Disusun Oleh:
Pembimbing:
Pembimbing,
Pendahuluan
Kata aborsi berasal dari bahas latin ( abortus ) yang berarti - keguguram ( to miscarry)
atau berakhirnya kehamilan. Menurut New Shorter Oxford Dictionary (2002), abortus adalah
persalinan kurang bulan sebelum usia janin yang memungkinkan untuk hidup, dalam hal ini
bersinonim dengan keguguran. Durasi kehamilan juga digunakan untuk mendefinisikan dan
Saat ini aborsi dapat dilakukan secara legal dan ilegal dengan beberapa prosedur yang
tidak aman. WHO mendefinisikan abortus yang tidak aman sebagai prosedur untuk mengakhiri
kehamilan yang tidak diinginkan baik oleh individu maupun oleh bantuan orang lain tanpa
keterampilan yang diperlukan atau dalam lingkungan yang tidak sesuai dengan standar medis
minimum, atau keduanya. Secara global, kehamilan yang tidak diinginkan menyebabkan sekitar
46 juta aborsi yang diinduksi setiap tahun . Dan perkiraan menunjukkan bahwa di seluruh dunia,
25 juta wanita melakukan aborsi ilegal dan tidak aman. Akses ke aborsi yang aman dianggap
penting untuk kesehatan wanita dan anak-anak Kurangnya akses ke aborsi legal dan aman
meningkatkan risiko penggunaan metode aborsi yang tidak aman dengan kemungkinan
Lebih dari 80% abortus spontan terjadi pada 12 minggu pertama, separuhnya disebabkan
oleh anomali kromosom. juga terdapat rasio jenis kelamin wanita : pria sebesar 1,5 pada abortus
dini. Setelah trimester pertama, baik angka abortus maupun insiden anomali kromosom
menurun. Keguguran dini biasanya disertai dengan perdarahan ke dalam desidua basalis dan
disertai nekrosis jaringan sekitar, dalam kasus ini ovum terlepas, dan hal ini merangsang
kontraksi uterus yang menyebakan eksplusi. Sejumlah faktor mempengaruhi angka abortus
spontan, tetapi belum diketahui. kejadian abortus meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu
dan ayah. Reproduksi manusia relatif tidak efisien dan abortus adalah kompliksi tersering pada
kehamilan, dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan.Prevalensi
abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada wanita berusia 20 tahun adalah
Tinjauan Pustaka
Abortus (aborsi, abortion) adalah berhentinya kehamilan sebelum janin mampu hidup di
luar kandungan atau sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan.
WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22 minggu, namun beberapa
acuan terbaru menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian disebutkan
sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan perdarahan aktif akibat
dari seluruh kehamilan. Secara global, kehamilan yang tidak diinginkan menyebabkan sekitar 46
juta aborsi yang diinduksi setiap tahun . Dan perkiraan menunjukkan bahwa di seluruh dunia, 25
juta wanita melakukan aborsi ilegal dan tidak aman. Menurut WHO 2014 , Aborsi yang tidak
aman dapat menyebabkan delapan kematian ibu per jam dengan estimasi 13% kematian Ibu
disebabkan oleh hal ini. Perkiraan tingkat aborsi ilegal terbesar di lakukan ditemukan di wilayah
Amerika Latin dan Karibia di mana setiap tahun diperkirakan 4,2 juta aborsi yang dilakukan,dan
merupakan 12% dari penyebab kematian semua kematian ibu di wilayah tersebut.
Menurut CIA World Factbook di dunia pada tahun 2010, Indonesia menduduki urutan
ke-51 dari 183 negara di dunia dengan laju AKI sebesar 220 per 100.000 kelahiran hidup. Di
Indonesia laju AKI cenderung menurun, tetapi masih tinggi. Berdasarkan SDKI 2007, AKI di
Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Kemudian pada tahun 2010 menjadi 220 per
100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih belum sesuai dengan kesepakatan MDG pada
tahun 2015, yaitu 115 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia adalah
perdarahan (30%), Infeksi (12%), eklampsi (25%), abortus (5%), partus lama (5%), emboli
obstetrik (3%), komplikasi masa nifas (8%), dan penyebab lainnya (12%). Komplikasi terbanyak
pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan.
