Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

TRAUMA OKULI

Disusun Oleh:
Adeta Yuniza Mulia
2015730002

Pembimbing: dr. Hj. Amelia Hidayati, Sp. M

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Alhamdulillah


karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini
tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan
kepada penulis.
1. dr. Masitah Wilya Wahyuni, Sp. M selaku dokter pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, bantuan, serta pengarahan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak yang membaca, agar penulis dapat mengkoreksi
dan dapat membuat laporan yang lebih baik kedepannya.

Jakarta, Agustus 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI................................... .......................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6

2.1 Definisi...............................................................................................................6

2.2 Jenis-Jenis Trauma.............................................................................................6

2.2.1 Trauma mekanik..............................................................................................6

A. Trauma tumpul....................................................................................................6

Hematoma palpebra.................................................................................................6

Edema konjungtiva...................................................................................................7

Hematoma subkonjungtiva.......................................................................................8

Edema kornea...........................................................................................................9

Erosi kornea.............................................................................................................9

Iridoplegia .............................................................................................................10

Iridodialisa..............................................................................................................10

Hifema....................................................................................................................11

Iridosiklitis.............................................................................................................12

Subluksasi lensa.....................................................................................................12

Luksasi lensa anterior............................................................................................13

Luksasi lensa posterior..........................................................................................14

Katarak trauma......................................................................................................14

Edema Retina dan Koroid.....................................................................................15

Ablasi Retina..........................................................................................................15

Ruptur Koroid........................................................................................................15

3
Avulsi papil saraf optik...................................................................................16

B. Trauma Tajam.............................................................................................17

Trauma Tembus Bola Mata.............................................................................17

2.2.2 Trauma Non mekananik.........................................................................17

A. Trauma Kimia.............................................................................................17

Trauma Asam..................................................................................................18

Trauma Basa....................................................................................................18

B. Trauma Bakar Termal.................................................................................19

C. Trauma Radiasi...........................................................................................19

D. Glaukoma sekunder pasca trauma..............................................................20

2.3 Pencegahan Trauma Mata.........................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

Trauma okuli merupakan salah satu penyebab utama gangguan


penglihatan dan kebutaan pada satu mata yang dapat dicegah.1–4 Trauma okuli
dapat dibagi menjadi trauma tajam, trauma tumpul, trauma kimia, trauma termal,
trauma fisik, extra ocularforeign body, dan trauma tembus berdasarkan
mekanisme trauma.1-3 Trauma okuli dapat terjadi diberbagai tempat, di rumah
tangga, di tempat kerja, maupun di jalan raya.
Prevalensi trauma okuli di Amerika Serikat sebesar 2,4 juta pertahun dan
sedikitnya setengah juta di antaranya menyebabkan kebutaan. Di dunia, kira-kira
terdapat 1,6 juta orang yang mengalami kebutaan, 2,3 juta mengalami penurunan
fungsi penglihatan bilateral, dan 19 juta mengalami penurunan fungsi penglihatan
unilateral akibat trauma okuli.1,4 Berdasarkan jenis kelamin, beberapa penelitian
yang menggunakan data dasar rumah sakit maupun data populasi, menunjukkan
bahwa laki-laki mempunyai prevalensi lebih tinggi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang
menimbulkan cedera pada mata. Trauma mata adalah penyebab umum
kebutaan unilateral pada anak dan dewasa.5
2.2 JENIS-JENIS TRAUMA
Berdasarkan British Medical Journal (BMJ), trauma mata dapat di
golongkan berdasarkan penyebabnya yaitu, trauma mekanik, trauma non
mekanik yaitu trauma kimiawi, trauma termal, dan trauma radiasi. Trauma
mekanik dapat dibagi menjadi trauma tumpul dan trauma tajam. 5
2.2.1 TRAUMA MEKANIK
A. Trauma tumpul

