastik. Peningkatan PTH juga menstimulasi produksi vitamin
D untuk meningkatkan absorpsi kalsium usus. Defisiensi estrogen berhubungan dengan
responsivitas tulang yang lebih besar terhadap PTH. Kadar PTH berapa pun, lebih banyak
kalsium yang diambil dari tulang, meningkatkan kalsium serum, yang pada gilirannya
menurunkan PTH dan menurunkan vitamin D serta absorpsi kalsium oleh usus.5
Normalnya tulang bersifat dinamis, jaringan tersusun dari preses yag kontinyu dari
penghancuran dan membentukan jaringan baru. Proses remodelling tulang diatur oleh
osteoclast dan osteoblast. Peningkatan aktivitas osteoclast pada osteoporosis
postmenopause diperantarai oleh receptor activator of nuclear factor (RANK) jalur ligan.
Pada jalur ini RANK, RANK ligand dan osteoprotegrin (OPG) adalah komponen utama.3
RANK ligand merupakan regulator aktifitas osteoclast terutama reabsorbsi tulang, OPG
merupakan substansi yang dikeluarkan oleh osteoblast sebagai penghambat alami RANK
ligand. OPG memblok aktifitas RANK ligand yang daktifasi RANK yang menghambat
reabsorbsi tulang. Pada perempuan postmenopause, penurunan kadar estrogen
meningkatkan ekspresi RANK ligand dan mungkin menurunkan aktifitas OPG.. Penelitian
menunjukan bahwa penurunan kadar ekstrogen , diikuti dengan reabsorbsi tulang. Ini
menyebabkan ketidak seimbangan kronis pembentukan dan penyerapan.3
 Perubahan Kardiovaskular
Sebelum menopause , perempuan memiliki risiko yang rendah untuk terkena penyakit
kardiovaskular jika dibandingkan dengan pria pada rentan usia yang sama. Penyebab
proteksi wanita dari penyakit kardiovaskular sangat kompleks tetapi yang sangat terlihat
jelas adalah adalah peningkatan High density lipoprotein (HDL) pada wanita usia muda,
yang disebabkan karena estrogen. Setelah menopause perempuan juga memiliki risiko yang
terkena penyakit kardiovaskular yang sama jika dibandingkan dengan pria dengan rentan
usia yang sama. Risiko penyakit kardiovaskular meningkat pada perempuan menopause
dikarenakan karena penurunan kadar estrogen.3
 Penambahan Berat Badan Dan Lemak
Penambahan berat badan biasanya menjadi keluhan pada perempuan pada masa
trasnsisi menopause. Dengan bertambahnya usia metabolisme tubuh menjadi lebih rendah,
penggunaan kalori berkurang. Jika kebiasan olahraga dan pola makan tidak diubah , maka
berat badan akan bertambah. Wanita usia 45-54 tahun memiliki kecenderungan untuk
bertambah berat badannya dan penambahan lingkar pinggang pada usia 55 samapai 65