Menurut The Lancet tahun 2007, jumlah aborsi di dunia tahun 1995 sebesar 45,6 juta kasus,
tahun 2003 sebesar 41.6 juta kasus, dan tahun 2008 sebesar 43,8 juta kasus.
Menurut KPAI tahun 2011, dalam kurun tiga tahun selama tahun 2008 – 2010 terus
terjadi peningkatan kasus aborsi di Indonesia. Pada tahun 2008 tercatat kasus aborsi sebesar 2
juta kasus, tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi 2,3 juta kasus, dan tahun 2010 menjadi 2,5
juta kasus aborsi. Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2000, diperoleh
bahwa terdapat 469 kasus abortus dari 6.323 total persalinan.Abortus sebenarnya mendekati
angka 50% sebagai penyumbang AKI, namun lebih sering dilaporkan dalam bentuk perdarahan
bukan dalam bentuk abortus. Badan Litbang Kesehatan, dalam laporan Riskesdas 2010
mengungkapkan bahwa angka kejadian keguguran secara nasional adalah 4%. Kalau dilihat per
provinsi, angka ini bervariasi mulai terendah 2,4% yang terdapat di Bengkulu sampai dengan
yang tertinggi 6,9% di Papua Barat. Ada 4 provinsi yang mempunyai angka kejadian lebih dari
6% dengan urutan dari yang tertinggi yakni provinsi Papua Barat, Kalimantan Tengah dan
Aborsi yang tidak aman didefinisikan oleh WHO sebagai prosedur untuk mengakhiri
kehamilan yang tidak diinginkan baik oleh individu maupun oleh bantuan orang lain tanpa
keterampilan yang diperlukan atau dalam lingkungan yang tidak sesuai dengan standar medis
minimum, atau keduanya . Akses ke aborsi yang aman dianggap penting untuk kesehatan wanita
dan anak-anak Kurangnya akses ke aborsi legal dan aman meningkatkan risiko penggunaan
metode aborsi yang tidak aman dengan kemungkinan komplikasi yang parah termasuk trauma,
pendarahan,dan sepsis. 20 - 50% dari semua kasus aborsi yang tidak aman mendapatkan
perawatan di Rumah Sakit di mana komplikasi parah dari aborsi yang tidak aman menyebabkan
367 kematian per 100.000 kasus. Ini bisa dibandingkan dengan risiko kematian setelah aborsi
yang aman yaitu 0,7 kematian per 100.000 prosedur Legalisasi aborsi dikaitkan dengan
kemudian menurun secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya. Anomali kromosom
menurunmenjadi 20-30% pada trimester kedua dan 5-10 % pada trimester ketiga.Resiko abortus
spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas disamping dengan semakin lanjutnya
usia ibu serta ayah. Insiden abortus bertambah pada kehamilan yang belum melebihi umur 3
bulan. Pada tahun 2000, total 857.475 abortus legal dilaporkan ke Centers for Disease Control
and Prevention (2003). Sekitar 20% dari para wanita ini berusia 19 tahun atau kurang, dan
sebagian besar berumur kurang dari 25 tahun, berkulit putih, dan belum menikah. Hampir 60%
abortus terinduksi dilakukan sebelum usia gestasi 8 minggu, dan 88% sebelum minggu ke 12
Hingga saat ini terdapat berbagai klasifikasi abortus, berikut ini merupakan klasifikasi abortus
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus,
maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran
(Miscarriage). Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus
insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus. Selanjutnya, dikenal pula missed abortion,
pengeluaran darah dari os serviks yang tertutup selama paruh pertama kehamilan. Hal ini
terjadi pada 20 sampai 25 persen wanita selama gestasi dini dan dapat menetap selama
beberapa hari sampai minggu. hasil konsepsi masih baik berada didalam kandungan,
mulas sedikit atau bahkan tidak ada keluhan lain selain perdarahan pervaginam, besar
uterus masih sesuai usia kehamilan, tes kehamilan urine masih positif.Sekitar separuh
dari kehamilan ini akan gugur, meskipun risiko ini jauh lebih rendah jika aktifitas janin
terdeteksi.