Merupakan trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras


atau benda tidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut
dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga terjadi
kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya. Trauma
tumpul pada mata lebih sering disebabkan oleh trauma yang berasal
dari benda tumpul seperti pukulan, terbentur bola. Trauma tumpul
dengan kekuatan yang besar akan menghasilkan tekanan
anteroposterior, sehingga keadaan ini dapat juga menyebabkan
peningkatan tekanan intraokuli, ruptur, dan robekan pada struktur mata
lainnya. Kelainan-kelainan yang dapat ditimbulkan oleh trauma tumpul
dapat berupa hipema, sbuluksasio lentis, luksasio lentis, katarak
traumatika, pendarahan pada korpus vitreus, ruptur kornea, ruptur
koroid dan lain sebagainya.

a) Hematoma palpebra

Merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit


kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Hematoma
kelopak merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul

6
kelopak. Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua
kelopak dan berbentuk seperti kacamata hitam (raccon eye) yang
sedang dipakai, terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang
merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada pecahnya arteri oftalmika
maka darah masuk kedalam kedua rongga orbita melalui fisura orbita.
Penanganan pertama dapat diberikan kompres dingin untuk
menghentikan perdarahan. Selanjutnya untuk memudahkan absorpsi
darah dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak.6

Gambar 1. Hematoma palpebra7


b) Trauma konjungtiva6

Edema konjungtiva

Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat


menjadi kemotik pada setiap kelainan termasuk akibat trauma
tumpul. Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva
secara langsung kena angin tanpa dapat mengedip maka keadaan
ini telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva. Edema
konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak

7
menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva.
Pada edema konjungtiva dapat diberikan dekongestan untuk
mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir
konjungtiva. Pada kemotik konjungtiva berat dapat dilakukan
insisi sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar melalui insisi
tersebut.


Hematoma subkonjungtiva

Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh


darah yang terdapat dibawah konjungtiva, seperti arteri
konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah ini
bisa akibat dari batuk rejan, trauma tumpul atau pada keadaan
pembuluh darah yang mudah pecah. Bila tekanan bola mata
rendah dengan pupil lonjong disertai tajam penglihatan menurun
dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan
eksplorasi bola mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur
bulbus oculi.

Gambar 2. Hematoma subkonjungtiva7

8
c) Trauma kornea6
 Edema kornea

Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan


kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber
cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh dengan uji plasedo
yang positif. Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan
masuknya serbukan sel radang dan neovaskularisasi ke dalam
jaringan stroma kornea.

Pengobatan : NaCL 5% atau larutan garam hipertonik 2 – 8%,


glukosa 40% dan larutan albumin.

Gambar 3. Edema kornea8


 Erosi kornea

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea


yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi
di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan
sewatu mata dan kelopak mata digerakkan. Pemakaian berlebihan
lensa kontak menimbulkan edema kornea. Pada erosi pasien akan
merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai
serat sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan
akan terganggu oleh media yang keruh. Pada kornea akan terlihat
adanya defek epitel kornea yang bila diberi fuorosein akan berwarna
hijau.

Pengobatan : Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa


tajam penglihatan dan menghilangkan rasa sakit yang sangat.
Pemberian siklopegik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit ataupun

9
untuk mengurangi gejala radang uvea yang mungkn timbul.
Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk tetes.

Gambar 4. Erosi Kornea7

d) Trauma uvea6
 Iridoplegia

Kelumpuhan otot sfingter pupil yang bisa diakibatkan


karena trauma tumpul pada uvea sehingga menyebabkan pupil
menjadi lebar atau midriasis. Pasien akan sukar melihat dekat
karena gangguan akomodasi dan merasakan silau karena gangguan
pengaturan masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat tidak sama
besar atau anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi ireguler.
Pupil biasanya tidak bereaksi terhadap sinar.

Pengobatan : istirahat untuk mencegah terjadinnya kelelahan


sfingter dan pemberian roboransia.

 Iridodialisa

Iridodialisis adalah keadaan dimana iris terlepas dari


pangkalnya sehingga bentuk pupil tidak bulat dan pada pangkal iris
terdapat lubang. Pada daerah inilah iris sering terlihat seperti
peripheral iris tears (iridodialisis). Reflek fundus masih dapat
diobservasi. Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada
pangkal iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah. Perubahan

10
bentuk pupil maupun perubahan ukuran pupil akibat trauma tumpul
tidak banyak mengganggu tajam penglihatan penderita. Pasien
akan melihat ganda dengan satu matanya. Pada iridodialisis akan
terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama
dengan terbentuknya hifema.