9
tahun. Penambahan berat badan pada periode ini dihubungkan dengan deposit lemak pada
abdoen, peningkatan jumlah lemak visceral, dan redistribusi lemak tubuh.3
 Perubahan Payudara
Pada perempuan premenopause esktrogen dan progesterone memberikan efek
proliferative pada ductal dan struktur glandular. Pada saat menopause pengurangan
estrogen dan progesterone memicu pengurangan proliferasi payudara.3
 Perubahan Pada Saluran Reproduksi Bawah
Uretritis dengan disuria, inkontinensia urgensi, dan meningkatnya frekuensi berkemih
merupakan gejala lanjutan dari penipisan mukosa uretra dan kandung kemih. Karena
kehabisan estrogen, vagina kehilangan kolagen, jaringan adipose, dan kemampuan untuk
mempertahankan air. Ketika dinding vagina mengerut, rugae akan mendatar dan lenyap.
Relaksasi vagina dengan sistokel, rektokel, prolapsus uteri, dan distrofi vulva bukan
konsekuensi dari penurunan estrogen. Penurunan pada kandungan kolagen kulit, elastisitas,
dan ketebalan kulit yang terjadi oleh karena penuaan adalah akibat kekurangan estrogen. 5
2.8. Terapi Hormon
Terapi hormon diberikan untuk pasien dengan gejala pada saat menopause, dengan
Premature ovarian failure, menopause akibat pembedahan atau pencegahan Osteoporosis.
Indikasi utama dari terapi hormon adalah jika didapatkan gejala gangguan vasomotor (
muka kemerahan, keringat malam, baik dengan atau tanpa diserta bangun pada malam
hari). 4,6.
 Prinsip pengelolaan menopause :
- Estrogen hanya digunakan bila ada indikasi, dengan dosis rendah dan dalam
waktu sesingkat mungkin sesuai dengan keluhan.
- Estrogen dapat digunakan untuk mengobati atau mencegah gangguan vasomotor,
atrofi genital, osteoporosis serta penyakit jantung arteriosklerosik.
- Preparat estrogen topical baik untuk kasus atrofi vulvovagina..
- Setiap tahun pasien yang diobati dengan preparat estrogen harus diperiksa
keadaan panggul, mammae, tekanan darah dan pemeriksaan sitology.
- Terapi estrogen tidak boleh diberikan pada wanita dengan estrogen dependent
tumor.
- Sebelum terapi hormonal pengganti dilaksanakan, pasien harus diberikan
penerangan mengenai keuntungan dan kerugiannya. 6,7

10
 Pemberian hormon pengganti
 Indikasi :
- Belum merupakan kebijakan umum bahwa setiap wanita menopause
mendapatkan hormone pengganti sebagai upaya pencegahan sindroma
menopause.
- Indikasi utama adalah pada wanita dengan pengangkatan (pembedahan) kedua
indung telur pada usia reproduksi, serta wanita dengan risiko osteoporosis dan
penyakit kardiovaskuler, disamping wanita yang mendapatkan keluhan atau
gejala sindroma menopause yang banyak macamnya serta dirasakan
mengganggu kehidupan sehari-hari.6,7
 Kontraindikasi
- Perdarahan per vaginam yang belum diketahui sebabnya.
- Thrombosis emboli vaskuler akut.
- Riwayat kanker payudara dan kanker endometrium.6

Absolut Relatif
 Kanker payudara dengan esterogen  Penyakit hati kronik
reseptor  Hipertrigliseridemia berat
 Kanker endometrium  Endometriosis
 Perdarahan vagina belum terdiagnosis  Riwayat penyakit tromboemboli
 Penyakit tromboemboli aktif  Penyakit kantung empedu
 Riwayat melanoma maligna

11
12
Gambar 2.4. Pilihan Sediaan Untuk Terapi Hormon. 6

13
2.9.Konsensus Tatalaksana Menopause
 Menopause terinduksi adalah suatu keadaan terhentinya haid disebabkan oleh
pengangkatan kedua ovariumatau kemoterapi atau radioterapi.
 Perimenopause adalah masa perubahan antara premenopause dan menopause,
ditandai dengan siktus ha id yang tidak teratur & disertai pula dengan
perubahan-perubahan fisiologik, termasuk juga masa 12 bulan setelah
menopause. Definisi WHO: 2-8 tahun sebelum menopause dan 1 tahun setelah
berakhirnya ha id.
Menopause alami :
a. Tidak haid selama 12 bulan berturut-turut pada usia 40- 56 tahun dan
atau
b. Kadar FSH ≥ 40 mIU/ml dan E2<20 pg/mt (2x pemeriksaan).
Menopause premature
a. Tidak haid selama 12 bulan berturut-turut pada usla <40 ta hun,
b. Kadar hormon sesuai dengan keadaan menopause.
 Keluhan menapasue terdiri atas tiga bagian yaitu :
a. Somatik : nyeri sendi atau badan, rambut rontok, lemah lesu, vagina
kering, dyspareunia, kulit keriput, berdebar-debar, vagina gatal,
b. Vasomotor : Keringat malam, hot flushing
c. Psikis: pelupa; libido menurun, insomnia, sulit berkonsentrasi, mood
swing.
 Pasien dianjurkan untuk menjaga kesehatan dengan melakukan gaya hidup
sehat seperti tidak merokok dan berolahraga minimal 30 menit sebanyak 3x
dalam seminggu. Diet yang sehat untuk wanita terdiri atas kaya serat, buah-
buahan, sayuran, dan protein (ikan > 2x/ minggu). Diet < 1 sendok teh garam
perhari, Kolesterol < 30 mg / hari Kalsium 1p/ hari, Vitamin D 800 IU/hari
 Bola ditemukan adanya keluhan, maka perlu ditanyakan apakah pasien
berkeinginan untuk menggunakan terapi hormone atau tidak. Apabila pasien
tidak mau menggunakan terapi hormone, maka pasien disarankan menjaga
 Apabila pasien mau menggunakan terapi hormone, harus dievaluasi apakah
terdapat kontraindikasi absolut pemberian terapi hormone.