b) Abortus Insipien
Abortus yang sedang mengancam kondisi janin. Serviks yang telah mendatar, ostium
uteri telah membuka, hasil konsepsi masih berada didalam kavum uteri masih dalam
proses pengeluaran, mulas karena kontraksi uterus yang sering dan kuat, perdarahan
bertambah seiring pembukaan serviks dan usia kehamilan, besar uterus masih sesuai
usia kehamilan, gerak dan detak jantung janin masih jelas meskipun mungkin sudah
terganggu.
c) Abortus Inkomplit
Perdarahan terjadi jika plasenta, secara keseluruhan atau sebagaian, terlepas dari
uterus. Pada abortus inkomplet, ostium Internum serviks membuka dan menjadi tempat
lewatnya darah. Janin dan plasenta mungkin seluruhnya tetap berada dalam uterus atau
mungkin sebagian keluar melalui ostium yang terbuka. Sebelum 10 minggu, janin dan
plasenta sering keluar bersama-sama tetapi kemudian mereka dilahirkan secara terpisah.
Pada sebagian wanita, diperlukan dilatasi serviks tambahan sebelum kuretase dapat
dilakukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang tertahan menggantung bebas di
kanalis servikalis, memungkinkan ekstraksi dengan mudah dari ostium eksternum yang
terpanjan dengan forceps cincin. Kuretase hisap, seperti dijelaskan kemudian, secara
efektif mengosongkan uterus. Pada wanita dengan inkomplet yang secara klinis stabil
inkomplet pada kehamilan tahap lebih Ianjut kadang lebih parah tetapi jarang mematikan.
karena itu, pada wanita dengan kehamilan tahap lebih lanjut atau dengan perdarahan
hebat, Evakuasi segera dilakukan . Jika térjadi demam maka pasien antibiotik yang sesuai
sebelum kuretase.
d) Abortus Komplit
Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah keluar
dari kavum uteri dan lahir dengan lengkap. Pada penderitaditemukan perdarahan sedikit,
Hal ini juga disebut sebagai abortus spontan berulang dan keguguran berulang
klasik hal ini di definisikan sebagai keguguran tiga kali berturut- turut atau lebih pada 20
minggu atau kurang atau dengan berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian besar wanita
dengan keguguran berulang mengalami kematian mudigah atau janin dini, dan sebagian
kecil keguguran setelah 14 minggu. Meskipun definisi ini menyatakan tiga atau lebih
keguguran, banyak yang sepakat bahwa evaluasi ini harus dipertimbangkan setelah dua
keguguran berturut-turut. Hal ini karena risiko keguguran berikutnya setelah dua kali
persen (Harger, dkk., 1983). Yang mencolok, kemungkinan kesuksesan kehamilan dapat
medekati 50 persen bahkan setelah enam kali keguguran (Poland, dkk., 1997; Warburton
Istilah missed abortion adalah istilah yang kurang tepat karena di defiisikan
beberapa dekade sebelum uji kehamilan imunologis dan sonografi ditemukan. Istilah ini
digunakan untuk menjelaskan hasil konsepsi yang telah mati sebelum usia 20 minggu
yang tertahan selama beberapa hari, minggum bahkan bulan di dalam uterus dengan
ostium serviks tertutup. Karena keguguran spontan hampir selalu didahului dengan
kematian mudigah, maka sebagian besar secara tepat disebut dengan "missed". Pada
kasus tipikal, pasien mengalami kehamilan muda yang tampaknya normal dengan
amenorea, mual dan muntah, perubahan payudara, dan pembesaran uterus. Setelah
kematian mudigah, mungkin terjadi perdarahan vagina atau gejala abortus yang
mengancam lainnya. Dengan sonografi, gestasi tanpa mudigah atau kematian mudigah
atau janin dapat dipastikan. Banyak wanita memilih untuk melakukan terminasi medis
atau bedah pada saat diagnosis ini. Jika kehamilan tidak diakhir dan jika tidak terjadi
keguguran setelah beberapa hari atau minggu, maka ukuran uterus mula - mula tidak
berkurang dan wanita yang bersangkutan mengalami penurunan berat badan ringan.