Pengobatan : pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris


yang terlepas.

Gambar 5. Iridodialisa7
 Hifema

Hifema adalah darah di dalam bilik mata depan yang dapat


terjadi akibat trauma tumpul sehingga merobek pembuluh darah
iris atau badan siliar. Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan
epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat
menurun dan bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul
dibagian bawah bilik mata depan dan dapat memenuhi seluruh
ruang bilik mata depan.

11
Gambar 6. Hifema7
 Iridosiklitis

Yaitu radang pada uvea anterior yang terjadi akibat reaksi


jaringan uvea pada post trauma. Pada mata akan terlihat mata
merah, akibat adanya darah yang berada di dalam bilik mata depan
maka akan terdapat sukar dan pupil mata yang mengecil yang
mengakibatkan visus menurun.

e) Trauma lensa6
 Subluksasi Lensa

Subluksasi Lensa adalah lensa yang berpindah tempat akibat


putusnya sebagian zonula zinn ataupun dapat terjadi spontan
karena trauma atau zonula zinn yang rapuh (sindrom Marphan).
Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang.
Gambaran pada iris berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa
pada zonula tidak ada, maka lensa akan menjadi cembung dan
mata akan menjadi lebih miopi. Lensa yang cembung akan
membuat iris terdorong ke depan sehingga bisa mengakibatkan
terjadinya glaukoma sekunder. Penanganan pada subluksasi lensa

12
adalah dengan pembedahan. Bila tidak terjadi penyulit seperti
glaukoma, dapat diberi kaca mata koreksi yang sesuai.

Gambar 7. Subluksasi Lensa7

 Luksasi Lensa Anterior

Yaitu bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus


akibat trauma sehingga lensa masuk ke dalam bilik mata depan.
Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak. Muncul
gejala-gejala glaukoma kongestif akut yang disebabkan karena
lensa terletak di bilik mata depan yang mengakibatkan terjadinya
gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata.

Pengobatan : pembedahan, asetazolamida dapat dilakukan untuk


menurunkan tekanan bola mata

Gambar 8. Luksasi Lensa Anterior7

13
 Luksasi Lensa Posterior

Yaitu bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat


trauma sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di
dataran bawah fundus okuli. Pasien akan mengeluh adanya
skotoma pada lapang pandangnya karena lensa mengganggu
kampus. Mata menunjukan gejala afakia, bilik mata depan dalam
dan iris tremulans.Penanganan yaitu dengan melakukan ekstraksi
lensa. Bila terjadi penyulit maka diatasi penyulitnya.

 Katarak Trauma

Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma


perforasi atau pun tumpul yang terlihat sesudah beberapa hari
ataupun beberapa tahun. Pengobatan : Bila terjadi pada anak dapat
dipasang lensa intra okular primer atau sekunder. Bila tidak
terdapat penyulit, maka dapat ditunggu sampai mata menjadi
tenang. Bila terjadi penyulit seperti glaukoma, uveitis dan lain
sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa.

Gambar 9. Trauma katarak7

14
f) Trauma tumpul retina&koroid6
 Edema Retina dan Koroid

Terjadinya sembab pada daerah retina yang bisa diakibatkan


oleh trauma tumpul. Edema retina akan memberikan warna retina
lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui
retina yang sembab. Pada edema retina akibat trauma tumpul
mengakibatkan edema makula sehingga tidak terdapat cherry red
spot. Penglihatan pasien akan menurun. Penanganan yaitu dengan
menyuruh pasien istirahat. Penglihatan akan normal kembali
setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan
berkurang akibat tertimbunya daerah makula oleh sel pigmen
epitel.

 Ablasi Retina

Yaitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan


karena trauma. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk
terjadinya ablasi retina. Pada pasien akan terdapat keluhan
ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanya selaput yang
seperti tabir pada pandangannya. Pada pemeriksaan funduskopi
akan terlihat retina berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang
terangkat dan berkelok-kelok.

Pengobatan : pembedahan

 Ruptur Koroid

Ruptur biasanya terletak pada polus posterior bola mata dan


melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik, biasanya terjadi
perdarahan subretina akibat dari ruptur koroid. Bila ruptur koroid
terletak atau mengenai daerah makula lutea maka akan terjadi
penurunan ketajaman penglihatan.