14
 Apabila pada pasien ditemukan adanya kontraindikasi absolut, maka dapat
ditawarkan alternative terapi berupa antidepresan (SSRI & Non SSRI),
Fitoekstrogen, Ktonidin, Gabapentin, Vitamin dan mineral
 Apabila tidak ditemukan adanya kontraindlkasi absolut, maka diberikan
penyuluhan dan pemeriksaan dasar. Penyuluhan mengenai terapi hormon
serta pemeriksaan dasar memegang peranan penting untuk memrlai terapi
hormon. Pemeriksaan dasar meliputi:
a. Anamnesis : riwayat penyakit, riwayat keluarga, riwayat kegiatann
seksual risiko terkait menopause (misalnya riwayat operasi pengangkatan
ovarium, riwayat pemberian kemoterapi atau radiasi).
b. Pemeriksaan fisik: Status generalis meliputi tinggi badan, berat
badan/indeks massa tubuh dan tekanan darah.
c. Pemeriksaan payudara dan panggul.
d. Pemeriksaan penunjang: mammografi & USG payvdara, Pap’s Smear;
gula darah puasa, profil lipid, EKG. Pemeriksaan lain: fungsi hati, fungsi
tiroid, BMD, disesuaiakan dengan kebutuhan.
 Apabila ditemukan adanya kontraindikasi relatif seperti migrain, epilepsi,
riwayat kanker payudara dalam keluarga, hiperplasia duktus atipika pada
payudara, mastopfasia, batu empedu. mioma uteri, endometriosis. dapat
diberikan pengobatan selama 1-3 bulan atau lebih, namun harus dalam
pengawasan ketat.
 Apabila pasien teah dilakukan histerektomi, terapi estrogen saja, tanpa
progesterone
 Apabila uterus intak: Bila pasien masih ha id, dapat diberikan terapi hormon
sekuenstal. Bila pasien sudah tidak haid, dapat diberikan terapi hormon
kontinyu.
 Pemberian terapi hormon pada awalnya dilakukan dalam kurun waktu 1-3
bulan.
 Setelah menggunakan tefapi hormon dalam jangka waktu 1-3 bulan, maka
pasien dianjurkan untuk melakukan evaluasi terkait dengan kemungkinan
toleransi serta adanya efek samping yang timbul saat penggunaan terapi
hormon.
 Apabila keluhan ditemukan tidak berkurang, lakukan evaluasi dosis.

15
 Apabila keluhan berkurang, perlu diperiksa apakah ada efek samping. Jika efek
samping dapat ditoteransi oleh pasien, terapi dilanjutkan; jika tidak dapat ditoleransi,
terapi dihentikan.7

Gambar 2.5 Konsensus Penatalaksanaan Menopause HIFERI POGI 2010.7

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Hall JE.2016. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th ed. Philadelphia
: Elsevier.
2. Sherwood, LZ., 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.
3. Hoffman B L et all.2016. Williams Gynecology, 3th edition. New York, Mc Graw Hill.
4. Speroff L, et all. 2011.Clinical Gynecology Endocrinology And Infertility, 8TH Edition
Philadelphia,USA: Lippincot williams &Wilkin.
5. Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
6. Berek J S. 2012.Berek & Novak’s Gynecology 15th Edition. Lippincott Williams &
Wilkins.
7. Konsensus Tatalaksana Menopause. 2010. Himpunan Fertilitas Endokrinologi Dan
Reprodusi Indonesia. Perhimpunan Dokter Obstetri Ginekologi Indonesia.

17

Anda mungkin juga menyukai