Banyak wanita yan tidak memperlihatkan gejala selama periode ini kecuali amenorea
menetap. Jika missed abortion berakhir secara spontan maka proses eksplusinya sama
g) Abortus Septik
Kematian ibu akibat abortus kriminal septik jarang terjadi di Amerika Serikat.
Namun. kadang keguguran dan abortus elektif mengalami penyulit infeksi berat.
peritonitis, septikemia, dan bahkan endokarditis kadang terjadi. Terapi infeksi mencakup
pemberian antibiotik spektrum-luas intravena diikuti oleh evakuasi uterus. Pada sindrom
sepsis yang parah, dapat timbul sindrom respirasi akut atau koagulopati intravascular
Dahulu abortus kriminal dan abortus inkomplit yang dibiarkan terinfeksi oleh
bakteri komensal vagina yang sebenarnya tidak virulen, misalnya Clostridium perfringes.
Hal ini hampir tidak pernah ditemukan setelah abortus dilegalkan. Namun, tahun 2005.
Centers for Control and Prevention melaporkan empat kematian dengan abortus medis
akibat sindrom syok toksik yang disebabkan oleh infeksi Clostridium sordellii. infeksi.
hemokonsentrasi, hipotensi, clan leukositosis. sejak saat itu, Cohen, dkk. (2007)
melaporkan empat kasus dua dengan C. sordellii dan dua dengan C.perfringens yang
terjadisetelah abortus spontan atau induksi. bersifat mematikan. Daif, dkkl (2009)
melaporkan fasitis nekrotikans dan sindrom syok toksik akibat streptokokus grup A
Abortus terinduksi adalah terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin
mampu hidup. Abortus buatan adalah tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk
menghilangkan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin 500 gram. Abortus ini
Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
b) Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
b) Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
c) Faktor maternal
d) Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan
di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya,
sehingga merupakan benda asing didalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi
untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan seluruhnya, karena vili koreales belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan
pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, telah masuk agak tinggi, karena plasenta tidak dikeluarkan
secara utuh sehingga banyak terjadi perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas, yang
umumnya bila kantong ketuban pecah maka disusul dengan pengeluaran janin dan plasentayang
Perdarahan tidak banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan lengkap. Hasil konsepsi
pada abortus dikeluarkan dalam berbagai bentuk.Ada kalanya janin tidak tampak didalam
kantong ketuban yang disebut blighted ovum, mungkin pula janin telah mati lama disebut missed
abortion. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ovum akan
dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, isiuterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi
mola karneo saapabila pigmen darah diserap sehingga semuanya tampak seperti daging.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi:
janin mengering dan menjadi agak gepeng atau fetus compressus karena cairan amnion yang
diserap. Dalam tingkat lebih lanjut janin menjadi tipis seperti kertas perkamen atau fetus
papiraseus. Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin 20 yang meninggal tidak dikeluarkan
dari uterus yaitu terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, dan seluruh
Gejala umum yang merupakan keluhan utama berupa perdarahan pervaginam derajat
sedang sampai berat. Pada umumnya perdarahan disertai dengan kram pada perut bagian
10 minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah. Bila plasenta, seluruhnya atau
sebagian tetap tertinggal dalam uterus, maka pendarahan cepat atau lambat akan terjadi dan
memberikan gejala utama abortus inkompletus. Sedangkan pada abortus dalam usia kehamilan
Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
Tabel.1. Perbedaan gejala klinis dan pemeriksaan fisik pada abortus spontan
2.6 Diagnosis Abortus
dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding lain, serta
meliputi pemeriksaan abdomen,inspikulo dan vaginal toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada
abortus inkomplit dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih rendah.
nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat padakehamilan ektopik yang
sebelum memulai tindakan evakuasi sisa hasil konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan
ukuran sondaseuterus juga penting dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang sesuai
Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan diperiksa apakah ada tanda-
tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda vital
(nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu). Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat,
takikardi, tekanan sistolik <90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok
Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk dengan
cepat
Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan
Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan konseling
dengan adanya teknologi sonografik yang di gunakan untuk diagnosis saat ini,
penatalaksanaan dapat dlebih spesifik. Penanganan dengan menunggu, dan bedah semuanya
masuk akal, kecuali jika perdarahan serius atau infeksi. Terapi bedah bersifat 'definitif dan dapat
diperkirakan, tetapi invasif dan tidak semua wanita memerlukannya. Teknik pembedahan dapat
dilakukan dengan pengosongan isi uterus baik dengan cara kuretase maupun aspirasi vakum.
Induksi abortus dengan tindakan medis menggunakan preparat antara lain :oksitosin intravenus,
larutan hiperosmotik intraamnion seperti larutan salin 20% atau urea 30%, prostaglandin E2, F2a
dan analog prostaglandin yang dapat berupa injeksi intraamnion, injeksi ekstraokuler, insersi
vagina, injeksi parenteral maupun per oral, antiprogesteron - RU 486 (mefepriston), atau
Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan kuretase sering
tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang tertinggal terletak secara longgar
dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari ostium eksterna yang sudah terbuka dengan
memakai forsep ovum atau forsep cincin. Penanganan dengan menunggu atau secara medis
mungkin dapat menghindari keharusan kuretase berkaitan dengan perdarahan yang tidak dapat
Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi isi
uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang dianjurkan. Kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat segera
dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter
NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi. Lebih disarankan untuk memakai kuret tajam jika usia
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi
urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil
pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang
kandungan) yang dikualifikasikan sebagai perbuatan kejahatan atau tindak pidana hanya dapat
kita lihat dalam KUHP walaupun dalam Undang-undang No 36 tahun 2009 memuat juga sanksi
KUHP mengatur berbagai kejahatan maupun pelanggaran. Salah satu kejahatan yang
diatur di dalam KUHP adalah masalah aborsi kriminalis . ketentuan mengenai aborsi kriminalis
dapat dilihat dalam bab XIV Buku ke II KUHP tentang kejahatan terhadap nyawa ( khususnya
Pasal 299
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam pidana penjara paling lama 4 tahun
2. Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan atau jika ia seorang tabib, bidan, atau
Pasal 346
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun
Pasal 347 :
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
Pasal 349 :
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatan dilakukan Secara singkat dapat dijelaskan bahwa yang dapat dihukum, menurut
Pelaksanaan aborsi, yaitu tenaga medis atau dukun atau orang lain dengan hukuman
maksimal 4 tahun ditambah sepertiga dan bisa juga dicabut hak untuk berpraktek.
Wanita yang menggugurkan kandungannya, dengan hukuman maksimal 4 tahun.
Orang-orang yang terlibat secara langsung dan menjadi penyebab terjadinya aborsi itu
Orang-orang yang terlibat secara langsung dan menjadi penyebab terjadinya aborsi itu
Undang – undang kesehatan No. 36 Tahun 2009. Mengatur mengenai masalah aborsi
akibat pemerkosaan
- Dilakukan sebelum usia kehamilan 6 minggu, kecuali pada kasus gawat darurat
1. Dalam kedaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan:
dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim
ahli.
- Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya. Pada
kandungan; atau
c. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan pasal 76.
Pasal 76 UU No 36 Tahun 2009
menteri.