15
Gambar 10. Ruptur Koroid11
g) Trauma saraf optik6
 Avulsi papil saraf optik

Saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang


bisa diakibatkan karena trauma tumpul. Penderita akan
mengalami penurunan tajam penglihatan yang sangat drastis dan
dapat terjadi kebutaan. Penderita perlu dirujuk untuk menilai
kelainan fungsi retina dan saraf optiknya.

Gambar 11. Avulsi saraf optik12

16
B. Trauma tajam
Adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau
benda berukuran kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus
kornea atau sklera.
 Trauma Tembus Bola Mata6

Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing


masuk ke dalam bola mata maka akan terlihat tanda-tanda bola
mata tembus, seperti :

- Tajam penglihatan yang menurun


- Tekanan bola mata rendah
- Bilik mata dangkal
- Bentuk dan letak pupil yang berubah
- Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera
- Terdapat jaringan yang di proplaps seperti cairan mata,
iris, lensa, bada kaca atau retina
- Konjungtiva kemotis
Bila terlihat salah satu tanda di atas atau dicurigai adanya
perforasi bola mata maka secepatnya dilakukan pemberian
antibiotik topikal dan mata ditutup dan segera dikirim ke dokter
mata untuk dilakukan pembedahan.

2.2.2 TRAUMA NON MEKANIK


A. Trauma Kimia

Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang


mengenai bola mata akibat terpapar bahan kimia baik yang
bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola
mata tersebut.5

17
 Trauma Asam6
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama
bahan anorganik, organik (Asetat, forniat) dan organik
anhidrat (asetat). Bila bahan asam mengenai mata maka
akan segera terjadi pengendapan ataupun pengumpalan
protein permukaan sehingga bila konsentrasi tidak tinggi
maka tidak akan bersifat destruktif. Biasanya akan terjadi
kerusakan hanya pada bagian superfisial saja
Pengobatan : irigasi jaringan yang terkena secapatnya dan
selama mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan
bahan yang mengakibatkan trauma. Biasanya trauma akibat
asam akan normal kembali sehingga tajam penglihatan
tidak terganggu.
 Trauma Basa6
Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan
akibat yang sangat gawat pada mata. Alkali akan menembus
dengan cepat kornea, bilik mata depan, dan sampai pada
jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran
jaringan kolagen kornea. Bahan kimia alkali bersifat
koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan
dehidrasi. Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang
akan menambah kerusakan kolagen kornea. Alkali yang
menembus ke dalam bola mata akan merusak retina sehingga
akan berakhir dengan kebutaan penderita.
Pengobatan : irigasi garam fisiologik. Siklopegik,
antibiotik, EDTA.

18
Gambar 12. Luka Bakar Kimia pada Kornea dan
Kunjungtiva7

B. Trauma bakar termal

Trauma bakar termal dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:


flame dan contact burns. Pada flame terjadi paparan secara sekunder
antara mata dengan api, dan pada contact burn terjadi paparan secara
langsung misalnya dengan air panas, atau benda-benda panas.5

C. Trauma Radiasi

Trauma radiasi yang sering terjadi akibat paparan sinar UV


sehingga menyebabkan keratitis pada permukaan kornea, yang akan
tampak dengan pewarnaan fluorescein. Rasa sakit yang sangat parah,
fotofobia, dan penurunan ketajaman penglihatan. Nyeri dapat
dihilangkan dengan pemberian obat anastesi topikal untuk jangka
pendek. Selain itu juga diberikan obat antibiotik secara topikal. Pada
umumnya, prognosis baik dan kornea akan kembali normal dalam
waktu 24 jam. Namun, sisi mata yang terkena paparan sebelumnya
akan lebih sensitif terhadap cahaya untuk beberapa bulan.5

19
Gambar 13. Trauma Akibat Sinar UV10


Sinar X dan sinar terionisasi
Sinar ionisasi dibedakan dalam bentuk :
- Sinar alfa yang dapat diabaikan
- Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan
- Sinar gama
- Sinar X
Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan katarak
dan rusaknya retina.
Pengobatan : antibiotika topikal dengan steroid 3 kali
sehari dan sikloplegik satu kali sehari. Bila terjadi
simblefaron pada konjungtiva dilakukan tindakan
pembedahan.
 Sinar Inframerah
Akibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat
menatap gerhana matahari dan pada saat bekerja
dipemanggangan. Demikian pula iris yang mengabsorbsi
sinar infra merah akan panas sehingga berakibat tidak baik
terhadap kapsul lensa di dekatnya.
Pengobatan : steroid sistemik dan lokal untuk mencegah
terbentuknya jaringan parut pada makula atau untuk
mengurangi gejala radang yang timbul.
D. Glaukoma Sekunder Pasca Trauma6
Trauma dapat mengakibatkan kelainan jaringan dan susunan
jaringan didalam mata yang dapat menganggu pengaliran cairan
mata sehingga menimbulkan glaukoma sekunder.

20
 Glaukoma Kontusi Sudut
Trauma dapat mengakibatkan tergesernya pangkal iris ke
belakang sehingga terjadi robekan trubekulum dan gangguan
fungsi trubekulum dan ini akan mengakibatkan gambaran
pengaliran keluar cairan mata. pengobatan : pembedahan.

Gambar 14. Glaukoma Kontusi Sudut9

 Dislokasi Lensa
Akibat trauma tumpul dapat terjadi putusnya zonula Zinn
yang akan mengakibatkan kedudukan lensa tidak normal.
Kedudukan lensa tidak normal ini akan mendorong iris ke depan
sehingga terjadi penutupan sudut bilik mata. Penutupan sudut bilik
mata akan menghambat pengaliran keluar cairan mata sehingga
akan menimbulkan glaukoma sekunder. Pengobatan yang
dilakukan adalah mengangkat penyebab atau lensa sehingga sudut
terbuka kembali.

2.3 Pencegahan Trauma Mata6


Trauma mata dapat dicegah dan diperlukan penerangan kepada masyarakat
untuk menghindarkan terjadi trauma pada mata seperti :
 Trauma tumpul akibat kecelakaan tidak dapat dicegah
kecuali trauma tumpul perkelahian
 Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindari
terjadinya trauma tajam

21
 Setiap pekerja yang sering berhubungan dengan bahan
kimia sebaiknya mengerti bahan apa yang ada ditempat
kerjanya
 Pada pekerja las sebaiknya menghindarkan diri terhadap
sinar dan percikan bahan las dengan memakai kaca mata
 Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin
berbahaya untuk matanya.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Wong TY, Klein BEK, Klein R. The Prevalence and 5-year Incidence of
Ocular Trauma. Ophthalmology 2000; 107: 2196–2202.
2. Nirmalan PK, Katz J, Tielsch JM, Robin AL, Thulasiraj RD, Krishnadas R, et
al. Ocular Trauma in a Rural South Indian Population. Ophthalmology 2004;
111: 1778–1781.
3. Wong TY, Tielsch JM. A Population-Based Study on the Incidence of Severe
Ocular Trauma in Singapore. Am J Ophthalmol 1999; 128: 345–351.
4. Macewen CJ, Ocular injuries JR. Coll. Surg. Edinb., 4 Oktober 1999, 317–
23.
5. Ausburger J, A. T. (2014). Trauma mata dan orbita dalam buku Oftalmologi
Umum. Jakarta: EGC
6. Ilyas, S. Yulianti, S.R. 2012. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
7. Lightman S, Hon ND, McCluskey P. International Council Of Ophtalmology.
8. Anat Galor, Bennie H. Jeng, and Careen Y. Lowder. A Curious Case of Corneal
Edema. American Academy Of Ophtalmology
9. Gambar
https://med.virginia.edu/ophthalmology/wp-
content/uploads/sites/295/2015/12/TraumaPPT.pdf
10. Gambar https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC313907/
11. Gambar https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3726522/
12. Sadik Taju Sherief, Alan John Connor, Cynthia Vanden Hoven, Wai- Ching
Lam. Optic nerve avulsion, ultrasound and MRI findings. Case report.
Advances in Ophthalmology & Visual System

23

Anda mungkin juga menyukai