Ancaman pidana yang diberikan terhadap pelaku aborsi provocatus kriminalis jauh lebih berat
dari pada ancaman pidana sejenis KUHP. Dalam Pasal 194 Undang-undang No 36 Tahun 2009
pidana yang diancam adalah pidana penjara paling lama 10 tahun. Dan pidana denda paling
Pasal 12
1. Pelayanan Aborsi atas indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan harus
a. dilakukan oleh dokter sesuai dengan standard profesi, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional;
b. atas permintaan atau persetujuan perempuan hamil yang bersangkutan;
3. Dalam hal izin suami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tidak dapat dipenuhi,
a. puskesmas;
b. klinik pratama;
d. rumah sakit.
4. Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a merupakan Puskesmas mampu
Pelayanan Obtestri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang memiliki dokter yang
5. Klinik pratama sebagaimana dimaksud JHda ayat (3) huruf b merupakan Klinik yang
pelayanan medik dasar yang memiliki dokter yang telah mengikuti Pelatihan.
6. Klinik utama atau yang setara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c merupakan
khnik yang menyelengarakan pelayanan medik spesialistik obstetri dan ginekologi atau
pelayanan medik dasar dan spesialistik obstetri dan ginekologi, yang maniliki dokter
7. Rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c harus memiliki dokter spesiahs
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiper
retrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda
bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus
yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus
biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan
adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus Infeksi. Infeksi dalam
uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada
abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa
memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syokhemoragik) dan infeksi berat
(syok endoseptik).
Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek infeksi
dan hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang sangat berat sering
disertai dengan kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi klostridium yang
disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif, maka gagal ginjal pasti terjadi.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. SA
TTL : Gorontalo, 03-05-1980
Umur : 39 th
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Status : Menikah
Alamat : Ds Sali lama
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Indonesia
Tanggal MRS : 18 Oktober 2019
ANAMNESA
Keluhan Utama : Perdarahan dari jalan lahir
Riwayat Haid
1. Menarche umur 15 tahun
2. Siklus teratur 30 hari
3. Lamanya haid 6 sampai 7 hari
4. Banyaknya haid 3 pembalut/hari
5. Tanggal hari pertama haid terakhir : sudah tidak haid sejak bulan Agustus 2019
Riwayat Keluarga
Pasien sudah menikah selama 14 tahun
PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
TB : 155 cm
BB : 50 kg
Status Ginekologi
Inspekulo : Vulva/uretra tenag, dinding vagina dalam batas normal, portio utuh , OUE
terbuka, darah (+) dari OUE, discharge (-)
VT : Vulva/uretra tebabg, dinding vagina dalam batas normal, portio lunak, OUE
terbuka, cavum uteri sebesar telur bebek, darah (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
Leukosit : 8.620 /uL
Eritrosit : 4.66 10^6/uL
Hemoglobin : 10,7 g/dL
Hematokrit : 32,4 %
Trombosit : 166 10^3/uL
MCV : 77,2 FL
MCH : 25 Pg
MCHC : 33,4 g/dL
HbsAg : Non reaktif
:
Masa perdarahan (BT) 2,45 menit
:
Masa Pembekuan (CT) 3.00 menit
:
Tes Kehamilan (B-Hcg) (+)
RESUME MASUK
G3P2A0 49 tahun, masuk RS tanggal 18 Oktober 2019 jam 19.30 WITA, dengan keluhan
keluar darah sedikit demi sedikit dari jalan lahir -/+ sejak 1 Minggu SMRS. 3 hari lalu keluar
darah lebih banyak dan bergumpal gumpalan seperti potongan daging berwarna merah gelap. OS
juga mengeluh nyeri perut bagian bawah , nyeri hilang timbul dirasakan sudah 3 hari, OS juga
merasa mual dan pusing serta lemas, nafsu makan berkurang. OS tidak tahu jika sedang hamil,
sehingga masih melakukan aktivitas yang berlebihan dan menyebabkan kelelahan. Hubungan
suami isteri (+) 1 minggu yang lalu. HPHT sudah tidak ingat, tidak haid sejak bulan agustus
2019. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi
18x/menit, suhu badan 36,4. Pada pemeriksaan luar tinggi fundus uteri tidak teraba. Inspekulo :
Vulva/uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio utuh , OUE terbuka, darah (+)
dari OUE. Pada pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan hasil bermakna, pada pemeriksaan
EKG normal, dan pada pemeriksaan USG didapatkan sisa hasil konsepsi (+)
DIAGNOSIS
SIKAP
Kesadaran : CM
T : 110/90 mmHg
N : 88 x/mnt
R : 19 x/mnt
S : 36, 3 oC
Jalannya operasi :
Pasien dibaringkan, posisi litotomi
Dilakukan asepsis dan antisepis
dilakukan pemasangan spekulum, tampak portio kemudian dijepit dengan
tenakulum
dilakukan sondase untuk mengukur besar cavum dan posisi cavum uteri.
uterus letak antefleksi ukuran 8,5 cm
Dilakukan kuratase hingga bersih
Tenakulum dilepas, bersihkan portio dan sekitarnya dari sisa darah dan
jaringan
Spekulum dilepas
Kuretase selesai
Sikap Post Op :
– Cek DL post op
– IVFD RL 500 cc/24 jam : IVFD D5 % 1500 cc/24 jam
– Inj. Transamine 500 mg/8 jam IV
– Oxytosin drips 10 iu /24 jam
– Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam IV
– Inj. Methergin/8jam IV
P :
S : (-)
P :
S : (-)
P :
– IVFD RL 1500 cc/24 jam
– Rencana tranfusi 1 kantong PRC
– Cefadroxil 2 x 500 mg PO
– SF 2 x 1
– asam mefenamat 3 x 1 tab
– metergin 3 x 1 tab p.o
P :
- Aff infus
– Aff infus
– Cefadroxil 2 x 500 mg PO
– SF 2 x 1
– asam mefenamat 3 x 1 tab
– metergin 3 x 1 tab p.o
– informed concent tanda tanga form penolakan transfusi
– Rawat jalan
– Edukasi kontrol poli tanggal 25 oktober 2019
PEMBAHASAN
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus. beberapa faktor berpengaruh
terhadap kejadian abortus diantaranya faktor lingkungan,akitivitas fisik yang berlebihan serta
kurangnya nutrisi. Pada kasus ini pasien tidak tahu bahwa sedang hamil sehingga tetap
melakukan aktivitas berat serta kurang mengkonsumsi makanan serta vitamin yang dibutuhkan
untuk kesehatan ibu dan janin. selain itu asupan nutrisi ibu juga berkurang akibat adanya mual.
Pasien datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir bergumpal seperti potongan
daging. Gejala klinis yang dialami pasien cocok dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa
gejala klinis yang paling sering dijumpai pada abortus adalah perdarahan pervaginam derajat
sedang sampai berat. pada umumnya disertai dengan kram pada perut bagian
bawah, bahkan sampai ke punggung.
Pada pasien ini terdapat nyeri perut bagian bawah yang hilang timbul disertai rasa mual.
Diagnosis abortus inkomplit ditegakan berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang (usg). Pemeriksaan insepekulo pada pasien ini menunjukan adanya
perdarahan dari OUE yang terbuka. sedangkan pada pemeriksaan USG didapatkan sisa hasil
konsepsi (+), hal ini sudah sesuai dengan kepustakaan mengenai alur diagnosis dari abortus lebih
khusus kejadian abortus inkomplit.
KESIMPULAN
1. Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus.
5. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang tertinggal terletak secara longgar dalam
kanalis servikalis dan dapat diangkat dari ostium eksterna yang sudah terbuka
denganmemakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila plasenta seluruhnya atau
sebagiantetap tertinggal di dalam uterus, induksi medis ataupun tindakan kuretase
untukmengevakuasi jaringan tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Clarke D, Mühlrad H. Abortion Laws and Women’s Health. IZA DP No. 11890
2. Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, EGC, Jakarta. pp.229-
237.
among Young Women. Int. J. Environ. Res. Public Health 2018, 15, 329